You are on page 1of 24

STEP 7 1. Pupil anisokor Yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar. Pupil dilatasi atau anisokor menandakan peningkatantekanan intracranial.

Pada perjalananya, pelebaran pupil akan mencapai maksimal dan reaksicahaya yang pada permulaan masih positif akan menjadi negatif. Terjadi pula kenaikan tekanandarah dan bradikardi. Pada tahap akhir, kesadaran menurun sampai koma yang dalam, pupilkontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan reaksicahaya lagi yang merupakan tanda kematian.Tenggang waktu antara kejadian trauma kapitis dan mulai timbulnya penurunan kesadaran disebut lucid interval. edua pupil yang berdilatasi penuh dengan rangsang cahaya yang negatif menujukkan keadaan yang disebut herniasi tentorial. !erniasi tentorial terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial dimana batang otak terdesak kearah caudal dan akhirnyaterperangkap oleh tentorium. 2. Battle Sign !ead injury "Trauma kepala# termasuk kejadian trauma pada kulit kepala, tengkorak atau otak. $atasan trauma kepala digunakan terutama untuk mengetahui trauma cranicerebral, termasuk &.'egera (.)alam *.rata+rata waktu * ( minggu gangguan setelah jam setelah setelah kesadaran. injury. injury injury. ematian akibat trauma kepala terjadi pada tiga waktu setelah injury yaitu %

Pada umumnya kematian terjadi setelah segera setelah injury dimana terjadi trauma langsung pada kepala, atau perdarahan yang hebat dan syok. ematian yang terjadi dalam beberapa jam setelah trauma disebabkan oleh kondisi klien yang memburuk secara progresif akibat perdarahan internal. Pencatatan segera tentang status neurologis dan intervensi surgical merupakan tindakan kritis guna pencegahan kematian pada phase ini. ematian yang terjadi * minggu atau lebih setelah injury disebabkan oleh berbagai kegagalan sistem tubuh

,aktor ( yang diperkirakan memberikan prognosa yang jelek adalah adanya intracranial hematoma, peningkatan usia klien, abnormal respon motorik, menghilangnya gerakan bola mata dan refleks pupil terhadap cahaya, hipotensi yang terjadi secara awal, hipoksemia dan hiperkapnea, peningkatan -.P. )iperkirakan terdapat * juta orang di /' mengalami trauma kepala pada setiap tahun. /ngka kematian di /' akibat trauma kepala sebanyak &0.*1&22.222 orang. Pada umumnya trauma kepala disebabkan oleh kecelakaan laluintas atau terjatuh. 3enis &. 4obekan Trauma kulit epala kelapa % kepala.

4obekan kulit kepala merupakan kondisi agak ringan dari trauma kepala. 5leh karena kulit kepala banyak mengandung pembuluh darah dengan kurang memiliki kemampuan konstriksi, sehingga banyak trauma kepala dengan perdarahan hebat. robekan (. untuk a.6aris b.'ederhana, c.Terbuka kepala ,raktur menggambarkan patahan remuk atau fraktur ini tulang tulang atau atau adalah omplikasi utama infeksi. tengkorak. tengkorak % tekanan. compound. tertutup.

,raktur tulang tengkoran tengkorak sering terjadi pada trauma kepala. $eberapa cara

,raktur yang terbuka atau tertutup bergantung pada keadaan robekan kulit atau sampai menembus kedalam lapisan otak. 3enis dan kehebatan fraktur tulang tengkorak bergantung pada kecepatan pukulan, moentum, trauma langsung atau tidak. Pada fraktur linear dimana fraktur terjadi pada dasar tengkorak biasanya berhubungan dengan .',. 4hinorrhea "keluarnya .', dari hidung# atau otorrhea ".', keluar dari mata#. /da dua metoda yang digunakan untuk menentukan keluarnya .', dari mata atau hidung, yaitu melakukan test glukosa pada cairan yang keluar yang biasanya positif. Tetapi bila cairan bercampur dengan darah ada kecenderungan akan positif karena darah juga mengadung gula. 7etoda kedua dilakukan yaitu cairan ditampung dan diperhatikan

gumpalan yang ada. $ila ada .', maka akan terlihat darah berada dibagian tengah dari cairan dan dibagian luarnya nampak berwarna kuning mengelilingi darah "!olo14ing 'ign#. omplikasi yang cenderung terjadi pada fraktur tengkorak adalah infeksi intracranial dan hematoma sebagai akibat adanya kerusakan menigen dan jaringan otak. /pabila terjadi fraktur frontal atau orbital dimana cairan .', disekitar periorbital "periorbital ecchymosis. ,raktur dasar tengkorak dapat meyebabkan ecchymosis pada tonjolan mastoid pada tulang temporal "$attle8s 'ign#, perdarahan konjunctiva atau edema periorbital. .ommotio serebral % .oncussion1commotio serebral adalah keadaan dimana berhentinya sementara fungsi otak, dengan atau tanpa kehilangan kesadaran, sehubungan dengan aliran darah keotak. ondisi ini biasanya tidak terjadi kerusakan dari struktur otak dan merupakan keadaan ringan oleh karena itu disebut 7inor !ead Trauma. eadaan phatofisiologi secara nyata tidak diketahui. )iyakini bahwa kehilangan kesadaran sebagai akibat saat adanya stres1tekanan1rangsang pada reticular activating system pada midbrain menyebabkan disfungsi elektrofisiologi sementara. 6angguan kesadaran terjadi hanya beberapa detik atau beberapa jam. Pada concussion yang berat akan terjadi kejang+kejang dan henti nafas, pucat, bradikardia, dan hipotensi yang mengikuti keadaan penurunan tingkat kesadaran. /mnesia segera akan terjadi. 7anifestasi lain yaitu nyeri kepala, mengantuk,bingung, pusing, dan gangguan penglihatan seperti diplopia atau kekaburan penglihatan. .ontusio serebral

.ontusio didefinisikan sebagai kerusakan dari jaringan otak. Terjadi perdarahan vena, kedua whitw matter dan gray matter mengalami kerusakan. Terjadi penurunan p!, dengan berkumpulnya asam laktat dan menurunnya konsumsi oksigen yang dapat menggangu fungsi sel. ontusio sering terjadi pada tulang tengkorak yang menonjol. 9dema serebral dapat terjadi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan -.P. 9dema serebral puncaknya dapat terjadi pada &( : (; jam setelah injury.

7anifestasi contusio bergantung pada lokasi luasnya kerusakan otak. /kan terjadi penurunan kesadaran. /pabila kondisi berangsur kembali, maka tingat kesadaranpun akan berangsur kembali tetapi akan memberikan gejala sisa, tetapi banyak juga yang mengalami kesadaran kembali seperti biasanya. )apat pula terjadi hemiparese. Peningkatan )iffuse -.P terjadi bila a<onal terjadi edema serebral. injury.

/dalah injury pada otak dimana akselerasi+deselerasi injury dengan kecepatan tinggi, biasanya berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor sehingga terjadi terputusnya a<on dalam white matter secara meluas. keadaan -njury persistent $atang ehilangan kesadaran berlangsung vegetative. 5tak lien dengan injury batang otak akan nafas. % hematoma. segera. Prognosis jelek, dan banyak klien meninggal dunia, dan bila hidup dengan

=alaupun perdarahan tidak dapat dideteksi, pembuluh darah pada sekitar midbrain akan mengalami perdarahan yang hebat pada midbrain. abnormal omplikasi 9pidural pola mengalami coma yang dalam, tidak ada reaksi pupil, gangguan respon okulomotorik, dan

'ebagai akibat perdarahan pada lapisan otak yang terdapat pada permukaan bagian dalam dari tengkorak. !ematoma epidural sebagai keadaan neurologis yang bersifat emergensi dan biasanya berhubungan dengan linear fracture yang memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. >enous epidural hematoma berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung perlahan+lahan. /rterial hematoma terjadi pada middle meningeal artery yang terletak di bawah tulang temporal. Perdarahan masuk kedalam ruang epidural. $ila terjadi perdarahan arteri maka hematoma akan cepat terjadi. 6ejalanya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, mual dan muntah. usia 'ubdural lebih lien diatas usia ?@ tahun dengan peningkatan -.P berisiko lebih tinggi meninggal dibanding mudah. !ematoma.

Terjadi perdarahan antara dura mater dan lapisan arachnoid pada lapisan meningen yang

membungkus otak. 'ubdural hematoma biasanya sebagai akibat adanya injury pada otak dan pada pembuluh darah. >ena yang mengalir pada permukaan otak masuk kedalam sinus sagital merupakan sumber terjadinya subdural hematoma. 5leh karena subdural hematoma berhubungan dengan kerusakan vena, sehingga hematoma terjadi secara perlahan+lahan. Tetapi bila disebabkan oleh kerusakan arteri maka kejadiannya secara cepat. 'ubdural hematoma dapat terjadi secara akut, subakut, atau kronik. 'etelah terjadi perdarahan vena, subdural hematoma nampak membesar. !ematoma menunjukkan tanda( dalam waktu ;A jam setelah injury. Tanda lain yaitu bila terjadi konpressi jaringan otak maka akan terjadi peningkatan -.P menyebabkan penurunan tingkat kesadaran dan nyeri kepala. Pupil dilatasi. 'ubakut biasanya terjadi dalam waktu ( : &; hari setelah injury. ronik subdural hematoma terjadi beberapa minggu atau bulan setelah injury. 'omnolence, confusio, lethargy, kehilangan memory merupakan masalah kesehatan yang berhubungan -ntracerebral dengan subdural hematoma. !ematoma.

Terjadinya pendarahan dalamn parenkim yang terjadi rata+rata &? B dari head injury. $iasanya terjadi pada lobus frontal dan temporal yang mengakibatkan ruptur pembuluh darah intraserebral pada saat terjadi injury. /kibat robekan intaserebral hematoma atau intrasebellar .ollaborative hematoma akan terjadi subarachnoid hemorrhage. .are.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memonitor hemodinamik dan mendeteksi edema serebral. Pemeriksaan gas darah guna mengetahui kondisi oksigen dan .5(. 5kdigen yang adekuat sangat diperlukan untuk mempertahankan metabolisma serebral. .5( sangat beepengaruh untuk mengakibatkan vasodilator yang dapat mengakibatkan edema serebral dan peningkatan -.P. 3umlah sel darah, glukosa serum dan elektrolit diperlukan untuk memonitor kemungkinan adanya infeksi atau kondisi yang berhubungan dengan lairan darah serebral dan metabolisma. .T 'can diperlukan untuk mendeteksi adanya contusio atau adanya diffuse a<onal injury. Pemeriksaan lain adalah 74-, 996, dan lumbal functie untuk mengkaji kemungkinan adanya perdarahan. 'ehubungan dengan contusio, klien perlu diobservasi & : ( jam di bagian emergensi.

ehilangan tingkat kesadaran terjadi lebih dari ( menit, harus tinggal rawat di rumah sakit untuk dilakukan observasi. lien yangmengalami )/- atau cuntusio sebaiknya tinggal rawat di rumah sakit dan dilakukan observasi ketat. 7onitor tekanan -.P, monitor terapi guna menurunkan edema otak dan mempertahankan perfusi otak. Pemberian kortikosteroid seperti hydrocortisone atau de<amethasone dapat diberikan untuk menurunkan inflamasi. Pemberian osmotik diuresis seperti mannitol digunakan untuk menurunkan edema serebral. lien dengan trauma kepala yang berat diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal dan mencegah kecacatan yang nmenetap. )apat juga diberikan infus, enteral atau parenteral feeding, pengaturan posisi dan 457 e<ercise untuk mensegah konraktur dan mempertahankan Perawat perlu mengenal mobilitas. tanda : tanda %

fraktur dasar tengkorak sulit dideteksi dengan foto rotgen kepala.

alau perawat tidak

mengetahui tanda : tanda tersebut pada saat melakukan pengkajian fisik tidak menutup kemungkinan terjadi kekurang hati : hatian sehingga data yang didapat tidak mencerminkan dari fraktur dasar tengkorak 5leh karena itu perawat perlu memahami tanda Tanda : : tanda tanda dari dari fraktur fraktur dasar dasar tengkorak tengkorak adalah . %

+ 5torrhea ++C atau keluarnya cairan otak melalui telinga menunjukan terjadi fraktur pada petrous pyramid yang merusak kanal auditory eksternal dan merobek membrane timpani mengakibatkan bocornya cairan otak atau darah terkumpul disamping membrane timpani "tidak merusak darah bocor masuk sinus ke jaringan robek# sigmoid. periorbital. + $attle 'ign "warna kehitaman di belakang telinga# % ,raktur meluas ke posterior dan + 4acoon atau pandabear% fraktur dasar tengkorak dari bagian anterior menyebabkan

'elain tanda diatas fraktur basal juga diindikasikan dengan tanda : tanda kerusakan saraf

cranial. + 'araf olfaktorius, fasial dan auditori yang lebih sering terganggu. /nosmia dan kehilangan dari rasa akibat trauma kepala terutama jatuh pada bagian belakang kepala. 'ebagian mengakibatkan besar anosmia diabetes bersifat permanen insipidus + ,raktur mendekati sella mungkin merobek bagian kelenjar pituitary hal ini dapat + ,raktur pada tulang sphenoid mungkin dapat menimbulkan laserasi saraf optic dan dapat menimbulkan kebutaan, pupil tidak bereaksi terhadap cahaya. .edera sebagian pada saraf optic dapat menimbulkan pasien mengalami penglihatan kabur . + erusakan pada saraf okulomotorius dapat dikarakteriskan dengan ptosis dan diplopia + erusakan pada saraf optalmic dan trigeminus yang diakibatkan fraktur dasar tengkorak menyebrang ke bagian tengah fossa cranial atau cabang saraf ekstrakranial dapat mengakibatkan + mati rasa atau Paresthesia erusakan pada saraf fasial dapat diakibatkan karena fraktur tranversal melalui tulang

petrous dapat mengakibatkan facial palsy segera ,sedangkan jika fraktur longitudinal dari tulang petrous dapat menimbulkan fasial palsy tertunda dalam beberapa hari. + erusakan saraf delapan atau auditorius disebabkan oleh fraktur petrous mengakibatkan hilang pendengaran atau vertigo postural dan nystagmus segera setelah trauma. + ,raktur dasar melalui tulang sphenoid dapat mengakibatkan laserasi pada arteri karotis internal atau cabang dari intracavernous dalam hitungan jam atau hari akan didapat e<opthalmus berkembang karena darah arteri masuk kes sinus dan bagian superior mengembung dan bagian inferior menjadi kosong dapat mengakibatkan nyeri + 3ika fraktur menimbulkan ke bagian meningen atau jika fraktur melalui dinding sinus paranasal dapat mengakibatkan bakteri masuk kedalam cranial cavity dan mengakibatkan meningitis dan pembentukan abses, dan cairan otak bocor kedalam sinus dan keluar melalui hidung atau disebut rinorhea. Dntuk menguji bahwa cairan yang keluar dari hidung merupakan cairan otak dapat menggunakan glukotest dm "karena mucus tidak mengandung glukosa#. Dntuk mencegah terjadinya meningitis pasien propilaksis diberikan atau prosedur :dapat menimbulakn pneumocranium antibiotik. + Penimbunan udara pada ruang cranial "aerocele# sering terjadi pada fraktur tengkorak

3. Tatalaksana cedera kepala sedang dan berat I. Anamnesis :

!ampir selalu ditemukan riwayat trauma oleh karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja atau trauma lainnya. Pada orang tua dengan kecelakaan yang terjadi di rumah perlu dipikirkan kemungkinan gangguan pembuluh darah otak (stroke) karena keluarga kadang+kadang tak mengetahui pasti urutan kejadiannya, apakah jatuh kemudian tidak sadar atau kehilangan kesadaran lebih dahulu sebelum jatuh. /namnesis yang lebih terperinci meliputi sifat kecelakaan atau sebab+sebab trauma untuk estimasi berat ringannya benturan, saat terjadi beberapa jam1hari sebelum dibawa ke rumah sakit, ada tidaknya benturan kepala langsung dan keadaan penderita saat kecelakaan misalnya kejang, kelemahan motorik, gangguan bicara dan perubahan kesadaran sampai saat diperiksa serta adanya nyeri kepala, mual muntah. $ila si pasien dapat diajak berbicara, tanyakan urutan peristiwa sejak sebelum terjadinya kecelakaan, sampai saat tiba di rumah sakit untuk mengetahui kemungkinan adanya amnesia retrograd. 7untah dapat disebabkan oleh tingginya tekanan intrakranial. Pasien tidak selalu dalam keadaan pingsan "hilang1turun kesadarannya#, tapi dapat kelihatan bingung1disorientasi "kesadaran berubah#. 4iwayat Penyakit 'ebelumya% perlu dianamnesis lebih jauh tentang riwayat penyakit sebelum cedera kepala. Pengkajian eperawatan

Pengkajian keperawatan di instalasi gawat darurat mengunakan pendekatan survei primer dengan menilai jalan napas, pernapasan dan sirkulasi kemudian segera melakukan tindakan life saving. II. Penemuan linis

esan Dmum % Pasien bisa compos mentis atau terdapat penurunan kesadaran sampai dengan koma "kriteria kesadaran /lert >erbal Pain Dnresponsiveness #

'urvei primer dilakukan menilai ada tidaknya gangguan jalan napas dan stabilisasi servikal, pernapasan dan sirkulasi kemudian segera melakukan tindakan resusitasi jika diperlukan. 'urvei sekunder dilakukan pemeriksaan lengkap mulai ujung kepala sampai ujung kaki melakukan anamnesis lengkap dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik lengkap meliputi%&# tanda vital, (# tingkat kesadaran dengan Glasgow Coma Scale atau Pediatric Coma Scale, *# ada tidaknya cedera luar yang terlihat% cedera pada kulit kepala, perdarahan hidung ataupun telinga, hematom periorbital dan retroaurikuler, ;# tanda+ tanda neurologis fokal seperti ukuran pupil dan reaksi cahaya, gerakan mata, pola aktivitas motorik dan fungsi batang otak, @# reflek tendon, ?# fungsi sensorik dan serebeler perlu diperiksa jika pasien sadar. riteria )iagnosis .edera kepala ringan ". 4 dengan 6.' &*+&@#E .edera kepala sedang ". ' dengan 6.' 0+ &(#E .edera kepala berat ". $ dengan 6.' FG A#. )iagnosis morfologi% fraktur cranium, perdarahan 9)!E ')!E -.!, lesi intrakranial difus komosio ringanE komosio klasikE diffuse axonal injury. III. Pemeriksaan Penun!ang &. (. 4ontgen foto tengkorak * posisi% menilai ada tidaknya fraktur .T 'can kepala% menilai ada tidaknya perdarahan, edema serebri dan kelainan morfologi lain "bila memungkinkan# *. I". #iagnosis &. (. *. 7asalah /ktif .edera kepala ringan .edera kepala sedang )arah rutin dan pemeriksaan lain sesuai indikasi

;. @.

.edera kepala berat 'uspek fraktur basis craniii1frakturHH.

)iagnosis erja 9pidural hematom, subdural hematom, perdarahan subarakhnoid, perdarahan intracranial atau hematoma jaringan lunak )iagnosis $anding 'troke, tumor otak )iagnosis eperawatan &. (. $ersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuskuler "penurunan kesadaran# Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi1hiperventilasi1disfungsi neuromuskuler "penurunan kesadaran#1cedera spinal. *. ;. 4isiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral% trauma kepala Iyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik

". Standar Pengelolaan 'tandar Terapi Penatalaksanaan cedera kepala secara umum dengan memperbaiki jalan napas (airway), pernapasan (breathing) dan sirkulasi pasien, mencegah tidak sampai terjadi hipoventilasi dan hipovolemia yang dapat menyebabkan secondary brain damage.

PE$ATA%A SA$AA$ &E#E'A

EPA%A 'I$(A$ )(&S 13*1+,

&. 5bservasi atau dirawat di rumah sakit bila .T 'can tidak ada atau hasil .T 'can abnormal, semua cedera tembus, riwayat hilang kesadaran, sakit kepala sedang:berat, pasien dengan intoksikasi alkohol1obat+obatan, fraktur tengkorak, rinorea+otorea, cedera penyerta yang bermakna, tidak ada keluarga yang di rumah, tidak mungkin kembali ke rumah sakit dengan segera, dan adanya amnesia. $ila tidak memenuhi kriteria rawat maka pasien dipulangkan dengan diberikan pengertian kemungkinan kembali ke rumah sakit bila dijumpai tanda+tanda perburukan. (. 5bservasi tanda vital serta pemeriksaan neurologis secara periodik setiap J+ ( jam. *. Pemeriksaan .T 'can kepala sangat ideal pada penderita . 4 kecuali memang sama sekali asimtomatik dan pemeriksaan neurologis normal. PE$ATA%A SA$AA$ &E#E'A EPA%A SE#A$( )(&S -.12,

&. )irawat di rumah sakit untuk observasi, pemeriksaan neurologis secara periodik. (. $ila kondisi membaik, pasien dipulangkan dan kontrol kembali, bila kondisi memburuk dilakukan .T 'can ulang dan penatalaksanaan sesuai protokol cedera kepala berat. PE$ATA%A SA$AA$ &E#E'A EPA%A BE'AT )(&S /0 1,

&. Pastikan jalan nafas korban clear "pasang 9T#, berikan oksigenasi &22B dan jangan banyak memanipulasi gerakan leher sebelum cedera cervical dapat disingkirkan. (. $erikan cairan secukupnya "ringer laktat1ringer asetat# untuk resusitasi korban agar tetap normovolemia, atasi hipotensi yang terjadi dan berikan transfusi darah jika !b kurang dari &2 gr1dl. *. Periksa tanda vital, adanya cedera sistemik di bagian anggota tubuh lain, 6.' dan pemeriksaan batang otak secara periodik. ;. $erikan manitol iv dengan dosis & gr1kg$$ diberikan secepat mungkin pada penderita dengan ancaman herniasi dan peningkatan T- yang mencolok. @. $erikan anti edema cerebri% kortikosteroid deksametason 2,@ mg *K&, furosemide diuretik & mg1kg $$ tiap ?+&( jam bila ada edema cerebri, berikan anti perdarahan.

?. $erikan obat+obatan neurotonik sebagai obat lini kedua, berikan anti kejang jika penderita kejang, berikan antibiotik dosis tinggi pada cedera kepala terbuka, rhinorea, otorea. L. $erikan antagonis !( simetidin, ranitidin iv untuk mencegah perdarahan gastrointestinal. A. oreksi asidodis laktat dengan natrium bikarbonat.

0. 5perasi cito pada perkembangan ke arah indikasi operasi. &2. ,isioterapi dan rehabilitasi. 'tandar Tindakan $ila perlu dilakukan pembedahan "craniotomy#, bila terjadi kegawatan dilakukan resusitasi sesuai '5P resusitasi jantung paru. &. 'tandar 9dukasi dan 4ehabilitasi (. 9dukasi% &. Terangkan hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan (. )ipuasakan dulu bila perlu. 'tandar /suhan eperawatan &. $ersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuskuler "penurunan kesadaran# 'etelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai kondisi pasien "maksimal dua jam# seperti berikut, maka bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria hasil suara nafas bersih atau tidak ada suara tambahan. I-. % 'uction jalan nafas Pastikan kebutuhan suction mulut1trakea, auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suksion, informasikan pada klien dan keluarga tentang suksion, berikan oksigen dengan menggunakan

nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal, lakukan suction, monitor status oksigen pasien, hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi oksigen. I-. % 7anajemen jalan nafas $uka jalan nafas gunakan teknik manuver chin lift atau jaw thrust bila perlu, posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan, pasang mayo bila perlu, berikan bronkodilator bila perlu, monitor saturasi oksigen. &. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi1hiperventilasi1disfungsi neuromuskuler "penurunan kesadaran#1cedera spinal. 'etelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai kondisi pasien "maksimal ( jam#, pola nafas efektif dengan kriteria hasil% frekuensi nafas dalam batas normal, kedalaman inspirasi dan ekspansi paru simetris, tidak tampak adanya penggunaan otot pernafasan tambahan, tidak tampak adanya retraksi dinding dada, tidak tampak adanya nafas melalui mulut. I-. % Terapi 5ksigen /tur peralatan oksigenasi, monitor aliran oksigen, pertahankan posisi pasien, berikan oksigen sesuai dengan yang diresepkan, observasi adanya. tanda tanda hipoventilasi1hiperventilasi. I-. % 7onitor Tanda+tanda >ital 7onitor tekanan darah, nadi, suhu, dan frekuensi nafas, catat adanya fluktuasi tekanan darah, monitor pola pemapasan abnormal, monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit, monitor sianosis perifer, monitor adanya cushing triad "tekanan nadi melebar, bradikardi, peningkatan sistolik#. &. 4isiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral% trauma kepala 'etelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai keadaan pasien maksimal dua jam, perfusi jaringan serebral efektif dengan kriteria hasil% tingkat kesadaran membaik, tidak ada tanda+tanda peningkatan T- "edema papil, muntah proyektil#

I-. % Cerebral Perfussion Promotion olaborasi dengan dokter untuk menentukan parameter hemodinamik yang diperlukan, pertahankan posisi kepala pasien lebih tinggi &@ derajat, hindari aktivitas secara tiba+tiba, pertahankan serum glukosa pada rentang normal, monitor tanda+tanda perdarahan, monitor status neurologi &. Iyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik 'etelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan kondisi pasien maksimal ( jam, nyeri teratasi dengan criteria hasil % mampu mengontrol nyeri, mampu mengenali nyeri "skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri# I-. % 7anajemen Iyeri Makukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi, observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan, kurangi faktor presipitasi nyeri, kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.

2.

(ambaran

pemeriksaan

'adiologi

asus trauma terbanyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, disamping kecelakaan industri, kecelakaan olahraga, jatuh dari ketinggian maupun akibat kekerasan.Trauma kepala didefinisikan sebagai trauma non degeneratif : non konginetal yang terjadi akibat ruda paksa mekanis eksteral yang menyebabkan kepala mengalami gangguan kognitif, fisik dan psikososial baik 5sborn, sementara atau (22*#. permanen. Trauma kepala dapat menyebabkan kematian 1 kelumpuhan pada usia dini "/nne 6 Pasien dengan trauma kepala memerlukan penegakkan diagnosa sedini mungkin agar tindakan terapi dapat segera dilakukan untuk menghasilkan prognosa yang tepat, akurat dan sistematis. " 6eijertstam, (22;#. )alam suatu penelitian menunjukkan bahwa

tindakan operasi pada trauma kepala berat dalam rentang waktu F ; jam pertama setelah kejadian, dapat menyelamatkan N ?2 : L2 B. $ila C ; jam tingkat kematian melebihi sekitar 02 B." Tony nigts, (22* #. !al ini dapat dapat dilakukan setelah adanya penegakan diagnosa trauma kepala dengan pemeriksaan klinis awal yang ditunjang dengan diagnosa imajing " khususnya .T './I epala #. .T './I sangat mutlak pada kasus Pemeriksaan trauma kepala untuk menentukan adanya kelainan intracranial terutama pada cedera kepala berat " 'evere, glasgow coma score F A " Iormal &@ #.

$ebera indikasi perlunya tindakan pemeriksaan .T './I pada kasus trauma adalah % a. O O O O O O O /danya cedera di area clavicula ke superior. b. O O O O 6.' 7enurut " 6lasgow : Dmur /danya 7untah The .oma dugaan .ranadian 'core muntah C # F " &@ 1 C ?@ open .T setelah ( ( depressed kali !ead jam % kejadian. fracture. #. tahun. Dmur /danya /mnesia lebih intoksikasi ?2 7enurut Iew 'akit 5rland % kepala. 7untah. tahun. alcohol. retrograde. ejang.

O $ukti fisik adanya fraktur di basal skull. Tujuan utama dari pemeriksaan imajing pada kasus trauma kepala adalah unutuk menentukan adanya cedera intracranial yang membahayakan keselamatan jiwa pasien bila tidak segera dilakukan tindakan secepatnya".yto#. Pada saat sekarang .T './I telah menjadi modalitas utama dalam menunjang diagnosa trauma kepala terutama pada kasus cyto yang sebelumnya sulit terdeteksi pada

foto ,oto Town atau 5ccipitomental " plain foto skull #. Pada kasus trauma kepala pada umumnya pasiennya merupakan pasien yang tidak sadar atau tidak koorperatif, dengan kondisi yang demikian sulit untuk mendapatkan posisi scaning ideal yang kita inginkan, sedangkan bila dilakukan tindakan anestesi sering dihadapkan pada resiko yang harus dihadapi. )engan demikian 4adiografer dipaksa untuk melakukan berbagai cara untuk mengatasinya dalam melakukan pemeriksaan .T './I mulai dari persiapan pasien, prosedur, posisi, protokol, post prosesing dan pencetakan film. Prosedur diperhatikan O O posisi O Pastikan -dentitas pasien pernah pada melepas proteksi kasus alat pemeriksaan oleh di .T './I radiografer ruangan pasien trauma fiksasi radiasi ada secara dengan leher " collar luka bila epala pada trauma kepala % kit. lengkap. terbuka telah #.

Pada pemeriksaan .T 'can kepala tidak persiapan khusus. !al+hal yang harus adalah emergency

O Dniversal precaution " minimal unsteril glove pada saat memindahkan dan mengatur O Pastikan tidak ada benda+benda yang menyebabkan artefact pada gambar. 3angan terpasang. #. O $ila pasien anak+anak sebaiknya ada anggota keluarga yang mendampingi dengan memperhatikan $erikan apron O Makukan fiksasi kepala pasien dan organ lainnya secara ma<imal. Protokol P P P P P P " "Post ,ossa % % 5rientasi 5rbita Topogram /<ial base % line .T pasien 7eatal lateral diambil /ngle (+@mm /< + 11 /< % pararel dari dari garis './I !ead terhadap base skull inferoorbital disesuaikan. 57M# + k>% &;2+*02 11 m/s 57M first, scan ke floor ke epala supine plane verte< 9/7.

P /lternatif pilihan irisan "(1&2 mm,*1&2 mm, @1&2 mm, @1@ mm, L1L mm #. $rain &2mm

k>%

&(2+*?2

m/s

P Makukan scan ulang pada slice tertentu bila diperlukan " irisan dapat dirubah #. 6ambaran .T './I epala Tanda+tanda vital yang diperhatikan oleh radiografer dalam post prosesing adalah % P ,ocal hyper 1 hypodens. " Dkurlah area tersebut dengan automatic volume dapat dihitung secara kasar dengan mengukur Panjang < Mebar < tebal " slice awal : akhir tampaknya lesi # dibagi (. P 7id line shift, tanda adanya mass effect. " $ila dijumpai ukurlah dengan membuat garis membagi ( hemispher cerebrum dan garis shift pada ujung anterior septum pellucidum#. P /tur == dan =M "$one % = G N &@22 , M G N (22 , $rain % = G N A2, M G N *@, 'ubdural P P Ddara 1 di intermediate calvarium " batas " % sulci = 1 G N gyri #. (22, cortical M G tidak N @2 fraktur jelas #. #. #. menunjukkan kemungkinan adanya

5edem

P Pergerakan pada pasien " bila diperlukan sebaiknya harus di scan ulang pada slice tertentu P Print dengan scout 1 refrensi image " &@ : (2 # dalam & lembar, sebaiknya disertakan dengan kondisi tulang terutama bila jelas :jelas ada fraktur. Peranan .T './I 'tudy pada Iama -ndikasi &.hari )ilakukan .T './I % . $, non peranan kasus pemeriksaan trauma Pasien susp. ,raktur .T kepala E basis name cranii. './I %

epala sehingga diperoleh gambaran .T './I+nya %

,raktur os temporal kanan, kedudukan baik. 9<tracranial tampak soft tissue swelling di puncak parietal kiri. Tampak perdarahan contusio di temporal kanan dan perdarahan subarachnoid di sulcus sylvii kanan, tidak menyebabkan midline shift. Tampak perdarahan epidural kecil " ; < &0 mm < & slice # di temporal kiri. Tidak tampak lesi

hipo1hiperdens yang mencurigakan infark 1 s.o.l. )ifferensiasi white dan gray matter baik, tidak tampak shift dari midline strukutur. 'usunanventrikel di tengah, simetris dan sedikit menyempit. Perifer sulci, sulcus syvii dan basal cisterna menyempit. .erebellum dan esan batang otak % baik.

O ,raktur os. Temporal kanan, kedudukan baik disertai perdarahan mastoid kiri dan sinus sphenoid kanan. Perdarahan contusio di temporal di temporal lobe kanan, perdarahan subarachnoid di sulcus sylvii kanan dan perdarahan epidural kecil di temporal kiri, tidak menyebabkan midline shift. .erebellum dan batang otak baik.

)ilakukan .T './I

epala setelah dikonsulkan dengan dr. 'pesialis $edah 'araf

dengan klinis contusio cerebri, sehingga diperoleh gambaran .T 'can+nya % 7asih tampak perdarahan di mastoid kiri dan sinus sphenoid kanan. Perdarahan contusio di temporal lobe kanan sedikit bertambah ke parietal bawah, sudah tampak perifocal oedema menyebabkan midline shift * mm ke kiri. Perdarahan subarchnoid di sulcus sylvii kanan sulit dinilai karena perdarahan contusio dan udem. Perdarahan epidural kecil di temporal kiri tidak bertambah. Tidak tampak lesi hipodens1hiperdens yang mencurigakan infark1 s.o.l. )ifferensi white di tengah, simetris dan sedikit menyempit. Perifer sulci, sulcus sylvii dan basal cisterna menyempit. .erebellum dan batang esan otak % baik.

Perdarahan contusio di temporal lobe kanan sedikit bertambah ke parietal bawah disertai

perifocal oedem menyebabbkan midline shift ke kiri * mm. Perdarahan epidural kecil di kiri tidak bertambah besar. .erebellum dan batang otak baik.

)ilakukan .T 'can kepala setelah selesai operasi, sehingga diperoleh gambaran .T 'can+nya sbb % )efect tulang temporoparietal kanan post craniotomy. 7asih tampak sedikit sisa perdarahan di temporal lobe kanan dengan perofocal udem sampai ke lateral basal ganglia kanan, tampak sedikit herniasi melalui defect tulang. Mesi infark kecil+kecil di ukleus lentiformis kanan. 7encurigakan perdarahan epidural kecil di temporal kiri. )ifferensiasi white dan gray matter baik, tidak tampak shift dari midline struktur. 'usunanventrikel di tengah, simetris dan tidak melebar 1 menyempit. Perifer sulci,sulcus 'yvii dan basal cisterna tidak melebar 1 menyempit. .erebellum dan batang otak baik. esan % Post craniotomy, tampak defect os temporal kanan dengan sedikit sisa perdarahan di temporo lobe kanan dengan dan perofocal udem sampai ke lateral basal ganglia kanan, tampak sedikit herniasi melalui defect tulang. Mesi infark kecil+kecil dinukleus lenfiformis kanan. 'uspect perdarahan epidural kecil di temporal kiri. Tidak tampak

midline

shift.

.erebellum

dan

batang

otak

baik.

)ilakukan .T './I nya

epala ketika control ke sp.$', sehingga diperoleh gambaran .T 'can+ sbb %

)efect tulang parietal kanan post craniotomy.Tidak tampak lagi perdarahan sinus sphenoid. Parenkim otak baik, tidak tampak lesi hipo1hyperdens yang mencurigakan infark1 s.o.l 1perdarahan. )ifferensiasi white dan gray matter baik, tidak tampak midline struktur. 'usunan ventrikel di tengah, simetris dan basal cisternatidakmelbar1menyempit. .erebellum dan batang otak esan baik. %

Post craniotomy, tampak defect os parietal kanan. Parenkim otak baik, tidak tampak tanda+tanda infark1s.o.l 1 perdarahan. Tidak tampak tanda+tanda cerebral atrofi 1 cerebral udem. .erebellum dan batang otak baik.

3ika diperhatikan pada pemeriksaan tersebut dapat diperoleh gambaran .T './I pada trauma kepala &. ,raktur O O O (. )epressed )iastatic pada Minear "adanya fracture 9pidural " trauma intrakranial ,raktur kepala non displacement fraktur yang !ematoma dari dapat terdiri dari fragment sutura "9)!# % #. #. displacement. melibatkan yaitu a.l %

C 7erupakan kumpulan massa darah akibat robeknya middle meningeal arteri antara skull dan duramater di regio temporal, yang sangat kuat hubungannya dengan fraktur linear. )apat juga terjadi akibat robeknya vena Q tipikalnya, terjadi di region posterior fosa atau dekat daerah occipital lobe.

6ambaran /kut *. membrane terjadi yang dura. akibat C !yperdens, 'ub " kepala

pada 'ub /kut C

.T -sodens, " space#. dengan antara bentuk cerebral ronis

% C !yperdens #

Tampak sebagai bentuk $- .5I>9R Q adanya pemisahan jaringan otak dengan skull. dural !ematoma subdural berbenturan vena robeknya '$! $iasanya tak corte< bergerak Q vena

CCC7erupakan kumpulan perdarahan vena yang berlokasi antara duramater Q arachnoid

menyebabkan

6ambaran

pada

.T

Tampak sebagai bentuk $DM/I '/$-T mengikuti kontur dari cranium bagian dalam. Perdarahan ;.'ub akut C hyperdens, arachnoid sub akut C isodens, !emmorage kronis C hypodens. "'/!#

CCC Terjadi karena keluarnya darah ke sub arachnoid space, umumnya basal cisterna Q jalur cerebral spinal fluid, penyebab utama '/! C Trauma, dapat juga karena rupturnya saccular "berry# 6ambaran aneurysm hyperdens 1 Q perdarahan arteriovenous akut yang ada malformation di subarachnid "/>7#. space.

esimpulan P Peranan .T './I sebagai salah satu modalitas imajing pada kasus trauma kepala sangat diperlukan O O O adanya O O )apat )apat menghitung mengetahui adanya kelaianan perdarahan "'ubdural,9pidural,'ub O -nfark akut, oedema intracranial arachnoid cerebri, cerebral hemmorage# contusion. Mebih fraktur karena Pemeriksaan Tidak informatif mengetahui dalam adanya fragmentnya pada memiliki yang kelebihan singkat merupakan mengidentifikasi tulang+ perdarahan 1 tulang e<trakranial a.l dan % mudah. invasif. melokalisir kepala. dan volumenya. intrakranial1

P .T './I juga sangat bermanfaat untuk memantau perkembangan pasien mulai dari awal

trauma, post trauma, akan operasi , post operasi serta perawatan pasca operasi sehingga perkembangan pasien senantiasa dapat dipantau.

You might also like