You are on page 1of 5

Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi virus hepatotropik yang bersifat sistemik dan akut.

Etiologi

Paling sedikit ada 6 jenis virus penyebab hepatitis yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E dan G, tapi pada 1 anak umumnya yang menimbulkan masalah terutama hepatitis A, B dan C.

Manifestasi Klinis

Umumnya pada bayi dan anak kecil asimptomatik. Sedangkan pada anak besar dan remaja dapat terjadi gejala prodromal infeksi viral sistemik seperti anoreksia, nausea, vomitus, fatigue, malaise, artralgia, mialgia, nyeri kepala, fotofobia, faringitis, batuk dan koriza dapat mendahului timbulnya ikterus selama 1-2 minggu. Apabila hepar sudah membesar pasien dapat mengeluh nyeri perut 1 kanan atas.

Demam dengan suhu sekitar 38-39C lebih sering ditemukan pada hepatitis A. Kadang dapat mencapai 40C. Urin berwarna gelap seperti air teh dan feses berwarna tanah (clay-colored). Dengan timbulnya gejala kuning maka biasanya gejala prodromal menghilang. Hepatomegali dapat disertai 1 nyeri tekan. Splenomegali dapat ditemukan pada 10-20% pasien.

Pemeriksaan Penunjang

Terdapat dua pemeriksaan penting untuk mendiagnosis hepatitis yaitu tes awal untuk mengkonfirmasi adanya peradangan akut pada hati dan tes yang bertujuan untuk mengetahui etiologi dari 1 peradangan akut tersebut.

Diagnosis hepatitis biasanya ditegakan dengan pemeriksaan tes fungsi hati khususnya alanin amino transferase ( ALT = SGPT) aspartat amino transferase (AST = SGOT). Bila perlu ditambah dengan

pemeriksaan bilirubin. Alkali fosfatase kurang bermakna karena kadarnya meningkat pada anak yang 1 sedang mengalami pertumbuhan.

Kadar transaminase (SGOT-SGPT) mulai meningkat pada masa prodromal dan mencapai puncak pada saat timbulnya ikterus. Peninggian kadar SGOT dan SGPT yang menunjukan adanya kerusakan sel-sel hati adalah 50 20.000 IU/ml. Terjadi peningkatan bilirubin total serum (berkisar 520 mg/dl). Tinja akolis mungkin dijumpai sebelum timbul ikterus. Penurunan aktivitas transaminase diikuti penurunan kadar bilirubin. Bilirubinuria dapat negatif sebelum bilirubin darah normal. Kadar alkali fosfatase mungkin hanya sedikit meningkat. Gamma GT dapat meningkat pada hepatitis 1 dengan kolestasis.

Jenis virus penyebab hepatitis akut didiagnosis dengan petanda virus yaitu IgM anti-HAV, IgM antiHBc dan dapat dilengkapi dengan HBsAg. Bila terdapat riwayat transfusi darah, pemakaian obatobatan narkoba, atau ada resiko infeksi vertikal dapat dilakukan pemeriksaan anti-HCV. IgM anti-HDV diperiksa pada kasus hepatitis B kronik. Hepatitis E pada anak jarang terjadi. Bila dicurigai pasien 1 menderita hepatitis E, dilakukan pemeriksaan IgM anti-HEV.

HBsAg yang menetap selama 6 bulan didefinisikan sebagai keadaan karier karena pasien ini kemungkinan sembuhnya berkurang. Umumnya menjadi infeksi kronis. Biasanya pada pasien yang sembuh dari hepatitis B akut, serokonversi menjadi anti HBs timbul tidak lama setelah hilangnya HBsAg. Pada beberapa kasus, periode antara hilangnya antigenemia dan munculnya anti-HBs memanjang disebut sebagai core-window yang dapat berlangsung beberapa hari hingga beberapa 1 bulan.

Pada hepatitis C, peningkatan kadar SGPT serum umumnya lebih rendah daripada hepatitis akut A atau B dan mungkin berfluktuasi pada fase awal. Terdapat peningkatan ringan leukosit dengan limfosit atipikal yang besar. Masa protrombin mungkin memanjang dan berhubungan dengan keparahan dan perluasan nekrosis sel hati. Untuk mendiagnosis hepatitis C dilakukan pemeriksaan terhadap anti-HCV. Hal ini tidak mudah karena anti HCV baru dapat dideteksi pada minggu ke 12. 1 Bila anti HCV negatif pada saat sakit kurang dari 12 minggu, pemeriksaan ini mungkin perlu diulang.

Biopsi hati bukan pemeriksaan rutin yang dilakukan pada hepatitis virus akut kecuali diagnosis masih meragukan. Gambaran histologis hepatitis C akut menyerupai gambaran histologis hepatitis A atau B 1 kecuali aktivasi sel sinusoid yang lebih nyata.

Pemeriksaan darah perifer umumnya dalam batas normal. Kadang dapat ditemukan leukopeni yang 1 kemudian diikuti oleh limfositosis relative.

Diagnosis Banding

Diagnosis bandingnya adalah infeksi virus mononucleosis infeksiosa, CMV, herpes simpleks, coxsackie virus, dan toksopalsmosis, drug-induced hepatitis, hepatitis aktif kronis, hepatitis alkoholik, kolesistitis akut, kolestasis, gagal jantung kanan dengan kongesti hepar, kanker metastasis dan 1 penyakit hati genetic/metabolic (penyakit Wilson, defisiensi alfa 1 antitripsin).

Komplikasi

Dapat terjadi komplikasi ringan misalnya kolestasis berkepanjangan, relapsing hepatitis atau hepatitis kronis persisten dengan gejala asimptomatik dan AST fluktuatif. Komplikasi berat yang dapat terjadi adalah hepatitis kronis aktif, sirosis hati, hepatitis fulminan atau karsinoma hepatoselular. Selain itu dapat pula terjadi anemia aplastik, glomerulonefritis, necrotizing vasculitis atau mixed 1 cryoglobulinemia.

Prognosis

Dengan berkembangnya alternative pengobatan maka diharapkan prognosis hepatitis menjadi lebih baik. Hepatitis A biasanya memiliki prognosis baik kecuali yang fulminan sedangkan hepatitis B 1 prognosisnya semakin buruk bila infeksi terjadi semakin dini.

Hepatitis A Akut

Insiden tertinggi pada golongan usia 5-14 tahun. Banyak terjadi pada daerah perkotaan dan mengenai sekelompok orang misalnya keluarga. Penyakit ini merupakan endemis pada negaranegara dengan hygiene dan sanitasi dibawah standar. Hepatitis A menular dengan kontak langsung melalui penyebaran fekal-oral. Virus dikeluarkan melalui tinja pada 2-3 minggu sebelum dan 8 hari 1 setelah timbul ikterus.

Transmisi HAV melalui kontak antar individu. Penyebaran melalui rute fecal-oral merupakan jalur tersering. Dari beberapa studi disimpulkan bahwa masa infeksius pada sebagian besar penderita adalah 2-3 minggu sebelum sampai 8 hari sesudah timbul ikterus. Penderita tidak infeksius pada 4 3 minggu / lebih sebelum atau 19 hari / lebih setelah timbul ikterus.

Manifestasi klinis

Gambaran klinis infeksi akut HVA dapat sangat beragam berupa bentuk yang asimptomatik atau simptomatik yang mungkin anikterik atau dengan ikterik dan biasanya pada anak lebih ringan serta 3 singkat dibandingkan dewasa.

Hepatitis asimptomatik dibagi menjadi subklinik atau tidak nyata (inapparent). Infeksi subklinik ditandai dengan adanya kelainan fungsi hati yaitu peningkatan aminotransferase serum, sementara 3 infeksi tak nyata hanya dapat diketahui dari pemeriksaan serologi.

Hepatitis simptomatik dibedakan menjadi 4 stadium yaitu masa inkubasi, pra-ikterik (prodromal), ikterik dan fase penyembuhan. Masa inkubasi berlangsung selama 18-50 hari, dengan rata-rata 1,3 kurang lebih 28 hari.

Masa prodromal terjadi selama 4 hari sampai 1 minggu atau lebih. Pada masa prodromal gejalanya adalah fatigue, malaise, nafsu makan berkurang, mual, muntah, rasa tidak nyaman diperut kanan atas, demam (biasanya < 39C), merasa dingin, sakit kepala, gejala seperti flu, nasal discharge, sakit tenggorok, dan batuk. Gejala yang jarang adalah penurunan berat badan ringan, artralgia atau mononeuritis cranial atau perifer. Tanda yang ditemukan biasanya hepatomegali ringan yang nyeri 1,3 tekan (70%), manifestasi ekstrahepatik lain pada kulit, sendi, splenomegali (5-20%).

Fase ikterik dimulai dengan urin yang berwarna kuning tua seperti teh atau gelap diikuti oleh feses yang berwarna seperti dempul (clay-coloured faeces), kemudian warna sclera dan kulit perlahanlahan menjadi kuning. Gejala anoreksia, lesu, lelah, mual, dan muntah bertambah berat untuk sementara waktu. Dengan bertambah berat ikterus, gejala tersebut berkurang dan timbul pruritus 1 bersamaan dengan timbulnya ikerus atau hanya beberapa hari sesudahnya.

Penyakit ini biasanya sembuh sendiri. Ikterik menghilang dan warna feses kembali normal dalam 4 minggu setelah onset. Komplikasi yang sering terjadi pada sebagian kecil pasien adalah hepatitis yang sangat berat atau fulminan (<1%), kolestasis yang memanjang (prolonged acute cholestasis), 1 relaps, dan manifestasi ekstrahepatik seperti vaskulitis kutaneus atau arthritis.

Penatalaksanaan

Pasien dirawat bila ada dehidrasi berat dengan kesulitan masukan per oral, kadar SGOT-SGPT > 10 kali nilai normal, perubahan prilaku atau penurunan kesadaran akibat ensefalopati hepatitis fulminan 1 dan prolong atau relapsing hepatitis.

Tidak ada terapi medikamentosa khusus karena pasien dapat sembuh sendiri (self limiting disease). Pemeriksaan kadar SGOT-SGPT dan bilirubin terkonjugasi diulang pada minggu ke 2 untuk melihat proses penyembuhan dan bulan ke 3 untuk melihat kemungkinan prolonged atau relapsing hepatitis. 1 Pembatasan aktivitas fisik selama kadar SGOT SGPT masih >3 kali batas atas nilai normal.

You might also like