Professional Documents
Culture Documents
DMF-T
Disusun oleh :
Dewi Putri Utami
(04111004001)
Erni Haryanti
(04111004002)
Putri Hardiyatin
(04111004003)
(04111004005)
Falensia Octaria
(04111004006)
Hendrik Redhian
(04111004007)
Aulia Rizki
(04111004008)
(04111004009)
Anna Pratiwi
(04111004010)
Rismaulina STG
(04111004011)
(04111004012)
Yurika Handayani
(04111004013)
(04111004014)
Antika Samantha
(04111004015)
(04111004016)
(04121004018)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi
dan mulut. Bila diabaikan akan banyak timbul permasalahan-permasalahan
mengenai kerusakan gigi terutama pada jaringan kerasnya. Salah satu bentuk
kerusakan pada jaringan keras gigi adalah karies. Karies merupakan proses
demineralisasi email akibat penurunan pH secara terus menerus dalam waktu yang
lama sehingga terbentuk kavitas, hal ini perlu diperhatikan dan ditangani agar
tidak terjadi peningkatan prevalensi dimana prevalensi karies di Indonesia sudah
mencapai sekitar 90 persen. Telah banyak upaya yang dilakukan oleh para tenaga
kesehatan khususnya dokter gigi untuk mengevaluasi dan mencegah terjadinya
karies. Upaya-upaya yang dapat dilakukan seperti penyuluhan, pemeriksaan gratis
hingga perawatan khusus demi pengembalian fungsi normal gigi yang mengalami
kerusakan. Beberapa upaya lain, seperti cara pengukuran resiko karies dengan
indeks karies yaitu DMF-T. Dengan adanya indikator ini dapat mempermudah
para tenaga kesehatan khususnya dokter gigi dalam mengukur prevalensi karies
dan berupaya dalam pencegahannya. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami
akan membahas tentang DMF-T untuk mengetahui bagaimana cara pemeriksaan
dan pengukuran indeks status karies baik pada gigi permanen maupun gigi sulung.
2.
Rumusan Masalah
2.1 Apa yang dimaksud dengan DMF-T ?
2.2 Apa perbedaan pemeriksaan DMF-T ?
2.3 Apa tujuan dilakukannya pemeriksaan DMF-T ?
2.4 Bagaimana cara pengukuran indeks DMF-T ?
3.
Tujuan
3.1 Mengetahui pengertian DMF-T
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang dapat
menyerang semua golongan umur. Apabila tidak dirawat/diobati dapat menjadi
semakin parah karena adanya sifat progresif. Status kesehatan gigi meliputi
pemeriksaan karies dan kebersihan gigi dan mulut oleh karena kedua keadaan ini
diderita oleh masyarakat Indonesia (Depkes RI, 2004).
Menurut Depkes RI (2008), status kesehatan gigi dan mulut dapat diukur
dengan derajat keparahan penyakit gigi dan mulut masyarakat, untuk itu
diperlukan indikator-indikator dan standar penilaian yang sesuai dengan WHO,
seperti indikator kesehatan gigi dan status periodontal. Indikator status kesehatan
gigi untuk menilai karies digunakan indeks DMF-T. Indikator untuk menilai
kebersihan gigi dan mulut yang sering digunakan adalah OHI-S.
Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi karies dan indeks karies.
Indeks karies gigi yaitu angka yang menunjukkan jumlah gigi karies seseorang
orang. Pengukuran karies dikenal sebagai indeks DMF dan merupakan indeks
aritmetika penyebaran karies yang kumulatif. Beberapa metode pengukuran karies
gigi yaitu indeks DMF-T digunakan untuk menyatakan gigi yang karies, hilang
dan ditambal. DMF-S digunakan untuk menyatakan gigi karies, hilang dan
permukaan gigi yang ditambal pada gigi permanen, sehingga jumlah permukaan
gigi yang terkena harus diperhitungkan. Indeks yang sama untuk gigi sulung
adalah def-t dan def-s dimana t menunjukkan jumlah gigi yang dicabut (bukan
tanggal secara alamiah) dan s menunjukkan gigi atau permukaan gigi yang
ditambal (Kidd & Bechal, 1992).
A. Indeks DMF-T
Menurut Priyono (2000) DMF-T merupakan keadaan gigi geligi seseorang
yang pernah mengalami kerusakan, hilang, perbaikan, yang disebabkan oleh
karies gigi, indikator ini digunakan untuk gigi geligi tetap. Gigi sulung digunakan
indeks decayed ectraction filled teeth (def-t).
D artinya Decay yaitu kerusakan gigi permanen karena karies yang masih
dapat ditambal
M artinya Missing yaitu gigi permanen yang hilang karena karies atau gigi
karies yang mempunyai indikasi untuk dicabut.
F artinya Filling yaitu gigi permanen yang telah ditambal karena karies.
Indeks karies dmf dipakai pertama kali oleh Grubbel (1944 cit. Slack 1981)
yang garis besarnya sama dengan indeks DMF.
Banyak dijumpai pada anak-anak di Negara berkembang termasuk
Indonesia, dan cenderung meningkat pada setiap dasawarsa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 90% anak mengalami karies. Angka ini diduga lebih parah di
daerah daripada di kota dan pada anak-anak golongan ekonomi menengah ke
bawah. Kondisi ini tentu saja berpengaruh pada derajat kesehatan anak, proses
tumbuh kembang bahkan masa depan mereka (Depkes RI., 2000). Data SKRT
(2004) menyatakan bahwa, prevalensi karies mencapai 90,06%. Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2007 melaporkan bahwa prevalensi karies gigi aktif pada usia
12 tahun sebesar 29,8% dengan indeks DMF-T 0,91 dan mencapai 4,46 pada usia
35-44 tahun (Depkes RI., 2008).
Indeks DMF-T terdiri atas:
a. Decay (karies gigi)
Indeks karies untuk gigi dewasa sampai saat ini masih menggunakan
DMF-T Indeks. Decay (D) adalah jumlah gigi karies dalam mulut subyek atau
sampel, dan karies tersebut masih bisa ditambal (Priyono, 2000).
b. Missing
Missing atau kehilangan gigi yang dimaksud dalam pemeriksaan DMFT adalah kehilangan gigi oleh karena karies. Komponen missing (M) adalah
gigi hilang oleh karena karies, dan hilangnya gigi oleh sebab lain atau bukan
karena karies.
c. Filling (tumpatan)
Filling (F), dalam hal ini yang dimaksud adalah tumpatan, termasuk di
dalamnya tumpatan tanpa karies, seperti fissure sealant. Yang termasuk dalam
kriteria filling (F) adalah gigi yang sudah ditumpat, dan tumpatan masih dalam
keadaan baik.
Pada indeks DMFT Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena
biasanya gigi tersebut sudah dicabut dan kadang-kadang tidak berfungsi. Indeks
ini dibedakan atas indeks DMFT (decayed missing filled teeth) yang digunakan
untuk gigi permanen pada orang dewasa dan deft (decayed extracted filled tooth)
untuk gigi susu pada anak-anak. Pemeriksaan harus dilakukan dengan
menggunakan kaca mulut datar. Indeks ini tidak memerlukan gambaran radiografi
untuk mendeteksi karies aproksimal. Kriteria pemeriksaan seperti terlihat pada
Tabel 1.5. Cara perhitungannya adalah dengan menjumlahkan semua DMF atau
def. Komponen D meliputi penjumlahan kode 1 dan 2, komponen M untuk kode 4
pada subjek <30 tahun, dan kode 4 dan 5 untuk subjek >30 tahun misalnya hilang
karena karies atau sebab lain. Komponen F hanya untuk kode 3. Untuk kode 6
(fisur silen) dan 7 (jembatan, mahkota khusus atau viner/implan) tidak
dimasukkan dalam penghitungan DMFT.
Tabel 1.5. Kode pemeriksaan karies dengan indeks WHO
Kode
Gigi Susu
Mahkota Gigi
Gigi permanen,
Kondisi/Status
Gigi karies
Trauma/fraktur
0,0 1,1
Rendah
1,2 2,6
Sedang
2,7 4,4
Tinggi
4,5 6,5
Sangat Tinggi :
> 6,6
Total DMF-T
--------------------------Number of people examined
Total def-t
Total def-t
------------------------------Number of children examined
F
-----------------Total DMFT
indicates treatment required for decay
(filling needs met)
Total DMFT
----------------(indicates the treatment required
for unmet filling needs)
M
------------------Total DMFT
(indicates the number of teeth lost by decay)
5. Average D, M, or F individual
D or M or F
--------------------------Number of people examined
= RCI
Gigi yang belum erupsi. Gigi disebut erupsi apabila ada bagian gigi yang
menembus
gigi terdapat dua karies atau lebih, karies yang dihitung adalah
tetap
satu gigi.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam mengukur indeks DMF-T perlu memperhatikan kriteria dan
ketentuan dalam prosedur pemeriksaan sehingga mendapatkan hasil yang benar
benar sesuai dengan yang diharapkan. Dalam pemeriksaan ini juga tidak semua
gigi termasuk dalam perhitungan saat pemeriksaan DMF-T. Pemeriksaan ini
digunakan sebagai indikator karies untuk melihat status karies gigi, perencanaan
upaya
promotif
dan
preventif,
merencanakan
kebutuhan
perawatan,
Referensi
Bechal.
1991.
Dasar-Dasar
Karies
Penyakit
dan