You are on page 1of 13

PERBEDAAN PROBING PROMTING, PROBLEM POSING DAN PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 1.

PROBING PEOMTING Probing (Question) Secara bahasa kata probing memiliki arti menggali atau melacak, sedangkan menurut istilah probing berarti berusaha memperoleh keterangan yang lebih jelas atau lebih mendalam. Pengertian probing dalam pembelajaran di kelas didefinisikan sebagai suatu teknik membimbing siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya guna memahami gejala atau keadaan yang sedang diamati sehingga terbentuk pengetahuan baru (Wijaya, !"#. $eknik menggali (probing# ini dapat digunakan sebagai teknik untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas jawaban murid. Pertanyaan itu bermaksud untuk menuntun murid agar isinya dapat menemukan jawaban yang lebih benar.$eknik probing diawali dengan menghadapkan siswa pada situasi baru yang mengandung teka%teki atau benda%benda nyata. Situasi baru itu membuat siswa mengalami pertentangan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya sehingga memberikan peluang kepada siswa untuk mengadakan asimilasi, disinilah probing mulai diperlukan. Prompting (question) Secara bahasa prompting berarti mengarahkan, menuntut, sedangkan menurut istilah adalah pertanyaan yang diajukan untuksmemberi arah kepada murid dalam proses berfikirnya. &entuk pertanyaan prompting dibedakan menjadi ' macam yaitu # (engubah susunan pertanyaan dengan kata%kata yang lebih sederhanayang membawa mereka kembali pada pertanyaan semula, .)# (enanyakan pertanyaan%pertanyaan dengan kata%kata berbeda atau lebih sederhana yang disesuaikan dengan pengetahuan murid muridnya saja, '# (emberikan suatu re*iew informasi yang diberikan dan pertanyaan yang membantu murid untuk mengingat atau melihat jawabannya (+. ,.Wragdan -eorge &rown, !!". /'#. 0engan kata lain prompting adalah cara lain dalam merespon (menanggapi# jawaban siswa apabila siswa gagal menjawab pertanyaan,atau jawaban kurang sempurna. 0engan demikian salah satu bentuk prompting adalah menanyakan pertanyaan lain yang lebih sederhana yang jawabannya dapat dipakai menuntun siswa untuk menemukan jawaban yang tepat (Suwandi dan $jetjep S, !!1. 2#. 3adi dari

keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya teknik Probing Prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berfikir yang mengaitkan pengetahuan siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksikan sendiri konsep menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.0engan model pembelajaran seperti ini proses tanya jawab dilakukan secara acak. Sehingga mau tidak mau setiap siswa harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran,karena setiap saat mereka akan dilibatkan dalam proses tanya jawab Sumber. http.44id.sh*oong.com4social%sciences4education4))5 5!2%pengertian%probing%

prompting46i788 7-9:7pd; ). PROBLEM POSING Problem posing merupakan istilah dalam bahasa <nggris, yang mempunyai padanan arti ==pembentukan soal>>, ==pengajuan soal.>> Problem posing merupakan istilah dalam bahasa <nggris, yang padanan katanya digunakan istilah ==pembentukan soal.>> 0alam pustaka pendidikan matematika, problem posing memiliki beberapa pengertian. Pertama, Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit. Kedua, Problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat%syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka mencari alternatif pemecahan lain . Ketiga, Problem posing adalah perumusan soal dari informasi atau situasi yang telah tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika, atau setelah penyelesaian suatu soal. Sehingga, problem posing merupakan model pembelajaran yang menekankan siswa mengajukan pertanyaan sendiri atau memecahkan suatu soal menjadi pertanyaanpertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut. Pengajuan soal mandiri dapat diaplikasikan dalam ' bentuk akti*itas kognitif matematis, yaitu. ( # Pre Solution Posing, suatu pengembangan masalah awal dari situasi stimulus yang diberikan, ()# Within Solution Posing, yaitu merumuskan kembali masalah agar

menjadi lebih mudah untuk diselesaikan, dan (') Post Solution Posing, yaitu memodifikasi tujuan atau kondisi dari masalah yang sudah diselesaikan untuk merumuskan masalah baru. ;lasifikasi informasi atau situasi problem posing menjadi situasi Problem Posing yang bebas, semi terstruktur, dan terstruktur. Pada situasi Problem Posing yang bebas, siswa diberikan suatu informasi yang harus dipatuhi, tetapi siswa diberikan kesempatan seluas% luasnya untuk membentuk soal sesuai dengan apa yang dia kehendaki. Sedangkan dalam situasi Problem Posing yang semi terstruktur, siswa diberi situasi atau informasi terbuka. ;emudian siswa diminta mencari atau menyelidiki situasi atau informasi tersebut dengan cara menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Siswa juga harus mengaitkan informasi itu dengan konsepkonsep dan prinsipprinsip matematis yang diketahuinya untuk membentuk soal. Pada situasi Problem Posing yang terstruktur, informasi atau situasinya berupa soal atau selesaian dari suatu soal.

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM POSING


A. Belajar Matematika dengan Pemahaman (enurut :udojo ( !!5.?#, dalam proses belajar matematika terjadi juga proses berpikir, sebab seseorang dikatakan berpikir bila orang itu melakukan kegiatan mental. Seseorang yang belajar matematika, mempersiapkan mentalnya dalam proses penerimaan pengetahuan baru yang disertai tindakan%tindakan konkret oleh orang itu melalui penyelesaian masalah matematika. Sebelum tahun !'?, pembelajaran matematika (atau lebih tepatnya aritmetika# dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikologi stimulus%respon (@sAari, !!2.)#. Perhatian utama pendekatan stimulus%respon adalah kemampuan siswa menghafal dan menggunakan rumus atau algoritma secara efektif. -uru sudah cukup puas bila siswa sudah mampu mengoperasikan bilangan dan trampil menggunakannya untuk menyelesaikan masalah. -uru tidak memikirkan bahwa apakah siswa betul%betul memahami sesuatu yang dilakukan. @sAari ( !!2.'# juga mengemukakan bahwa guru tidak terlalu dipusingkan untuk membedakan dua istilah know dan know how to.

Situasi ini berakhir setelah seorang pakar matematika &rownell ( !'?# menyoroti pentingnya pemahaman dalam pengajaran aritmetika dan membedakan kedua istilah di atas. Brang mulai menyadari bahwa ada dua pengetahuan yang dapat dipelajari dalam matematika, yaitu pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural. ;edua pengetahuan itu mempunyai peran yang sama pentingnya dan keduanya perlu diajarkan di sekolah (:iebert dan CindDuist dalam @sAari, !!2.'#. Suydam dan :iggins (dalam @sAari, !!2.'#, menyatakan tersebut, keberadaannya. (enurut :iebert dan ,arpenter (dalam -rouws, !!).1"#, memahami dalam matematika adalah membuat hubungan antara ide%ide, fakta, atau prosedur yang semuanya merupakan bagian dari jaringan. 0engan demikian masalah yang sudah dipahami dapat diselesaikan dengan cara memahami hubungan antara ide%ide, fakta atau prosedur yang terdapat dalam jaringan. :iebert dan ,arpenter (dalam -rouws, !!)."5# menyatakan bahwa pemahaman matematika memerlukan suatu proses untuk menempatkan secara tepat informasi atau pengetahuan yang sedang dipelajari ke dalam jaringan internal dari representasi pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya di dalam struktur kognitif siswa. (isalnya untuk menyelesaikan soal cerita yang memuat pengerjaan hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan penjumlahan, diperlukan pemahaman tentang konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian itu sendiri. Siswa yang hanya memahami sebagian dari hal%hal tersebut, tentu belum dapat menyelesaikan masalah itu. (enurut Sutawidjaja ( !!". ""# memahami konsep saja tidak cukup, karena di dalam praktek kehidupan siswa memerlukan keterampilan matematika, sedangkan dengan memahiri keterampilannya saja siswa tidak mungkin memahami konsepnya. Bleh karena itu, guru harus menyampaikan konsep dengan benar dan kemudian melatihkan keterampilannya. Entuk pemahaman konsep, guru perlu memberikan latihan ber*ariasi, sedangkan untuk meningkatkan keterampilan, perlu dilakukan banyak latihan atau dapat juga melalui permainan agar lebih menarik. &ila pengetahuan matematika S0, baik yang konseptual maupun yang prosedural, tidak disajikan dengan cara yang sesuai, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami dan memahirinya. bahwa sejak &rownell mengemukakan pendapatnya pentingnya pemahaman dalam pengajaran aritmetika semakin diakui

(enurut :iebert dan ,arpenter (dalam @sAari, .

!!2.'%/# pengajaran yang

menekankan kepada pemahaman mempunyai sedikitnya lima keuntungan berikut. Pemahaman memberikan generatif artinya bila seorang telah memahami suatu konsep, maka pengetahuan itu akan mengakibatkan pemahaman yang lain karena adanya jalinan antar pengetahuan yang dimiliki siswa, sehingga setiap pengetahuan baru melalui keterkaitan dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. ). Pemahaman memacu ingatan artinya suatu pengetahuan yang telah dipahami dengan baik akan diatur dan dihubungkan secara efektif dengan pengetahuan% pengetahuan yang lain, melalui pengorganisasian skema atau pengetahuan secara lebih efisien di dalam struktur kognitif berfikir sehingga pengetahuan itu lebih mudah diingat. '. Pemahaman mengurangi banyaknya hal yang harus diingat artinya jalinan yang terbentuk antara pengetahuan yang satu dengan yang lain dalam struktur kognitif siswa yang mempelajarinya dengan penuh pemahaman merupakan jalinan yang sangat baik. 0engan memahami salah satu dari pengetahuan tersebut, maka segala pengetahuan yang terkait dapat diturunkan darinya, dengan demikian siswa tidak perlu mengahafalkan semuanya. /. Pemahaman meningkatkan transfer belajar artinya pemahaman suatu konsep matematika akan diperoleh siswa yang aktif menemukan keserupaan dari berbagai konsep tersebut. :al ini akan membantu siswa untuk menganalisis apakah suatu konsep tertentu dapat diterapkan, untuk suatu kondisi tertentu. ?. Pemahaman mempengaruhi keyakinan siswa artinya siswa yang memahami matematika dengan baik akan mempunyai keyakinan yang positif yang selanjutnya akan membantu perkembangan pengetahuan matematikanya. :iebert dan ,arpenter (dalam -rouws, !!).1!# digambarkan sebagai berikut. . ). (enangkap ide yang dipelajari melalui pengalaman konkret. (enyatukan informasi dengan skema pengetahuan yang sudah dimiliki. menyatakan bahwa pada dasarnya terbentuknya pemahaman ketika belajar berlangsung dalam proses yang

'.

(engorganisasikan kembali pengetahuan yang sudah dimiliki, dengan membuat hubungan antara pengetahuan lama dan pengetahuan yang baru sehingga terbentuklah hubungan baru dengan hubungan lama yang dimodifikasikan.

B.

Pengertian Problem Posing Problem posing merupakan istilah dalam bahasa <nggris, yang mempunyai

beberapa padanan dalam bahasa <ndonesia. Suryanto ( !!2. # dan @sAari ()555./# memadankan istilah problem posing dengan pembentukan soal. Sedangkan Sutiarso ( !!!. 1# menggunakan istilah membuat soal, Siswono ( !!!."# menggunakan istilah pengajuan soal, dan Suharta ()555./# menggunakan istilah pengkonstruksian masalah. Problem posing memiliki beberapa pengertian. Pertama, problem posing ialah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit. ;edua, problem posing ialah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat%syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka mencari alternatif pemecahan lain (Sil*er F ,ai, !!1.)!/#. ;etiga, problem posing ialah perumusan soal dari informasi atau situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika, atau setelah penyelesaian suatu soal (Sil*er F ,ai, !!1.?)'#. (enurut &rown dan Walter ( !!'. ?# informasi atau situasi problem posing dapat berupa gambar, benda manipulatif, permainan, teorema atau konsep, alat peraga, soal, atau selesaian dari suatu soal. Selanjutnya Suryanto ( !!2.'# menyatakan bahwa soal dapat dibentuk melalui soal%soal yang ada dalam buku. Stoyano*a ( !!1# mengklasifikasikan informasi atau situasi problem posing menjadi situasi problem posing yang bebas, semiterstuktur, dan terstruktur. Pada situasi problem posing yang bebas, siswa tidak diberikan suatu informasi yang harus ia patuhi, tetapi siswa diberi kesempatan yang seluas%luasnya untuk membentuk soal sesuai dengan apa yang ia kehendaki. Siswa dapat menggunakan fenomena dalam kehidupan sehari%hari sebagai acuan dalam pembentukan soal. Sedangkan dalam situasi problem posing yang semi terstruktur, siswa diberi situasi atau informasi yang terbuka. ;emudian siswa diminta untuk mencari atau menyelidiki situasi atau informasi tersebut dengan cara menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu, siswa harus mengaitkan informasi itu dengan

konsep%konsep dan prinsip%prinsip matematika yang diketahuinya untuk membentuk soal. Pada situasi problem posing yang terstuktur, informasi atau situasinya berupa soal atau selesaian dari suatu soal (Guhasriati, )55). )#. Pada penelitian ini, problem posing yang digunakan adalah perumusan soal yang sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar menjadi lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka menyelesaikan soal cerita operasi hitung campuran. Penelitian ini menggunakan informasi problem posing yang terstruktur, yaitu informasi berupa soal yang perlu diselesaikan oleh siswa. &erdasarkan soal cerita yang diberikan, siswa menyusun informasi dan kemudian membuat soal berdasarkan informasi yang telah disusun. Selanjutnya, soal%soal tersebut diselesaikan dalam rangka mencari selesaian sebenarnya dari pertanyaan soal cerita yang diberikan. Hespon siswa yang diharapkan dari situasi atau informasi problem posing adalah respon berupa soal buatan siswa. 9amun demikian, tidak tertutup kemungkinan siswa membuat yang lain, misalnya siswa hanya membuat pernyataan. Sil*er dan ,ai ( !!1.?)1# mengklasifikasikan respon tersebut menurut jenisnya menjadi tiga kelompok, yaitu pertanyaan matematika, pertanyaan non matematika dan pernyataan. Pertanyaan matematika adalah pertanyaan yang memuat masalah matematika dan mempunyai kaitan dengan informasi yang diberikan. Pertanyaan matematika ini, selanjutnya diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan dan pertanyaan matematika yang tidak dapat diselesaikan. Pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan adalah pertanyaan yang memuat informasi yang cukup dari situasi yang ada untuk diselesaikan, atau jika pertanyaan tersebut memiliki tujuan yang tidak sesuai dengan informasi yang ada. Selanjutnya pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan juga dibedakan atas dua hal, yaitu pertanyaan yang memuat informasi baru dan pertanyaan yang tidak memuat informasi baru. Pertanyaan non matematika adalah pertanyaan yang tidak memuat masalah matematika dan tidak mempunyai kaitan dengan informasi yang diberikan. Sedangkan pernyataan adalah kalimat yang bersifat ungkapan atau berita yang tidak memuat pertanyaan, tetapi sekedar ungkapan yang bernilai benar atau salah. Hespon yang dihasilkan siswa mungkin lebih dari satu pertanyaan matematika. @ntara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan lainnya dapat dilihat hubungan yang

terjadi. (enurut Sil*er dan ,ai ( !!1.'5)# ada dua jenis hubungan antara respon%respon tersebut, yaitu hubungan simetrik dan berantai. Hespon yang mempunyai hubungan simetrik disebut respon simetrik yaitu serangkaian respon yang objek%objeknya mempunyai hubungan. Sedangkan respon yang mempunyai hubungan berantai disebut respon berantai. Pada respon berantai, untuk menyelesiakan respon berikutnya diperlukan penyelesaian respon sebelumnya. Sehubungan itu, ;ilpatrik (dalam Si*er F ,ai, !!1.'?/# menyatakan bahwa salah satu dasar kosep koginitif yang terlibat dalam pengajuan soal adalah assosiasi, yaitu kecendrungan siswa menggunakan respon pertama sebagai pijakan untuk mengajukan soal kedua, ketiga, dan seterusnya. &erdasarkan tingkat kesukarannya, Sil*er dan ,ai ( !!1.?)1#, mengklasifikasikan respon siswa menjadi dua dua kelompok, yaitu. ( # tingkat kesukaran respon terkait dengan stuktur bahasa (sintaksis#, dan ()# tingkat kesukaran respon terkait dengan stuktur matematika (semantik#. $ingkat kesukaran respon yang berkaitan dengan sintaksis dapat dilihat dari proposisi yang dikandungnya. Proposisi yang digunakan dibedakan menjadi tiga, yaitu proposisi penugasan, proposisi hubungan, dan proposisi pengandaian. Proposisi penugasan adalah pertanyaan (soal# yang memuat tugas untuk dikerjakan. Proposisi hubungan adalah pertanyaan yang memuat tugas untuk membandingkan. Sedangkan proposisi pengandaian adalah pertanyaan yang menggunakan informasi tambahan. $ingkat kesukaran respon berkaitan dengan stuktur semantik, dapat diketahui dari hubungan semantiknya. (enurut (arshall (dalam Sil*er F ,ai, !!1.?)2# hubungan semantik respon siswa dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu mengubah, mengelompokkan, membandingkan, menyatakan kembali, dan mem*ariasikan. C. Problem Posing dala Pe !ela"aran Mate ati#a

Problem posing adalah pembelajaran yang menekankan pada pengajuan soal oleh siswa. Bleh karena itu, problem posing dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengembangkan berpikir matematis atau pola pikir matematis. (enurut Suryanto ( !!2.'# merumuskan soal merupakan salah satu dari tujuh kriteria berpikir atau pola berpikir matematis.

0ewasa ini, problem posing merupakan kegiatan penting dalam pembelajaran matematika. 9,$( merekomendasikan agar dalam pembelajaran matematika, para siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan soal sendiri (dalam Si*er dan ,ai, !!1.?) #. Sil*er dan ,ai ( !!1.)!'# juga menyarankan agar pembelajaran matematika lebih ditekankan pada kegiatan problem posing. (enurut ,ars (dalam Suryanto, !!2.!# untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan dapat dilakukan dengan cara membiasakan siswa mengajukan soal. Sejalan dengan itu, Suparno ( !!".2'# menyatakan bahwa mengungkapkan pertanyaan merupakan salah satu kegiatan yang dapat menantang siswa untuk lebih berpikir dan membangun pengetahuan mereka. (enurut ;illpatrich (dalam Sil*er dan ,ai, !!1.?'5# salah satu dasar kognitif yang ada dalam problem posing adalah asosiasi. Selanjutnya, menurut @sAari ()555.!# dalam kegiatan problem posing, ketika terjadi proses asosiasi antara informasi baru dengan struktur kognitif yang dimiliki seseorang, maka proses selanjutnya yang terjadi adalah proses asimilasi dan akomodasi. 0i samping itu, &rown dan Walter ( !!1. ?# yang menyatakan pembuatan soal dalam pembelajaran matematika melalui dua tahap kegiatan kognitif, yaitu accepting (menerima# dan challenging (menantang#. enerima terjadi ketika siswa membaca situasi atau informasi yang diberika guru dan menantang terjadi ketika siswa berusaha untuk mengajukan soal berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan. Sehubungan dengan hal tersebut, @sAari ()555.!# menegaskan bahwa proses kognitif menerima memungkinkan siswa untuk menempatkan suatu informasi pada suatu jaringan struktur kognitif sehingga struktur kognitif tersebut makin kaya, sementara proses kognitif menantang memungkinkan jaringan stuktur kognitif yang ada menjadi semakin kuat hubungannya. 0engan demikian pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing akan menambah kemampuan dan penguatan konsep dan prinsip matematika siswa.

$. PROBLEM SOLVING Pemecahan masalah ( problem sol!ing # didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil hasil yang diinginkan ( :unsaker,)55? #. (uAIodin ( )55) # mengatakan bahwa problem sol!ing adalah merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.. &erdasarkan dari beberapa definisi problem sol!ing yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa problem sol!ing merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi dan mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran. &entuk Problem Sol!ing @da beberapa bentuk dalam problem sol*ing menurut ,hang, 0AJurilla dan Sanna ()55/#, yaitu . a# Hational Problem Sol*ing Sebuah bentuk problem sol*ing yang konstruktif yang didefinisikan seperti rasional, berunding dan aplikasi yang sistematik dalam kemampuan menyelesaikan masalah. (odel ini terdiri dari / tahapan, yaitu . # <dentifikasi (asalah Problem sol*er memncoba mengelompokkan dan mengerti masalah yang dihadapi dengan mengumpulkan banyak spesifikasi dan fakta konkrit tentang kemungkinan masalah, mengidentifikasi permintaan, rintangan dan tujuan yang realistik dalam menyelesaikan masalah. )# (encari Solusi @lternatif

Kokus pada tujuan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan mencoba untuk mengidentifikasi kon*ensional. '# (engambil ;eputusan Problem sol*ers mengantisipasi terhadap keputusannya dalam solusi yang berbeda, mempertimbangkan, membandingkan dan kemudian memilih yang terbaik atau solusi yang efektif yang paling berpotensial. /# (engimplementasi Solusi dan Pembuktian Seseorang harus berhati%hati dalam menerima dan menge*aluasi solusi yang menjadi pilihan setelah mencoba untuk melaksanakan solusi tersebut kedalam situasi masalah dalam kehidupan nyata. b#. (engabaikan ;ata :ati <ni adalah salah satu pola karakteristik penyelesaian masalah yang difungsional dalam usaha aktif yang digunakan dalam strategi menyelesaikan masalah dan tekhniknya, tetapi usaha ini menyempit, implosif, berhati%hati, sangat cepat, dan tidak lengkap. c# &entuk (enghindari (asalah &entuk ini adalah salah satu karakteristik penyelesaian masalah yang disfungsional berupa penundaan, pasif atau tidak melakukan apapun dan ketergantungan. Kaktor%faktor yang (empengaruhi Problem Sol!ing (enurut Hahmat ()55 # terdapat / faktor yang mempengaruhi proses dalam problem sol!ing yaitu moti*asi, kepercayaan dan sikap yang salah, kebiasaan dan emosi. a# (oti*asi (oti*asi yang rendah akan mengalihkan perhatian, sedangkan moti*asi yang tinggi akan membatasi fleksibilitas. b# ;epercayaan dan Sikap yang Salah @sumsi yang salah dapat menyesatkan kita. &ila kita percaya bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan kekayaan material, kita akan mengalami kesulitan ketika memecahkan penderitaan batin kita. ;erangka rujukan yang tidak cermat menghambat efektifitas pemecahan masalah. c# ;ebiasaan banyak solusi yang memungkinkan termasuk yang

;ecenderungan untuk mempertahankan pola pikir tertentu atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas menghambat pemecahan masalah yang efisien. <ni menimbulkan pemikiran yang kaku ( rigid mental set ), lawan dari pemikiran yang fleksibel ( "le#ible mental set ) d# +mosi 0alam menghadapi berbagai situasi, kita tanpa sadar terlibat secara emosional. +mosi ini mewarnai cara berpikir kita sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat mengesampingkan emosi. $etapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang begitu tinggi sehingga menjadi stress, barulah kita menjadi silit untuk berpikir efisien. D. Re%eren&i @sAari, @.H. !!2. Penggunaan @lat Peraga (anipulatif dalam Penanaman ;onsep (atematika. $urnal atematika% &lmu Pengetahuan 'lam dan Penga(aran. )"(<#. % ' @sAari, @.H. )555, Problem Posing untuk Peningkatan Profesionalisme -uru (atematika. $urnal atematika. $ahun L, 9omor , @pril )555. &rown, S. F Walter, H.. !!5. )he 'rt o" Problem Posing. Condon. Cawrence +rlbaum @ssociates Publishers &rown, S. F Walter, H.. (+d#. !!'. Problem Posing * +e"lections and 'plications. 9ew 3ersey. Cawrence +rlbaum @ssociates Publishers. :iebert, 3. F ,arpenter, $.. !!). Cearning and $eaching with Enderstanding. 0alam 0 -rouws (ed#. ,andbook o" +esearch on athematics )eaching and -earning (hlm.1?% / !#. 9ew Gork. (acmillan Publishing ,ompany. :udojo, :.. !!5. Strategi .ela(ar enga(ar atematika. <;<P (alang

Sil*er, +.@. F ,ai, S.. !!1. @n @nalysis of @rithmetic Problem Posing by (iddle School Students, $ournal "or +esearch in athematics /ducation. )". ?) %?'! Siswono, G.$.+., )555. Penga(uan Soal (Problem Posing) dalam Pembela(aran atematika di Sekolah (&mplementasi dari ,asil Penelitian). (akalah disajikan pada Seminar 9asional Pengajaran (atematika Sekolah (enengah, )? (aret )555. (alang. K(<P@ Eni*ersitas 9egeri (alang.

Stoyano*a, +. !!1. 0e!eloping a 1ramework "or +esearch into Students2 Problem posing in School athematics% (3nline)% crsma4cc newcastel.edu.au% diakses 3uni )55 Suharta, <.-.P. )555. Pengkonstruksian asalah oleh Siswa (Suatu Strategi Pembela(aran atematika). (akalah disajikan pada Seminar 9asional Pengajaran (atematika di Sekolah (enengah yang dilaksanakan oleh 3urusan (atematika K(<P@ E(. (alang, )? (aret )555. Suparno, P. !!". 1ilsa"at Kontrukti!isme dalam Pendidikan. Gogyakarta. ;anisius. Suryanto, !!2. Problem Posing dalam Pembela(aran atematika. (akalah disajikan pada Seminar 9asional. Epaya%upaya (eningkatkan Peran Pendidikan dalam (enghadapi +ra -lobalisasi. Program Pascasarjana <;<P (alang, / @pril !!2. Sutawidjaja, @. !!". Pembelajaran (atematika di Sekolah 0asar. $urnal &lmu Pengetahuan% dan Penga(arann5a. Lolume )1()#. "?% 2". atematika%

Sutiarso, S. !!!. Pengaruh Pembela(aran dengan Pendekatan Problem Posing )erhadap ,asil .ela(ar 'ritmatika Siswa S P6 78 alang. $esis tidak diterbitkan. Program Pascasarjana E(. Guhasriati, )55). Pembela(aran Persamaan 9aris -urus 5ang emuat Problem Posing di S-)P -aboratorium :ni!ersitas 6egeri alang . $esis tidak diterbitkan. Program Pascasarjana E(. http.44id.sh*oong.com4social%sciences4education4))15/2!%pengertian%problem% posing46i788 7-B rsM!

You might also like