Professional Documents
Culture Documents
didefinisikan sebagai AB
didefinisikan sebagai AB
dan
n 1
V V , maka poligon V
1
V
2
V
n
adalah
1
1
n
i i
i
VV
+
=
, dimana pemberian
indeks adalah dalam modulo-n.
Perlu ditekankan bahwa pada Definisi 3.1.1 poligon yang dimaksudkan tidak
mengalami degenerasi yaitu, untuk i j k = = , maka
i j k
V V V = = dan
i j k
V VV e .
Generalisasi teorema..., Edi Setiawan, FMIPA UI, 2009
14
3.1 Teorema Menelaus
Sebelum melakukan pembuktian Teorema Menelaus, diasumsikan bahwa
garis yang memotong poligon tidak sejajar dengan sisi poligon dan tidak
memotong poligon tepat pada titik sudut poligon tersebut. Pengertian memotong
sisi poligon yang dimaksud adalah garis dapat memotong poligon pada sisi atau
perpanjangan sisi poligon. Pembuktikan Teorema Menelaus, akan dimulai dari
teorema Menelaus pada segitiga, kemudian pada segiempat, dan terakhir pada
poligon.
3.1.1 Teorema Menelaus pada Segitiga
Teorema 3.1.1
Andaikan sebuah garis memotong segitiga V
1
V
2
V
3
di titik W
1
, W
2
dan W
3
masing-
masing pada sisi
1 2
VV ,
2 3
V V dan
3 1
V V , maka berlaku:
2 3 3 3 1 1
1 2 3 3 3 1
V W V W V W
=1
WV W V W V
.
Bukti:
Ambil dua titik W
i
dan W
j
dengan
i j
W W = , lalu jadikan
i j
WW sebagai alas segitiga.
Generalisasi teorema..., Edi Setiawan, FMIPA UI, 2009
15
Misalkan diambil
2 3
W W sebagai alas segitiga, maka:
Pada segitiga W
3
V
1
W
2
dan segitiga W
3
V
2
W
2
diperoleh
3 1 2 1 1
1 2 3 2 2
[W VW ] VW
WV [W V W ]
= .
Pada segitiga W
3
V
2
W
2
dan segitiga V
3
W
3
W
2
diperoleh
3 2 2 2 2
2 3 3 3 2
[W V W ] V W
W V [V W W ]
= .
Pada segitiga V
3
W
3
W
2
dan segitiga W
3
V
1
W
2
diperoleh
3 3 3 3 2
3 1 3 1 2
V W [V W W ]
W V [W VW ]
= .
Sehingga dari ketiga hal di atas, diperoleh bahwa:
3 3 3 1 2 3 2 2 3 3 2 1 1 2 2
1 2 2 3 3 1 3 2 2 3 3 2 3 1 2
V W [W VW ] [W V W ] [V W W ] VW V W
= =1
WV W V W V [W V W ] [V W W ] [W VW ]
.
Berikut adalah contoh kondisi sebuah garis yang memotong segitiga:
Selanjutnya akan dibuktikan Teorema Menelaus pada segiempat.
V
2
V
1
V
3
W
3
W
2
W
1
Generalisasi teorema..., Edi Setiawan, FMIPA UI, 2009
16
3.1.2 Teorema Menelaus pada Segiempat
Teorema 3.1.2
Andaikan sebuah garis memotong segiempat V
1
V
2
V
3
V
4
di titik W
1
, W
2
, W
3
dan W
4
masing-masing pada sisi V
1
V
2
, V
2
V
3
, V
3
V
4
dan V
4
V
1
, maka berlaku:
3 3 1 1 2 2 4 4
1 2 2 3 3 4 4 1
V W VW V W V W
=1
WV W V W V W V
.
Bukti:
Ambil dua titik W
i
dan W
j
dengan
i j
W W = , lalu jadikan
i j
WW sebagai alas segitiga.
Misalkan diambil
1 2
WW sebagai alas segitiga, maka:
Dari segitiga V
1
W
1
W
2
dan V
2
W
1
W
2
diperoleh
1 1 1 1 2
1 2 2 2 1
VW [VWW ]
=
WV [V W W]
.
Dari segitiga V
2
W
2
W
1
dan V
3
W
1
W
2
diperoleh
2 2 2 2 1
2 3 3 1 2
V W [V W W]
=
W V [V WW ]
.
Dari segitiga V
3
W
1
W
2
dan V
4
W
1
W
2
diperoleh
3 3 3 1 2
3 4 4 1 2
V W [V WW ]
=
W V [V WW ]
.
Dari segitiga V
1
W
1
W
2
dan V
4
W
1
W
2
diperoleh
4 4 4 1 2
4 1 1 1 2
V W [V WW ]
=
W V [VWW ]
.
Generalisasi teorema..., Edi Setiawan, FMIPA UI, 2009
17
Sehingga diperoleh:
.
3 3 3 1 2 1 1 2 2 4 4 1 1 2 2 2 1 4 1 2
1 2 2 3 3 4 4 1 2 2 1 3 1 2 4 1 2 1 1 2
V W [V WW ] VW V W V W [VWW ] [V W W] [V WW ]
= 1
WV W V W V W V [V W W] [V WW ] [V WW ] [VWW ]
=
Berikut adalah beberapa contoh kondisi dari sebuah garis yang memotong
segiempat V
1
V
2
V
3
V
4
:
Contoh 1:
W
4
W
3
W
2
W
1
V
4
V
3
V
2
V
1
Generalisasi teorema..., Edi Setiawan, FMIPA UI, 2009
18
W
1
W
2
W
3
W
4
V
1
V
2
V
3
V
4
Contoh 2:
Contoh 3:
W
4
W
3
W
1
W
2
V
4
V
3
V
1
V
2
Generalisasi teorema..., Edi Setiawan, FMIPA UI, 2009
19
3.1.3 Teorema Menelaus pada Poligon
Teorema 3.1.3
Misal diketahui poligon V
1
V
2
V
3
.V
n
. Misalkan pula sebuah garis memotong
poligon di titik W
1
, W
2
, ., W
n
masing-masing pada sisi V
1
V
2
, V
2
V
3
, ., V
n
V
1
,
maka berlaku:
n
j j
j =1 j j+1
VW
=1
WV
[
.
Bukti:
Mula-mula tentukan dahulu dua titik W
a
dan W
b
dengan W
a
= W
b
, lalu jadikan
a b
W W sebagai alas segitiga. Maka untuk setiap sisi poligon V
s
V
s+1
dengan s =1,
2, 3, , n, terdapat dua kemungkinan, yaitu:
Gambar 3.1.1
W
b
W
a
W
b
W
a
W
s
W
s
V
s+1
V
s
V
s+1
V
s
(i) (ii)
Generalisasi teorema..., Edi Setiawan, FMIPA UI, 2009
20
Untuk kedua kasus pada Gambar 3.1.1, berlaku hal yang sama, yaitu:
s s s a b
s s+1 s+1 a b
V W [V W W ]
=
W V [V W W ]
.
Sehingga diperoleh :
[ [
n n
j j j a b
j =1 j =1
j j+1 j+1 a b
1 a b 2 a b n-1 a b n a b
2 a b 3 a b n a b n+1 a b
1 a b 1 a b
n+1 a b 1 a b
VW [VW W ]
=
WV [V W W ]
[VW W ] [V W W ] [V W W ] [V W W ]
= ...
[V W W ] [V W W ] [V W W ] [V W W ]
[VW W ] [V W W ]
= = =1.
[V W W ] [V W W ]
3.2 Teorema Ceva
Pada Teorema Ceva berikut, teorema melibatkan satu titik selain titik sudut
poligon, maka titik yang dimaksud adalah titik yang jika dibuat garis melalui titik
tersebut dan titik sudut poligon, maka garis yang terbentuk tidak sejajar dengan
sisi poligon serta tidak memotong poligon pada titik sudut yang lain. Pembuktian
pada Teorema Ceva akan dimulai dari Teorema Ceva pada segitiga, kemudian
segiempat, dan terakhir pada poligon.
Generalisasi teorema..., Edi Setiawan, FMIPA UI, 2009
21
3.2.1 Teorema Ceva pada Segitiga
Teorema 3.2.1
Misalkan V
1
V
2
V
3
adalah segitiga, lalu C adalah titik yang diberikan. Misalkan pula
W
i
adalah titik potong garis CV
i
dengan ruas V
i-1
V
i+1
dengan i =1, 2, 3 , maka
berlaku:
3 1 2 3 1 2
1 2 3 1 2 3
V W V W VW
=1
WV W V W V
.
Bukti:
Dari segitiga CV
3
V
1
dan CV
1
V
2
dengan sisi alas CV
1
diperoleh
3 1 3 1
1 2 1 2
V W [CV V ]
=
WV [CVV ]
.
Dari segitiga CV
1
V
2
dan CV
2
V
3
dengan sisi alas CV
2
diperoleh
1 2 1 2
2 3 2 3
VW [CVV ]
=
W V [CV V ]
.
Dari segitiga CV
2
V
3
dan CV
3
V
1
dengan sisi alas CV
3
diperoleh
2 3 2 3
3 1 3 1
V W [CV V ]
=
W V [CV V ]
.
Sehingga diperoleh bahwa:
.
3 1 2 3 3 1 2 3 1 2 1 2
1 2 2 3 3 1 1 2 2 3 3 1
V W V W [CV V ] [CV V ] VW [CVV ]
= 1
WV W V W V [CVV ] [CV V ] [CV V ]
=
Generalisasi teorema..., Edi Setiawan, FMIPA UI, 2009
22
Berikut adalah contoh kondisi segitiga dengan titik C yang dimaksudkan:
Contoh 1:
Contoh 2:
V
1
W
3
W
2
W
1
C
V
2
W
3
W
2
W
1
C
V
1
V
2
V
3
V
3
Generalisasi teorema..., Edi Setiawan, FMIPA UI, 2009
23
3.2.2 Teorema Ceva pada Segiempat
Teorema 3.2.2
Misalkan V
1
V
2
V
3
V
4
adalah segiempat, dan C adalah titik yang diberikan. Misalkan
pula W
i
adalah titik potong garis CV
i
dengan ruas V
i-1
V
i+1
dengan i =1, 2, 3, 4 ,
maka berlaku:
2 3 3 4 4 1 1 2
1 2 2 3 3 4 4 1
V W V W V W VW
=1
WV W V W V W V
.
Bukti:
Dari segitiga CV
1
V
2
dan CV
4
V
1
dengan sisi alas CV
1
diperoleh
4 1 4 1
1 2 1 2
V W [CV V ]
WV [CVV ]
= .
Dari segitiga CV
1
V
2
dan CV
2
V
3
dengan sisi alas CV
2
diperoleh
1 2 1 2
2 3 2 3
VW [CVV ]
W V [CV V ]
= .
Dari segitiga CV
2
V
3
dan CV
3
V
4
dengan sisi alas CV
3
diperoleh
2 3 2 3
3 4 3 4
V W [CV V ]
W V [CV V ]
= .
Dari segitiga CV
3
V
4
dan CV
4
V
1
dengan sisi alas CV
4
diperoleh
3 4 3 4
4 1 4 1
V W [CV V ]
W V [CV V ]
= .
Sehingga diperoleh:
2 3 3 4 2 3 3 4 4 1 1 2 4 1 1 2
1 2 2 3 3 4 4 1 1 2 2 3 3 4 4 1
V W V W [CV V ] [CV V ] V W VW [CV V ] [CVV ]
1
WV W V W V W V [CVV ] [CV V ] [CV V ] [CV V ]
= = .
Generalisasi teorema..., Edi Setiawan, FMIPA UI, 2009
24
Berikut adalah beberapa contoh kondisi segiempat dan titik C seperti yang
dimaksudkan di atas:
Contoh 1:
Contoh 2:
W
1
C
V
4
V
3
V
2
V
1
W
4
W
2
W
3
W
4
W
3
W
2
W
1
C
V
4
V
3
V
2
V
1
Generalisasi teorema..., Edi Setiawan, FMIPA UI, 2009
25
Contoh 3:
Setelah membahas Teorema Ceva pada segiempat, selanjutnya akan
dibahas Teorema Ceva pada poligon.
W
1
W
2
W
3
W
4
V
4
V
3
V
2
V
1
C
Generalisasi teorema..., Edi Setiawan, FMIPA UI, 2009
26
3.2.3 Teorema Ceva pada Poligon
Teorema 3.2.3
J ika diketahui poligon V
1
V
2
V
3
V
n
, dan sebuah titik C, lalu misalkan garis CV
i
memotong garis V
i-k
V
i+k
di titik W
i
untuk i =1, 2, , n dan k dimana
2
n
k < ,
Maka berlaku:
n
i-k i
i 1
i i+k
V W
1
WV
=
=
[
.
Bukti:
Dari keterangan bahwa garis CV
i
memotong garis V
i-k
V
i+k
di titik W
i
, maka terdapat
beberapa kondisi yang mungkin, yaitu:
Gambar 3.2.1
C
C
C
W
i
W
i
W
i
V
i+k
V
i+k
V
i+k
V
i-k
V
i-k
V
i-k
V
i
V
i
V
i
(i)
(ii)
(iii)
Generalisasi teorema..., Edi Setiawan, FMIPA UI, 2009
27
Akan tetapi, pada ketiga kasus pada Gambar 3.2.1 tetap berlaku:
i-k i i-k i
i i+k i i+k
V W [CV V]
=
WV [CVV ]
.
Kemudian dari
n
1 k
2
s < , maka 2k n < . Misalkan n 2k j = + , maka:
[ ]
... ...
[ ][ ] [ ][ ]
...
[ ][ ]
n n
i-k i i-k i
i 1 i 1 i i+k i i+k
0 k 1-k 1 2-k 2 -1 k-1
1 1+k 2 2+k k-1 2k-1 k 2k
1 k+1 2 k+2
k+1 2k+1 k+2 2k+2
V W [CV V]
WV CVV
[CV V ] [CV V ] [CV V ] [CV V ]
CVV CV V CV V CV V
[CVV ] [CV V ] [CV
CV V CV V
= =
=
=
[ [
...
[ ][ ][ ]
... .
[ ] [ ] [ ] [ ]
k-1 2k-1 k 2k k+1 2k+1
2k-1 3k-1 2k 3k 2k+1 3k+1
k+j-1 2k+j-1 k+j 2k+j
n-2k n-k n-2k+1 n-k+1
n-k n n-k+1 n+1 n-1 n-1+k n n+k
V ] [CV V ] [CV V ]
CV V CV V CV V
[CV V ][CV V ]
[CV V ][CV V ]
CV V CV V CV V CV V
Terlihat bahwa penyebut pada k-suku pertama akan tercoret dengan pembilang
pada k-suku berikutnya. Sedangkan penyebut pada j-suku berikutnya akan tercoret
dengan pembilang pada j-suku terakhir. Sehingga suku yang tersisa adalah
pembilang pada k-suku pertama dan penyebut pada k-suku terakhir, yaitu:
[ ]
...
[ ][ ] [ ][ ]
...
[ ][ ]
n n
i-k i i-k i
i 1 i 1 i i+k i i+k
0 k 1-k 1 2-k 2 -1 k-1
n-k+1 n+1 n-k+2 n+2 n-1 n-1+k n n+k
1-k 1 2-k 2 n
1-k 1 2-k 2
V W [CV V]
WV CVV
[CV V ] [CV V ] [CV V ] [CV V ]
CV V CV V CV V CV V
[CV V ] [CV V ] [CV
CV V CV V
= =
=
=
=
[ [
.
[ ][ ]
-1 k-1 n k
n-1 k-1 n k
V ] [CV V ]
1
CV V CV V
=
Generalisasi teorema..., Edi Setiawan, FMIPA UI, 2009
28
Berikut adalah skema pencoretan yang dimaksudkan seperti di atas:
suku pembilang pertama suku pembilang kedua suku pembilang terakhir
k k j