You are on page 1of 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hati adalah organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks. Hati yang terletak di persimpangan antara saluran cerna dan bagian tubuh lainnya, mengemban tugas yang sangat berat untuk mempertahankan homeostatis metabolik tubuh. Cedera hati dan manifestasinya cenderung mengikuti pola khas, yang akan diuraikan terlebih dahulu sebelum penyakit spesifiknya dijelaskan. Hati rentan terhadap berbagai gangguan metabolik, toksik, mikroba dan sirkulasi. Pada sebagian kasus, proses penyakit terutama berlangsung di hati. Pada kasus yang lain, hati tekena secara sekunder, sering karena sebagian penyakit yang tersering pada manusia, seperti dekompensasi jantung, alkoholisme, dan infeksi di luar hati. Pembentukan dan ekskresi empedu merupakan fungsi utama hati. Hati mensekresi sekitar 1 liter empedu setiap hari. Secara anatomis dan fungsinya, hati, saluran empedu, dan kandung empedu saling terkait karena penyakit yang mengenai organ ini memperlihatkan gambaran yang saling tumpang tindih. Saluran empedu berfungsi untuk mengangkut empedu sedangkan kandung empedu menyimpan dan mengeluarkan empedu ke usus halus sesuai kebutuhan. Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sinonimnya adalah batu empedu, gallstones, biliary calculus. Kandung empedu merupakan kantong berongga berbentuk bulat lonjong seperti buah advokat yang terletak tepat di bawah lobus kanan hati. Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan dan memekatkan empedu. Dikenal tiga jenis batu empedu yaitu batu kolesterol, batu pigmen atau batu bilirubin, yang terdiri dari kalsium bilirubinat, dan batu campuran. Unsur-unsur utama empedu adalah air (97%), elektrolit, garam empedu, fosfolipid (terutama lesitin), kolesterol, dan pigmen empedu (bilirubin

terkonjugasi). Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak dalam usus halus. Fungsi metabolisme hati yang lain adalah metabolisme lemak, karbohidrat, protein, serta detoksifikasi. Fungsi detoksifikasi sangat penting dan dilakukan oleh enzim-enzim hati dengan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Pengobatan kolelitiasis meliputi operasi (bedah) dan non bedah. Operasi (bedah) pada kolelitiasis disebut kolesistektomi. Pembedahan bisa dilakukan secara terbuka (kolistektomi terbuka) dan tertutup (kolistektomi

laparoskopik). Bedah terbuka adalah cara klasik untuk mengangkat kandung empedu. Prosedur ini membutuhkan insisi perut. Kolesistektomi laparoskopik adalah pengangkatan kandung empedu melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut. Manusia dapat hidup seperti biasa walaupun kandung empedunya diangkat. Hati memproduksi empedu untuk membantu pencernaan makanan. Jika kandung empedu diangkat, empedu akan mengalir dari hati menuju saluran hepatitis kemudian ke saluran empedu dan akhirnya ke usus halus tanpa disimpan terlebih dahulu di kandung empedu. Karena setelah pengangkatan kandung empedu, aliran empedu ke usus halus menjadi lebih sering, maka tinja mungkin lebih lunak atau frekuensi buang air besar meningkat (diare). Pengobatan non bedah dapat dilakukan dengan disolusi medis, ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography) dan pemecahan batu (litotripsi) dengan menggunakan gelombang elektrosyok (ESWL). Batu kandung empedu telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dan pada abad ke 17 telah dicurigai sebagai penyebab penyakit pada manusia. Di Amerika Serikat, terhitung lebih dari 20 juta orang Amerika dengan batu empedu dan dari hasil otopsi menunjukkan angka kejadian batu empedu paling sedikit 20% pada wanita dan 8% pada laki-laki di atas umur empat puluhan. Di Inggris, sekitar 5,5 juta orang dengan batu empedu dan dilakukan lebih dari 50 ribu kolesistektomi tiap tahunnya. (Beckingham, 2001). Penelitian pada populasi Denmark menunjukkan tingkat insidens batu

empedu selama 5 tahun untuk pria pada umur 30, 40, 50 dan 60 tahun masing-masing merupakan 0.3%, 2.9%, 2.5% dan 3.3%, sementara untuk wanita merupakan 1.4%, 3.6%, 3.1% dan 3.7%. Kebanyakan kolelitiasis tidak bergejala atau bertanda. Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara barat. Di Amerika Serikat, biaya tahunan untuk mengatasi kolelitiasis adalah 6 milyar dolar, mencerminkan 1% dari dana perawatan kesehatan AS. Di Amerika Serikat dan di negara barat lainnya, batu empedu kolesterol mendominasi, terjadi dalam sekitar 70% dari semua kasus. Sisanya 30% dari pasien menderita batu pigmen, komposisi yang dapat bervariasi. Pada tingkat global, kasus baru batu empedu melanda sekitar 1-3 persen penduduk setiap tahun. Kebanyakan kolelitiasis diketahui secara kebetulan sewaktu pemeriksaan ultrasonografi atau pembuatan foto polos perut untuk general medical check-up. Dengan ultrasonografi, 90% batu empedu dapat terdeteksi. Sedangkan dengan foto rontgen abdomen hanya 10%. Sekitar 60% kasus batu kandung empedu bersifat asimtomatis (tidak bergejala klinis). Penelitian Michael,dkk terhadap 45.831 laki-laki berusia 40-75 tahun yang diikuti sejak tahun 1986-1994 secara kohort prospektif melaporkan 828 lakilaki mengetahui gejala kolesistisis dengan USG atau radiografi. Jing-Sen Shi,dkk (China, 2001) dalam penelitiannya mengatakan penggunaan kontrasepsi steroid yang mengandung estrogen dan progesteron memengaruhi pembentukan batu empedu pada pasien wanita dengan usia 20-44 tahun. Penelitian di Jakarta (2009) pada 51 pasien didapatkan batu pigmen pada 73% pasien dan batu kolesterol pada 27% pasien (menurut divisi Hepatology, Departemen IPD, FKUI/RSCM Jakarta, Mei 2009 ), wanita lebih berisiko mengalami batuempedu karena pengaruh hormon estrogen. Meski wanita dan usia 40 tahun tercatat sebagai faktor risiko batu empedu, itu tidak berarti bahwa wanita di bawah 40 tahun dan pria tidak mungkin terkena. Penderita diabetes mellitus (DM), baik wanita maupun pria, berisiko mengalami komplikasi batu empedu akibat kolesterol tinggi.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami merasa penting untuk mengangkat bahasan tentang asuhan keperawatan pada pasien post operasi kolistektomy yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi Ruangan C3. B. Tujuan a. Umum Secara umum tujuan kami menyusun tugas ini adalah untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien post operasi kolistektomy yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi Ruangan C3 b. Khusus Adapun tujuan secara khusus kami menyusun tugas ini adalah untuk mengetahui : i. Untuk mengetahui bagaimana kajian teori asuhan keperawatan pada pasien post operasi kolistektomy ii. Untuk mengetahui bagaimana kajian kasus asuhan keperawatan pada pasien post operasi kolistektomy iii. Untuk mengetahui perbandingan antara kajian teoritis dengan hasil observasi kasus.

You might also like