You are on page 1of 16

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM II UPAYA PROMOSI KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

OLEH: KELOMPOK 4 RIZA ALFINA DYAH WULANSARI WAWANDA MULYA WIDIYANING TIYAS JUWITA ISNAINI EMA KUSUMAWATI ERLITA ANGGRAENI (101211123043) (101211123045) (101211123047) (101211123049) (101211123051) (101211123053)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012

BAB I PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah. Salah satu tujuan pokok pembangunan kesehatan adalah peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan mengatasi sendiri masalah kesehatan sederhana terutama melalui upaya peningkatan, pencegahan dan penyembuhan. Kesehatan juga merupakan salah satu nikmat Allah yang harus kita syukuri, bagi seorang mukmin dan merupakan nikmat yang tak terhingga nilainya. Islam merupakan agama rahmat. Setiap ajarannya mengandung nilai-nilai yang universal dan transdental. Dalam Islam kesehatan mendapatkan perhatian yang begitu penting, karena dengan sehat manusia dapat beraktivitas. Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Sang Khalik-nya, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif, harmonis, jelas dan logis. Salah satu kelebihan Islam yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah perihal perspektif Islam dalam mengajarkan kesehatan bagi individu maupun masyarakat. Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia'' demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan menegakkan agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan laranganNya. Allah berfirman: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S Yunus: 57) Imam al-Syatibhi dalam kitabnya fi Ushul al-Ahkam, mengatakan bahwa tujuan kehadiran agama islam dalam rangka menjaga agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan. Setiap usaha dalam rangka memenuhi lima hal tersebut,

walaupun tidak disebutkan dalam Al-Quran dan As-sunah dapat dibenarkan dalam ajaran Islam Guna melaksanakan lima tujuan Islam tersebut, maka kesehatan memegang peranan penting. Tanpa adanya kondisi sehat dalam badan maka berbagai upaya untung memenuhi kewajiban pokok akan sulit dilaksanakan. Oleh karena itu Islam menekankan pentingnya kesehatan. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa kesehatan merupakan modal pokok dan utama dalam mencapai tujuan agama. Oleh karena itu Islam memberikan petunjuk yang jelas dan utuh, koperhensif dan integrated tentang cara-cara memelihara kesehatan bukan hanya ditekankan pada cara pengobatan dan pencegahan saja penyakit tetapi dengan cara promosi kesehatan.

BAB II TINJAUAN TEORI

Salah satu program kesehatan masyarakat adalah promosi kesehatan yang seharusnya merupakan kegiatan inti dari program lain, yaitu preventif, kuratif dan rehabilitatif. Karena semua program yang dijalankan Dinas Kesehatan harus disosialisasikan melalui promosi kesehatan. Pada bab ini akan dibahas mengenai upaya promosi kesehatan dalam perspektif Islam. Dalam kerangka takdir/ketetapan Allah, manusia diletakkan pada suatu proses, dalam keadaan sehat dan sakit, serta tahapan berikhtiar memberi makna bagi cobaan Allah dalam hidupnya. Dengan derajat yang berbeda-beda, semua orang memiliki pengertian tentang kesehatan bagi diri dan keluarganya. Namun sering kali pandangan masyarakat tentang kesehatan masih terlalu sempit dan terisolasi. Sebagian besar orang beranggapan, seseorang itu sehat bila ia berada dalam keadaan tidak sakit dan cacat secara fisik. Kesehatan dipandang sebagai sesuatu yang alami, akan menimpa setiap orang, sehingga tak perlu dipermasalahkan lagi. Orang baru sadar akan pentingnya kesehatan, bila suatu saat dirinya atau anggota keluarganya menderita sakit atau mendapat kecelakaan yang

menyebabkan cacat. Dengan kata lain, pengertian tentang kesehatan dipersempit sedemikian rupa, menjadi hanya upaya mencari pengobatan terhadap penyakit yang sedang diderita. Yang terjadi barulah kesadaran akan sakit dan berobat. Kesehatan juga diperlukan oleh banyak orang secara statis belaka. Jarang ada orang yang secara sadar berpikir untuk menciptakan dirinya sehat dan secara antisipatif menjauhkan diri dari penyakit. Kalau toh seseorang sadar akan hal itu, tidak semua orang bisa melakukannya secara baik. Upaya-upaya untuk menangkal timbulnya penyakit, atau melestarikan kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan pada saat seseorang merasa sehat, kurang diperhatikan. Kendatipun masyarakat menyadari, kesehatan amat penting untuk menunjang ikhtiar rnencapai taraf kehidupan dan keberagamaan yang baik. Dalam pandangan yang sempit dan terisolasi, banyak orang tidak mengkaitkan aspek kesehatan dengan berbagai aspek kehidupan yang lain.

Kadang-kadang hal itu hanya dikaitkan dengan aspek sosial ekonomi saja. Pemahaman agama Islam yang menyangkut kesehatan kurang diaplikasikan atau direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Maka terjadilah kesenjangan antara nilai ukhrawi dan duniawi. Sistem nilai ukhrowi yang diatur oleh agama di satu sisi, terpisah dengan sistem nilai duniawi. Suatu contoh sederhana, dalam promosi kesehatan mengenai kebersihan kurang atau tidak dikaitkan dengan anjuran agama tentang al-nandhafah (kebersihan jasmani, pakaian maupun lingkungan), walaupun ia sebenarnya telah memahaminya. Islam telah meletakkan bagi badan manusia, suatu tatanan syari'at khusus yang mengatur pemeliharaan badan jasmani dari penyakit, karena eratnya hubungan antara unsur rohani dan unsur jasmani. Dalam surat Al-Baqarah:247 Allah berfirman, "Sesunggahnya Allah telah memilih Thalut dan memberikan kepadanya dua kelebihan; keluasan ilmu dan kesempurnaan jasmani. Ini tentu saja tidak dapat meninggalkan aspek kesehatan. Ilmu Kesehatan di dalam Al-Quran dan Hadist Islam juga memperhatikan prinsip, memelihara kesehatan dan menangkal penyakit lebih baik daripada mengobati penyakit yang sudah menjangkiti tubuh. Dalam hal ini di dalam ajaran Islam ada lima pencegahan, yaitu: 1. Kebersihan (nadzafah) yang tercermin dalam wudlu', mandi, siwak (menggosok gigi), mencuci pakaian, memotong kuku dan rambut dan lain-lain. Untuk menunjukkan bahwa kesehatan merupakan hal utama dalam ajaran Islam, dapat dilakukan dengan meninjau dari banyaknya hal tersebut disebut atau dibahas, karena yang banyak disebut pasti penting.

Khususnya tentang kebersihan juga disebutkan dalam QS Al-Baqarah ayat 222 : Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.

Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. Aturan mengenai kebersihan cukup lengkap terdapat dalam Al-Quran, misalnya setiap berwudlu saat akan melakukan shalat. Al-Quran mewajibkan umat Islam mandi pada waktu tertentu, misal pada keadaan junub. Dalam berbagai hadist, nabi mengulas soal kebersihan sangat detail, baik kebersihan fisik, maupun lingkungan. Ia mengajarkan kepada umatnya, mulai memotong kuku, membersihkan ruas jari, mencabut bulu ketiak, bersiwak hingga bagaimana cara dia makan. Bahkan, untuk soal makan saja, nabi merincinya, karena nabi berkata pada istrinya, Wahai Aisyah menahan diri adalah obat, perut adalah sarang penyakit dan biasakan setiap anggota badan sesuai kemampuannya. Beberapa anjuran dalam soal makan dan supaya terhindar dari penyakit, misalnya melarang meniup makanan atau bernapas dalam gelas, tidak pernah tidur dengan tangan masih ada bekas makanan dan gigi ada bekas makanan, tidak makan kecuali setelah lapar dan berhenti makan sebelum kenyang, mengkonsumsi buah-buahan dan biji-bijian serta madu, berpuasa dan berolahraga. 2. Pelarangan makanan dan minuman yang tidak baik atau merusak kesehatan. Ini sudah ditegaskan dalam surat-surat berikut: Al-Baqarah:172-173 (Makanan yang halal dan yang haram) Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baikbaik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. Q.S Al-Baqarah 172 Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Q.S Al-Baqarah 173

Haram juga menurut ayat ini daging yang berasal dari sembelihan yang menyebut nama Allah tetapi disebut pula nama selain Allah. Al-Ma'idah:90 (Larangan meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib) Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Al-A'raaf : 31 Allah menegaskan, "Makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.". Batas kuantitas maupun batas kualitas dalam arti, keseimbangan antara kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang diperlukan bagi setiap insan, menurut kandungan zat dan mineral yang diperlukan untuk memelihara kesehatan. 3. Kesehatan umum Dalam hal ini Rasulullah bersabda dalarn sebuah hadits riwayat Imam Muslim, "Setiap penyakit itu ada obatnya, maka bila obat itu menyentuh penyakit, ia akan menjadi sembuh dengan izin Allah". Dalam Islam berlaku karantina demi kesehatan umum. Rasulullah bersabda pula dengan riwayat ashhab al-sunan, "Manakala di satu daerah wabah berjangkit, janganlah kalian masuk di dalamnya. Dan apabila berjangkit wabah di satu daerah di mana kalian sedang ada di situ, janganlah kalian keluar dari situ". Bahkan pencegahan penularan penyakit seperti itu juga berlaku bagi hewan selain manusia, sebagaimana sabda Rasulullah riwayat Bukhori dan Muslim, "Janganlah mendekat pemilik onta yang sakit pada pemilik onta yang sehat, agar penyakit itu tidak terjangkiti". 4. Olah raga (riyadlah) Hal ini tercermin dalam tingkah laku shalat, puasa dan larangan menggunakan tenaga fisik rnelampaui batas maksimal. Islam juga mengenal konsep yang ditentang kesehatan. Di dalamnya tercakup pengertian sihhah (kesehatan), ialah keadaan jasmani yang

memungkinkan seluruh faal tubuh manusia berjalan dengan baik dan normal. Di atas pengertian sihhah itu ada pengertian 'afiyah, ialah keadaan yang lebih utama dan luas dari sihhah, yang dampaknya menjangkau kebahagiaan manusia, di dunia dan akhirat kelak. Rasulullah dalam hal itu bersabda dengan riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim, "Tidaklah berbahaya kekayaan bagi orang yang bertaqwa. Dan kesehatan bagi orang yang bertaqwa adalah lebih baik daripada kekayaan". Dalam hadits lain riwayat An-Nasa'i beliau juga mengatakan, "Mohonlah ampunan dan 'afiyah kepada Allah, karena tak seorangpun diberi sesuatu oleh-Nya yang lebih baik setelah keyakinan (keimanan), kecuali mu'afah ('afiyah)." 5. Al-Quran mengatur kehidupan berkelamin manusia QS. Al-Israa ayat 32 : Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Contoh-contoh ayat di atas kesemuanya sesuai dengan pokok-pokok kesehatan dan kedokteran moderen. Apalagi zina yang saat ini ditengarai sebagai salah satu penyebar penyakit kelamin termasuk HIV/AIDS. Islam juga mengatur hubungan seksual yang sehat sebagai pencegahan dini terhadap penularan AIDS. Sebab-sebab penularan AIDS antara lain melalui hubungan seks. Islam mengklasifikasi hubungan seks dalam berbagai cara: a. Antara suami istri (yang secara legal sesuai dengan ketentuan lembaga pernikahan yang lazim). b. Antara lelaki lain perempuan, bukan suami-istri yang dilakukan secara syubhat. Misalnya seorang lelaki dalam keadaan tertentu menyetubuhi wanita yang diduga isterinya, ternyata bukan. c. Antara lelaki dan wanita di luar pernikahan, yang lazim disebut "kumpul kebo" mau pun perzinaan atau prostitusi bebas. d. Antara sesama lelaki yang sering disebut homoseks, dengan cara memasukkan kelamin lelaki ke dalam dubur sejenisnya, yang disebut

liwath mau pun memasukkannya antara dua pangkal paha sejenisnya, yang disebut mufakhodzah. e. Ada juga yang dilakukan antara sesama wanita lesbian, yang disebut musahaqoh. f. Bahkan hubungan seks untuk mencari nafsu kelezatan sering juga dilakukan tanpa hubungan dengan orang lain, tetapi dengan tangan sendiri atau alat lain (onani) yang disebut istimna'. g. Ada juga hubungan seks yang dilakukan seseorang dengan hewan, yang disebut ityanul bahimah. Hubungan seks yang dilakukan dengan cara di atas dalam Islam kiranya telah jelas dari sisi hukumnya. Bahkan untuk yang pertama para pelakunya mendapat pahala. Akan tetapi bila dilakukan lewat dubur, meskipun dengan isterinya sendiri, ada beberapa pendapat ulama yang berselisih. Imam Syafi'i dan Abu Hanifah mengharamkan berdasarkan sebuah hadits, "Maka janganlah kalian menyetubuhi istrimu lewat duburnya". Imam Malik berpendapat boleh, sama halnya pada qubulnya. Adapun hubungan seks antara sesama lelaki dengan cara liwath mau pun mufakhodzah, para ulama sepakat hukumnya haram, bahkan dianggap suatu perilaku yang sangat jijik, keji dan melebihi hewan. Hanya saja dalam menentukan sanksinya ada tiga pendapat. Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hanbal memberikan sanksi dibunuh, bagi pelaku mau pun lawannya. Dasar hukumnya adalah hadits riwayat Imam Khomsah kecuali Nasa'i, "Bila kalian menemukan seseorang mengerjakan pekerjaan kaum Luth (yaitu liwath), maka bunuhlah yang pelaku dan pelakunya". Golongan Syafi'iyah berpendapat, hukumannya sama dengan zina, berdasar hadits, "Apabila ada lelaki menyetubuhi sesama lelaki, maka keduanya adalah berbuat zina". Pendapat golongan Hanifah, bahwa hal itu tidak sama dengan zina. Sanksinya cukup dengan ta'zir. Hubungan seks antara sesama wanita yang disebut muzahaqah atau dengan hewan, para ulama sepakat pula keharamannya dan sepakat mengenai sanksinya, cukup dengan ta'zir. Sedangkan onani (istimna'), Imam Syafi'i berpendapat bahwa hukumnya haram. Imam Al-Ala' bin Ziyad berpendapat,

hal itu boleh. Sedangkan Ibnu Abbas mengatakan, hal itu lebih baik daripada zina. Pada dasarnya, para ulama yang berpendapat haram rnelakukan hubungan seks antara sesama lelaki atau sesama perempuan atau yang tidak lazim dan tidak wajar, bertolak dari firman Allah surat Al-Mu'minun, "Dan orang-Orang yang memelihara farjinya kecuali untuk isterinya atau budaknya, maka mereka tiada tercela. Barangsiapa melakukan di luar hal tersebut, maka mereka itulah orang-orang yang berdosa dan melampaui batas". Kebutuhan biologis manusia berupa kepuasan seksual, bagi Islam bukan sekedar watak manusiawi yang tanpa makna. Sebagai makhluk individu maupun sosial, manusia diciptakan Allah dilengkapi oleh dua kekuatan mendasar, yaitu kekuatan berfikir (quwwah nadhariyah) dan kekuatan fisik (quwwah 'amaliyah). Allah juga memberikan berbagai taklifat (tanggung jawab), agar manusia mampu meningkatkan kualitas dan kesempurnan hidupnya. Dalam hal ini, manusia bukan saja menghadapi tuntutan rasio berupa ilmu, atau tuntutan fisik berupa pemenuhan sandang, papan dan pangan. Ada juga tuntutan kesehatan jasmani dan rohani. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat menghindari pergaulan sesama. Ia punya kebebasan bergaul dan memasuki berbagai komunitas yang beragam latar belakangnya. Namun kebebasan itu tidak selamanya absolut. Tentu ada batas-batas tertentu yang secara normatif disetujui oleh masyarakat mau pun ajaran agama yang ia yakini kebenarannya. Tanpa batasan itu, ia akan kehilangan kesempurnaan dan kemuliannnya, karena ia akan terjebak pada kebejatan moral yang tidak mustahil merusak jasmani. Kebebasan yang dilakukan secara absolut, sering diterapkan orang pada kebebasan bergaul antara lelaki dan wanita. Memang pada komunitas tertentu, hal itu masih bernilai positif. Akan tetapi bila sudah meningkat pada kebebasan hubungan seksual, sadar atau tidak hal itu mengakibatkan perilaku yang abnormal, dari pandangan sosial mau pun agama. Akibat lebih jauh adalah timbulnya kerusakan moral dan kehormatan yang tidak jarang mengakibatkan kerusakan jasmani. Berjangkitnya penyakit kelamin seperti

AIDS, lahir dari kebabasan seksual, tanpa kontrol terhadap kebersihan lawan seks. Contoh Pokok-pokok Tuntunan Kesehatan dalam Al Quran dan Hadist Banyak sekali tuntunan agama mengenai kesehatan, baik dalam Al Quran dan Al Hadist maupun berdasarkan ijma dan qiyas. Beberapa hal pokok tuntunan yang berhubungan dengan promosi kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Personal hygiene and sanitation (kebersihan perorangan dan kesehatan lingkungan), yang meliputi kebersihan badan, tangan, gigi, kuku dan rambut. Ulama Fiqh telah menyimpulkan sebab-sebab yang mewajibkan mandi dalam Islam, yakni antara lain. a. Apabila seorang hendak memeluk agama Islam b. Hendak menunaikan shalat Jumat Mandi pada hari Jumat adalah wajib dan hendaklah jika mampu menggunakan siwak dan wangi-wangian. (Al Hadis). Apabila seseorang diantara kamu pergi shalat Jumat maka hendaklah mandi (Al Hadis). Hak bagi setiap muslim adalah mandi setiap seminggu sekali satu hari dengan membasuh semua kepala dan tubunhya (Al Hadis). c. Ihtilam (mimpi keluar mani) bagi laki-laki dan hadi bagi perempuan. Mengenai kebersihan tangan, beberapa hadis menjelaskan sebagai berikut: Potonglah kuku-kukumu, sesungguhnya setan itu duduk (bersembunyi) pada kuku yang panjang Bersihkanlah tanganmu, sebelum dan sesudah makan. Apabila kamu berangkat tidur, sedangkan pada tangannya terdapat sisa-sisa makanan, maka janganlah menyalahkan melainkan kepada dirinya sendiri. Apabila kamu berangkat tidur, maka berwudlulah sebagaimana kamu berwudlu hendak mendirikan shalat.

Barang siapa berwudlu kemudian membaguskan wudlunya, lalu mengunjungi mereka. d. Mengenai menjaga kebersihan mulut dan gigi, Nabi mengajarkan dalam hadisnya antara lain : Siwak adalah membersihkan mulut dan mendapatkan keridloaan Tuhan. Jika tidak memberatkan bagi umatku, tentu aku akan memerintahkan mereka bersiwak setiap hendak shalat. Aku enggan melihatmu ada di sisiku sedang gigimu kotor kekuning-kuningan. Gosoklah semoga Allah merahmatimu. e. Dalam kebersihan rambut, Nabi mengajarkan beberapa hal berikut : Barangsiapa memiliki rambut,maka hendaklah dimuliakannya. Bukankah ini lebih baik daripada datang kepada seseorang di antara kamu dengan rambut berdebu sebagai syaitan. f. Dalam menjaga kebersihan makanan Nabi bersabda sebagai berikut : Sandarkanlah sorbanmu, ingatlah asma Allah, tutuplah tempat makanmu dan ingatlah asma Allah. Tutuplah wadah makanan dan minumanmu, sesungguhnya saudaranya yang sakit, maka dijauhkanlah dari

dalam setahun ada satu malam yang di dalamnya turun wabah, tidak terlewatkan suatu tempat yang tidak ada tutup padanya, atau pada tempat air yang tidak ada tutup padanya kecuali wabah itu masuk ke dalamnya. Jauhilah olehmu debu, sesungguhnya pada debu terdapat penyakit. Sucinya tempat makanan di antara kamu, apabila dijilat anjing hendaknya dicuci (dibasuh) sebanyak tujuh kali sedang salah satu diantaranya dengan debu. Rasulullah melarang meminum pada satu tempat air minum yang besar, karena hal yang demikian akan menjijikan. Sesungguhnya Rasulullah melarang dari membusuknya (berbaunya) minuman dengan minum di bibirnya.

g. Tentang kebersihan air minum (sumber air minum), Rasulullah mengajarkan hal berikut : Takutlah kamu dengan tiga hal terkutuk, yaitu : berak pada saluran manusia. Janganlah kamu kencing pada tempat genangan air kemudian berwudlu di dalamnya, sesungguhnya daripadanya banyak menimbulkan masalah. Sesungguhnya nabi melarang kencing pada tempat air yang mengalir. h. Demikian juga dalam hal kebersihan lingkungan jalan, rumah, tata kota, saluran irigasi, sumur serta tebingnya, Nabi bersabada sebagai berikut : Sesugguhnya Allah itu baik, menyukai sesuatu yang baik, Allah itu bersih dan menyukai sesuatu yang bersih, Allah itu mulia dan menyukai kemuliaan, maka bersihkanlah halaman rumahmu dan lingkunganmu. Bersihkanlah rumah mereka. Meludah di atas tanah dalam masjid merupakan suatu kesalahan dan dendanya adalah menimbunnya. 2. Memerangai binatang melata, serangga dan hewan yang menularkan penyakit kepada orang lain. Oleh karena itu diperintahkan agar membunuh tikus, kalajengking dan musang serta membunuh serangga berbahaya seperti catak, kutu dan lalat serta makruh memelihara anjing di rumah, menajiskan air liurnya, diperintahkan membunuh anjing liar dan anjing gila. Sedangkan babi secara mutlak dimasukkan sebagai binatang yang haram dimakan. 3. Nutrition (kesehatan makanan) a. Islam berbicara makanan yang hendak dimakan selalu menekankan kepada makanan yang memiliki salah satu dari sifat halal dan thayyib. Rangkaian kedua sifat (halal dan thayyib) menunjukkan bahwa yang halaman rumahmu dan anganlah menyerupai air, pada tempat berteduh dan tempat berlalunya

kaum Yahudi yang suka mengumpulkan sampah di lingkungan

diperintahkan

untuk

dimakan

adalah yang memenuhi kedua syarat

tersebut. Thayyib yang sering dimaknai baik, dari segi bahasa berarti sesuatu yang telah mencapai puncak di bidangnya dan karena itu buah-buah sorga juga dinamakan thayyibah. Dalam ilmu kesehatan kata thayyib disejajarkan dengan kata bergizi. b. Menu makanan yang berfaedah terhadap kesehatan jasmani, seperti tumbuh-tumbuhan, daging binatang darat, daging binatang laut, segala sesuatu yang dihasilkan dari daging, madu, kurma, susu dan semua yang bergizi. c. Tata makanan. Islam melarang berlebih-lebihan dalam hal makan, makan bukan karena lapar hingga kekenyangan, diet ketika sakit, memerintahkan puasa agar usus dan perut besarnya dapat

bersistirahat dan tidak berbuka berlebih-lebihan atau melapaui batas. Bahkan ditemukan celaan kepada orang yang makan seperti binatang. d. Mengharamkan segala sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan,

seperti bangkai, darah dan daging babi. 4. Sex hygiene (kesehatan seks) Meliputi hal-hal yang berkaitan dengan seks, embrio dan

perkembangannya, pendidikan seks, cara memilih istri bahkan program pendidikan tentang hubungan seks yang aman. Juga mengenai kebersihan seks, seperti mandi setelah bersetubuh, istinja setelah kencing dan buang air besar, tidak menggauli isteri ketika haid, diharamkan zina, homo seksual atau onani. 5. Mental dan psychic hygiene (Kesehatan mental dan jasmani) Ajaran-ajaran untuk mencegah sebab terjadinya stres. Islam

mengajarkan percaya kepada Allah dan bersabar dalam menghadapi berbagai penyakit yang kritis, tidak putus asa, bunuh diri, kehilangan kepercanyaan atau dzalim. Islam melarang segala sesuatu yang merusak tatanan masyarakat seperti judi, riba dan yang menimbulkan keributan. Islam juga melarang semua benda yang dapat menghilangkan kesadaran dan melemahkan intuisi, seperti khamar, NAPZA dan lain-lainnya.

6. Olah raga Islam mendorong untuk memiliki ketrampilan dan olah raga seperti menunggang kuda, renang, memanah, gulat dan perlombaan

dengan segala macam oleh raga yang bermanfaat. 7. Occupational medicine (Kesehatan kerja) Jaminan untuk menjaga upah pekerja, petani atau pembantu rumah tangga, menjaga buruh dari hal-hal yang membahayakan dalam

bekerja, mengganti kerugian terhadap musibah (kecelakan) kerja, termasuk proses pengobatan, penyembuhan, tempat tinggal yang sehat, batas jam kerja, uang lembur pada setiap penambahan jam kerja dan memberikan upah sebelum kering keringatnya. 8. Geriatric (Kesehatan manula) Geriatri merupakan salah satu cabang Kedokteran Banyak ayat-ayat Al Quran dan sunnah ilmu kedokteran moderen. yang memerintahkan agar

Islam sebenarnya yang pertama kali mempromosikannya.

memelihara ayah, ibu, nenek dan orang-orang yang telah lanjut usianya atau yang seumur dengannya (jompo), menghormat kekurangan mereka, sabar terhadap mereka terlebih-lebih dalam keadaan sakit. Orang pertama yang menulis ini adalah Ibnu Sina dalam karnyanya Al Qanun dalam sub bab Thibul Musinin was Syuyukh (pemeliharaan orang-orang lanjut usia dan orang jompo). 9. Maternal and child health (Kesehatan ibu dan anak) Pemeliharaan kesehatan ibu secara umum, ibu yang sedang hamil atau yang sedang menyusui khususnya, tidak membebani dengan tugastugas yang di berat sebagaimana medan laga. laki-laki dan tidak memberi tugas

berperang

Islam menganggap bahwa menyusui anak

merupakan bagian dari perjuangan dan sama halnya dengan jihad kaum pria, sedangkan mati ketika sedang msa itu sama dengan orang yang syahid di medan pertempuran. Demi kesehatan anak dan untuk menjarangkan kelahiran, biasanya menyusui dilakukan sepanjang dua tahun penuh.

PUSTAKA

Aly, Abdullah; Shobron, Sudarno, 1997, Studi Islam 3, Serial Al Islam dan Kemuhammadiyahan, Lembaga Studi Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal: 147-179 Hasan Kasule, Omar, 2008, Kuliah Kedokteran Islam, FOKI, Yogyakarta. Hal: 243-245 Sudan, R.H., 1997, Al Quan dan Panduan Kesehatan Masyarakat, PT. Dana Bhakti Prima Yasa, Yogykarta. Hal: 10-22. Syauqi Al Fanjari, Ahmad, 1996, Nilai-Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam, Bumi Aksara, Jakarta. Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur'an tentang Kesehatan (Suplemen) dalam http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Kesehatan1.html . www.fadlie.web.id/bangfad/kesehatan-dalam-islam.html www.fentyadysti.blogspot.com/2011/10/promosi-kesehatan-dalamperspektif.html

You might also like