Professional Documents
Culture Documents
auzankasyfuambara@gmail.com
1. Pendahuluan Kemajuan teknologi menjadi salah satu faktor pendukung perkembangan keilmuan hidrografi. Berkat kemajuan teknologi kegiatan-kegiatan yang bersifat manual dapat dilakukan secara otomatis. Salah satu contohnya adalah kegiatan pemeruman, dulunya kegiatan pemeruman dilakukan dengan alat mekanik seperti tongkat penduga, tali kedalaman, dan beberapa alat lainnya, saat ini dengan adanya alat seperti echosounder pemeruman dapat dilakukan secara otomatis efektif dan efisien baik dari segi waktu, akurasi, jumlah data (interval pengambilan), dan lain-lain. Kemajuan teknologi memungkinkan data untuk keperluan hidrografi yang dulunya bersifat diskrit sekarang dapat diperoleh data yang bersifat kontinu. Penggunaan teknologi baru dalam kegiatan hidrografi membutuhkan pekerjaan tambahan untuk dapat menghasilkan data yang akurat dan presisi. Pekerjaan tambahan ini umumnya merupakan kegiatan manipulasi data (koreksi, reduksi, filtering, dll), untuk dapat melakukan manipulasi data maka dibutuhkan data pendukung lainnya. Data pendukung ini umumnya berupa data fisis lautan yang secara khusus dikaji oleh keilmuan oseanografi fisik, disinilah letak peran keilmuan oseanografi fisik dalam kegiatan hidrografi. Oseanografi fisik adalah keilmuan yang mempelajari unsur-unsur fisika lautan seperti hidrodinamika (pasut, arus, dan gelombang), parameter fisik air laut (salinitas, suhu, tekanan, warna, panas dan kecepatan suara), dan parameter kualitas air laut (konsentrasi nutrient, polutan dan lain-lain). Nantinya pada tugas ini akan dijelaskan mengenai peran peran parameter fisis oseanografi tersebut dalam kegiatan hidrografi. 2. Kegiatan Hidrografi Saat ini cakupan kegiatan keilmuan hidrografi tidak hanya sekedar untuk keperluan keselamatan pelayaran, militer dan perdagangan, adapun cakupan kegiatan keilmuan hidrografi saat ini adalah: Penentuan posisi teliti Pengukuran kedalaman kontinu Pendeteksian dan pengklasifikasian dasar dan sub-dasar laut. Pengamatan pasut, arus, gelombang, parameter fisis air dan parameter kualitas air Keperluan keamanan pelayaran Inspeksi bangunan diatas dan dibawah permukaan air laut Pengamatan wilayah pesisir dan morfodinamikanya Investigasi wilayah pesisir dan parameter sosio-ekonomi lautan.
3. Peran Parameter Fisis Oseanografi dalam Kegiatan Hidrografi Pada dasarnya hampir sebagian besar kegiatan hidrografi membutuhkan data-data parameter fisis oseanografi untuk menhasilkan data yang teliti dan presisi. Berikut dijelaskan beberapa peran oseanografi fisis dalam kegiatan hidrografi. 3.1 Pengukuran Kedalaman Kontinu Saat ini data-data pemeruman dapat diperoleh secara kontinu dengan menggunakan alat echosounder. terdapat dua jenis alat echosounder yaitu singlebeam echosounder dan multibeam echosounder. Pada dasarnya singlebeam ataupun multibeam echosounder dalam memperoleh data kedalaman menggunakan prinsip yang sama yaitu memanfaatkan gelombang akustik untuk memperoleh data jarak dari tranducer (pemancar) ke dasar laut (illustrasinya bisa dilihat di gambar 1)
saat tranducer memancar-kan gelombang akustik data jarak yang diperoleh bukanlah data jarak (kedalaman) yang diharapkan oleh karena itu dibutuhkan koreksi jarak akibat pengaruh pergerakan platform (illustrasi contoh koreksi kemiringan akibat roll bisa dilihat di gambar 3). Besarnya koreksi bergantung pada ketinggian gelombang dan sudut yang dibentuknya.
Data jarak yang diperoleh ini tidak bisa langsung digunakan dibutuhkan beberapa koreksi diantaranya:
Dimana: = kecepatan gelombang akustik dalam m/s = temperatur dalam 0C = salinitas dalam dalam psu = kedalaman dalam m
parameter fisis lautan yang dihasilkan oleh praktisi oseanografi fisis, seperti data temperatur dan salinitas untuk keperluan koreksi kecepatan gelombang akustik, data ketinggian gelombang untuk koreksi pergerakan platform, dan data pasut untuk koreksi kedalaman terhadap chart datum, disinilah letak peran oseanografi fisis dalam kegiatan pengukuran kedalaman kontinu. 3.2 Pendeteksian dan Pengklasifikasian Dasar dan Sub-Dasar Laut Untuk keperluan kegiatan pendeteksian dan pengklasifikasian dasar dan sub-dasar laut terdepat beberapa metoda yang bisa digunakan untuk akuisis data yaitu singlebeam echosounder, multibeam echosounder, side scan sonar, dan subbottom profiling (Penrose, et al., 2005). Keempat metoda ini memiliki kelebihan dan kekurangan untuk keperluan akuisisi data dasar dan sub-dasar laut. Namun, pada dasarnya prinsip dari keempat metoda diatas adalah pengukuran jarak dari transmitter ke dasar atau sub-dasar laut menggunakan gelombang akustik. Ketika data yang diperoleh. Sama halnya dengan kegiatan pemeruman, sebelum data jarak yang diperoleh dari keempat alat ini dianalisis untuk keperluan pendeteksian dan pengklasifikisian dasar dan sub-dasar laut, maka terlebih dahulu dibutuhkan koreksi cepat rambat gelombang akustik pada tingkat kedalaman yang berbeda. Untuk dapat mengkoreksi cepat rambat gelombang akustik ini maka dibutuhkan data salinitas dan temperatur pada tingkat kedalaman yang berbeda. Data ini biasanya di akuisisi oleh praktisi oseanografi, disinilah peran oseanografi fisis dalam kegiatan pendeteksian dan pengklasifikasian dasar dan sub-dasar laut. 3.3 Inspeksi bangunan diatas dan dibawah permukaan air laut Untuk keperluan keselamatan dibutuhkan inspeksi bangunan diatas dan dibawah permukaan air. Kebanyakan bangunan strukturnya terletak pada bagian atas dan bawah permukaan air sebagai contoh jembatan, dermaga, bendungan dan lain-lain. Untuk bangunan yang strukturnya berada didasar laut seperti terowongan bawah air yang terletak di turki, pipa bawah didasar laut dan lain-lain. Ada beberapa parameter yang harus dicek untuk keperluan inspeksi bangunan ini seperti tingkat erosi pada permukaan laut/danau/sungai pada bagian bawah struktur bangunan,
pengecekan korosi untuk struktur bangunan (khusus yang terbuat dari metal), retakan dan peregeseran (x,y,z) yang disebabkan oleh (kuatnya arus pada bagian dasar, hantaman gelombang karena badai, benturan oleh kapal dan lain sebagainya) (Maritime, 2014). Dari beberapa parameter pengecekan dalam peran hidrografi adalah dalam pengecekan erosi pada permukaan dasar laut/danau/sungai untuk bagian bawah struktur bangunan dan pengecekan retakan serta pergeseran struktur bangunan. Untuk akuisis data erosi permukaan dasar air dan keretakan struktur bangunan dapat dilakukan dengan menggunakan alat seperti multibeam echosounder dan side scan sonar. Dengan menggunakan multi-beam dan side scan sonar dapat diperoleh data citra dasar air dan citra dari struktur bangunan (untuk pengecekan keretakan). Sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya prinsip alat multibeam echosounder dan side scan sonar adalah pengukuran jarak dengan menggunakan gelombang akustik jadi peran oseangrafi disini adalah koreksi kecepatan gelombang akustik menggunakan data temperatur dan salinitas. Selain itu juga dibutuhkan koreksi pergerakkan paltform karena tranducer alat multibeam echosounder diletakkan tidak jauh dari kapal sehingga data yang dihasilkan dipengaruhi oleh pergerakkan platform. Untuk koreksi pergerakkan platform ini maka dibutuhkan peran oseanografi untuk menyediakan data ketinggian gelombang dan sudut yang dibentuknya. Data erosi atau sedimentasi yang terjadi pada dasar air (khususnya laut) belum akurat jika belum dikoreksi oleh data pasut, oleh karena itu dalam kegiatan ini juga dibutuhkan peran oseanografi dalam menyediakan data pasut. Satu lagi parameter inpeksi bangunan dibawah air laut adalah daya tahan bangunan. Untuk dapat dapat melihat daya tahan bangunan ini bisa di korelasikan dengan data kecepatan arus air pada setiap kedalaman pada struktur bangunan tersebut. Untuk memperoleh data arus maka dibutuhkan peran oseanografi sehingga bisa dilakukan analisis daya tahan bangunan tersebut. 3.4 Keperluan keamanan pelayaran Salah satu kegiatan hidrografi adalah menyediakan data keamanan pelayaran. Data
untuk keperluan keamanan pelayaran biasanya data kedalaman dan pasut yang disediakan dalam bentuk nautical chart dan co-tidal chart. Peran oseanografi dalam kegiatan ini yaitu menyediakan data untuk keperluan koreksi kedalaman dan data pasut. Data yang dibutuhkan berupa data salinitas, data temperatur, data ketinggian gelombang dan data pasut. Penjelasan koreksinya dapat dilihat pada bagian 3.1. 3.5 Pengamatan wilayah pesisir dan morfodinamikanya Pada kegiatan observasi wilayah pesisir dan morfodinamikannya banyak parameterparameter yang mempengaruhinya. Salah satu contoh morfodinamika wilayah pesisir yaitu terjadinya abrasi dan sedimentasi. Observasi sedimentasi dapat dipelajari dengan melakukan pencitraan dasar laut, besar kecepatan arus dan arahnya yang menggerakkan partikel. Sedangkan observasi abrasi dapat dipelajari dengan melihat karakteristik pasut, kecepatan dan arah arus yang terbentuk oleh pasut, dan tinggi gelombang yang menghantam pesisir. Pada kegiatan ini sangat banyak peran oseanografi seperti pada kegiatan pengukuran kedalaman yang membutuhkan data salinitas, temperatur, pasut dan tinggi gelombang untuk keperluan koreksi kedalaman. Selain itu juga dibutuhkan data kecepatan dan arah arus untuk melihat pergerakan sedimen dan abrasi. 3.6 Investigasi wilayah pesisir dan parameter sosio-ekonomi lautan Salah satu aplikasi dari kegiatan ini adalah penentuan daerah pesisir yang aman untuk dijadikan areal pariwisata. Untuk menentukan areal pariwisata ini ada beberapa parameter yang harus ditentukan seperti karakteristik permukaan dasar laut pesisir, kedalamannya, kecepatan dan arah arus, pasut, serta ketinggian gelombang. Dari parameter-parameter yang harus ditentukan terlihat peran dari oseanografi yaitu memberikan data salinitas, temperatur, pasut, tinggi gelombang untuk keperluan koreksi kedalaman atau data itu sendiri untuk analisis tingkat keamanan serta data kecepatan dan arah arus. 4. Kesimpulan Peran oseanografi fisis dalam kegiatan hidrografi antara lain sebagai berikut:
Kegiatan pengukuran kedalaman kontinu: a. Salinitas dan temperatur koreksi kecepatan gelombang akustik b. Pasut koreksi pasut c. Tinggi Gelombang koreksi pergerakan platform Pendeteksian dan Pengklasifikasian Dasar dan Sub-Dasar Laut: a. Salinitas dan temperatur koreksi kecepatan gelombang akustik Inspeksi bangunan diatas dan dibawah permukaan air laut: a. Salinitas dan temperatur koreksi kecepatan gelombang akustik b. Pasut koreksi pasut c. Tinggi Gelombang koreksi pergerakan platform d. Arus kekuatan struktur bangunan dan perpindahan sedimen dasar air Keperluan keamanan pelayaran: a. Salinitas dan temperatur koreksi kecepatan gelombang akustik b. Pasut koreksi pasut dan prediksi pasut dalam co-tidal chart c. Tinggi Gelombang koreksi pergerakan platform Pengamatan wilayah pesisir dan morfodinamikanya a. Salinitas dan temperatur koreksi kecepatan gelombang akustik b. Pasut koreksi pasut, karakteristik wilayah pesisir, dan abrasi c. Tinggi Gelombang koreksi pergerakan platform d. Arus perpindahan sedimen proses abrasi Investigasi wilayah pesisir dan parameter sosio-ekonomi lautan a. Salinitas dan temperatur koreksi kecepatan gelombang akustik b. Pasut koreksi pasut dan analisa keamanan pariwisata c. Tinggi Gelombang koreksi pergerakan platform dan analisa keamanan pariwisata d. Arus analisa keamanan pariwisata
5. Referensi Lurton, X. (2002). An Introduction to Underwater Acoustics. UK: Praxis Publishing Ltd. Maritime, K. (2014). Kongsberg Maritime. Dipetik Februari 2, 2014, dari http://www.km.kongsberg.com/ks/web/nok
bg0240.nsf/AllWeb/198EF73B306D629BC12 5790900475CBC?OpenDocument: http://www.km.kongsberg.com/ Penrose, J. D., Siwabessy, P. J., A Gavrilov, Parnum, I., Hamilton, L. J., Bickers, A., . . . Kennedy, P. (2005). Acoustic Techniques for Seabed Classification. Cooperative Research Centre for Coastal Zone Estuary and Waterway Management.