You are on page 1of 18

Brain Death Ahmed Haykal Hilman 10.2008.160 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wa ana !l.

Ar"una Utara #o.6 !akarta 11$10 %mail & airmatri'200()yahoo. om

*%#DAHU+UA#
Sebelum sekitar tahun 1950, definisi atas kematian cukup jelas, yakni saat detak jantung dan pernapasan berhenti terjadi.Namun kemudian berbagai teknik ditemukan untuk mempertahankan detak jantung dan pernapasan walaupun pasien telah mati, sehingga muncul persepsi baru. Kematian didefinisikan sebagai hilangnya fungsi tak dan bukan fungsi jantung dan paru. !lmuwan, pemuka agama, pekerja kesehatan, bahkan masyarakat umum secara luas telah menyetujui bahwa sese rang dapat dikatakan meninggal apabila terjadi kematian kriteria neur l gis. "ikarenakan kemajuan dari teknik life supp rt, sangat mungkin pasien yang fatal atau dengan penyakit yang tidak kunjung sembuh, jantung masi bisa berdenyut dengan peng batan dan dengan bantuan alat napas yaitu $entilat r. %ujuan life supp rt terhadap brain death adalah memelihara fungsi tubuh. &enurut hukum 'S dan praktek medis, brain death terjadi jika tidak ada fungsi dari tak secara keseluruhan. (atang tak adalah bagian dari tak yang berfungsi sebagai pusat pernapasan dan mengatur fungsi tubuh yang penting. Ketika tak termasuk batang tak tidak berfungsi, pasien benar)benar mati atas dasar medis. tak. "i #merika Serikat, kematian dapat ditentukan berdasarkan

,-,
Anamnesis
#namnesis adalah pengambilan data yang dilakukan leh se rang d kter dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan pen l ng pasien. (erbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar) dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bert lak dari masalah yang dikeluhkan leh pasien. *ada kasus kematian batang tak kita perlu mengetahui beberapa tentang penyakit pasien dg all anamnesis dikarenakan keadaan pasien yang k ma , yg perlu kita tanyakan atau kita ketahaui adalah + a. !dentitas *asien b. ,iwayat *enyakit Sekarang c. ,iwayat *enyakit "ahulu d. ,iwayat *emakaian -bat e. ,iwayat *enyakit Keluarga

*emeriksaan Fisik
*emeriksaan fisik meliputi+ %anda $ital + suhu badan, jalan napas, jenis pernapasannya, dan sirkulasi .tekanan darah, denyut nadi, aritmia/ Kepala + tanda trauma, hemat m di kulit kepala, hemat m di sekitar mata, perdarahan telinga dan hidung. 0eher + pemeriksaan leher hendakya dilakukan dengan hati)hati, tidak dilakukan jika diduga ada fraktur tulang ser$ikal. 1 %h raks, abd men, dan ekstremitas + tanda)tanda trauma, def rmitas atau bekas

suntikan. Sensorium (kesadaran) %ingkat kesadaran dibagi menjadi beberapa yaitu+


#ormal

: kompos mentis

-omnolen : Keadaan mengantuk. Tingkat kesadaran ini ditandai oleh mudahnya pasien dibangungkan, mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri.

-o.or /stu.or0 : Kantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, namun kesadarannya segera menurun lagi. Ia masih dapat mengikuti suruhan yang singkat dan masih terlihat gerakan spontan. Dengan rangsang nyeri pasien tidak dapat dibangunkan sempurna. Reaksi terhadap perintah tidak konsisten dan samar. Tidak dapat diperoleh jawaban verbal dari pasien. menangkis rangsang nyeri masih baik. erak motorik untuk

Koma rin1an : Pada keadaan ini tidak ada respons terhadap rangsang verbal. Re!leks pupil masih baik. erakan terutama timbul sebagai respons terhadap rangsang nyeri. Pasien tidak dapat dibangunkan.

Koma dalam : Tidak ada gerakan spontan. Tidak ada jawaban sama sekali terhadap rangsang nyeri yang bagaimanapun kuatnya.

*emeriksaan #eurolo1is
Refleks pupil #da dua macam refleks pupil +

,esp n cahaya langsung

*akailah senter kecil, arahkan sinar dari samping .sehingga pasien tidak memf kus pada cahaya dan tidak berak m dasi/ ke arah salah satu pupil untuk melihat reaksinya 2

terhadap cahaya.!nspeksi kedua pupil dan ulangi pr sedur ini pada sisi lainnya. *ada keadaan n rmal pupil yang disinari akan mengecil.

,esp n cahaya k nsensual

3ika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya mengecil dengan ukuran yang sama. Refleks Kornea ,efleks k rnea + (erkurangnya frekuensi dan hilangnya refle4 berkedip sp ntan, kemudian hilangnya refleks berkedip terhadap resp n sentuhan bulumata, dan akhirnya kurangnya resp n untuk sentuhan k rnea adalah tanda yang paling dapat diandalkan pada k ma yang dalam. 5ajahnya yang menyeringai saat diberikan rangsang nyeri dapat diuji dengan memberikan tekanan dalam dengan byek tumpul pada dasar kuku, tekanan pada daerah supra rbita. 6ang harus diperhatikan dalam pemeriksaan ini adalah adanya trauma fasial yang berat sehingga dapat mengganggu interpretasi refleks batang tak.

Refleks Okulosefalik Pemeriksaan Dolls Eyes "apat timbul dengan secara cepat membel kkan atau menengadahkan kepala. ,esp ns yang intak terjadi pergerakan b la mata berlawanan dari arah pemutaran kepala. (ila refleks ini tidak terjadi menunjukkan disfungsi dari bilateral hemisfer serebri dan gangguan integritas dari struktur batang tak, yang sering terlihat pada k ma. Refleks Vestibular Pemeriksaan dengan tes kalori (ila telinga kiri didinginkan .diberi air dingin/ timbul nistagmus kekanan. (ila telinga kiri dipanaskan .diberi air panas/ timbul nistagmus kekiri. Nistagmus ini disebut sesuai dengan fasenya yaitu + fase cepat dan fase pelan, misalnya nistagmus kekiri berarti fase cepat kekiri. (ila ada gangguan keseimbangan maka perubahan temperatur dingin dan panas memberikan reaksi.

Refleks faring dan trakhea ,efleks tersedak dan batuk hilang pada pasien dengan brain death. ,efleks tersedak dapat die$aluasi melalui stimulasi didaerah faring p steri r dengan spatula lidah, namun hasil sulit die$aluasi pada pasien yang diintubasi. ,efleks batuk dapat diperiksa dengan menggunkan 8%% sucti n. Skala Koma lasgo!

'ntuk mengikuti perkembangan tingkat kesadaran dapat digunakan skala k ma 9lasg w yang memperhatikan tanggapan .resp n/ penderita terhadap rangsang dan memberikan nilai pada resp n tersebut. %anggapan:resp n penderita yang perlu diperhatikan adalah +

"pnea *ada uji apnea, harus diperhatikan beberapa k ndisi sebelum dilakukannya pengujian. *erubahan yang penting pada tanda $ital .misalnya hip tensi yang menc l k, aritmia kardia berat/ yang ditemukan pada pemeriksaan apnea dapat berkaitan dengan kurangnya pengamatan terhadap k ndisi)k ndisi yang dilakukan sebelum pengujian, walaupun perubahan tersebut dapat terjadi secara sp ntan karena asid sis yang meningkat. Sehingga, persyaratan)persyaratan berikut ini harus diperhatikan+
". suhu inti lebih dari atau sama dengan 2;,5- < .7,5- < lebih tinggi dari suhu yang

menjadi persyaratan diagn sis klinis kematian tak yakni 21- </ 5

#. tekanan darah sist lik yang lebih tinggi atau sama dengan 90 mm =g, $. eu$ lemia .atau lebih baik apabila balans cairan p sitif selama ; jam sebelumnya/ %. eukapnea .atau apabila *<-1 arteri lebih dari atau sama dengan 70 mm =g/ &. n rm ksemia .atau apabila *-1 arteri lebih dari atau sama dengan 100 mm =g/.

%es untuk henti napas+ *a<-1 lebih tinggi dari ;0 mm=g, peningkatan lebih dari 10 mm=g dari batas dasar. 1. *re ksigenasi dengan 100> selama 10 menit 1. (eri 5 > <01 selama 5 menit berikutnya untuk menjamin *a< 1 awal 52 kpa .70 t rr/ 2. 0epaskan pasien dari $entilat r. !nsuflasikan trakea dengan 100> -1+ ; 1:menit melalui kateter intratrakhea lewat karina. 7. 0epas dari $entilat r selama 10 menit. 3ika mungkin periksa *a< 1 akhir. %es ulang perlu dilakukan untuk mencegah kesalahan pengamatan dan perubahan tanda) tanda inter$al waktu berkisar dari 15 menit sampai 17 jam, bergantung pada rumah sakit atau rek mendasi yang dianut. Penun#ang $ #da beberapa jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam membantu menegakan diagn sis kematian tak, yakni + 'erebral angiography (ngiogram dilakukan dengan suntikan medium beriodin ke dalam salur darah )erebral anterior dan salur darah )erebral posterior. Dalam mati otak, medium beriodin tersebut tidak disebarkan ke seluruh otak. Radionu)lide s)anning Teknik ini semakin banyak digunakan sebagai alternati! terhadap ujian )erebral angiography untuk ujian per!usi salur darah )erebral. *untikan serum albumin yang dilabelkan dengan ++mT),-.P(/ diberi, diikuti dengan penggambaran menggunakan kamera gamma. Dalam mati otak, tiada penyebaran ++mT), -.P(/ ke otak. ; .agneti) Resonan)e Imaging 0.RI1

.RI membantu memastikan struktur otak yang mengalami kerusakan. 2alau bagaimanapun, )ara ini masih belum digunakan se)ara meluas dalam diagnosis kematian otak. 3lektroen)ephalography 033 1 4eberapa elektrod dipasang pada kulit kepala dan gelombang yang terhasil diperhatikan.

elombang 33

yang berbentuk mendatar,

menunjukkan tidak ada arus elektrik yang terhasil. 'erebral 4lood 5low 0'451: tidak ada aliran darah otak yang ditunjukkan dengan pemindai radionuklida 0radionu)lide s)anning1 atau angiogra!i serebral % pembuluh darah intrakranial, dan klinis tidak ada !ungsi otak selama minimal 6 jam.

Workin1 Dia1nosis
%rain Death $ Kematian batang tak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh fungsi tak, termasuk fungsi batang tak, secara ire$ersibel. %iga tanda utama manifestasi kematian batang tak adalah k ma dalam, hilangnya seluruh refleks batang tak, dan apnea. Se rang pasien yang telah ditetapkan mengalami kematian batang tak berarti secara klinis dan legal)f rmal telah meninggal dunia. =al ini seperti dituangkan dalam pernyataan !"! tentang mati, yaitu dalam Surat Keputusan *( !"! N .22;:*( !"!:a.7 tertanggal 15 &aret 19?? yang disusulkan dengan Surat Keputusan *( !"! N .121:*(.#.7:0@:90. "alam fatwa tersebut dinyatakan bahwa se rang dikatakan mati, bila fungsi pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible, atau terbukti telah terjadi kematian batang tak. Aungsi)fungsi batang tak dianggap tidak ada jika tidak terdapat reaksi pupil terhadap cahaya, tidak terdapat refleks k rnea, vertibulo-ocular, r faringeal atau trakea. %idak ada resp n deserebrasi terhadap stimulus n ksius dan tidak ada pernapasan sp ntan. 'ntuk kepentingan dalam praktek, apnea abs lut dikatakan terjadi pada pasien, @

jika pasien tersebut tidak melakukan usaha untuk men lak penggunaan alat respirasi setidaknya selama 15 menit. Sebagai tes akhir, pasien dapat dilepaskan dari respirat r lebih lama .beberapa menit/ untuk memastikan bahwa *<- 1 arteri meningkat di atas ambang untuk merangsang pernapasan sp ntan. 3ika hasil pemeriksaan memperlihatkan bahwa semua fungsi tak hilang, maka pemeriksaan harus diulang dalam waktu ; jam untuk memastikan bahwa keadaan pasien bersifat ire$ersibel. 3ika riwayat dan pengamatan k mprehensif yang sesuai terhadap pr sedur penggunaan bat) batan tidak ada, maka bser$asi selama peri de @1 jam mungkin dibutuhkan untuk memper leh re$ersibilitas walaupun jarang terjadi dalam praktek, studi perfusi serebral menunjukkan terhentinya sirkulasi intrakranial secara sempurna menyebabkan terjadinya kematian tak. Kematian tak telah ditunjukkan melalui salah satu dari studi diagn stik berikut+
". #ngi gram serebral .injeksi larutan k ntras ke dalam arteri leher untuk melihat

arteri di tak pada film B)ray/, menunjukkan tidak ada penetrasi larutan ke dalam arteri tak.
#. Scan aliran darah serebral .scan kepala setelah injeksi substansi radi aktif yang

aman secara intra$ena/ memperlihatkan tidak ada aliran darah di tak.


$. "ua kali 889 .elektr ensefal gram atau uji gel mbang

tak/ pada inter$al 17

jam menunjukkan tidak ada akti$itas listrik dari is elektrik.

tak, mis. 889 datar atau

Kriteria %rain Death Sehubungan dengan dibutuhkannya k nsep kematian tak, maupun met de terstruktur suatu diagn sis, beragam kriteria telah diterbitkan. (eberapa diantaranya+ Kriteria &ar'ard

Kunci perkembangan diagn sis kematian diagn sis tersebut adalah+

tak diterbitkan CKriteria =ar$ardD, kunci

". %idak bereaksi terhadap stimulus n ksius yang intensif .unresp nsi$e c ma/. #. =ilangnya kemampuan bernapas sp ntan. $. =ilangnya refleks batang tak dan spinal. %. =ilangnya akti$itas p stural seperti deserebrasi. &. 889 datar.

=ip termia dan pemakaian depresan seperti barbiturat harus disingkirkan. Kemudian, temuan klinis dan 889 harus tetap saat e$aluasi sekurang)kurangnya 17 jam kemudian. Kriteria (innesota *engalaman klinis dengan menggunakan kriteria Harvard yang disarankan mungkin sangat terbatas. =al ini menyebabkan & handes dan <h u mengusulkan CKriteria &innes taD untuk kematian tak. 6ang dihilangkan dari kriteria ini adalah tidak dimasukkannya refleks spinalis dan akti$itas 889 .elektr ensefal graf dan masih dipandang sebagai sebuah pilihan pemeriksaan untuk k nfirmasi/, elemen kunci kriteria &innes ta adalah

1. =ilangnya respirasi sp ntan setelah masa 7 menit pemeriksaan. 1. =ilangnya refleks tak yang ditandai dengan+ pupil dilatasi, hilangnya refleks batuk, refleks k rnea dan sili spinalis, hilangnya d llEs eye m $ement, hilangnya resp n terhadap stimulus kal ri dan hilangnya refleks t nus leher. 2. Status penderita tidak berubah sekurang)kurangnya dalam 11 jam, dan 7. *r ses pat l gis yang berperan dan dianggap tidak dapat diperbaiki ."imancescu, 1001/. *ertimbangan utama dalam mendiagn sis kematian tak adalah sebagai berikut+ 1/ =ilangnya fungsi serebral, 9

1/ hilangnya fungsi batang tak termasuk respirasi sp ntan, dan 2/ bersifat ire$ersibel.

Di22erential Dia1nosis
Persistent Vegetati'e State (PVS) $ %erdapat perbedaan antara kematian batang tak dan *FS , dimana dapat terjadi setelah cedera luas ke tak. -rang dengan *FS akan menunjukkan keadaan terjada .mata mereka terbuka, sebagai c nt h/ tapi tidak meresp n sekitarnya. Namun, perbedaan penting dari *FS dan kematian batang tajk adalah pasien dengan *FS tetap mempunyai fungsi tak yang n rmal, meskipun +
a. (eberapa jenis ketidaksadaran dapat muncul pada pasien *FS b. Se rang pasien *FS masih dapat bernafas tanpa bantuan

Se rang pasien *FS mempunyai sedikit kesempatan untuk pulih karena fungai utama dari jaringan tak biasanya tidak berpengaruh, sedangkan pasien dengan kematian batang tak tidak memiliki kesempatan untuk pulih karena tubuh tidak dapat hidup tanpa bantuan alat. "idiagn sis berdasarkan beberapa kriteria seperti+ %idak ada sebarang tanda yang menunjukkan pesakit sedar terhadap diri sendiri dan alam pesekitaran serta tidak dapat berinteraksi dengan rang lain. %idak ada sebarang pergerakan yang memberikan resp n terhadap rangsangan pandangan, pendengaran atau rasa. #danya kitar bangun dan tidur .Sleep)5ake <ycle/. %idak dapat mengawal pundi kencing. *angkal tak masih berfungsi dengan baikG b leh menghasilkan degupan jantung dan pernafasan secara sp ntan. 9erakan refleks berfungsi dengan baik

10

)o*ked+in Syndrome $ 0 cked)in syndr me adalah suatu keadaan yang terjadi de) ferentasi m t rik supranuklear tertentu .p ns/ yang mengakibatkan paralise ke empat angg ta gerak dan saraf kranial bawah, tanpa gangguan kesadaran. *alalisa m t rik $ lunter ini yang menghambat pasien untuk berk munikasi dengan kata)kata atau gerakan tubuh .seperti terkunci di dalam atau l cked)in/. (iasanya, tetapi tidak selalu, kelainan anat mis yang menyebabkan keadaan ini adalah lesi)lesi batang tak yang tidak melibatkan gerakan b la mata $ertikal dan refleks kedip,sehingga memungkinkan awareness penderita beresp ns terhadap rangsangan eksternal maupun internal. Sebagai penyebab penyakit antara lain+ klusi arteri basiler, mielin lisis pr tein sentral, tum r p ns, cedera kepala, Neur (echetHs disease, p lineur pati pasca infeksi, kecanduan her in, ensefalitis pasca $aksinasi, abses p ns,cardiac arrest, multiple scler sis, perdarahan p ns, emb lisme udara, int ksikasi bat) bat penenang min r.

%tiolo1i
Kematian tak merupakan suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat dari terhentinya aliran darah serebral sebgai hasil dari hilangnya fungsi tak secara gl bal sementara itu untuk mempertahankan pernapasan digunakan alat dan dilakukan p mpa jantung terus. Kerusakan tak jenis ini merupakan sama dengan kematian. 'ntuk mendiagn sis kematian tak, maka diperlukan beberapa elemen penting, berupa +

". Kerusakan batang k rteks yang luas, yang ditunjukan dengan keadaan k ma yang

dalam .pasien tidak resp nsif terhadap semua jenis rangsangan yang diberikan/
#. Kerusakan menyeluruh batang

tak, yang ditunjukan dengan pupil yang tidak

bereaksi terhadap cahaya dan hilangnya refleks kul $estibular dan k rnea
$. Kerusakan medulla yang disebabkan leh apnea k mplet

Kematian batang

tak dapat terjadi saat suplai darah dan

ksigen ke

tak

dihentikan. =al ini dapat terjadi karena+

11

a. <ardiac arrest I ini terjadi saarjantung berhenti berdetak dan

tak kekuarngan

ksigen
b. =eart attack, kegawatdaruratan medis yang serius dapat terjadi saat suplai darah

ke jantung tiba)tiba dibl ck


). Str ke, kegawatdaruratan medis yang serius terjadi saat gangguan suplai darah ke

tak
d. *embekuan darah, terjadi sumbatan

pada salah satu pembuluh darah

yang

mengganggu dan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh.11 Kematian batang tak dapat juga terjadi sebagai hasil dari +
a. <edera tak yang berat b. !nfeksi. Seperti ensefalitis .infeksi $irus dari tak/ ). %um r

tak .pertumbuhan sel abn rmal yang multiple, tidak dapat dik ntr l

dalam tak/.

*ato2isiolo1i

*at fisi l gi penting terjadinya kematian tak adalah peningkatan hebat tekanan intrakranial .%!K/ yang disebabkan perdarahan atau edema tak. 3ika %!K meningkat mendekati tekanan darah arterial, kemudian tekanan perfusi serebral .%*S/ mendekati n l, maka perfusi serebral akan terhenti dan kematian tak terjadi.#liran darah n rmal yang melalui jaringan tak pada rang dewasa rata)rata sekitar 50 sampai ;0 mililiter per 100 gram tak per menit. 'ntuk seluruh tak, yang kira)kira beratnya 1100 I 1700 gram terdapat @00 sampai ?70 ml:menit. *enghentian aliran darah ke tak secara t tal akan menyebabkan hilangnya kesadaran dalam waktu 5 sampai 10 detik. =al ini dapat terjadi karena tidak ada pengiriman ksigen ke sel)sel tak yang kemudian langsung menghentikan sebagian metab lismenya. #liran darah ke tak yang terhenti untuk tiga menit dapat menimbulkan perubahan)perubahan yang bersifat irre$ersibel. Sedikitnya 11

terdapat tiga fakt r metab lik yang memberi pengaruh kuat terhadap pengaturan aliran darah serebral. Ketiga fakt r tersebut adalah k nsentrasi karb n di ksida, k nsentrasi i n hidr gen dan k nsentrasi ksigen. *eningkatan k nsentrasi karb n di ksida maupun i n hidr gen akan meningkatkan aliran darah serebral, sedangkan penurunan k nsentrasi ksigen akan meningkatkan aliran. 3ika jumlah darah yang mengalir ke dalam tak regi nal tersumbat secara parsial, maka daerah yang bersangkutan langsung menderita karena kekurangan ksigen. "aerah tersebut dinamakan daerah iskemik. "i wilayah itu didapati+ 1/ tekanan perfusi yang rendah, 1/ *1 turun, 2/ <1 dan asam laktat tertimbun. #ut regulasi dan kel la

$as m t r dalam daerah tersebut bekerja sama untuk menanggulangi keadaan iskemik itu dengan mengadakan $as dilatasi maksimal. *ada umumnya, hanya pada perbatasan daerah iskemik saja bisa dihasilkan $as dilatasi k lateral, sehingga daerah perbatasan tersebut dapat diselamatkan dari kematian. %etapi pusat dari daerah iskemik tersebut tidak dapat teratasi leh mekanisme aut regulasi dan kel la $as m t r. "i situ akan berkembang pr ses degenerasi yang ire$ersibel. Semua pembuluh darah dibagian pusat daerah iskemik itu kehilangan t nus, sehinga berada dalam keadaan $as paralisis. Keadaan ini masih bisa diperbaiki, leh karena sel)sel t t p l s pembuluh darah bisa bertahan dalam keadaan an ksik yang cukup lama. %etapi sel)sel saraf daerah iskemik itu tidak bisa tahan lama. *embengkakan sel dengan pembengkakan serabut saraf dan selubung mielinnya .udem serebri/ merupakan reaksi degeneratif dini. Kemudian disusul dengan diapedesis erit sit dan leuk sit. #khirnya sel)sel saraf akan musnah. 6ang pertama adalah gambaran yang sesuai dengan keadaan iskemik dan yang terakhir adalah gambaran infark.

*enatalaksanaan
%atalaksana gawat darurat pertama pada pasien tidak sadar adalah pr teksi fungsi pernapasan dan sirkulasi dengan teknik penunjang hidup yang standar. 12 #irway+ jalan napas, hilangkan bstruksi, gunakan pipa r faring atau end trakea

.8%%/ jika perlu. (reathing+ pernapasan, berikan ksigen, lakukan $entilasi jika gerak pernapasan tidak adekuat. <irculati n+ sirkulasi, cek nadi dan tekanan darah, pasang akses intra$ena, dan berikan pengganti darah yang hilang.11 %idurkan pasien dengan p sisi dekubitus lateral dengan leher sedikit ekstensi jika tidak ada k ntraindikasi seperti fraktur ser$ikal dan tekanan intrakranial meningkat. * sisi trendelenburg .jika tidak ada k ntraindikasi seperti tekanan intrakranial yang meningkat/ baik sekali untuk mengeluarkan cairan trake br nkial, pastikan jalan napas lapang, keluarkan gigi palsu jika ada, lakukan sucti n di daerah nas faring jika diduga ada cairan. *ertimbangkan intubasi end trakeal pada keadaan+ jalan napas kurang adekuat .lendir, darah, tidak ada refleks batuk, dan muntah/, pertukaran gas tidak baik misalnya saturasi -1J90>, p la napas yang tidak efisien. ,esusitasi cairan bila tekanan darah sist lik J90 mm=g, termasuk pemeberian $as pres r *asang m nit r jantung jika tersedia , bersamaan dengan melakukan 8K9. *asang nas gastric tube, keluarkan isi cairan lambung untuk mencegah aspirasi. (erikan tiamin 100 mg !F, berikan dekstr sa 50 > 50 ml !F .setelah pemberian tiamin/ 3ika diduga adanya $erd sis pium: m rfin berikan nal ks n 0,7)1 mg !F .dapat diulang 1)2 menit jika belum beresp n/

*ro1nosis
<heck list untuk diagn se klinis dari brain death menurut &edical <enter f *ittsburgh 'ni$ersity dalam menerbitkan sertifikasi kematian + 17

%idak adanya c f unding fact rs+ %ekanan darah sist lik K 90 mm=g tanpa $as perfusi perifer adekuat. Suhu tubuh K 21 derajat < dibawah 21 < 889 bisa is elektris. %anpa bat mendepressi <NS .anestetik,nark tik,sedatif,alk h l/. Kadar sedatif tidak K subterapetik, kadar alk h l tak KL 100 mg>. (ila curiga lakukan test t ksik l gi. %ak menggunakan pelemas membuat apn e atau gerakan.)/. %idak ada uremia, mening bila ensefal pati, ada harus hepat diambil ensefal pati 889 untuk t t, bisa press r dan

atau metab ilik ensefal pati menentukan brain death.

%idak adanya fungsi serebral dan batang tak %ak ada refle4 batang tak termasuk test apn e. %ak ada resp nsi$ity dan resepti$ity dari serebral. %ak resp ns terhadap stimulus nyeri .penekanan supra rbital/. %ak ada gerakan t t sp ntan, deserebrate rigidity atau

dec rticasi atau kejang. %ak ada refle4 cahaya pupil.fi4ed paling penting, takperlu

dilatasi atau eMual/ %ak ada refle4 k rnea .kelemahan facial sebelumnya bisa

bikin refle4 k rnea negatif/. %idak ada reflek batuk dan menelan .tak resp ns terhadap

stimulus jalan nafas atas dan bawah/ dengan menyed t faring atau trakea, $ia pipa trakeal.. test n.$agus dan gl ss pharyngeal/. %ak ada refle4 kul sefalik dengan memutar kepala arah

kesisi k ntralateral tidak ada gerakan b la mata, tak b leh dilakukan pada fractur cer$ical. %ak ada refle4 kul $estibular .meninggikan kepala 20

derajat, lakukan irigasi 50 cc air es kedalam saluran telinga luar tidak 15

ada gerakan labirinth/

b la

mata

b neka.

.test

%idak ada peningkatan denyut jantung kalaupun ada tak lebih dari lima kali permenit sesudah 5 menit diberikan 0,07 mg:kg atr pin i$. Sebagai tes fungsi n $agus dimana atr pin sebagai $ag litik. "icatat denyut jantung sebelum dan sesudah test atr pin. #pn e pada saat *a<-1 K ;0 mm=g merupakan stimulus paling kuat untuk merangsang pusat nafas minimal 20 detik. "icatat *a<-1 dan *a-1 pada akhir test apn e.

*%#U3U*

"alam kasus mati batang tak, maka dibutuhkan penanganan cepat dan merupakan suatu kegawatdaruratan medis. Kematian tak kebanyakan diakibatkan leh cedera kepala berat dan perdarahan intrakranial. Kriteria untuk kematian waktu. Kematian ire$ersibel, termasuk batang tak sendiri bere$ lusi seiring tak secara tak didefinisikan sebagai hilangnya semua fungsi

tak. %erdapat tiga tanda penting yang menyatakan

sese rang mengalami kematian tak yakni k ma, hilangnya refleks batang tak, dan 1;

apnea. "alam pendiagn saan kematian batang tak, harus ditemukan k ndisi cedera tak berat yang k nsisten dengan pr ses terjadinya kematian tak, tidak bernafas secara sp ntan, dan hasil yang negatif pada pemeriksaan refleks)refleks batang tak.

DAF3A4 *U-3AKA
". %h mas & 5alshe. %he diagn sis f brain death. N 8ngl 3 &ed 1001 #pr 19 $ l

277. 1115)11.
#. "ewant 9. *anduan praktis diagn sis dan tata laksana penyakit saraf. 3akarta+

89<,1009. h.1)5
$. !sselbacher. =arris n prinsip)prinsip ilmu penyakit dalam.<etakan !. 3akarta+

89<, 1999. h 1@@)9


%. 3usuf =&. 8tika ked kteran dan hukum kesehatan. 8disi 7. 3akarta+ 89<, 100?. h

1@2 1@

5. 5ils n 0&. Sistem saraf dalam *at fisi l gi k nsep klinis pr ses)pr ses penyakit edisi kedua. 3akarta+ 89<G1997. hal.901. ;. &ardj n &, Sidharta *. Neur l gi klinis dasar. 3akarta+ "ian ,akyatG 100?.hal.1?0. @. 0aNar N&, Shemie S, 5ebster 9<, "ickens (&. (i ethics f r clinicians+ 17. (rain death O nlineP 1001 &ar 10, Ocited 100@ #pr 20PG #$ailable fr m ',0+ http+::www.cmaj:ca:cgi:c ntent:full:1;7:;:?22 ?. "imancescu &". (rain death O nlineP 1001 "ec 12, Ocited 100@ #pr 20PG #$ailable fr m ',0+ http+::www.c marec $ery. rg:artman:publish:(rain"eath.shtml 9. Satyanegara. !lmu bedah saraf satyanegara. 8disi 7. 3akarta+ *% 9ramedia *ustaka 'tama, 1010.h 1?1)1 10. *erhimpunan " kter Spesialis *enyakit "alam !nd nesia. (uku #jar ilmu penyakit dalam jilid 1. 8disi ke)5. 3akarta+ !nterna *ublishing, 1009. h.105)9. 11. 9-F. Kematian tak. 20 &aret 1011. "iunduh *ada + 9 http+::www.nhs.uk:c nditi ns:brain)death:*ages:!ntr ducti n.asp4. N $ember 1012. 11. 9insberg 0. 0ecture n tes neur l gi. 8dis ?. 3akarta+ 8rlangga, 100@. h ?)10.

1?

You might also like