Professional Documents
Culture Documents
Definisi
Berbagai jenis penyakit paru yang terjadi akibat menghirup udara yang telah tercemar oleh bahan bahan yang berbahaya bagi kesehatan Ciri penyakit akan memberat saat individu berada di tempat kerja dan berkurang atau hilang saat meninggalkan tempat kerja penyakit paru kerja
Noksa :
Bahan yang bisa merusak struktur anatomis organ tubuh dan sekaligus menimbulkan perubahan fungsi Dalam lingkungan kerja para pekerja terpapar dan menghirup noksa yang dapat berasal dari bahan baku, hasil produksi, produk sampingan atau dari limbah.
Debu organik : nabati, hewani Debu inorganik : pertambangan , industri logam, keramik Gas iritan : industri petrokimia, farmasi
1.
Inertia (kelambanan) partikel ukuran 2-100 karena partikel berukuran besar, sehingga sullit mengikuti aliran udara yang berkelok kelok membentur selaput lendir dan terperangkap di percabangan bronkus besar.
2. Sedimentasi (gravitasi) partikel ukuran 0,5-2 akan mengendap di percabangan bronkus kecil dan bronkioli. Gravitasi pengendapan partikel dimungkinkan karena kecepatan aliran udara cukup lamban 3. Gerakan brown (proses difusi) partikel ukuran 1 akibat gerakan brown ini maka partikel akan membentur permukaan alveoli dan mengendap
4. Intersepsi partikel berbentuk serat (fiber), perbandingan panjang/diameter 3:1 berhubung dengan bentuknya, tersangkut dalam mukosa saluran napas
dengan mudah
5. Elektrostatik daya tarik elektrostatik antara partikel-mukosa saluran nafas, berperan pula pada pengendapan noksa.
Ukuran debu
-
10 mudah tertahan di saluran nafas atas 3-5 tertahan dan tertimbun di sal. nafas bagian tengah
1-3 paling berbahaya, tertahan dan tertimbun di sal. Nafas kecil yaitu: bronkiolus terminalis hingga alveoli < 1 tidak mudah mengendap di paru, 80% ukuran 0,4-0,5 dihembuskan lagi keluar saat ekspirasi
Iritasi mukosa sal napas yang berakibat sembab mukosa dan produksi lendir yang berlebihan Peningkatan reaktifitas bronkus sal. nafas lebih peka thp rangsangan Spasme bronkus peningkatan obstruksi sal. nafas Pembentukan jaringan radang granuler yang biasanya difus pd parenkim paru Pembentukan jaringan fibrosis Terjadinya neoplasma baik pd paru maupun pd pleura.
diisosionat, anhidrid, debu kayu Alergen asal binatang, lateks Gas-gas iritan Debu kapas Debu padi, gandum gas-gas iritan, debu logam Metal oksida (Zn, Co ) plastik Produk pembakarn Bakteri, jamur, protein hewani tuberkulosis, virus, bakteri Asbes, silika, batubara, kobalt
Debu kayu asbestos., radon asbestos
Pendekatan diagnosis
Anamnesis: -Anamnesis tentang riwayat pekerjaan /lingkungan -Riwayat penyakit paru dan kesehatan umum Pemeriksaan fisik Kelainan fisik yang ditemui dapat bervariasi PPOK, asma : suara mengi, ekspirasi memanjang, ronki kering Pneumonia/pneumonitis:batuk,demam, ronki basah Fibrosis paru: redup sebagian toraks, retraksi interkosta, suara napas mengurang
Pemeriksaan penunjang
Foto toraks CT scan Tes fungsi paru (spirometri,volume paru, kapasitas difusi) Tes provokasi Bronkoskopi Tes serologi atau tes kulit
Pneumokoniosis
Penyakit paru lingkungan yang disebabkan oleh inhalasi kronis debu inorganik atau bahan partikel yang berasal dari udara lingkungan atau tempat kerja Penyebab tersering: asbes, silika, batu bara, berilium, bauksit, besi/baja dll
Etiologi
1. 2. 3. 4. 5.
Ukuran partikel debu, yaitu: 0,3-0,5 m, bisa mencapai alveoli Struktur kimiawi debu Konsentrasinya di udara lingkungan Lamanya paparan Suseptibilitas individu terhadap debu inorganik yang jadi penyebab
Patogenesis
Debu inorganik dan bahan partikel terinhalasi melekat pada permukaan mukosa sal.napas respon inflamasi dan fagositosis oleh makrofag alveolus makrofag memfagositosis debu dan membawa ke bronkiolus terminalis oleh gerakan mukosiliar debu dikeluarkan dari paru. Sebagian debu diangkut ke pembuluh limfe sampai limfonodi regional di hilus paru. Bila paparan debu banyak, mukosiliar tidak mampu bekerja, debu akan menumpuk di mukosa saluran napas debu akan tersusun membentuk anyaman kolagen dan fibrin saluran napas/paru menjadi kaku compliance paru menurun
Debu silika yang terhirup mukosa saluran napas terfagositosis oleh makrofag makrofag mengalami desintegrasi dan mengeluarkan bahan kimia yang dapat mengaktifkan makrofag lain. makrofag banyak rusak daya tahan individu berkurang pasien silikosis mudah terinfeksi kuman tb dan terbentuk siliko-tuberkulosis Banyaknya debu inorganik dan bahan partikel tertumpuk di saluran napas kecil inflamasi kronis atau pembengkakan obstruksi bronkus Pada kasus pneumokoniosis terdapat kombinasi kelainan obstruktif dan restriktif
Asbestosis
Timbul sebagai respon paru berupa fibrosis/pneumonitis interstisial sebagai akibat inhalasi debu (serabut) asbestosis Manifestasi dapat berupa: fibrosis interstisial paru, pleural plaques, mesotelioma, pleura/peritoneum, karsinoma paru, karsinoma laring, karsinoma saluran cerna
di
udara:
Patogenesis: debu asbes terhirup terdeposisi di dinding bronkus makrofag memfagositosis debu asbestosis bila pembersihannya tidak sempurna akan timbul fibrosis di dinding bronkus tingkatan fibrosis tergantung pada banyaknya debu yang terpapar timbul penyakit paru kronis progresif
sesak
saat
aktifitas,
batuk
Pemeriksaan klinis: ronki basah di basal kedua paru dan pada keadaan lanjut jari tabuh Radiologis: gambaran garis garis opasitas kecil di basis paru dan dapat meluas sampai pleura lanjut:distorsi arsitektur paru,pleural plaques
Diagnosis
Adanya riwayat paparan debu asbestosis Adanya gambaran radiologis berupa opasitas dilap.bawah paru Kelainan faal paru tipe restriktif Biopsi paru
garis
garis
Silikosis
Penyakit parenkim paru berupa fibrosis paru difus akibat inhalasi, retensi dan reaksi parenkim paru terhadap debu atau kristal silika (SiO2) Debu silika mempunyai ukuran 0,5-5m Berasal dari pemotongan batu, pabrik keramik, tambang batu kapur
Silikosis simpel asimptomatis, bila ada sputum/batuk disebabkan oleh rokok atau debu lain, kelainan pada basal paru, gejala dapat progresif seperti batuk, sesak napas, kelainan faal paru tipe restriktif, beresiko tinggi untuk terinfeksi( tu tb) nodul silikosis di lobus atas paru, menglami kalsifikasi
2. Silikosis kompleks merupakan lanjutan dari silikosis simpel, menglami progresifitas, menderita infeksi tb atau jamur paru, nodul yang terpisah dapat bergabung menjadi satu, menyebabkan distorsi paru. dapat menjadi fibrosis masif progresif menimbulkan kelainan faal paru( restriktif, obstruktif, atau campuran kelenjar limfe hilus dapat membesar dan kalsifikasi
Diagnosis
1.
2.
3.
Ada riwayat inhalasi debu silika Ada gambaran radiologis abnormal Ada kelainan faal paru (restriktif,obstruktif atau campuran )
Problem diagnostik timbul bila ada komplikasi (infeksi pyogenik, jamur atau tb) dan pada keadaan lanjut timbul penyakit kolagen (skleroderma, rrematoid artritis)
Pengobatan
Secara definitif tidak ada Bila ada infeksi sekunder berikan terapi yang sesuai Infeksi piogenik berikan antibiotik yang sesuai secara empirik, infeksi jamur berikan obat anti jamur Infeksi terhadap tuberkulosis diberikan OAT
Merupakan penyakit paru akibat deposisi (penimbunan) debu batu bara dalam paru atau respons paru tehadap debu batu bara yang tertimbun dan menetap dalam paru. Respons paru kurang menimbulkan fibrosis bila dibandingkan dengan silika
1.
2.
Pengobatan
Berylliosis
Kelainan paru akibat debu berilium Debu berilium merupakan debu paling halus dari sejenis metal Debu timbul dari campuran berilium dengan logam (aluminium, nikel, tembaga) pada industri lampu fluoresens, industri nuklir dan senjata militer
Efek akut: berupa bercak infiltrat paru,bronkopneumoni Efek kronis: timbul beberapa kerusakan paru (granuloma pada septum alveoli dan timbul nodul halus, fibrosis, kerusakan jaringan elastis dan timbul emfisema paru, adenopati hilus tidak dijumpai
Manifestasi klinis:
Bentuk akut: keadaan toksis, doserelated berylliosis injury syndrome, menyerang saluran napas bagian atas, bila paparannya hebat timbul bronkitis dan pneumonitis kernikal Bentuk kronis: timbul 6-18 bulan sesudah paparan gejala awal asimptomatik berat: batuk nonproduktif,nyeri dada, sesak napas PF: ronkhi kering di bagian bawah paru
Gambaran radiologis
Bentuk akut: timbul bercak infiltrat Kronis: nodul nodul kecil Lanjut: nodul besar,gambaran retikuler difus, tidak tampak adenopati hilus
Diagnosis
Ditemukan rekasi granulomatous pada paru dan hipersensitivitas terhadap berrilium Diperlukan biopsi dan pemeriksaan histopatologi Bilasan bronkus: ditemukan jumlah sel makrofag yang bertambah Tes respon proliferatif limfosit darah tepinthp berrilium positif
Pengobatan
Akut : Menjauhi paparan terhadap berrilium oksigen, bantuan ventilasi mekanik dan kortikosteroid Kronik: tidak ada pengobatan yang spesifik
TENGGELAM
(DROWNING)
Definisi:
Tenggelam (drowning) adalah suatu proses
kegagalan respirasi akibat terbenam pada media cair yang mengakibatkan cairan masuk dalam sal. nafas shg korban tidak bisa menghisap oksigen
Istilah
Drowning: kematian oleh aspiksia dalam jangka waktu < 24 jam setelah terbenam. Near drowning: keadaan survival walau sementara setelah 24 jam setelah terbenam. Wet drowning: Bila cairan teraspirasi ke dalam paru sebanyak 85-90%. Dry drowning: Bilamana timbul kejang otot dari laring yg menghalangi respirasi shg tidak terjadi aspirasi cairan yang berarti ke dalam paru (10-15%)
Faktor Predisposisi:
1. 2. 3.
4.
5. 6.
Faktor keletihan sewaktu berenang Terperangkap atau terjerat di dalam air Kejang-kejang sewaktu di dalam air Mengalami trauma Kecelakaan waktu menyelam Kurang pengawasan thd anak
Mekanisme:
Seorang yg tidak bisa berenang jatuh ke dalam air tenggelam berusaha bergerak ke permukaan disertai ekspirasi dan teriakan utk berusaha bernafas air terinhalasi merangsang pita suara utk menutup & disertai batuk menghalangi udara masuk ke paru. Saat inspirasi banyak menghisap air bronkospasme. Proses terbenam & bergerak ke permukaan terjadi berulang kali paru kekurangan oksigen kehilangan kesadaran & tenggelam. Sejumlah air akan masuk ke dalam paru setelah terjadi relaksasi dari pita suara.
Patofisiologi
Akibat tenggelam prolong hipoksemia dan asidosis serta gangguan fungsi multi organ. Edema paru (75%) air laut yang teraspirasi ( NaCl 3%) bergesernya cairan intravaskuler ke dalam alveoli. Akibat hipoksia lama edema cerebral, pelepasan neurotransmiter, kejang, hipotensi, ggn autoregulasi otak. Akibat hipoksia dan asidosis: 1. Hemolisis 2. Gagal ginjal 3. Kerusakan tulang belakang akibat kecelakaan menyelam 4. Emboli udara 5. Hipotermia
Penatalaksanaan
1. 2.
3. 4.
Pertolongan untuk bantuan nafas Chest Compressions Mengatasi hipotermia Segera ditransportasi ke RS utk pertolongan selanjutnya
Patogenesis
Ada 2 tipe kerusakan yang timbul: 1.Cepat / akut terjadi setelah 4-6 minggu setelah selesai radioterapi Adanya infiltrasi sel-sel, dijumpai kerusakan difus dari alveolus. 2.Lambat / kronis terjadi setelah 6-12 bulan setelah radioterapi.
Diagnosis banding
1.
2. 3.
4.
Keganasan berulang Limphangitis Infeksi (bakteri, virus, jamur) Pneumonitis karena bahan kimia
Diagnosis
1. 2.
Gambaran klinis
1. Pneumonitis 4-12 mg setelah radioterapi dan kemoterapi Gejala: batuk, sesak nafas, demam tidak tinggi, sakit di dada Gambaran radiologis: bayangan berbatas tegas, konsolidasi parenkim paru, volumebparu berkurang 2. Fibrosis Paru Umumnya timbul setelah 6-12 bulan radioterapi
Gambaran radiologis
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Perubahan paru bukan hanya pada lapangan paru yang diradiasi Fibrosis parenkim paru Efusi pleura Penebalan pleura Efusi perikard Bronkiektasis
Pneumonitis steroid, tapi bisa menjadi kronis dan akhirnya timbul fibrosis paru Fibrosis paru tidak ada pengobatan, hanya pemantauan jangan timbul rekurens.
2.
Mekanisme
Akibat langsung 2. Reaksi hipersensitifitas 3. Edema paru 4. Perdarahan paru
1.
Tipe reaksi
1. 2.
3.
4.
5. 6.
Bronkokonstriksi : aspirin, beta bloker Batuk: obat-obat yang bersifat bronkostriksi, ACE inhibitor Bronchiolitis obliterans organizing pneumonia: anti inflamasi, imunosupresif, mis: bleomycin, MTX, antibiotika sulfasalazin, sefalosporin, amphoterisin B, kokain Alveolitis: Antibiotika nitrofurantoin, sulfonamide, anti konvulsan phenitoin, carbamazepin, antiaritmia amiodaron, procainamide, obat2 sitostatika bleomycin, busulfan. Edema paru akut non kardiogenik: opiate, aspirin, amiodaron, darah, produk darah Pulmonary vascular disease: antikoagulan oral, obat fibrinolitik
7. Hypersensitivity pneumonitis: MTX, cyclophosphamide, nitropurantoin, anti depresan 8. Pleural san mediastinal fibrosis: beta bloker, ergotamin, bromokriptin 9. Reaksi lain gagal nafas pada pemakai narkotika yg berlebihan, infeksi paru pada pemberian obat kanker.
Diagnosis
Sulit gambaran klinis, radiologis dan histologis tidak spesifik Berdasarkan anamnesis thd obat yg digunakan Pemeriksaan dasar yg diperlukan: torak foto, faal paru.
Penatalaksanaan
Stop obat yang menimbulkan kelainan paru Pemberian kortikosteroid Bila infeksi antibiotika
Terima kasih