You are on page 1of 11

Jurnal Penelitian

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN BINAHONG ( Anredera cordifolia) SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Escherichia coli SECARA IN VITRO Prof. Dr. dr. Sanarto S, DTM&H,spMK (K)*, dr. Bambang Prijadi, MS**, Stanley Ariestia Tanjaya*** *Laboratorium Mikrobiologi FKUB, **Laboratorium Biokimia FKUB, **Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKUB ABSTRACT

Eschericia coli is the one of the most responsible bacteria causing nosocomial infection, furthermost it is the most responsible bacteria in diarrhea cases. The general use of antibiotics to kill this bacteria are playing a significant role in the emergence of abntibiotics resistancy. Therefore, it is necessarily needed for the research of natural substance that has antimicrobial effect to reduce the number of resistance of antibiotics. Madeiravine leaf ( Anredera cordifolia (Ten.) Steensis ) contains numerous of antimicrobial substance, such as Alkaloid, Saponin, and Tannin. Madeiravine leaves is also easy to find. This study was carried out to know how the effect of madeiravine leaf (Anredera cordifolia (Ten.) Steensis ) extract towards Escherichia coli by In-Vitro. Tube dilution is used as study method, using extract concentration of 10%, 11,25%, 12,5%, 13,75%, and 15%. Density of bacteria cell used is 1x10 6 CFU/ml. Study was carried out on only one isolate with four times repetition for every concentration. The Minimum Inhibitory Concentration at 15%. The study data was analyzed using SPSS for Windows ver 15.0. The result of statistics study found there are significant (p<0,05) for antimicrobial effect of madeiravine leaf (Anredera cordifolia (Ten.) Steensis ) towards Escherichia coli. The conclusion of this study show that madeiravine leaf ( Anredera cordifolia (Ten.) Steensis ) extract had antimicrobial effect towards Escherichia coli by in-vitro.

Keyword : Avocado leaf (Persea Americana Mill), Escherichia coli, antimicrobial.

ABSTRAK Eschericia coli adalah bakteri penyebab infeksi nosokomial terbanyak kedua, selain itu Eschericia coli merupakan bakteri penyebab diare terbanyak pada masyarakat., Penggunan antibiotik secara luas sebagai terapi untuk membunuh bakteri ini, seringkali memicu terjadinya resistensi. Oleh sebab itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut dari bahan alam yang memiliki kemampuan antibakteri yang dapat mengurangi jumlah resistensi terhadap antibiotik. Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steensis ) memiliki bahan-bahan antibakteri seperti 1

Jurnal Penelitian

Alkaloid, Saponin, dan Tannin. Selain itu daun binahong mudah sekali didapatkan di lingkungan sekitar kita. Penelitian ini bertujuan menggali informasi mengenai bagaimana efek dari ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steensis ) terhadap bakteri Escherichia coli secara In vitro. Metode yang digunakan adalah delusi tabung, menggunakan ekstrak daun binahong dengan konsentrasi 10%, 11,25%, 12,5%, 13,75%, dan 15%. Kepadatan dari bakteri yang digunakan 1x106 CFU/ml. Penelitian dilakukan dengan satu isolate dan dilakukan pengulangan sebanyak empat kali. Kadar Bunuh Minimum yang diperoleh adalah 15%. Analisis data penelitian menggunakan SPSS for Windows ver 15.0. Hasil data statistik menunjukan bahwa bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara dosis ekstrak daun binahong dengan pertumbuhan koloni Eschericia coli (signifikansi < 0.05 pada ANOVA). Selanjutnya, dari uji regresi korelasi didapatkan bahwa ada hubungan yang sangat erat dan berkebalikan antara dosis ekstrak dengan jumlah koloni yang tumbuh (nilai korelasi(r) = -0.929). Maka, dari penelitian ini bisa disimpulkan bahwa ekstrak daun binahong memiliki efek antibakteri terhadap Eschericia coli. Namun, penelitian lanjutan masih sangat dibutuhkan untuk mengembangkan potensi ekstrak daun binahong ini. Kata kunci : Esherichia coli, ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia), in vitro.

PENDAHULUAN Menurut data dari salah satu rumah sakit di Jakarta penyebab terbanyak dari infeksi di rumah sakit dipicu oleh Enteobacteriaceae dimana paling banyak disebabkan oleh Klebsiella pneumonia (45%) di ikuti oleh Escherichia coli (19%).Hal ini sangat sulit diatasi oleh berbagai rumah sakit di dunia bahkan di negara dengan penanganan yang baik sekali pun seperti Singapura (Arnita, 2007). Enterobactericeae adalah golongan bakteri gram negatif, yang biasanya hidup sebagai normal flora di saluran pencernaan, atau menimbulkan infeksi di saluran pencernaan. Beberapa spesies yang termasuk dalam golongan Enterobactericeae adalah Escherichia, Yersinia, Salmonella, Klebsiella, dan masih banyak lagi lainnya (Dzen dkk, 2003). Di antara banyak spesies yang termasuk dalam Enterobactericeae mungkin Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang paling populer di masyarakat. Escherichia coli sebenarnya merupakan flora normal atau lebih biasa dikenal dengan istilah bakteri baik pada saluran pencernaan kita, tetapi bila ada suatu perubahan pada saluran pencernaan kita, bakteri ini dapat berubah fungsi menjadi merugikan. Infeksi dari Escherichia coli dapat mengakibatkan diare dan infeksi saluran kemih, yang tentunya menjadi salah satu masalah kesehatan. Untuk mengatasi permasalahan infeksi dalam tubuh, kita dapat menggunakan obat-obatan antibakteri dengan tujuan menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri tersebut. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan antibakteri telah dibatasi karena efek samping dan masalah resistensinya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu obat antibakteri alternatif dalam hal perawatan terhadap penyakit menular tersebut. Medicinal herbs /tanaman obat adalah sumber yang dianggap mewakili adanya kandungan yang kaya dari agen kemoterapeutik untuk antibakterial dan antifungi (Agnol et.al., 2003). Sekarang banyak masyarakat Indonesia yang mengutamakan pengobatan secara alami, contohnya saja pemanfaatan pengobatan herbal yang sekarang ramai dibicarakan. Namun 2

Jurnal Penelitian

kebanyakan informasi pengobatan herbal yang ada hanya sebatas bukti empiris dan belum ada bukti ilmiah. Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis ) contohnya. Binahong adalah tanaman yang berasal dari Amerika Selatan dan dataran Cina. Di Cina tanaman binahong lebih dikenal dengan nama Deng San Chi. Tumbuhan ini telah dikenal memiliki khasiat penyembuhan yang luar biasa dan telah ribuan tahun lamanya dikonsumsi oleh bangsa Tiongkok . Secara umum, hampir semua bagian dari tumbuhan binahong dapat dimanfaatkan untuk tujuan pengobatan. Misalnya biji binahong dapat dipergunakkan untuk penyembuhan diabetes, pembengkakan liver dan radang usus. Sementara daun binahong dapat dimanfaatkan untuk reumatik dan penyembuhan luka (Ferry,2008). Pada penelitian yang meneliti tentang kandungan daun-daun tanaman menjelaskan bahwa dalam daun binahong terdapat aktivitas antioksidan, asam askorbat dan total fenol yang cukup tinggi. Dalam penelitian yang lain, daun binahong diketahui mempunyai kandungan asam oleanolik. Asam oleanolik merupakan golongan triterpenoid, selain itu terdapat pula saponin triterpenoid, flavonoid dan minyak atsiri (Yin et al., 2007). Berdasarkan beberapa informasi diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan dan lebih terfokus untuk mengetahui apakah ekstrak daun binahong yang tumbuh di Indonesia memiliki efek antibakteri terhadap Escherichia coli. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental invitro menggunakan uji dilusi tabung untuk mengetahui aktivitas ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli. Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pengujian bahan pada medium nutrient broth untuk menentukan KHM dan tahap streaking pada media NAP untuk mengetahui KBM. Sampel Penelitian Pada penelitian ini digunakan sampel berupa isolat Escherichia coli dengan kepadatan 106 CFU/ml yang didapatkan dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, dengan empat kali pengulangan. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang pada bulan Mei-November 2010. Variabel Penelitian : Variabel penjelas dalam peneliltian ini adalah konsentrasi larutan ekstrak daun binahong (10%, 11.25%, 13.75%, 15%, 0%) berdasarkan penelitian pendahuluan, sedangkan variabel respon adalah jumlah koloni bakteri Escherichia coli. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Hasil Penelitian Efek anti mikroba daun binahong terhadap Escherichia coli dapat diketahui dari variabel Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Maksimum (KBM). Pengukuran KHM dilakukan dengan melihat tingkat perubahan kekeruhan tabung melalui metode tube dilution (dilusi tabung). Pada penelitian ini KHM tidak dapat ditentukan karena kekeruhan yang terjadi pada dilusi tabung, alternatif lain untuk mengukur KHM yaitu menggunakan teknik spektrofotometri juga tidak dapat digunakan karena terbatasnya fasilitas penelitian.

Jurnal Penelitian

Gambar 1 Hasil Dilusi Tabung untuk Uji KHM Ekstrak Daun Binahong terhadap Escherichia coli
Tampak pada gambar bahw a kekeruhan terjadi pada semua dosis larutan ekstrak daun binahong, sehingga KHM tidak dapat ditentukan. 3%

Selanjutnya, untuk menentukan KBM, hasil dilusi tabung tersebut ditanam pada medium NAP agar plate. Nilai KBM diperoleh dengan menghitung jumlah koloni dalam plate dengan menggunakan colony counter LAB-LINE. Pada penelitian ini didapatkan KBM pada dosis ekstrak 4 %. Pada plate dosis ini, tidak ditemukan adanya pertumbuhan koloni pada keempat. Berikut gambar hasil streaking pada medium NAP agar plate :

0%

10%

11,25% %

12,5%

13,75%

15%

Gambar 2 Hasil streaking Escherichia coli pada medium NAP agar plate untuk uji KBM
Tampak bahw a pada konsentrasi 10%,11.25%,12.5%, 13.75% masih ada koloni bakteri yang tumbuh, sedangkan pada konsentrasi 15% tidak terdapat pertumbuhan koloni. Artinya dosis 15% merupakan KBM ekstrak daun binahong.

Langkah berikutnya pada setiap dosis ekstrak, dihitung jumlah koloni kuman yang tersisa, untuk mengetahui apakah peningkatan konsentrasi ekstrak berpengaruh secara signifikan secara statistik terhadap penurunan jumlah koloni. Jumlah koloni dihitung dengan rumus: (n/9) x r2 x jumlah pengenceran x 1000 Keterangan : n = banyaknya koloni terhitung, = konstanta bernilai 3.14, r = jari jari plate (4.5 cm)

Jurnal Penelitian

Tabel 1 Jumlah Koloni Escherichia coli pada Pemberian Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Binahong

Konsentrasi 0% 10 % 11,25% 12,5% 13,75% 15% Analisis Data

I 452 201 124 48 39 0

II 456 215 136 60 30 0

III 421 209 132 53 35 0

IV 521 220 130 49 37 0

Berdasarkan data jumlah koloni, selanjutnya dilakukan analisis data menggunakan uji statistik. Untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni pada setiap dosis ekstrak dilakukan analisis statistika parametrik yaitu analisis klasifikasi satu arah (one way classification) dengan asumsi bahwa jumlah koloni hanya dipengaruhi oleh dosis ekstrak. Untuk mempermudah perhitungan, digunakanlah software SPSS 15 for Windows . Selain uji statistik one way ANOVA, juga digunakan uji regresi korelasi dan Post Hoc test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh yang nyata, antara pemberian dosis ekstrak satu dengan lainnya terhadap penurunan jumlah koloni. Semua uji dilakukan dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% ( = 0.05). Melalui ANOVA, dapat diketahui apakan ada pengaruh pemberian perlakuan yang berbeda ( berbagai dosis ekstrak ) terhadap hasil pertumbuhan jumlah koloni. Asumsi yang mendasari analisis adalah bahwa data mengikuti distribusi normal dengan ragam konstan. Pengujian asumsi kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, sedangkan asumsi kesamaan ragam dilakukan dengan menghitung Statistik Bartlett . Pada tes Kolmogorov-Smirnov, didapatkan signifikansi (p) = 0.240. Karena p > 0.05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi data jumlah koloni tersebut normal. Selanjutnya, berdasarkan nilai Statistik Bartlet yaitu 2.808 dengan signifikansi 0.065, dapat pula diambil kesimpulan bahwa ragam dari setiap variabel adalah normal. Berdasarkan hasil uji one way ANOVA didapatkan nilai signifikansi (p) yang kecil sekali yaitu 0.000. Karena nilai p < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa bahwa terdapat perbedaan pengaruh konsentrasi ekstrak yang signifikan terhadap jumlah koloni Eschericia coli. Analisis regresi merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan antara dosis ekstrak dan jumlah koloni serta besarnya pengaruh antara dosis ekstrak terhadap jumlah koloni. Uji yang terbukti signifikan secara statistik, dapat juga digunakan untuk meramalkan nilai Y, dalam hal ini jumlah koloni, berdasarkan nilai X yaitu konsentrasi ekstrak. Pada penelitian ini didapatkan nilai signifikansi yang sangat kecil yaitu 0.000. Karena nilai signifikansi < 5% maka disimpulkan bahwa model tersebut sangat sesuai digunakan untuk menggambarkan bentuk hubungan antara dosis ekstrak dan banyaknya koloni Escherichia coli. Model regresi yang didapat adalah Y=603,650-20,710x , berarti stiap peningkatan1,25% dosis ekstrak akan diiringi secara signifikan penurunan jumlah koloni sebanyak 20,710 cfu/plate. Berdasarkan tabel analisis pada SPSS, diperoleh koefisien determinasi (r square) sebesar 0.929. Hal ini menunjukkan bahwa 92.9% jumlah koloni Eschericia coli benar-benar disebabkan oleh variasi dosis ekstrak, sedangkan sisanya sebesar 7.1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti.

Jurnal Penelitian

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar derajat keeratan hubungan antara dosis ekstrak dengan jumlah koloni yang terbentuk. Bila nilainya mendekati 1, maka hubungan kedua variabel tersebut sangat kuat. Dalam uji korelasi penelitian ini, didapatkan nilai korelasi (r) yang besar yaitu -0.964. Nilai ini menunjukkan bahwa hubungan dosis ekstrak daun binahong dan jumlah koloni Eschericia coli sangat erat. Sebab nilainya mendekati 1. Tanda negatif berarti hubungan kedua variabel tersebut berkebalikan. Makin tinggi dosis ekstrak daun binahong, makin sedikit jumlah koloni Eschericia coli yang tersisa. Berdasarkan tabel analisis Post Hoc (tukey) test (dilihat dalam lampiran), didapatkan bahwa pada semua dosis memberikan perubahan jumlah koloni yang berbeda secara nyata, sebab nilai signifikansi < 0.05. PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya efek antibakteri daun binahong terhadap Eschericia coli. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun binahong, yang diekstrak dengan ekstraksi maserasi dengan methanol 96%. Methanol dipilih sebab bahan aktif yang diduga terdapat pada daun binahong yaitu golongan fenol, cenderung larut terhadap methanol. Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari stok kultur yang disimpan di laboratorium Mikrobiologi FKUB. Berdasarkan hasil uji pendahuluan dengan konsentrasi serial mulai dari 100%, 50%, 25%, 12.5%, dan 6.25%, diketahui bahwa pada konsentrasi 25% sudah tidak didapatkan pertumbuhan koloni. Lalu, dilakukan perapatan dosis dengan selisih 2,5% yaitu, konsentrasi 12,5%, 15%, 17,5%, 20%, 22,5%, dan 25%. Hasilnya, sudah tidak didapatkan pertumbuhan koloni pada konsentrasi 15%. Sedangkan pada konsentrasi 12,5%, jumlah koloni yang tersisa juga sudah tidak terlalu banyak. Maka diduga bahwa dosis efektif ekstrak daun binahong terhadap Eschericia coli berkisar antara 10% hingga 15%. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan 5 dosis yaitu 10%, 11,25%, 12,5%, 13,75%, 15%. Rentang dosis yang sempit ini mungkin dapat digunakan sebagai acuan bahwa bahan antibakteri tersebut memiliki indeks terapi yang sempit. Warna ekstrak daun binahong adalah hijau kehitaman, sehingga tingkat kekeruhan dari masing-masing konsentrasi perlakuan tidak dapat diamati secara kualitatif untuk menemukan KHM-nya. Bahkan sebelum diinkubasikan, masing-masing tabung sudah mengalami kekeruhan sehingga dalam penelitian ini nilai KHM tidak dapat ditentukan. Data jumlah koloni yang diperoleh, berdasarkan 4 kali pengulangan kemudian dianalisis dengan uji statistik menggunakan software SPSS 15 for Windows dengan batas kepercayaan 95%. Pada tiap pengulangan, didapatkan jumlah koloni yang berbeda beda,. Hal ini bisa disebabkan salah satunya karena sensitivitas tiap isolat yang diteliti terhadap pemberian ekstrak, mungkin berbeda. Uji statistik yang dipakai yaitu ANOVA, regresi korelasi, serta analisis post hoc. Artinya, kemungkinan kesalahan hasil penelitian berkisar 5%. Berdasarkan ANOVA, didapatkan nilai signifikansi yaitu nilai p yang kurang dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa dosis ekstrak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap jumlah koloni Eschericia coli. Hasil analisis regresi menunjukkan adanya hubungan linier antara dosis dengan jumlah koloni. Nilai korelasi yang lebih dari 0.9 menunjukkan bahwa hubungan dosis ekstrak daun binahong dan Eschericia coli sangat erat. Namun nilainya adalah negatif, itu berarti semakin tinggi dosis ekstrak semakin sedikit jumlah koloni yang tumbuh. Berdasarkan nilai koefisien determinasi didapatkan bahwa 92.9% variasi jumlah koloni Eschericia coli dipengaruhi oleh dosis ekstrak daun binahong. Sedangkan 7.1% lainnya dipengaruhi faktor lain yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti, seperti waktu penyimpanan ekstrak yang lama sehingga menurunkan daya kerjanya, terjadi resistensi oleh Eschericia coli itu sendiri, atau adanya human error saat dilakukan penelitian tersebut. Penggunaan pelarut methanol 96% untuk melarutkan bahan aktif yang didapat pada daun binahong didasari oleh penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian 6

Jurnal Penelitian

Tshikalange (2004) menunjukkan bahwa ekstrak air dan kloroform akar (A. cordifolia (Ten) Steenis ) dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dan E. coli dengan konsentrasi hambat minimumnya sebesar 60 mg/ml (Rochani,2009). Pada penelitian ini didapatkan konsentrasi hambat minimum yang lebih kecil, yaitu sekitar 15 mg/ml sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan aktif yang terdapat pada daun binahong lebih baik bila dilarutkan menggunakan methanol 96% dibandingkan bila dilarutkan dengan air. Pada studi sebelumnya yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa ekstrak daun binahong memiliki kandungan yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa spesies bakteri. Penelitian pada tahun 2010 yang dilakukan mahasiswa di salah satu universitas di Indonesia menyebutkan bahwa, daun binahong telah terbukti memiliki kandungan antibakteri pada Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Lebih lanjut dikatakan bahwa KHM ekstrak daun binahong terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 25%, sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa konsentrasi 50%. Pada uji KBM ekstrak daun binahong terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 50%, sedangkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 100%. Diduga bahwa perbedaan KHM dan KBM pada penelitian tersebut disebabkan oleh perbedaan struktur dan sifat biologis dari kedua bakteri tersebut (Mufid,2010). Efek antibakteri daun binahong terhadap bakteri Escherichia coli diperkirakan diperankan oleh zat-zat aktif yang larut dalam methanol 96%, sebab metode ekstraksi pada penelitian ini menggunakan pelarut methanol 96%. Diperkirakan zat-zat yang larut dalam methanol 96% adalah flavonoid, saponin dan tannin. Aktivitas flavonoid ini disebabkan oleh kemampuannya untuk membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut, dan dengan dinding sel. Flavonoid yang bersifat lipofollik mungkin juga akan merusak membrane sel mikroba. Rusaknya membran dan dinding sel akan menyebabkan metabolit penting di dalam sel akan keluar, akibatnya terjadi kematian sel. Saponin memiliki efek sebagai antibakteri. Saponin akan merusak membran sitoplasma yang kemungkinan mempunyai efek yang sinergis maupun adiktif dengan tanin dalam merusak permeabilitas sel bakteri itu sendiri. Berdasarkan penelitian oleh Mandal P et.al. (2005) dikatakan bahwa saponin yang diisolasi dari tumbuhan Acacia auriculiformis mempunyai aktivitas dalam menghambat germinasi Aspergillus ochraceous dan Curvularia lunata pada dosis sekitar 300 g/ml dan mampu menghambat pertumbuhan Eschericia coli, Salmonella Typhii, dan Pseudomonas aeruginosa pada dosis kurang lebih 700 g/ml. Sedangkan pada penelitian ekstrak daun binahong yang sekarang dilakukan didapatkan kadar bunuh minimal pada dosis kurang lebih 15 g/ml, hal ini kemungkinan disebabkan karena kandungan saponin pada daun binahong lebih besar daripada yang terdapat pada Acacia auriculiformis , atau adanya efek sinergisme antara tannin dengan saponin pada ekstrak daun binahong menyebabkan daya bahan antibakteri bahan tersebut meningkat. Selain itu, pada penelitian sebelumnya yaitu tahun 2001 oleh Egwim C et.a.l, dikemukakan bahwa Cassia eucalyptus (Ce) yang mempunyai bahan aktif saponin dan tanin, jauh lebih efektif sebagai antimikroba, sebab KHM hanya sekitar 2 mg/ml, dibandingkan bahan lain yaitu Euphobia hirta (Eh); Citrus aurantifolia (Ca), dan Cassia occidentalis (Co) yang hanya mempunyai 1 bahan aktif yaitu tanin atau saponin saja. Hal ini semakin menguatkan dugaan adanya efek sinergisme antara kedua bahan aktif tanin dan saponin. Serupa dengan tanin, flavonoid merupakan senyawa fenol yang berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein extraseluler yang mengganggu integritas membran dan dinding sel. Kedua bahan aktif ini juga kemungkinan mempunyai efek adiktif ataupun sinergis. Selain itu, senyawa flavonoid mempunyai kerja menghambat enzim topoisomerase II pada bakteri yang dapat merusak struktur DNA bakteri dan menyebabkan kematian. Intinya, hampir semua zat antimikroba bekerja dengan mempengaruhi sintesa protein dan sintesa DNA, serta merusak integritas membran dan dinding sel bakteri yang akan mengganggu permeabilitas sel. Pada 2005, sebuah penelitian di India oleh Kumar et.al, menyebutkan bahwa ekstrak methanol dari daun Bauhinia racemosa L diduga 7

Jurnal Penelitian

mempunyai efek antimikroba yang kuat karena kandungan senyawa fenolnya yaitu flavonoid yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya hambatan pertumbuhan bakteri dengan menggunakan metode difusi cakram pada konsentrasi 25-200 g/disc. Bakteri yang diuji cobakan antara lain, Pseudomonas aeruginosa, Shigella dysentriae, Vibriae cholerae, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Salmonella Typhii. Oleh karena itu,tidak salah bila diduga bahwa kandungan flavonoid dari ekstrak methanol daun binahong pada penelitian ini pun, mempunyai potensi yang tidak kalah hebatnya dibanding daun lain sebagai antibakteri Eschericia coli. Sasaran utama zat antimikroba adalah dinding sel. Eschericia coli yang merupakan bakteri Gram negatif memiliki dinding sel yang lebih rapuh daripada Gram positif. Kandungan peptidoglikannya lebih tipis, hanya 1 sampai 2 persen dari berat keringnya. Pada permukaan membran terluar bakteri terdapat lapisan lipopolisakarida. Senyawa senyawa lipofilik seperti tanin, saponin, dan flavonoid kemungkinan bisa berinteraksi dengan lapisan lipid, lipopolisakarida, pada membran luar bakteri sehingga merusak integritas dinding sel bakteri. Ikatan antar asam amino dalam peptidoglikan bakteri Gram negatif lebih renggang dibandingkan dengan bakteri Gram positif (McKane and Kandel, 1986). Selain itu, dinding selnya tidak selektif permeabel. Hal ini diduga dapat memudahkan penetrasi zat zat dari luar ke dalam dinding sel (University of Texas, 1995). Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, yang dikhususkan pada daun binahong, disimpulkan bahwa ekstrak daun binahong mempunyai efek antimikroba terhadap Eschericia coli secara in vitro. Hal ini makin diperkuat dengan adanya bukti bukti tentang penelitian terkait yang telah dilakukan sebelumya. Hasil validitas internal penelitian tinggi menunjukkan hubungan yang kuat antar variabel, saat dilakukan uji statistik. Namun, penelitian ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain KHM dalam penelitian ini tidak dapat ditentukan karena dua sebab, yaitu kekeruhan yang terjadi pada dilusi tabung, dan tidak adanya alat spektrofotometri yang dapat digunakan untuk mengukur KHM bila KHM tidak dapat diukur secara subyektif dengan pengamatan pada hasil kekeruhan tabung. Selain itu, juga tidak ada standarisasi pembuatan ekstrak bahan alam, sehingga ada kemungkinan apabila dilakukan di laboratorium yang berbeda, maka ekstrak yang dihasilkan kemungkinan memiliki efek yang berbeda. Kemungkinan yang lain adalah adanya variasi biologis dari masing-masing daun binahong. Daun binahong yang ditanam di daerah X mungkin efeknya tidak sama dengan yang ditanam didaerah Y. Faktor lain yang juga akan memengaruhi adalah lamanya penyimpanan. Semakin lama disimpan, sensitivitas ekstrak biasanya akan menurun. Akan tetapi ada juga yang efeknya malah meningkat. Oleh karena itu, untuk penelitian-penelitian selanjutnya perlu adanya standarisasi, baik dari pemilihan bahan yang digunakan (daun binahong), alat ekstraksi serta lamanya masa simpan (jangka waktu ekstrak masih dapat digunakan sebagai antimikroba) sehingga diharapkan apabila dilakukan penelitian yang sama di tempat yang berbeda akan didapatkan hasil yang sama. Oleh sebab itu, untuk penerapan langsung di masyarakat, penelitian ini dapat dikatakan masih terlalu dini dan masih membutuhkan banyak penelitian-penelitian lanjutan agar nantinya kandungan antibakteri yang didapatkan pada ekstrak daun binahong ini dapat diaplikasikan secara klinis. KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa : Ekstrak daun binahong memiliki efek menurunkan jumlah koloni bakteri Escherichia coli secara in vitro. Semakin tinggi ekstrak daun binahong maka semakin rendah tingkat pertumbuhan koloni bakteri Escherichia coli. Kadar Hambat Minimal (KHM) dari penelitian ini tidak dapat ditentukan karena sebelum maupun sesudah diinkubasi pertumbuhan bakterinya tetap keruh sehingga tidak dapat diinterpretasikan KHM-nya. 8

Jurnal Penelitian

Kadar Bunuh Minimal (KBM) ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) yang dapat membunuh bakteri Escherichia coli adalah pada konsentrasi 15%.

Saran Adapun saran yang dapat peneliti berikan dari penelitian ini adalah : Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui prosentase masing-masing bahan aktif yang terkandung di dalam ekstrak daun binahong sehingga dapat diketahui bahan aktif apa yang paling berperan sebagai antibakteri pada ekstrak daun binahong tersebut. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek antibakteri daun binahong pada bakteri lain, fungi maupun virus. Perlu penelitian lebih lanjut untuk melihat efektifitas ekstrak daun binahong secara in vivo (hewan coba dan uji klinik) sebelum digunakan sebagai alternatif pengobatan di masyarakat. Perlu ada standarisasi metode maupun alat dalam pembuatan ekstrak daun binahong, maupun dalam pemilihan bahan serta lama masa simpan ektrak yang masih dapat digunakan sebagai antibakteri sehingga hasil ekstrak yang didapatkan efektivitasnya akan sama meskipun dilakukan di tempat yang berbeda. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode lain, misalnya dengan cara dekok ataupun ekstraksi dengan pelarut lain untuk mengetahui kemampuan daun binahong sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli.

Jurnal Penelitian

Daftar Pustaka University of Texas - Houston Medical School. 1995. The Bacterial Cell Wall. (Online). (http://DPALM Medic/00001438.htm, diakses 10 Agustus 2010). McKane, Larry, J. Kandel. 1986. Microbiology: Essentials And Applications . Singapore: McGraw-Hill. p. 61-88. Egwim C.;Banso A.; Adeyemo O. 2001. Efficacy of some nupe medicinal plants against Salmonella typhi: an in vitro study . (online) (http://www.sciencedirect.com/science, diakses tanggal 1 September 2010) Mandal P.;Sinha S.;Man, N.C. 2005. Antimicrobial activity of saponins from Acacia auriculiformis. (Online) (http://www.sciencedirect.com/science, diakses tanggal 1 September 2010). Mufid, K. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis Terhadap BakteriStaphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa. Digilib UIN Malang Agnol, R.Dall; Ferraz, A.; Bernardi, A.P.; Albring, D.; Nor, C.; Sarmento, L; Lamb, L. 2003. Antimicrobial Activity of Some Hypericum species . Brazil: TANAC SA. Hal: 511-516 Rochani, N. 2009. Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Daun Binahong. ( online) (http://www.pdfchaser.com/UJI-AKTIVITAS-ANTIJAMUR-EKSTRAK-DAUNBINAHONG-28-Anredera.html diakses pada tanggal 9 September 2010) Ferry, A. 2008. Uji Aktivitas Antiradikal Isolat Fraksi Non Polar Ekstrak Metanol Kulit Batang Meranti Kuning ( Shorea accuminatissima ) Dengan Metode DPPH ( 2,2-difenil-1pikrilhidrazil ). Surakarta Arnita. 2007.Binahong Sebagai Obat. Majalah Farmacia Edisi Agustus 2007. Halaman: 64 Dzen, SM, Roekistiningsih, Santoso S, Winarsih S. 2003. Bakteriologi Medik . Bayumedia Publishing: Malang. Hlm 50

Menyetujui, Pembimbing I

Prof. DR. dr. Sanarto S, DTM&H, spMK (K) 10

Jurnal Penelitian

NIP. 194812201980021002

11

You might also like