You are on page 1of 6

Pemekaran Kabupaten Pangandaran: Menjawab Tantangan Pembanguna...

http://katanavajo.wordpress.com/2013/07/14/pemekaran-kabupaten-pan...

katanavajo
seorang pemimpi hendak berbicara

Pemekaran Kabupaten Pangandaran: Menjawab Tantangan Pembangunan, Otonomi Daerah, dan Premanisme
JULI 14, 2013 KATANAVAJO POLITIK TINGGALKAN KOMENTAR Pembangunan (development) masih dan selalu menjadi topik yang sangat menarik untuk diperbincangkan, dengan berbagai implikasi dan varian konteks serta pola implementasinya di lapangan. Pembangunan mampu menyusup ke dalam obrolan hangat di warung kopi sampai obrolan intelektual di lingkungan kampus atau perbincangan bisnis oleh pria-pria berdasi dan berjas. Melihat bagaimana pembangunan kemudian menjadi salah satu komoditi utama fokus masyarakat, banyak sekali penjabaran yang memikat dari konteks utama pembangunan itu sendiri. Mulai dari teori dan isu-isu yang berkaitan erat dengan pembangunan tak hanya dalam suatu negara tapi juga secara global. Pembangunan pun banyak sekali digambarkan dalam animasi dan penayangan imajinatif yang dikemas sedemikian rupa untuk memberikan visi bagaimana hidup yang sejahtera itu. Hal demikian telah memberi angan-angan yang luar biasa besar pada setiap pemikiran manusia bahwa pembangunan seakan menjadi kunci utama mewujudkan impian kehidupan yang didambakan. Meski pembangunan dalam arti yang lebih luas sering dikaitkan erat dengan sector ekonomi namun pada pelaksanaannya banyak sekali aspek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang kemudian dilibatkan. Isu lingkungan, perkembangan teknologi, industrialisasi, kesehatan, perdagangan, inverstasi, bahkan pemekaran daerah daerah dari suatu wilayah. Pemekaran daerah di Indonesia mulai banyak dan umum dijumpai prakteknya setelah Indonesia pada masa reformasi. Berkaca dari pengalaman yang dialami pada masa orde baru dimana sistem control dan pelaksanaan pemerintahan dijalankan secara sentralisasi dimana semua hal dan kebijakan terpusat pada pengambilan keputusan di tingkat pusat dengan menyisakan sangat sedikit sekali ruang bagi daerah untuk berkontribusi. Pada masa reformasi, suara masyarakat daerah lebih didengar dengan kemudian diikuti oleh maraknya otonomi daerah yang makin diperkuat dari sabang sampai Merauke. Otonomi daerah menjadi suatu hal yang lumrah dilakukan oleh daerah manapun yang merasa bahwa mereka lebih baik dan lebih berkembang jika memisahkan diri. Seiring dengan terus bertambahnya waktu, Indonesia telah sampai pada tahap dimana otonomi daerah dianggap sebagai upaya paling jitu bagi daerah manapun yang ingin maju, tak bisa dipungkiri, banyak sekali embel-embel menggiurkan yang ditawarkan oleh pilihan memisahkan diri. Mulai dari kucuran dana yang tinggi sampai mengatur semua urusan rumah tangga daerah secara mandiri oleh tokoh atau masyarakat lokal. Sampai saat ini, Indonesia telah memiliki 34 provinsi dan bukan tidak mungkin jumlah tersebut akan bertambah. Tak hanya pada level provinsi, di dalam provinsi pun banyak daerah yang kemudian memisahkan diri dari kota/kabupaten sebelumnya. Pada perkembangannya, daerah yang baru saja memekarkan diri akan kemudian diberi bantuan dan dipantau oleh pusat bagaimana proses budaya demokrasi diterapkan dalam pelaksanaan pemerintahan, namun tak sedikit pula yang masih menemukan kendala-kendala minor yang kemudian tak henti-hentinya menjadi batu sandungan tercapainya otonomi daerah yang baik. Salah satu daerah paling baru yang memekarkan diri adalah Pangandaran yang sejak 25 Oktober 2012 silam diresmikan sebagai Kabupaten Pangandaran memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis. Dalam
1 of 6

18-Mar-14 09:44

Pemekaran Kabupaten Pangandaran: Menjawab Tantangan Pembanguna...

http://katanavajo.wordpress.com/2013/07/14/pemekaran-kabupaten-pan...

Rancangan Undang-undang pembentukan Kabupaten Pangandaran oleh Komisi II DPR RI dan pemerintah (Kemendagri) dalam siding paripurna yang telah disetujui bersama yang kemudian pada tanggal 17 November 2012 diundangkan menjadi UU No 21/2012 tentang Pembentukan Kabuoaten Pangandaran, Presiden Republik Indonesia menimbang, sebagai berikut: 1. Bahwa untuk mendorong perkembangan dan kemajuan provinsi Jawa Barat pada umumnya dan Kabupaten Ciamis pada khususnyam serta adanya aspirasi yang berkembangn dalam masyarakat, dipandang perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan public guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat; 2. Bahwa dengan memperhatikan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, politik, jumlah penduduk, luas daerah, kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat, rentang kendali penyelenggaraan emerintahan, dan meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di Kabupaten ciamis, perlu dilakukan pembentukan Kabupaten Pangandaran di Provinsi Jawa Barat; 3. Bahwa pembentukan Kabupaten Pangandaran dimaksudkan untuk mendorong meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, serta kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk penyelenggaraan potensi daerah; 4. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf A, B dan C, perlu membentuk Undang-undang tentang Pembentukan Kabupaten Pangandaran di Provinsi Jawa Barat.

Setelah Kabupaten Pangandaran secara resmi memekarkan diri dengan Parigi sebagai pusat pemerintahan dan jumlah kecamatan sebanyak sepuluh kecamatan, Kabupaten Ciamis berkurang wilayahnya dan sekarang menjadi batas utara Kabupaten Pangandaran dan Kabupaten Tasikmalaya di batas barat, Samudera Hindia di batas selatan, dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah) di batas timur. Meskipun sudah disetujui sebagai kabupaten baru, namun pemerintahan belum berjalan di Pangandaran, belum ada bupati atau pelaksana eksektif di puncak hierarki pemerintahan Kabupaten Pangandaran. Dalam Bagian Kesatu, Peresmian Daerah Otonom Bary dan Pelantikan Pejabat kepala Daerah, Pasal 9, disebutkan bahwa peresmian Kabupaten Pangandaran dan pelantikan Pejabat Bupati Pangandaran dilakukan oleh Menteri dalam Negeri atas nama Presiden paling lambat 9 (Sembilan) bulan sejak Undang-undang ini diundangkan. Sebelum Bupati dan Wakil Bupati Pangandaran secara denitive dan konkret terpilih maka tonggak pemerintahan daerah sementara akan dipegang oleh pegawai negeri sipil berdasarkan usul dari Gubernur Jawa Barat. Tata cara penataan ruang pun harus distandarkan dan mengikuti acuan tata ruang kota nasional dan rencana tata ruang yang diputuskan provinsi Jawa Barat maupun tata ruang yang diterapkan di kota-kota terdekat. Menjadi sebuah kota/kabupaten yang baru saja memekarkan diri merupakan hal yang tidak mudah tetapi juga tidak boleh dijadikan sumber ketidakberdayaan dan ketidakmampuan. Kemandirian suatu daerah akan terlihat kemudian pada bagaimana rakyat memilih pemimpinnya dan gotong royong dalam membangun Kabupaten Pangandaran. Namun begitu, tentu ada masalah-masalah utama yang lumrah maupun yang sifatnya sangat khusus dihadapkan kepada masyarakat Pangandaran saat ini, diantaranya: 1. Kabupaten Pangandaran yang sudah kemudian diundangkan pengesahannya sampai saat ini masih belum menerima kucuran dana bak dari Kabupaten Ciamis maupun Provinsi Jawa Barat karena dari laporan warga Batukaras, Pangandaran, yang tekah berhasil dihimoun adalah bahwa dana APBD baru akan dikirimkan dalam jangka waktu empat bulan. 2. Jumlah teknokrat yang ada di Kabupaten Pangandaran bisa dibilang sangat sedikit. Sebagai pemekaran dari Kabupaten Ciamis, Pangandaran lebih dikenal khalayak luas sebagai objek wisata utama di Provinsi Jawa Barat, baik potensi laut dan wisata laut maupun cagar alam dan hutan lindung yang ada di wilayah Kabupaten Pangandaran. Hal ini membuat sector pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia yang tidak begitu dikembangkan secara komprehensif dan stimulatif sehingga membuat kapasitas berpikir sistem masyarakat tidak begitu mumpuni. Terlebih lagi, kemajuan bidang teknologi merupakan salah satu factor globalisasi yang cepat merambah daerah sebagai salah satu isu pembangunan juga tidak secara berkesinambungan diiringi oleh kemapanan intelektual sumber daya manusianya. 3. Dalam Undang-undang pengesahan Kabupaten Pangandaran di Provinsi Jawa Barat juga disertakan penjelasan mengenai kucuran dana yang akan diturunkan kepada Kabupaten Pangandaran untuk menjalankan pemerintahan. Dikatakan bahwa dana APBD yang akan diberikan kepada Kabupaten Pangandaran merupakan sebagian dana APBD Kabupaten Ciamis dan APBD Provinsi Jawa Barat sehingga jumlah dana yang diberikan akan sangat besar. Permasalahannya adalah apakah

2 of 6

18-Mar-14 09:44

Pemekaran Kabupaten Pangandaran: Menjawab Tantangan Pembanguna...

http://katanavajo.wordpress.com/2013/07/14/pemekaran-kabupaten-pan...

masyarakat di Pangandaran sudah siap dan bagaimana sistem pengelolaan oleh masyarakat itu sendiri mengingat akan tindak korupsi yang makin merajalela bukan hanya di level pusat namun sudah jauh merambah ke sendi-sendi pemerintahan lokal. 4. Konik kepentingan antara pebisnis pasir besi dengan warga Pangandaran Pemerintah dikalahkan Premanisme Seperti yang disebutkan dalam situs Regional Investment, Direktorat Pengembangan Potensi daerah BKPM, Kabupaten Tasikmalaya merupakan potensi sumber daya alam pasir besi yang sangat besar di Indonesia dan situs ekploitasi tersebut memang baru sejak 2012 ditemukan dan digunakan. Dilansir oleh situs BKPM, di lokasi Cipatujah dan Cikalong, Tasikmalaya, tersedia cadangan 4.200.000 pasir besi di Cipatujah dan 2.400.000 ton pasir besi di Cikalong. Melihat potensi yang luar biasa melimpah ini, banyak sekali pengusah ayang kemudian berlomba-lomba mendapatkan izin legal eksploitasi pasir besi di Tasikmalaya Selatan. Namun setelah dirasa justru menimbulkan banyak kerugian, pasir besi sementara ditutup oleh pemerintah tasikmalaya karena tidak jelas siapa yang bekerja untuk siapa dan kepada siapa pasir besi dijual, atau pertanyaan tentang kenapa pemasukan daerah justru tidak meningkat signikan padahal eksploitasinya berlebihan? Masalahnya adalah Kabupaten Pangandaran ada di tengah-tengah konik kepentingan para penguasa dan pengusaha ini yang mengirim truk-truk pasir besinya dengan tonase yang tidak karuan untuk berbondong-bondong melewati jalan utama jalur selatanm Pangandaran sehingga akibatnya jalanan sangat rusak. Warga sekitar tidak punya kekuatan untuk melawan para penguasa yang berlimpah uang ini karena tiap kali warga berontak maka truk-truk ini akan diboikot dan dihentikan supaya tidak melewati jalur Pangandaran lagi, namun keadaan justru makin memburuk karena bukannya mengalah namun para pengusaha pasir besi itu kemudian malah mengirimkan preman-preman sebagai serigala yang menentang dan menakuti warga agar truk-truk bisa lewat kembali dan dalam hal ini polisi pun tidak berdaya. Pada kondisi seperti ini, kita bisa melihat bagaimama Kabupaten Pangandaran justru makin dirundung masalah setelah memekarkan diri dari Kabupaten Ciamis. Bukan suatu hal yang mudah bagi para petinggi di Pangandaran untuk bisa keluar dari sekelumit masalah yang dihadapkan tepat didepan muka. Namun, menilik pada optimisme otonomi daerah yang sifatnya terus berkembang dan berproses maka patut rasanya ada kritik terhadap pembangunan yang dilaksanakan di Pangandaran, Provinsi Jawa Barat, dan Indonesia secara luas. Sebagai upaya untuk mengantisipasi dan mengatasi masalah-masalah yang telah diungkapkan pada halaman sebelumnya, ada beberapa alternative jalan kaluar yang bisa diaplikasikan dalam pengembangan Kabupaten Pangandaran, dan seluruh daerah secara nasional. Beberapa langkah berikut juga merupakan sebuah bentuk kritik terhadap pelaksanaan pembangunan di Indonesia dan isu-isu yang berkaitan, diantaranya: 1. 1. Efektivitas birokrasi untuk kesejahteraan masyarakat

Dalam sebuah sistem ketatanegaraan, birokrasi merupakan sebuah kontribusi besar dalam upayanya mengatasi situasi sulit penyelenggaraan Negara oleh pemerintah. Hal ini meliputi fungsi-fungsi birokrasi, antara lain, fungsi administrasi, fungsi kebijakan, artikulasi kepentingan, legitimasi rejim dan menjaga stabulitas pemerintahan. Hubungan antara birokrasi dengan kesejahteraan masyarakat itu sendiri adalah pada bagaimana kemudian efektivitas brokrasi diwujudkan melalui proses politik yang dituangkan dalam agenda maupun dokumen politik. Birokrasi dari sumbernya, Yunani, merupakan segala sesuatu yang diselesaikan di atas meja. Dari segi denisi, kita bisa ambil kesimpulan bahwa sesugguhnya birokrasi menarik garis tegas yang memisahkan antara orang yang berpikir dan bertindak sistematis serta radikal dengan orang yang tidak tersistem. Birokrasi baik level pusat maupun lokal yang baik adalah yang mampu melakukan pendekatan terhadap sistem kinerja outcome yang kemudian menguntungkan dan menjunjung kesejahteraan masyarakat. Dalam birokrasi itu sendiri dikenal erat yang namanya raintai komando yang memperjelas siapa berhak memberi instruksi kepada siapa dan siapa yang mengeksekusi di lapangan dan siapa yang melaporkan seluruh kegiatan pengurusan sebuah Negara. Birokrasi pun harus bisa menjamin bahwa tindakan pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan sesuah dengan nilai-nilai dan pasal yang sudah ditetapkan dalam UUD NRI 1945. Di manapun elemen birokrasi itu berada dan bekerja, sistem yang dijadikan sebagai acuan adalah pilar-pilar berbangsa dan bernegara dan mengacu juga kepada tujuan Negara yang telah dengan sangat jelas dituangkan dalam Pembukaan UUD NRI 1945. Birokrasi harus menjamin keutuhan NKRI dengan tetap berpegang teguh pada niat awal para pendiri bangsa ini, untuk mempersatukan seluruh Indonesia. Jajaran birokrasi dalam suatu Negara, terlebih lagi dalam sebuah daerah yang baru saja memisahkan diri, maka akan sangat penting untuk menerapkan birokrasi yang baik dengan masing-masing aparatur mengetahui fungsi kelembagaan masing-masing dan tugas pokok pokoknya sehingga prinsip check and
3 of 6

18-Mar-14 09:44

Pemekaran Kabupaten Pangandaran: Menjawab Tantangan Pembanguna...

http://katanavajo.wordpress.com/2013/07/14/pemekaran-kabupaten-pan...

balances bisa diimplementasikan dengan baik dan fungsi control antara pemerintah (legislative, eksekutif, dan yudikatif) itu tetap ada dan ditunjukkan kepada rakyat agar pemerintah memiliki integritas yang tidak dipandang sebelah mata saja. 1. 2. Kompetensi lokal sebagai dasar pembangunan daerah

Suatu elemen masyarakat dalam sebuah tatanan kehidupan sosial di suatu daerah sudah sepatutnya mengadopsi nilai-nilai kearifan lokal sebagai upaya untuk mengembangkan dan mempertahankan potensi daerah sebagai nilai jual utama sebuah daerah otonom baru. Masing-masing individu merupakan agen yang akan berpengaruh bagaimana sebuah daerah mengambil dan menetapkan sebuah kebijakan yang digambarkan sebagai kebijakan pro-rakyat. Perkembangan ekonomi yang juga merupakan salah satu isu terkait pembangungan merupakan hal yang juga harus diperhatikan oleh sebuah daerah otonom baru, p[erlu diperlihatkan keberdayaan dan integritas suatu daerah otonom dalam produk barang dan jasa daerah tersebut yang dimaksudkan untuk pemberdayaan sumber daya manusia dan sumber daya alam. Budaya demokrasi yang dibentuk pun harus berdasarkan nilai moral yang dikandung dalam prinsipprinsip berkehidupan masyarakat dalam suatu wilayah. Acapkali prinsip itu didasarkan kepada sentuhan sosial-budaya yang memang diturunkan dan diteruskan dari nenek moyang terdahulu sampai generasi masa kini. Melihat kepada budaya dan karakter sosial masyarakat Pangandaran yang menggambarkan dirinya sebagai sebuah masyarakat yang terpenuhi atau mampu memenuhi kebutuhannya sendiri merupakan suatu hal yang membangkitkan optimisme akan jalannya otonomi daerah di Kabupaten Pangandaran, Tentu saja Kabupaten Pangandaran tidak sembarangan danmain-main ketika pada akhirnya Pangandaran memutuskan untuk memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis. Potensi wisata dan alam yang dimiliki oleh Pangandaran merupakan tonggak utama perekonomian masyarakat di Pangandaran selain dari sector perikanan dan kelautan itu sendiri. Masyarakat harus paham betul dan mengenali karakteristik masyarakat itu sendiri berdasarkan kondisi geogras tempat tinggal maupun sifat egosentrisme masyarakat sunda itu sendiri yang lebih mementingkan hirup sauyunan atau secara bersama-sama dan saling gotong royong agar dapat menjalankan seluruh potensi yang sangat besar tersedia di Kabupaten Pangandaran tersebut. Meskipun ada optimisme, namun masyarakat Pangandaran tetap harus menguatkan potensi lokal daerahnya dengan cara pemberian sarana pendidikan mulai dari peralatan, buku-buku, gedung sekolah dan transportasi itu sendiri agar trcipta iklim ilmu pengetahuan yang baik sehingga mampu mencetak generasi muda yang unggul. Hal ini penting karena kita tentunya tidak mau di kemudian hari Pangandaran akan dikemudi dan dikendalikan oleh teknokrat dari daerah lain yang mungkin saja punya kepentingan probadi atau kelompok sebagai motif yang ia gunakan untuk dapat menolong Kabupaten Pangandaran pada awalnya. Harapannya orang-orang dari Pangandaran lah yang akan menciptakan iklim pembangunan yang kondusif dengan tetap tidak menghilangkan kecirian daerah Pangandaran itu sendiri serta menyeimbangkan antara warisan leluhur berupa lahan dan hutan serta alam yang asri dan penguatan sector ekonomi melalui upaya industrialisasi dan penggunaan instrument berbasis teknologi. Selain itu, ketika masyarakat sudah tahu sector apa yang akan menjadi senjata unggulan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut maqka harus dibuat daftar anggaran pembelanjaan dan pengembangan yang tentunya dititikberatkan pada sector-sektor yang dirasa unggul tadi. Tak lupa, penguatan infrastruktur merupakan hal yang juga harus diperhatikan pertama kali. Tanpa infrastruktur yang memadai seperti jalan yang bagus untuk memfasilitasi pengunjung objek wisata di Kabupaten Pangandaran maka orang-orang akan enggan untuk dating dan menikmati waktu liburan mereka di Pangandaran karena pelayanan yang kurang memuaskan. 1. 3. Law Enforcement sebagai upaya mengatasi premanisme, dan konik kepentingan

Melihat kekhawatiran akan maraknya penggelapan dana APBD yang akan dikucurkan ke Pangandaran dalam jumlah yang besar, perlu disadari bahwa hal tersebut hanya akan terjadi ketika tidak ada payung hukum yang jelas yang mengatur bukan lagi dalam skala nasional namun juga lokal. Tidak boleh sampai ada kasus korupsi yang muncul pada masa awal pembentukan Kabupaten Pangandaran karena hal itu akan sangat merusak kredibilitas daerah Pangandaran serta mengurangi kepercayaan rakyat sekaligus kepercayaan Negara sendiri karena Negara merupakan lembaga yang secara langsung mengawasi praktek penggunaan dan pengalokasian dana di level daerah untuk menjalankan fungsi otonomnya. Sistem pengelolaan dan perbendaharaan yang apik, dalam hal ini menyangkut urusan

4 of 6

18-Mar-14 09:44

Pemekaran Kabupaten Pangandaran: Menjawab Tantangan Pembanguna...

http://katanavajo.wordpress.com/2013/07/14/pemekaran-kabupaten-pan...

administrasi, untuk benar-benar ditempatkan orang yang mampu dan memiliki catatan yang baik selama ia bekerja. Namun, Provinsi Jawa Barat telah kemudian menginstruksikan kepada pejabat sipil Kabupaten Ciamis yang kemudian daerahnye beririsan dengan daerah yang sekarag telah dipisahkan untuk mengurus segala berkas-berkas dan pendirian kantor utama pemerintahan. Tak hanya itu, mobilisasi pun akan dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Ciamis terhadap sejumlah empat ratus orang lebih untuk membantu di kantor pemerintahan masa awal Kabupaten Pangandaran agar bisa tercipta kondisi yang stabil dan terbiasa terlebih dahulu sebelum akhirnya melanjutkan fungsi otonom kea rah yang lebih bersifat lokal. Bukan hanya dalam hal APBD saja namun pada permasalahan tentang premanisme yang sempat di singgung di bagian rumusan masalah. Premanisme adalah sekumpulan orang yang kemudian melakukan tindakan yang bersifat bebas tetapi digunakan untuk mengintimidasi atau mengambil keuntungan dari hasil orang lain dengan terkadang ditempuh melalui cara yang anarkis. Masyarakat Pangandaran sudah sangat geram dengan ulah dari truk-truk pasir besi yang membawa muatan dengan tonase yang berlenbihan sehingga membuat jalan di sepanjangang Pangandaran Batukaras rusak parah dan hampir tidak bisa dilewati oleh kendaraan biasa selain truk dan mobil muatan besar lainnya. Kondisi seperti ini telah kemudian membuat rakyat di Pangandaran sengsara karena perekonomian bisa dibilang hampir mati karena rusaknya insfrastruktur jalan. Ini bisa dilihat dengan fakta bahwa dalam jangka waktu beberapa bulan terakhir objek wisata Pangandaran dan batukaras sepi pengunjung, kebanyakan para pedagang setempat menjelaskan bahwa pengunjung malas jika harus menempuh perjalanan panjang yang melelahkan dan membuat kesal untuk sampai di Pangandaran. Distribusi produk pun menjadi lebih sukar dari biasanya dimana pasar tradisional sebagian ditutup karena sulitnya menyalurkan barang dari satu tempat ke tempat lain dengan waktu yang terhitung cepat. Masyarakat pernah memberontak kepada para penguasa dan pengusaha yang telah mengakibatkan kerusakan yang besar pada jalan-jalan di Pangandaran akibat eksploitasi pasir besi yang diangkut oleh truk bertonase tinggi yang dikirim dari Tasikmalaya, Ciamis, dan Cilacap. Ada anggapan bahwa para pengusaha ini tidak ingin mengambil jalur utama karena takt diperiksa izin produksi pasir besinya. Hal ini disebabkan oleh tidak jelasnya penambangan pasir besi yang dilakukan di Tasikmalaya Selatan karena eksploitasi terus dilakukan namun masyarakat menikmati hasilnya sangat sedikti sekali. Dalam kondisi seperti ini, rakyat lah yang kemudian dikorbankan oleh keadaan, dikorbankan oleh kepentingan beberapa pihak semata yang hanya ingin meraup keuntungan bagi dirinya sendiri. Ketika masyarakat memberontak dan menghentikan truk-truk tersebut agar tidak melewati jalan-jalan di Pangandaran lagi, alih-alih mundur, truk-truk ini malah kemudian dipersenjatai preman-preman yang mampu menggertak warga dan memukul mundur warga yang awalnya bersifat keras menolak adanya penggunaan jalur pasir besi tersebut. Bahkan polisi pun tidak bisa mengatasi masalah ini. Ini adalah potret ketidakberdayaan pemerintah mengontrol masyarakatnya. Terlebih lagi, ini merupakan bukti konkret bagaimana Negara jelas kalah di depan para penguasa dan pengusaha. Mungkinkah kita tinggal di Negara pengecut yang kalah oleh rakyatnya sendiri? Masyarakat seharusnya prihatin dengan fenomena seperti ini karena premanisme masih sangat baanyak digunakan sebagai senjata berupa serigala-serigala yang siap menerkam siapa pun yang berdiri di jalannya. Maka dari itu, harus ada penegakan hukum yang jelas bukan hanya di Kabupaten Pangandaran ketika nanti pemerintah sudah berjalan efektif namun di seluruh wilayah di Indonesia. Negara seharusnya malu jika masih kalah oleh premanisme. Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah bahwa dengan menyadari banyaknya masalah yang akhirnya ditimbulkan setelah Kabupaten Pangandaran mengabil keputusan untuk memekarkan diri dari kabupaten Ciamis maka masyarakat Pangandaran ataupun khalayak umum akan mengetahui tantangan-tantangan pembangunan dan turut serta dalam upaya global untuk menciptakan pembangunan yang efektif yaiitu pembangunan yang berbasis kesejahteraan masyarakat. Dari empat masalah utama yang telah diutarakan, yakni, potensi penyalahgunaan dana APBD, belum adanya pemerintahan aktif, konik kepentingan, dan lemah dan terbatasnya kemampuan sumber daya manusia di Pangandaran terdapat tiga alternative atau saran penyelesaian yang ditawarkan, yang pertama adalam penguatan efektivitas birokrasi dalam mencapai kesejahteraan masyarakat, kompetensi lokal sebagai dasar membangun daerah, dan law enforcement untuk mengatasi premanisme serta penyalahgunaan dana. Pada lingkup otonomi itu sendiri harus diperhatikan bahwa isu pembangunan yang krusial bukan pada penekanan bagaimana akhirnya setiap daerah berlomba-lomba untuk memekarkan diri tapi lebih kepada bagaimana pemisahan diri suatu daerah didasarkan betul-betul pada pertimbangan kesejahteraan masyarakat yang lebih terjamin dan kehidupan yang lebih layak bagi masyarakat. Tak lupa, keinginan untuk menjadi daerah yang mandiri juga harus dibekali dengan kesadaran bahwa Indonesia adalah satu dan akan tetap satu sampai akhir hayat. Kesatuan inilah yang harus dipegang
5 of 6

18-Mar-14 09:44

Pemekaran Kabupaten Pangandaran: Menjawab Tantangan Pembanguna...

http://katanavajo.wordpress.com/2013/07/14/pemekaran-kabupaten-pan...

teguh oleh setiap pilar bangsa dan terus diterapkan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai bentuk implementasi pembangunan.

Blog pada WordPress.com. | The Ryu Theme. Ikuti

Follow katanavajo
Powered by WordPress.com

6 of 6

18-Mar-14 09:44

You might also like