You are on page 1of 15

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PENGRAJIN PATHILO ( KERUPUK SINGKONG) BERBASIS IPTEK DI DUSUN PRIGI, TEPUS SIDOHARJO,GUNUNGKIDUL DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA
Nahiyah Jaidi Faraz

PUSAT STUDI WANITA- LEMBAGA PENELITIAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2009

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PENGRAJIN PATHILO ( KERUPUK SINGKONG) BERBASIS IPTEK DI DUSUN PRIGI, TEPUS SIDOHARJO,GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Nahiyah Jaidi Faraz

Abstract This research aims to evaluate women empowerment programs special of the entrepreneurship awareness, daily income, and institutional strengthening of female pathilo producers in Prigi Sidoharjo, Tepus, Gunungkidul, DIY. The program evaluation model used in this research is Logical Framework Model. The populations are 30 female pathilo producers in, Prigi Sidoharjo,Tepus, Gunungkidul. The number of sample is exactly the same as the number if the population. Regarding the similar characteristics of the herbal producers, this research used purposive sampling, with QUEST program as the validity and the reliability, mathematical descriptive (mean and percentage) as the analysis technique. The research result shows that the income of the female pathilo producers exceeds the target, Rp.40.000 Rp. 45.000 per production. They have high entrepreneurship. There is a significant increase in business skill both qualitatively and quantitatively. Their awareness also increases proven by the establishment of three groups of female pathilo producers and Mawar Putih cooperation. keyword: Women empowerment, model logical framework, business management

PEDAHULUAN
Masyarakat tani Gunungkidul umumnya memanfaatkan padi berumur pendek dan singkong untuk memenuhi kebutuhan primernya. Hasil pertanian lainnya, terutama jagung, kedelai dan kacang tanah, biasanya dimanfaatkan sebagai komoditas perdagangan yang diandalkan untuk memenuhi kebutuhan sekundernya. Selain komoditas tersebut, masyarakat tani Gunungkidul juga mengandalkan ternak (sapi dan kambing) sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan sekundernya (tabungan) serta memanfaatkan sebagai sumber tenaga kerja maupun sumber pupuk organik.

Sesuai dengan kondisi alamnya, budidaya pertanian di Kabupaten Gunungkidul dalam 1 (satu) tahun hanya bisa menanam 2 (dua) kali dengan cara tumpang sari karena ketergantungan pada curah hujan. Cara penanaman tumpang sari yang disukai oleh masyarakat petani Gunungkidul adalah dengan mengkombinasikan antara polowijo dan padi lahan kering (gogo rancah). Pada musim tanam pertama biasanya tanaman yang ditanam adalah padi, kacang tanah, jagung dan singkong, yang setelah berumur 3-4 bulan padi, kacang dan jagung dapat dipanen berurutan. Kemudian pada musim tanam kedua padi, kedelai dan jagung ditanam kembali yang 3-4 bulan kemudian panen, sedangkan tanaman singkong dipanen setelah berumur 9-10 bulan. Masalah utama yang saat ini dihadapi adalah terbatasnya produktifitas beras dan rendahnya harga singkong. Dalam situasi demikian, pemilihan jenis padi yang ditanam dan ketersediaan benihnya merupakan hal yang perlu mendapat perhatian agar kebutuhan karakteristik masyarakat setempat dapat dipenuhi. Masalah yang dihadapi untuk produk singkong adalah harga yang rendah dan tidak menentu. Dalam kaitan ini, pengembangan usaha kecil yang bergerak dalam usaha diversifikasi produk singkong merupakan langkah pilihan yang strategis untuk membantu meningkatkan pendapatan masyarakat. Selanjutnya, hasil observasi memperlihatkan kondisi berikut : pertama, kualitas maupun kuantitas kerupuk singkong pathilo yang dijual masih rendah. Kedua, jenis Pathilo yang dijual tidak bervariasi (monoton). Ketiga, Proses pembuatan kerupuk pathilo masih jauh dari kaidah atau persyaratan kesehatan (hygiene). Keempat, peralatan yang bisa dimiliki masih sangat sederhana dan belum tersentuh peralatan berbasis IPTEK. Kelima, usaha mereka tidak dilandasi oleh semangat bisnis yang memadai. Pada dasarnya mereka mempunyai naluri dan mental bisnis yang dapat dikembangkan lebih lanjut, karena telah turun temurun berpredikat sebagai pengrajin kerupuk singkong pathilo. Usaha kerupuk pathilo merupakan kegiatan pokok mereka untuk menopang kehidupan keluarga. Karena itu, melalui proses pemberdayaan perempuan diharapkan dapat membuka wawasan dan cara kerja yang benar dan pada akhirnya akan meningkatkan penghasilan atau taraf hidup para pengrajin, yang semuanya adalah perempuan.

Pemberdayaan perempuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan negara yang menyeluruh untuk membangun tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta mewujudkan kemajuan di segala bidang. Sejak lima tahun lalu program pemberdayaan perempuan di Indonesia telah memiliki konsep yang jelas, yakni memadukan program tersebut ke dalam grand programme dari pemerintah baik di pusat maupun di daerah. Adapun misi dari perencanaan program pemberdayaan perempuan seperti itu, dimaksudkan untuk: Pertama, peningkatan kualitas hidup perempuan di segala bidang terutama: (1). Pendidikan dan Pelatihan. (2). Kesehatan dan Keluarga Berencana. (3). Ekonomi dan Ketenagakerjaan. (4). Politik dan Hukum. (5). Sumberdaya Pembangunan dan Informasi. (6). Kesejahteraan Sosial dan Agama. Kedua, melakukan sosialisasi kesetaraan dan keadilan gender. Ketiga, penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan yang dilandasi dengan zero tolerance policy, yakni kebijakan yang tidak mentoleransi tindak kekerasan sekecil apapun terhadap perempuan. Keempat, penghormatan terhadap martabat dan hak asasi manusia bagi perempuan serta penghargaan dan perlindungan terhadap fungsi reproduksi perempuan. Kelima, pemantapan mekanisme nasional pemberdayaan perempuan melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi pengelolaan lembaga pemerintah di pusat dan daerah serta pemampuan lembaga pengelola kemajuan perempuan, yaitu organisasi perempuan, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung kemajuan perempuan. Misi ini kemudian dijabarkan ke dalam berbagai kebijakan dan strategi yang pada akhirnya diimplementasikan dalam program-program yang sesuai dengan tujuan dan sasaran dari proses pembangunan pemberdayaan perempuan itu sendiri. Adapun tujuan dari pembangunan pemberdayaan perempuan antara lain: (a). meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan di segala bidang. (b). mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. (c). meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan. (d). Meningkatkan komitmen dan kemampuan semua lembaga yang memperjuangkan kesetaraan dan keadilan gender.

Dari tujuan-tujuan diatas, tampak bahwa pembangunan pemberdayaan perempuan tidak dapat dilakukan secara parsial, melainkan integratif seluruh kompoen bangsa: seluruh lembaga pemerintah, dunia usaha, organisasi

perempuan, LSM dan masyarakat luas. Didunia usaha, permasalahan yang dihadapi adalah terbatasnya akses perempuan pengusaha kecil dan menengah dalam program kredit, informasi pasar, manajemen dan pengembangan usaha, terbatasnya ketrampilan dan pendidikan perempuan untuk memperoleh peluang dan kesempatan kerja yang lebih baik, serta rendahnya perlindungan dan jaminan sosial bagi perempuan pekerja, khususnya disektor informal, termasuk perempuan pengrajin kerupuk singkong pathilo di Prigi, Tepus, Gunungkidul.Untuk ini telah dilakukan pemberdayaan ekonomi pada beberapa Bulan silam (sekitar delapan /8 bulan) oleh PSW-UNY bekerjasama dengan LIPI dan UNESCO agar pendapatan pengrajin pathilo meningkat, dan proses produksi bersih, hiegenis, juga jenis produk, bentuk produk yang bervariasi. Sebagai tindak lanjut diperlukan untuk melakukan evaluasi program pemberdayaan terhadap para perempuan pengrajin pathilo tersebut. Berpijak dari uraian di atas, dapat dirumuskan masalah yang mengevaluasi:1).Bagaimana upaya perempuan pengrajin kerupuk singkong pathilo meningkatkan ketrampilan usaha yang berbasisi IPTEK? 2) Bagaimana upaya perempuan pengrajin kerupuk singkong pathilo meningkatkan pendapatan per hari?. 3). Bagaimana upaya para perempuan pengrajin kerupuk singkong pathilo menguatkan kelembagaan?

TUJUAN PENELITIAN
a. Menilai peningkatan ketrampilan usaha para perempuan pengrajin kerupuk singkong pathilo tradisional yang berbasisi IPTEK. b. Menilai peningkatan pendapatan yang dicapai para perempuan pengrajin kerupuk singkong pathilo tradisional. c. Menilai kelembagaan para perempuan pengrajin kerupuk singkong.

METODOLOGI PENELITIAN
Model evaluasi program yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Logical Framework Model, yakni 1. Sasaran Akhir (Goal) Pendapatan rata-rata (Income generating) pengrajin kerupuk singkong pathilo di dusun Prigi Sidoharjo Tepus Gunungkidul, DIY 2. Tujuan (Purpose) a. Menilai peningkatkan ketrampilan usaha para perempuan pengrajin kerupung singkong pathilo tradisional yang berbasisi IPTEK. b. Menilai peningkatkan pendapatan para perempuan pengrajin kerupuk singkong pathilo tradisional. c. Menilai penguatkan kelembagaan para perempuan pengrajin kerupuk singkong

3. Keluaran (Output) a. Peningkatan proses produksi kerupuk singkong pathilo b. Penggunaan peralatan produksi usaha kerupuk singkong pathilo yang berbasisi IPTEK c. Peningkatan bentuk produksi kerupuk singkong pathilo d. Peningkatan jenis produksi kerupuk singkong pathilo e. Peningkatan volume produksi kerupuk singkong Pathilo f. Peningkatan volume penjualan kerupuk singkong pathilo g. Terbentuknya kelompok pengrajinkerupuk singkong pathilo.

Indikator Variabel 1. Sasaran Akhir Pendapatan pengrajin kerupuk singkong pathilo meningkat 100% yakni Rp.800.000,00 per orang per kegiatan (semula Rp.400.000,00) 2. Tujuan a. Jumlah yang mengikuti pelatihan b. Penilaian terhadap pelaksanaan pelatihan

c. Jumlah pendapatan per hari d. Jumlah kelompok perempuan pengrajin kerupuk singkong pathilo 3. Keluaran a. Pelaksanaan proses produksi kerupuk singkong pathilo b. Pemilihan peralatan yang digunakan dalam memproduksi kerupuk singkong pathilo c. Jumlah bentuk produksi kerupuk singkong pathilo d. Jumlah jenis produksi kerupuk singkong pathilo e. Volume produksi kerupuk singkong pathilo f. Volume penjualan kerupuk singkong pathilo g. Jumlah anggota tiap kelompok

Subyek Penelitian: Para pengrajin kerupuk singkong pathilo di dusun Prigi Sidoharjo Tepus Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dapat membaca dan menulis serta mempunyai aktivitas mulai dari proses produksi kerupuk singkong pathilo sampai dengan memasarkannya.

Populasi dan Sampel : Jumlah sampel sama dengan jumlah populasi yakni 30 orang pengrajin kerupuk Pathilo. Teknik sampling yaitu purposive sampling yakni responden yang mempunyai karakteristik yang sama seperti dapat membaca dan menulis dan Pengrajin Pathilo Instrumen : 1. Kuesioner : Untuk mengevaluasi kegiatan pelatihan tentang kemanfaatan dan ketepatan materi serta metode yang digunakan pada pelatihan. Kuesioner ini menggunakan skala Likert. Kuesioner ini diujicobakan pada 30 orang perempuan pengrajin kerupuk pathilo di dusun Prigi Sidoharjo Tepus Gunungkidul DIY. 2. Pedoman wawancara: Untuk memperoleh informasi tentang pendapatan pengrajin kerupuk pathilo per hari, volume produksi, volume penjualan, serta permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan usaha.

Teknik Analisis : 1. Ujicoba kuesioner dengan program QUEST yakni bukti kecocokan item dan reliabilitas tes. 2. Teknik analisis data : Descriptive matematical dengan menghitung rerata dan prosentase

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Umur perempuan Pengrajin Pathilo Umur para perempuan pengrajin Pathilo di Dusun Prigi, Tepus, Gunungkidul. seperti terlihat pada tabel dibawah ini didominasi antara 31 40 tahun.

Tabel 1. Umur Perempuan Pengrajin Pathilo No 1 2 3 4 Umur 15 - 20 tahun 21 - 30 tahun 31 - 40 tahun 41 - 50 tahun Jumlah 0 6 21 3 30 Prosentase 0% 20% 70% 10% 100%

Total Sumber data primer Grafik Kelompok Umur


15 - 20 tahun 0%

41 - 50 tahun 10%

21 - 30 tahun 20%

31 - 40 tahun 70%

Tingkat Pendidikan Perempuan Pengrajin Pathilo

Tingkat pendidikan para perempuan pengrajin pathilo di dusun Prigi, Sidoharjo, Tepus, Gunungkidul terlihat pada 2 berikut:
Tabel. 2.Tingkat Pendidikan Perempuan Pengrajin Pathilo No 1 2 3 4 Tingkat Penddikan SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Sarjana Jumlah 24 6 0 0 30 Presentase 80% 20% 0% 0% 100%

Total Sumber data primer

Grafik Tingkat Pendidikan

SM A /sederajat 0%

Sarjana 0%

SM P /sederajat 20%

SD/sederajat 80%

Pelaksanaan Pelatihan bagi Perempuan Pengrajin Pathilo Pelaksanaan pelatihan yang telah dilaksanakan pada kegiatan pemberdayaan 30 (Tiga puluh) orang perempuan

beberapa bulan yang lalu diikuti sebanyak pengrajin pathilo

Materi pelatihan tentang Kesetaraan dan Keadilan Gender, Kewirausahaan (meliputi sikap dan mental wirausaha) Manajemen usaha, dan Pemasaran.

Metode pelatihan : ekspositori dengan teknik tanya jawab dan problem solving. Evaluasi proses dari kegiatan pelatihan tersebut menunjukkan hasil yang menggembirakan yakni mereka sangat setuju (48%) dan setuju (51%) dengan materi pelatihan yang diberikan juga metode yang digunakan dalam pelatihan dan bermanfaat bagi pengetahuan dan usaha mereka serta hasil pelatihan akan dilaksanakan demi pengembangan usaha mereka. Dan hanya 1% dari mereka yang kurang setuju.

Produksi dan Proses Produksi Produksi Pathilio adalah makanan kering sejenis kerupuk yang bahan bakunya berasal dari tepung singkong (bahasa Jawa tepung : pathi, singkong : Telo). Makanan ini merupakan makanan khas Gunungkidul, yang dalam perkembangannya menjadi makanan/jajanan oleh-oleh spesifik. Jenis produk Pathilo meningkat dari satu jenis (rasa) yakni asin (gurih) menjadi tiga rasa, tambah rasa manis dan pedas.Bentuk produk Pathilo bertambah variasinya, ada bentuk kecil, sedang dan besar. Kualitas produk Pathilo meningkat berkaitan dengan meningkatnya perhatian para pengrajin Pathilo terhadap kualitas bahan baku singkong, kualitas peralatan, dan kualitas proses yakni kebersihan dalam membuat Pathilo dan kebersihan lingkungannya. Kuantitas produk Pathilo meningkat dari 108 kg menjadi 135 kg per kegiatan. Proses Produksi Pembuatan pathilio telah menggunakan alat-alat yang berbasis teknologi. Terdapat Efisiensi waktu sebesar 3 kali lipat Rasa dan aroma produk yang higienis, dan Penampilan produk Pathilo terkesan lebih bersih, rapih dan menarik konsumen. Dimana Pathilo dikemas dalam kantong plastik dengan ukuran 0,25Kg., disertai label uji hygienis dan masa kadaluwarsa.

Pendapatan Perempuan Pengrajin Pathilo

10

Pendapatan para perempuan pengrajin pathilo tiap produksi(4 hari) dapat dilihat pada tabel 3. Dari Tabel tersebut diketahui bahwa pendapatan rata-rata total perempuan pengrajin pathilo tiap produksinya, tiap orang

sebesar Rp 40.000 (empat puluh ribu rupiah). Selanjutnya bila dilihat secara rinci ada enam (20%) perempuan pengrajin pathilo yang pendapatannya Rp 20.000 dan duabelas perempuan pengrajin pathilo pendapatannya Rp 40.000 (40%) sama dengan rata-rata. Selain itu ada sembilan dan tiga orang perempuan pengrajin pathilo pendapatannya diatas rata-rata yaitu Rp 45.000 dan Rp 50.000. Dengan demikian secara keseluruhan perempuan pengrajin pathilo yang berpenghasilan memenuhi diatas rata-rata duabelas orang (40%), dan yang mencapai rata-rata duabelas orang, yang selanjutnya dapat dikatakan efektif karena hasil yang didapat melebihi atau lebih besar dari hasil yang diharapkan.

Tabel: 3 Pendapatan Perempuan Pengrajin Pathilo Setiap Produksiper-orang No Jumlah pendapatan Frekuensi Rp & Prosentase/% per hari/per orang 1 Rp 20.000 6 Rp 120.000/20% 2 3 4 Rp 40.000 Rp 45.000 Rp 50.000 Total: Rerata: 9 3 30 12 Rp 480.000/40% Rp 405.000/30% Rp 150.000/ 10% Rp1200.000/100% Rp40.000

11

Grafik 3 Pendapatan Perempuan Pengrajin Jamu per hari-per-orang


Memenuhi Target Dibawah Target 1443% 8557%

Dibawah Rata-rata 20%

Rata-rata dan diatas rata-rata 80%

Kelembagaan. Para perempuan pengrajin pathilo melalui pertemuan-pertemuan dan sosialisasi telah membentuk kelompok sebanyak tiga (3), tiap kelompoknya rata-rata sepuluh orang. Selain itu mereka juga telah merintis usaha simpan pinjam bernamaMawar Putih dan perempuan pengrajin pathilo. beranggotakan tigapuluh (30) orang

Hambatan : Adanya tingkat solidaritas sosial masyarakat desa yang tinggi. Ketika ada hajatan, satu Rukun Warga (RW) apalagi satu Rukun Tetangga (RT) seringkali memaksa perempuan pengrajin pathilo libur berproduksi dan berjualan serta membantu orang yang hajatan. Tidak hanya itu mereka juga masih harus memberi sumban

12

Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan :
1.

Pelaksanaan kegiatan pelatihan dan pendampingan berpengaruh secara signifikan terhadap ketrampilan usaha dan tingkat pendapatan perempuan pengrajin pathilo.

2.

Ketrampilan usaha para pengrajin pathilo meningkat, ditandai dengan meningkatnya bentuk produk ukuran besar dan kecil serta jenis produk yang beraneka rasa juga proses produksi yang hygienis.

3.

Pendapatan perempuan pengrajin pathilo telah meningkat dari rata-rata Rp 35.000 menjadi Rp 40.000 (40%) dan yang melebihi rata-rata Rp 45.000 (40%) sehingga dapat dikatakan efektif.

4.

Telah terbentuk kelompok pemgrajin pathilo bernama Mawar Putih, yang merintis usaha simpan pinjam.

Rekomendasi : Perlu dilakukan pengembangan bisnis produksi pathilo.Dengan diperbesarnya aktivitas produksi pathilo, maka kebutuhan untuk tetap menjaga solidaritas sosial berupa pemberian sumbangan dapat diatasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Ahmadi, 2006, Pemanfaatan IPTEK Untuk Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan, (makalah pada Lokakarya Nasional LIPI), Cochran, William G., Teknik Penarikan Sampel, 2005, Jakarta: UI Press. Handoko , T. Hani, 1989, Manajemen, , Yogyakarta: BPFE

13

Hardiyastuti, Suhatmini dan Watie, Anna Marie, 1994, Produksi dan Reproduksi; Studi Kasus Pekerja Wanita Pada Industri Rumah Tangga Pangan Di DIY. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada. Ichromi, T.O; 2000, Budaya Struktur Sosial yang Patriarki, dalam Perempuan Indonesia dalam Masyarakat yang Tengah Berubah. Jakarta: Program Studi Kajian Wanita. Ichromi, T.O, 1995, Kajian Wanita dalam Pembangunan. (editor). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Jaidi, Nahiyah, 2005, Pemberdayaan Perempuan Dalam Rumah Tangga di DIY (Makalah Laporan Penelitian) Stoner, James A.F., 1986, Manajemen, Jakarta: Penerbit Erlangga. Stoler, Ann, 1997. Class Structure and Female Autonomy in Rural Jawa, Dalam Women and National Development, Universty of Chicago Swasta, Basu, 1985, Azas-azas Manajemen Modern, Yogyakarta: Liberty Press Terry, GR, 1966., Principles of Management, edisi IV, Chicago: R.D. Irwin IN. Valadez, Joseph & Bamberger, Michael, 1994, Monitoring and Evaluating Sosial Programs in Developing Countries. Washington : World Bank. Wacjiman, Judi , Tahun 2001, Feminisme Versus Teknologi, Yogyakarta: SBPY, Oxfam,

14

You might also like