You are on page 1of 49

1

0 BAB I

1 PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pada umumnya pengkajian ketahanan material, struktur ataukomponen

mesin, bangunan sipil, kendaraan, dan sebagainya, terdapat beban operasinya,

didasarkan pada perhitungan kekuatan material. Metode ini memberikan hasil

yang baik jika semua komponen beban yang bekerja dapat didefinisikan secara

konkrit, baik kualikatif maupun kuantitatif. Permasalahan akan timbul jika beban

tidak dapat didefinisikan dengan jelas. Data pengukuran dalam suatu penelitian

atau pengujian sangat diperlukan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan

penelitian atau pengujian tersebut.

Dalam hal ini pemahaman akan teknik pengukuran sangat diperlukan agar

data yang dihasilkan, kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan.

I.2. Tujuan

• Meningkatkan pengetahuan, sikap dan kemampuan profesi mahasiswa

melalui latihan kerja dan pengamatan kegiatan dan teknik-teknik yang

diterapkan dilapangan dalam bidang keahlian instrumentasi, pengukuran

dan kalibrasi.
2

• Sebagai sarana agar mahasiswa dapat mengetahui secara langsung segala

kegiatan yang tercakup dalam suatu industri, khususnya dalam hal

penggunaan dan penanganan instrumen dalam suatu proses produksi,

serta berbagai permasalahan yang mungkin dihadapi.

• Sebagai sarana untuk menambah pengalaman, ketrampilan dan wawasan

serta sebagai studi banding untuk menyesuaikan kurikulum pendidikan

dengan tuntutan pengetahuan dan teknologi.

I.3. Batasan Masalah

Dalam laporan ini hanya akan dibahas teknik pengukuran yang berkaitan

dengan alat ukur baik sensor maupun penguatnya yang sering digunakan di Lab.

Pengukuran dan Analisa Beban B2TKS BPPT Serpong selama PKL dilaksanakan.

I.4. Metode Pelaksanaan

Metode pengumpulan data dalam praktek kerja lapangan ini adalah dengan

mengikuti kegiatan langsung pengujian / pengukuran di Lab. Pengukuran dan

Analisa Beban B2TKS BPPT Serpong.

Selain metode diatas dilakukan juga dengan pengumpulan data pengujian

yang telah berlalu, wawancara dengan staf terkait, dari arsip atau dokumen riset

dan perpustakaan.
3

BAB II

RUANG LINGKUP PERUSAHAAN

2.1 Sejarah B2TKS (Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur)

Sesuai dengan SK Presiden RI No. 25 tahun 1978, yang kemudian

dilanjutkan dengan SK No. 31 tahun 1982, maka BPP Teknologi menjadi suatu

Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada dibawah Presiden dan

bertanggung jawab langsung kepada Presiden, menurut SK tersebut BPP

Teknologi dipimpin oleh seorang Ketua yaitu Prof. DR. Ing. BJ. Habibie dibantu

oleh seorang Wakil Ketua, dan para Deputi. BPP Teknologi disiapkan sebagai

wahana untuk mengkaji masalah-masalah teknologi secara mendalam dan

menyeluruh agar kehadirannya benar-benar mendatangkan manfaat yang sebesar-

besarnya bagi kepentingan bangsa Indonesia. Tugas BPP Teknologi adalah

memilih, mengkaji, dan menerapkan ilmu pengetahuan yang tepat untuk

pembangunan industri.

Dalam rangka penyediaan fasilitas dan sarana penunjang bagi proyek-

proyek yang akan dilaksanakan, maka BPP Teknologi mengelola beberapa

laboratorium di Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan (PUSPIPTEK),

dimana salah satu dari sarana laboratorium tersebut adalah Balai Besar Teknologi

Kekuatan Struktur (B2TKS). B2TKS merupakan satuan kerja dilingkungan BPP

Teknologi yang menunjang program kerja BPP Teknologi dalam bidang

pengujian dan penelitian material, komponen dan konstruksi.


4

Untuk mempersiapkan pembangunan Laboratorium B2TKS, pada tahun

1976 di bentuk satu tim yang bernama Tim Pengembangan Balai Besar Teknologi

Kekuatan Struktur, dimana sebagai Ketua adalah Ir. Harsono Djuned Pusponegoro

yang pada saat itu menjabat sebagai Direktur Teknologi yang kemudian menjabat

sebagai Deputi Pengembangan Teknologi. Sedangkan sebagai wakil tim adalah Ir.

Gunawan Sakri S, yang kemudian menjabat sebagai Direktur Pengembangan

Sarana Laboratorium merangkap sebagai Kepala B2TKS, yang pada awalnya

dibantu oleh 20 orang personil. Tugas tim tersebut adalah mempersiapkan segala

sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan sarana fisik dan peralatan

laboratorium.

Kegiatan awal pembangunan B2TKS dimulai dengan penyusunan Master

Plan B2TKS yang dilaksanakan pada tahun 1976. Dalam kegiatan ini

dilaksanakan kerjasama dengan tim ahli dari Jerman. Master Plan B2TKS

meliputi :

a. Fungsi B2TKS sebagai Laboratorium nasional dan tempat

penelitian dan pengujian dibidang material, komponen, dan konstruksi dari

instansi-instansi Pemerintah, lembaga-lembaga riset, universitas/lembaga

pendidikan, serta menunjang industri Indonesia pada umumnya.

b. Personalia dengan persyaratan kebutuhan, pembinaan, dan

ketrampilan pegawai. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang

memenuhi persyaratan kebutuhan pembinaan dan ketrampilan personil

dilaksanakan training secara periodik dan berkesinambungan di Jerman Barat

yang bekerja sama dengan German Technical Cooperation (GTC) dan CDG
5

( Carl Duisberg Gesselschaft). Pada tahun 1978 berangkat rombongan pertama

sebanyak 14 orang untuk melaksanakan training di Jerman Barat selama 17

bulan. Setelah itu diberangkatkan lagi rombongan-rombongan berikutnya

hingga seluruhnya mencapai 45 orang.

c. Sarana penelitian yang meliputi gedung dan fasilitas penunjang

lainnya.

Tahun 1981 Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur mulai beroperasi

dan pada tanggal 9 Nopember 1984 ditetapkan keputusan Ka. BPP Teknologi No.

214/Ka/BPPT/XI/84, tentang organisasi dan tata kerja B2TKS yang merupakan

satuan kerja dilingkungan BPP Teknologi.Kemudian pada tanggal 18 Desember

1984 B2TKS diresmikan oleh Presiden Soeharto.

2.2. Profil Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur

Visi dan Misi B2TKS

VISI

B2TK sebagai pusat keunggulan dalam keselamatan dan jaminan mutu produk

melalui pengujian, pengkajian dan penerapan IPTEK dibidang kekuatan material

dan struktur.

MISI

• Melaksanakan pengujian, penelitian dibidang konstruksi dan pelatihan

dibidang kekuatan material dan struktur

• Memberikan pelayanan jasa teknologi kepada industri untuk menciptakan

produk yang competitif


6

• Melakukan rekayasa dan rancang bangun dibidang konstruksi

• Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam menyusun kebijakan

di bidang keselamatan dan jaminan mutu produk.

2.3. Tempat dan Kedudukan Perusahaan

Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) adalah Unit Pelaksana

Teknis dalam Bidang Teknologi Kekuatan Material dan Struktur di lingkungan

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. B2TKS berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

dan pembinaan teknis dibawah Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang

Bangun dan Rekayasa.

B2TKS bertempat di Kawasan PUSPIPTEK Serpong Tangerang Gedung 220

2.4. Bentuk dan Badan Hukum B2TKS

Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur adalah suatu badan atau instansi yang

dibentuk pemerintah yang merupakan salah satu perusahaan nirlaba, dibawah

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Dana operasional B2TKS terdiri dari

anggaran rutin (DIK) dan dana pelayanan teknis (Dik Suplemen). Alokasi

penggunaan dan pelaporan kedua sumber dana ini dibuat terpisah. Hal ini untuk

mempermudah sistem pelaporan dan pertanggung jawabannya.

2.5. Bidang Pekerjaan B2TKS


7

Dalam kurun waktu 17 tahun ini B2TKS telah berperan serta dalam kegiatan-

kegiatan yang menunjang industri di Indonesia dalam rangka pengembangan dan

peningkatan kualitas produknya. Industri yang telah banyak memanfaatkan

kemampuan B2TKS untuk pengembangan produk mereka diantaranya adalah

industri otomotif, industri migas dan kimia, industri baja, industri rekayasa,

industri kecil/menengah dan industri transportasi

Klasifikasi Bidang Pekerjaan B2TKS :

a. Bidang Test Engineering Operation

Adalah bidang teknologi uji yang melaksanakan operasi pengujian mulai

dari penetapan rencana program operasi pengujian, penetapan langkah-langkah

pengujian, pengendalian dan koordinasi antar disiplin utama pengujian. Bidang

pekerjaan ini mencakup tiga jenis kegiatan lagi yaitu:

 Sistem aktuator dan operasinya yang menyiapkan, melaksanakan

sistem-sistem pembangkit gaya, momen dan pengujian.

 Sistem operasi uji yang menyiapkan serta mengkoordinasikan

pelaksanaan pengujian seperti langkah uji, ruang pengendalian dan

pimpinan pengujian.

 Perawatan fasilitas yang melaksanakan perawatan fasilitas uji

seperti test rig, sistem akuator uji dan sistem seperti hidrolik, elektrik dan

sebagainya

b. Bidang Test Instrumentation System


8

Adalah bidang teknologi uji yang menyiapkan, memasang serta

melakukan perkiraan dan pemantauan kerja instrumentasi-instrumentasi

pengujian yang meliputi tiga hal yaitu:

 Sistem penginderaan dan perolehan data uji, pendefinisian,

pengadaan dan pemasangan peralatan-peralatan penginderaan (sensory) uji

dan sistem perolehan data uji.

 Sistem pengolahan data yang bertanggung jawab pada

pendefinisian, penentuan spesifikasi dan pengadaan sistem perolehan data.

Bagian ini yang bertanggung jawab pada pengembangan perangkat lunak

sistem pengolah data yang mampu mengkonversikan electronic

uncalibrated data menjadi calibrated engineering data untuk dipakai oleh

para engineer dalam analisis dan evaluasi data.

 Sistem perkiraan (Calibration System) yang bertanggung jawab

melaksanakan peranan seperti membuat spesifikasi alat-alat perkiraan

beserta perangkat lunaknya, pengadaan, pengoperasian dan perawatan alat-

alat perkiraan dan melaksanakan operasi perkiraan.

c. Bidang Test Engineering Analysis

Adalah bidang teknologi uji yang melaksanakan analisis teknis hasil uji,

membuat dokumen teknik hasil uji menurut standar yang berlaku, bidang ini

dibagi dalam dua bagian yaitu:

 Sistem uji

 Evaluasi dan Analisis hasil uji (Test analysis, Evaluation &

Documentation) yang bertanggung jawab melaksanakan penilaian


9

(evaluasi) hasil uji membuat dokumen hasil uji (documentation). Bagian

ini juga bertanggung jawab dalam menyiapkan perangkat lunak teknis

(engineering software) untuk analisis data bidang teknis struktur dan

teknis material.

d. Bidang Test Artcle Design and Production

Adalah bidang teknologi uji yang merancang bagian benda-benda uji

(Test specimen, Test article) serta memproduksinya. Bidang Ini terdiri dari dua

bagian yaitu:

 Perancangan benda uji dan dudukannya (Test Article and Support

design), yang bertanggung jawab dalam rancang bangun & rekayasa benda

uji serta dudukannya pada test stand

 Manufaktur benda uji dalam dudukannya, yang bertanggung jawab

dalam membuat dan merancang serta memantau kinerja benda uji pada test

stand

e. Bidang Quality System

Adalah bidang teknologi uji yang bertanggung jawab pada jaminan

mutu dari seluruh sistem uji mulai dari operasional, instrumentasi, teknis

analisis perangkat lunak maupun keras serta mutu dari benda-benda uji yang

dibuat serta dipakai

Bidang Keahlian B2TKS


10

Bidang Keahlian Teknik Material

 Bidang ini meliputi teknik-teknik yang berkaitan dengan sifat-sifat

material seperti mekanis, material processing and development

fatique&fracture mechanism, failure analysis and remaining life assesment,

protection and corrosion.

 SDM yang dibutuhkan untuk bidang keahlian ini adalah Sarjana teknik

Bidang Material dengan latar belakang mesin, Penerbangan, Perkapalan dan

Sipil Bidang Keahlian Teknik Struktur

 Bidang ini mencakup teknik konstruksi struktur/mekanik seperti teknik

kendaraan, konstruksi ringan, peralatan mesin-mesin industri, bangunan sipil

serta bidang keahlian getaran teknik

 SDM yang dibutuhkan untuk bidang keahlian ini adalah Sarjana Teknik

bidang konstruksi dengan latar belakang Mesin, Penerbangan, Perkapalan,

Sipil dan Otomotif.

2.6. Bidang Pekerjaan Divisi Keuangan

2.6.1 Sub Bagian Keuangan

Tugas Kepala Sub Bagian Keuangan

a. Mengkoordinir dan bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan

b. Mengawasi atas pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan

c. Membuat laporan keuangan menyeluruh baik untuk manajemen

maupun laporan resmi

d. Melaksanakan pembinaan pegawai dilingkungannya


11

Sub bagian Keuangan terdiri dari :

1. Urusan Penerimaan Jasa Teknologi yang dilaksanakan oleh Bendahara

Penerimaan bertugas :

 Menerima, menyiapkan, dan menyetorkan uang penerimaan

Negara

 Membukukan penerimaan uang penerimaan Negara

 Membuat laporan penerimaan pendapatan Negara

 Melakukan legalisir bukti setoran dengan KPPN

 Memungut dan menyetorkan PPN dan PPh

 Menandatangani Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)

 Membuat daftar perhitungan jumlah maksimum pencairan

dana

2. Bendahara Pengeluaran bertugas :

 Meneliti kelengkapan dan keabsahan dokumen

 Menguji kebenaran perhitungan

 Menguji ketersediaan dana

 Wajib menolak melaksanakan perintah bayar bila tidak

memenuhi syarat

 Menyediakan uang persediaan

 Membayar kepada yang berhak

 Mengambil SP2D yang diterbitkan oleh KPPN


12

 Membukukan uang persediaan

 Membuat laporan atas uang yang dikelolanya

 Menyediakan SPP GU/UP/TU/LS

 Menyampaikan SPM ke KPN

 Menandatangani Faktur Pajak dan Surat Setoran Pajak

 Menandatangani Bukti Kas, Daftar Honor, dan rincian

biaya Surat Permohonan Perjalanan Dinas

 Memungut dan menyetorkan PPN dan PPh

2.7. Struktur Organisasi B2TKS


STRUKTUR ORGANISASI BALAI BESAR TEKNOLOGI KEKUATAN STRUKTUR LABORATORIUM UJI
KONSTRUKSI
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

KEPALA

Bagian
Tata Usaha

Sub Bagian Tata Sub Sub Bagian Sub Bagian


Usaha dan Bagian Perlengkapan Tata Usaha
Kepegawaian Keuangan PelayananTeknis

Bidang Bina Bidang Pengujian Kom- Bidang Pengujian Bidang Sarana Bidang Sarana
Program ponen dan Konstruksi Material Hidraulik dan mekanik Elektronik

Sub Bidang Disain


Sub Bid. Penyusunan Sub Bid.Komputer
Kelompok Analisa Tegangan/
Kelompok Konstruksi ringan

Kelompok Uji Tak Merusak

Rencana
Kelompok Pengukuran dan

Kelompok Metalografi dan

Sub Bidang Sarana


Kelompok Karakteristik

Hidraulik dan Sub Bid. Kontrol


Kelompok Konstruksi

Sub Bid. Pengawasan Elektronik


Pneumatik
Teknis
Kelompok Korosi

Sub Bidang Sarana


Analisa Beban

Sub Bid.Evaluasi dan


Umum/Sipil

Mekanik
Fraktografi

Laporan
Regangan

Material

Sub Bidang Sarana Sub Bid. Bengkel


Inspeksi dan Korosi Elektronik

Gambar 2.1 Struktur organisasi B2TKS BPPT


13

Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur ( B2TKS) terdiri dari :

1. Kepala Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (Ka. Balai)

Kepala balai merupakan pimpinan tertinggi di B2TKS. Dalam

melaksanakan fungsi dan tugasnya Ka.Balai B2TKS bertanggungjawab

kepada Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa

(TIRBR) BPPT. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Balai Besar wajib

menerapkan system mutu, prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik

dalam lingkungan internal maupun dengan instansi terkait.

2. Bagian Umum

Bagian umum mempunyai tugas melaksanakan urusan tata usaha dan

sumber daya manusia, keuangan dan rumah tangga, Bagian Umum terdiri dari :

a. Sub Bagian Tata Usaha dan Sumber Daya Manusia, mempunyai

tugas melakukan urusan surat menyurat, ekspedisi, kearsipan,

penggandaan, perjalanan dinas, dan penatausahaan, pengembangan, mutasi

dan kesejahteraan pegawai.

b. Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas melakukan urusan

penyusunan anggaran dan perbendaharaan, verifikasi serta pelaporan

keuangan.

c. Sub Bagian Rumah Tangga, mempunyai tugas melakukan urusan

administrasi pengadaan dan perbekalan, inventarisasi, perawatan dan

perbaikan utilitas dan kendaraan, transportasi dan keamanan internal

3. Bidang Jasa Informasi


14

Bidang Jasa dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan urusan

pelayanan jasa teknologi, kerja sama teknis, perencanaan, dokumentasi.

Bidang Jasa dan Informasi menyelenggarakan fungsi :

a. Pelaksanaan urusan pelayanan jasa teknologi

b. Pelaksanaan urusan kerjasama teknis

c. Pelaksanaan urusan perencanaan dan pelaporan

Bidang Jasa dan Informasi terdiri dari :

a. Sub Bidang Pelayanan Jasa Teknologi mempunyai tugas

melakukan urusan keuangan dan administrasi layanan jasa teknologi serta

pemasaran.

b. Sub Bidang Kerjasama Teknis mempunyai tugas melakukan

urusan kerjasama teknis, kehumasan dan keprotokolan, monitoring dan

evaluasi jadwal kegiatan pengujian, penelitian dan perekayasaan.

c. Sub Bidang Perencanaan dan Pelaporan mempunyai tugas

melakukan urusan perencanaan program dan kegiatan, dokumentasi

kegiatan, penyusunan dan pengarsipan laporan, dokumentasi serta

informasi.

4. Bidang Kajian Struktur

Bidang Kajian Struktur mempunyai tugas melaksanakan pengkajian

dan penelitian teknologi kekuatan struktur alat transportasi, bangunan dan

peralatan industri, serta pengukuran dan analisis beban.

Bidang Kajian Struktur menyelenggarakan fungsi :


15

a. Pelaksanaan pengkajian, pengujian dan penelitian kekuatan

struktur alat transportasi

b. Pelaksanaan pengkajian, pengujian dan penelitian struktur

bangunan dan peralatan industri

c. Pelaksanaan, pengembangan dan penerapan metode sistem

pengukuran serta analisis beban.

Bidang Kajian Struktur terdiri dari :

1. Sub Bidang Struktur Alat Transportasi mempunyai tugas

melakukan pengkajian, pengujian dan penelitian alat transportasi dengan

menggunakan parameter beban statis dan dinamis serta pengaruh kondisi

kerja dan lingkungan, termasuk melakukan perawatan peralatan uji yang

menjadi tanggung jawabnya.

2. Sub Bidang Struktur Bangunan dan Peralatan Industri mempunyai

tugas melakukan pengkajian, pengujian dan penelitian struktur bangunan

dan peralatan industri dengan menggunakan parameter beban statis dan

dinamis serta pengaruh kondisi kerja dan lingkungan, termasuk melakukan

perawatan perlatan uji yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Sub Bidang Pengukuran dan Analisis Beban mempunyai tugas

melakukan pengukuran dan analisis beban pada komponen dan struktur,

serta pengembangan dan penerapan metode system pengukuran dan

analisis beban, termasuk melakukan perawatan peralatan uji yang menjadi

tanggung jawabnya.
16

5. Bidang Kajian Material

Bidang Kajian Material mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan

penelitian karakteristik dan aplikasi material, inspeksi teknis serta analisis

kerusakan dan umur sisa. Fungsi dari Bidang Kajian Material ini adalah :

a. Pelaksanaan karakerisasi dan aplikasi material

b. Pelaksanaan inspeksi teknis komponen dan konstruksi

c. Pelaksanaan analisis kerusakan dan umur sisa komponen dan

konstruksi

Bidang Kajian Material terdiri dari :

1. Sub Bidang Karakterisasi dan Aplikasi Material mempunyai tugas

melakukan pengkajian, pengujian, penelitian dan pengembangan yang

berkaitan dengan karakterisasi dan aplikasi material, termasuk melakukan

perawatan peralatan uji yang menjadi tanggung jawabnya.

2. Sub Bidang Inspeksi Teknis mempunyai tugas melakukan

pengujian dengan metode uji tak rusak, pengembangan dan penerapana

teknik inspeksi, termasuk melakukan perawatan peralatan uji yang menjadi

tanggung jawabnya.

3. Sub Bidang Analisis Kerusakan dan Umur Sisa mempunyai tugas

melakukan pengkajian, pengujian, penelitian yang berkaitan dengan

analisis kerusakan material, umur sisa peralatan, dan korosi material, serta

pengembangan teknik pengujian, termasuk melakukan perawatan peralatan

uji yang menjadi tanggung jawabnya


17

6. Bidang Sarana Uji

Bidang Sarana Uji mempunyai tugas melaksanakan perancangan dan

manufaktur, pengembangan system, dan pemeliharaan sarana uji.

Fungsi Bidang Sarana Uji ini adalah :

a. Pelaksanaan perancangan dan manufaktur sarana uji

b. Pelaksanaan pengembangan sarana uji

c. Pelaksanaan perawatan dan perbaikan sarana uji

Bidang Sarana Uji terdiri dari

1. Sub Bidang Perancangan dan Manufaktur mempunyai tugas

melakukan perancangan dan manufaktur, pengoperasian, dan perawatan

sarana perancangan dan manufaktur

2. Sub Bidang Pengembangan Sistem mempunyai tugas melakukan

pengembangan, pengoperasian dan perawatan system sarana uj, system

control sarana uji berbasis computer

3. Sub Bidang Pemeliharaan mempunyai tugas melakukan

pengembangan, perekayasaan, pengoperasian, dan perawatan kelengkapan

sarana uji, system computer dan Local Area Network (LAN)

7. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan

sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari

tenaga fungsional, dikoordinir oleh pejabat yang ditetapkan oleh Kepala


18

B2TKS. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan

beban kerja.
19

RAPAT ANGGOTA

DEWAN PENASEHAT
KA. B2TKS
PARA KA. BID.
& KA. BAG. UMUM

DEWAN PENGURUS BADAN PENGAWAS


Ketua 1.
Sekretaris. 2.
Bendahara. 3.

MANAJER ADMINISTRASI

KA. UNIT KA. UNIT KA. PROY. KA. UNIT JASA


WASERDA UNIT JASA UMUM
SIMPIN

SRUKTUR ORGANISASI PENGURUS


KOPERASI PEGAWAI B2TKS KOSUPALUK 2008-2011
20

BAB III
TEKNIK PENGUKURAN

III.1. Sistem Pengukuran

Pada dasarnya sistem pengukuran terdiri dari tiga bagian besar yaitu :
Sensor, pengkondisi sinyal ( Signal Conditioning) dan Data Acqusition.

Signal Processor/Computer Sistem

Data logger
Signal
Sensor Conditioning
Recording Instrument

Oscilloscope

Gambar 3.1. Sistem Pengukuran

- Sensor atau transduser adalah alat yang dapat mentransformasi suatu

efek fisika menjadi efek fisika lain yang berguna dan sebagian besar

ditransformasi menjadi sinyal listrik. Karena dalam bentuk ini sinyal

tersebut mudah diolah.

Contoh : sensor gaya, sensor temperatur, sensor tekanan dll.

- Pengkondisi sinyal adalah perangkat untuk memperkuat sinyal yang

dideteksi sensor atau mengubah sinyal dalam bentuk tertentu menjadi

sinyal yang dapat diproses oleh perangkat berikutnya


21

Contoh : power supply, Wheatstone bridge, Operational Amplifier, A/D

dan D/A converter dll.

- Data Acquisition adalah perangkat yang mengolah lebih lanjut data

dari pengkondisi sinyal untuk diperagakan, disimpan atau dikirim

ketempat lain.

Contoh : Data Processor/Computer, Data Logger, Oscilloscope dll.

III.2. Kesalahan Pengukuran

Tidak ada pengukuran yang menghasilkan ketelitian yang sempurna, karena

dalam setiap proses pengukuran tidak terlepas dari kesalahan. Hal ini dapat

terlihat dari adanya perbedaan antara harga hasil pengukuran dengan harga

sebenarnya atau perhitungan. Namun demikian untuk menghasilkan harga

pengukuran yang mendekati harga sebenarnya perlu diperhatikan faktor-faktor

yang dapat menimbulkan penyimpangan atau kesalahan dalam pengukuran,

sehingga hasil pengukuran yang dilakukan tidak menyimpang jauh dari harga

sebenarnya (masih dalam batas toleransi yang diizinkan).

Bagaimanapun sempurnanya metoda pengukuran , perbedaan harga dari

nilai sebenarnya selalu didapat.

Pada dasarnya kesalahan pengukuran disebabkan oleh dua kesalahan yaitu

Kesalahan Sistematik dan kesalahan Random.


22

III.2.1. Kesalahan Sistematik

Kesalahan sistematik adalah kesalahan yang selama berlangsungnya proses

pengukuran berkali-kali , besarnya selalu tetap atau berubah-ubah dengan

perubahan yang dapat diramal.

Kesalahan sistematik dapat ditimbulkan oleh :

1. Gross error, yaitu kesalahan yang diakibatkan karena sipengamat telah

melakukan suatu blunder, misalnya salah baca, salah memakai alat, salah

adjustment terhadap alat, dsb.

2. Kesalahan alat, misalnya : komponen-komponen tidak stabil,

keausan, garis skala yang tidak benar , salah menaruh skala pada angka

, kesalahan kalibrasi, dsb.

3. Faktor lingkungan, misalnya pengaruh suhu, kelembaban, getaran

mekanis, dsb. Suatu mistar baja yang dikalibrasi pada kondisi suhu 20oC akan

menimbulkan skala sistimatik bila digunakan pada suhu 30oC.

Mendeteksi kesalahan sistematik memerlukan pengalaman panjang dan

kewaspadaan yang tinggi bagi operator , karena tidak ada rumus untuk

menentukannya.

Namun demikian ada suatu cara untuk memberikan petunjuk adanya kesalahan

sistematik yaitu demgan melakukan pengukuran dengan metoda lain untuk

menguji kebenaran hasil pengukuran semula.

Besarnya kesalahan sistematik adalah sama dengan perbedaan antara harga

rata-rata beberapa kali pengukuran terhadap suatu kuantitas dengan harga

sebenarnya dari kuantitas tersebut.


23

III.2.2. Kesalahan acak ( random error)

Kesalahan acak sama sekali tidak diketahui sumbernya, tidak mungkin

dihilangkan dan selalu ada dalam setiap proses pengukuran. Kesalahan ini dapat

dientukan besarnya dengan metoda statistik.

III.3. Sumber Kesalahan

Seperti telah dijelaskan diatas salah satu penyebab yang dapat menimbulkan

kesalahan dalam pengukuran antara lain :

III.3.1. Alat ukur

Kesalahan alat ukur yakni kekurangan-kekurangan dari alat ukur itu sendiri.

Beberapa kesalahan yang disebabkan oleh alat ukur dan beberapa istilah yang

menunjukan keandalan suatu alat ukur diantaranya adalah :

- Kesalahan nol (zero error)

Kesalahan ini merupakan persentase dari skala penuh alat ukur, besar

kesalahan nol merata diseluruh daerah pengukuran (0 – 100%). Untuk

mengatasinya dilakukan dengan menyetel “zero adjustment” yang

terdapat pada alat ukur.

Out put
100%
actual

ideal
24

Zero error
0
1 100% input

Gambar 3.2. Zero error

- Kesalahan span (span error)

Kesalahan span merupakan persentase dari nilai input, distribusi

kesalahan tidak merata sepanjang daerah pengukuran. Kesalahan span

minimum pada input 0% dan maksimum pada input 100%

output Span
100% error
actual

ideal

0
100% input

Gambar 3.3 Span error

- Ketidak-linieran

Linieritas menyatakan hubungan antara keluaran alat ukur terhadap

masukannya. Persentase linieritas dapat dinyatakan dengan persamaan:

penyimpang an .maksimum .trasduserr


%. linieritas = x100 %
penyimpang an .skala . penuh

output
100%

actual

ideal
25

0 100% input

Gambar 3.4 Ketidaklinieran

Kesalahan ini timbul karena hubungan antara input dan output yang

tidak linier. Pada input 0 dan 100% kesalahan yang timbul adalah nol.

Tetapi diluar daerah itu terjadi kesalahan, yang dinyatakan dengan kurva

non-linieritas yang mencapai nilai terbesar pada daerah 50% input.

- Hysterisis

Hysterisis didefinisikan sebagai perbedaan hasil pengukuran pada saat

input bergerak naik (dari 0 ke 100%) dengan saat input bergerak turun

(dari 100 ke 0%). Pada umumnya disebabkan oleh komponen-komponen

mekanis pada alat ukur yang menimbulkan gesekan, backlash, elastisitas

berkurang dll.

Out put 100%

aktual

Ideal
Hysterisis
error

0 100% input

Gambar 3.5. Hysterisis

Penanggulangannya dapat dilakukan dengan mengganti komponen

mekanis alat ukur yang diperkirakan menjadi penyebab kesalahan ini.

- Repeatability
26

Repeatability adalah kemiripan hasil pengukuran (output) yang

dihasilkan oleh suatu alat ukur pada pengukuran yang dilakukan secara

berturut-turut untuk harga masukan (input) yang sama, kondisi operasi,

dan arah pengukuran yang sama.

output

Repeatability

input
0 Full Range Tranverse 100%

Gambar 3.6 Repeatability

- Accuracy (ketelitian)

Kemampuan dari alat ukur untuk memberikan indikasi pendekatan

terhadap harga yang sebenarnya dari objek yang diukur.

- Precision (ketepatan)

Suatu ukuran kemampuan untuk menunjukan hasil yang sama dari

pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dan identik.

- Sensitivity (kepekaan)

Perbandingan antara sinyal keluaran atau respons instrumen terhadap

perubahan masukan atau variabel objek yang diukur.


27

- Resolution ( resolusi)

Perubahan terkecil dari harga masukan dimana alat ukur akan

memberikan respons (tanggapan).

- Readability

Kemampuan alat ukur untuk dapat dibaca oleh pengamat.

III.3.2. Benda ukur

kesalahan dapat timbul disebabkan karena benda ukur itu sendiri. Bila suatu

benda yang ingin kita ukur besaran fisisnya memiliki nilai kuantitatif yang sangat

kecil maka semakin besar kesalahan yang mungkin timbul, selain itu permukaan

benda ukur yang tidak sejajar, suhu benda ukur yang tidak sesuai dsb. dapat

menyebabkan kesalahan dalam pengukuran. Hal ini dinyatakan dalam persentase

pembacaan alat ukur.

III.3.3. Metode pengukuran

Metode pengukuran yang salah dapat menyebabkan kesalahan dalam

pengukuran. Oleh karena itu sebaiknya sebelum melakukan suatu pengukuran

perlu diketahui spesifikasi alat ukur dan objek yang akan diukur sehingga dapat

ditentukan metode yang terbaik yang akan digunakan.

III.3.4. Lingkungan
28

Kesalahan ini disebabkan karena keadaan luar yang dapat mempengaruhi

alat ukur, termasuk keadaan-keadaan disekitar alat ukur/instrumen seperti: efek

perubahan temperatur, kelembaban, tekanan udara luar, medan maknetik dan

medan elektrostatik. Cara yang tepat untuk mengurangi efek-efek ini diantara-nya

adalah pengkondisian udara, penyegelan komponen-komponen instrumen tertentu

secara rapat sekali, pemakaian pelindung maknetik dll.

III.3.5. Operator (manusia)

Kesalahan ini dapat disebabkan karena kesalahan pembacaan, kesalahan

penaksiran, penyetelan yang tidak tepat dan pemakaian instrumen yang tidak

sesuai. Pengenalan alat ukur dan spesifikasinya, cara-cara penggunaan instrumen

ukur oleh operator juga kegiatan pelatihan sehingga operator terbiasa melakukan

kegiatan pengukuran dapat memperkecil kesalahan ini. Selain itu hasil

pengukuran yang baik memerlukan pembacaan lebih dari satu kali atau mungkin

dengan pengamat yang berbeda. Dalam hal ini kita tidak boleh bergantung pada

satu pembacaan saja, tetapi paling sedikit harus melakukan tiga pembacaan yang

terpisah.

IV. KALIBRASI
29

IV.1. Pengertian Kalibrasi

Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran

konvensional penunjukan alat ukur dan bahan ukur dengan membandingkan

terhadap standar ukur yang tertelusur (traceable) ke standar nasional maupun

internasional.

Bagan telusuran standar (traceability)

Standar Internasional

Standar Primer

Standar Nasional

Standar Kalibrasi

Standar sekunder

Standar Laboratorium

Standar Kerja

Instrumen Industri

Tujuan Kalibrasi

1. Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu

alat ukur atau bahan ukur .


30

2. Menentukan deviasi dimensi nominal yang seharusnya dari bahan ukur

3. Menjamin hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun

internasional.

Manfaat Kalibrasi :

Menjaga kondisi alat ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya .

IV.2 Metode Kalibrasi

Kalibrasi dilakukan dengan metode tertentu tergantung pada jenis alat dan

standar acuan nasional atau internasional yang digunakan. Dalam melakukan

kalibrasi perlu dilakukan beberapa perhitungan, karena seperti juga dalam

pengukuran terdapat faktor-faktor yang harus diperhatikan dan perlu dilakukan

pengkoreksian.

Beberapa perhitungan yang dilakukan untuk mengevaluasi hasil kalibrasi

adalah sebagai berikut :

o Nilai Rata-rata (p)

p1 + p 2 + p3 p1,p2,p3 adalah nilai pengukuran 1,2 dan 3


p=
3

o Mampu ulang relatif (B)

pmax = nilai penunjukan max


p max − p min
B= x100 %
p pmin = nilai penunjukan min
31

o Kesalahan relatif (Q)

p '− p P’ = nilai penunjukan alat


Q= x100 %
po
po = nilai skala max

o Kesalahan Histerisis (H)

pt − p n pt = nilai rata-rata tekanan turun


H= x100%
po
pn = nilai rata-rata tekanan naik

o Ketidakpastian pengukuran, dengan langkah-langkah sbb :

- Cari persamaan kurva dengan metode regresi berdasarkan data

hasil kalibrasi.

- Hitung residual (r) pada setiap pembacaan yaitu selisih antara

hasil pengukuran dengan hasil kalkulasi dengan menggunakan

persamaan kurva berikut pula yang dinyatakan dalam persen.

- Hitung standar deviasi (σ ) dengan rumus :

2 2 2 2
σ = r1 + r2 + r3 + ......+ rn ) / V }

dengan n = jumlah data


32

V= derajat kebebasan = n – jumlah koefisien

- Hitung ketidakpastian type A (UA) dengan rumus :


σ
UA =
n

Jika pengukuran melibatkan regresi

UA =σ

- Ketidakpastian type A dan type B (didapat dari kalibrator)

digunakan untukmenghitung ketidakpastian gabungan (UC) :

2 2 2
U C = U A + U resolusi +U B
dengan UB = ketidakpastian type B

- Ketidakpastian hasil kalibrasi diperoleh dengan mengalikan

ketidakpastian gabungan UC dengan factor pengali K (student’s t

distribution) dengan standar tingkat kepercayaan (confidence level)

95% .

Rumus ketidakpastian hasil kalibrasi :

U = K UC

Faktor K diperoleh dari student’s t distribution ,dihubungkan

dengan Jumlah derajat kebebasan efektif (Veff).

Rumus derajat kebebasan efektif :

4
Uc
Veff = 4 4
U A / V A + U B / VB

dengan VB dianggap sama dengan 12,5 (tingkat kehandalan 20%).


33

Tabel 4.1. Student’s t distribution untuk tingkat kepercayaan

95%

Derajat kebebasan K Derajat kebebasan K


1 12,7 18 2,10
2 4,3 19 2,09
3 3,18 20 2,09
4 2,78 25 2,06
5 2,57 30 2,04
6 2,45 35 2,03
7 2,36 40 2,02
8 2,31 45 2,01
9 2,26 50 2,01
10 2,23 60 2,00
11 2,20 70 1,99
12 2,18 80 1,99
13 2,16 90 1,99
14 2,14 100 1,98
15 2,13 110 1,98
16 2,12 120 1,98
17 2,11 Tak terhingga 1,96
Sumber : CSIRO

Dalam melakukan kalibrasi perlu diperhatikan pula suhu dan kelembaban

ruangan tempat kalibrasi dilakukan . Deskripsi dan identitas alat serta hasil

pengukuran dicatat pada lembar kerja kalibrasi .

V. APLIKASI PENGUKURAN DAN KALIBRASI

V.1 Pengujian Kebocoran Dectrunk

V.1.1. Tujuan Pengujian

Pengujian dilakukan untuk mengetahui adanya kebocoran atau kerusakan

pada Fabrication of spool piece for Pipa stacks HSP : 4T – 4C- 5S sesuai dengan
34

tekanan uji yang diinginkan pelanggan yaitu sebesar 440 bar dan 460 bar yang

ditahan selama 10 menit.

V.1.2. Benda Uji

Identifikasi benda uji adalah sebagai berikut :

-. Fabrication of spool piece for Pipa stacks HSP : 4T – 4C – 5S, jumlah 3

buah, No Sri 1, 2, dan 3.

V.1.3. Peralatan Pengukuran

a. Pompa dengan fluida oli stellus 68 sebagai pemberi tekanan

b. Pressure Transducer, kapasitas 500 bar Tipe/No.Seri : P3M/26071,

Sertifikat KIM-LIPI s.014422 sebagai sensor tekanan.

c. Amplifier KWS 3073 sebagai penguat sinyal

d. X –T Recorder sebagai perekam data.

V.1.4. Metode Pengukuran

Pengukuran Uji kebocoran dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

• Mengisi benda uji dengan oli Tellus 68 sampai penuh, sehingga tidak ada

udara yang terjebak.


35

• Memberi tekanan dengan pompa oli pada benda uji sebesar 440 bar.

Pengamatan tekanan dilakukan melalui penguat sinyal KWS 3073 yang

dihubungkan Pressure Transducer seperti pada gambar 1

1
2
3

6
88888

Keterangan Gambar 1. Benda Uji. (Fabrication of spool piece for Pipa


stacks
HSP : 4T – 4C – 5S)
2. Pressure Transducer kapasitas 500 bar
3. Valve
4. Pompa oli
5. Amplifier KWS 3073
6. X-t Recorder
36

Gambar 5.1. Rangkaian Pengukuran Uji Kebocoran Decktrunk

• Menutup valve pompa pada tekanan 440 bar dan merekamnya pada X-t

recorder selama 10 menit.

• Memeriksa kebocoran atau kerusakan pada benda uji secara visual.

• Jika tidak terjadi kebocoran atau kerusakan pengujian diulang untuk

tekanan 460 bar dan merekamnya pada X-t recorder selama 10 menit.

• Jika pengujian dianggap selesai tekanan pada benda uji diturunkan

sampai 0 bar.

V.1.5. Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran kebocoran pada Fabrication of spool piece for Pipa

stacks HSP : 4T – 4C – 5S diperlihatkan pada gambar 5.2. yang merupakan hasil

pengukuran selama 10 menit.

Dari hasil pengamatan secara visual dinyatakan sebagai berikut:

Benda uji Decktrunk tersebut selama pengujian ( 10 menit ) tidak terlihat

adanya kebocoran untuk tekanan 440 bar dan 460 bar.

Benda uji Decktrunk tersebut selama pengujian ( 10 menit ) tidak

mengalami kerusakan.

Tabel 5.1 : Hasil pengukuran

Penurunan
Tekanan Pengujian
No. Tekanan Keterangan
Benda Permintaan Aktual setelah 10
uji ( bar) ( bar) menit (bar)
37

1 440 445 7 Secara visual tidak bocor


460 675 8 Secara visual tidak bocor
2 440 445 5 Secara visual tidak bocor
460 469 9 Secara visual tidak bocor
3 440 444 9 Secara visual tidak bocor
660 467 3 Secara visual tidak bocor

UJI HIDROSTATIS BENDA UJI 1


500

480
Tekanan ( bar )

460

440

420

400
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu ( menit ) tek.440


tek.460

UJI HIDROSTATIS BENDA UJI 2


500

480
Tekanan ( bar )

460

440

420

400
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Waktu ( menit ) tek.440


tek.460
38

UJI HIDROSTATIS BENDA UJI 3


500

480
Tekanan ( bar )

460

440

420

400
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu ( menit ) tek.440
tek.460

Gambar 5.2.
Grafik Pengukuran Hidrostatis

V.2. Uji Tarik Material dengan menggunakan ekstensometer

V.2.1. Tujuan Pengukuran

Uji tarik Material dengan menggunakan ekstensometer dimaksudkan untuk

mendapatkan karakteristik dari material yang diuji ,antara lain :

kuat tarik (tensile stress)

batas ulur (yield stress)

Modulus Elastisitas

V.2.2. Benda Uji

baja dengan dimensi 22,7mm x 5,4 mm

lo = 50 mm ( sesuai SII 0318-80)


39

V.2.3. Peralatan ukur

- Mesin Uji tarik RME 100 kN

- Micrometer dengan ketelitian 0.01 mm

- Ekstesometer D 32

- X-Y recorder HP 7045 B

- Amplifier KWS 3073

V.2.4. Metode Pengukuran

Merangkai spesimen uji ke mesin uji seperti dalam gambar 5.2 :

2. Melakukan seting peralatan sehingga

penunjukan peralatan ukur sesuai dengan nilai kalibrasinya dan

penunjukan skala grafik sesuai dengan yang diharapkan.

Benda uji Mesin RME 100

X-Y recorder Ekstensometer

Amplifier

8888
40

Gambar 5.2. Rangkaian Uji Tarik Material

3. Memberi gaya tarik benda uji dengan menggunakan kontrol mesin RME

100 sampai benda uji mendapat regangan ± 0,2% dengan melihat grafik

Gaya vs Regangan pada XY recorder.

4. Menurunkan gaya tarik hingga ± 10% dan menaikan lagi sampai gaya

yang ditunjukan poin 3.

5. Melepas ekstensometer dan menaikan gaya tarik sampai benda uji

putus.

V.2.5. Hasil Perhitungan

Dari hasil pengujian didapatkan grafik yang ditunjukkan seperti pada

gambar 5.3

dan didapat : Gaya (F) saat 0,2% = 43,5 kN

Gaya (F) maksimum = 54 kN

Luas penampang benda uji = 22,70 mm x 5,40 mm = 122,58 mm2

60
54 kN
50 43,5 kN
kN
40

30

20

10

0 0,2 % ε
41

Gambar 5.3. Grafik Gaya vs Regangan Uji Tarik Material

43500 N
Jadi batas Ulur ( Yield Stress) = = 354 ,87 N / mm 2
122 ,58 mm 2

54000 N
Kuat tarik (Tensile Sterss) = = 440 ,53 N / mm 2
122 ,58 mm 2

354 ,87 N / mm 2
Modulus elstisitas = = 177435 N / mm 2
0.2%

V.3. Kalibrasi Ekstensometer

Ekstensometer adalah transduser untuk mendeteksi perubahan panjang dari

panjang mula-mula (∆l/lo) pada suatu matarial akibat perlakuan gaya tarik atau

tekan.

Contoh kalibrasi Ekstensometer di B2TKS BPPT Serpong

Lembar Kerja Kalibrasi

Deskripsi dan Identitas Alat : Ekstensometer Nomor Seri : AN1


Kapasitas : Lo 10 mm ; sensitivitas 1mV/V = 7867 digit
Pabrik Pembuat : UPT LUK
Tanggal Kalibrasi : 27 September 2002
Kondisi lingkungan : Suhu ruang 23,8 oC ; Kelembaban 57 %

Tabel 5.2. Data Kalibrasi


42

Penunjukan Penunjukan alat ( digital)


1 2 3 Turun
Standar (mm)
0 0 0 0 0
0.004 40 39 39 40
0.008 80 80 80 81
0.012 121 120 120 120
0.016 161 160 161 160
0.02 200 200 201 200
0.024 240 240 241 241
0.028 280 280 281 280
0.032 320 320 321 321
0.036 360 361 361 361
0.04 400 401 401 400

Dari data diatas dengan menggunakan Microsoft Excel, evaluasi kalibrasi

akan mudah diselesaikan dan hasilnya sebagai berikut :

Perasamaan Regresi : y = 6.07E+03x3 – 8.19E+02x2 + 1.00E+04x – 2.03E-

01

Tabel 5.3. Evaluasi data kalibrasi

Rata-rata error % repeat(%) standar(X) Y(regresi)

0.0 0.00 0.0 0 -0.20


39.5 1.25 2.5 0.004 39.78
80.3 -0.31 1.2 0.008 79.75
120.3 -0.21 0.8 0.012 119.69
160.5 -0.31 0.6 0.016 159.61
200.3 -0.13 0.5 0.02 199.52
240.5 -0.21 0.4 0.024 239.41
280.3 -0.09 0.4 0.028 279.29
320.5 -0.16 0.3 0.032 319.16
360.8 -0.21 0.3 0.036 359.02
400.5 -0.13 0.2 0.04 398.88

n = 40 ; Koefisien = 3; 1 digital = 0.0001 mm;

Ub= 0.2 ( dari sertifikat ) ; k=2; Res. = 0.0001 X 0,5 ( ½ X mampu baca)

Standar Deviasi (σ) = 1.217634

Ua = 1.217634

Dengan diasumsikan faktor cakupan =2 dan sebaran persegi maka :


43

Uc = Ua 2
+(Ub / 2) 2 + (Ures / 3 ) 2 =1.221734

U95 = k X 1.221734 = 2 X 1.221734 = 2.44 digit = 0.0002 mm

0 KESIMPULAN DAN SARAN


44

VI.1 KESIMPULAN

Dari hasil Kerja Praktek yang telah dilakukan di Lab. Pengukuran dan

Analisa Beban B2TKS BPPT dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Untuk lebih membuktikan kebenaran hasil uji , sebaiknya pengujian

dilakukan minimal tiga kali.

2. Jenis pengujian di Lab. Pengukuran dan Analisa Beban sangat

bervariasi dan mengikuti perkembangan dunia , sehingga

memungkinkan untuk mengembangkan berbagai macam ilmu .

3. Setiap pengujian diperlukan personil yang benar-benar memahami

obyek yang diuji dan menguasi peralatan ukur yang digunakan, agar

kesalahan dapat diminimalkan dan hasilnya dapat dipertanggung

jawabkan.

4. Semua peralatan yang digunakan untuk pengujian harus mampu telusur

ke standar Nasional maupun Internasional, untuk itu perlu dikalibrasi

secara rutin.

1 SARAN
45

Selama Kerja Praktek di Lab. Pengukuran dan Analisa Beban B2TKS

BPPT dapat diberikan beberapa saran yang dapat dijadikan masukan untuk

dipertimbangkan, yaitu :

0 1. Mengadakan kerja sama dengan perguruan tinggi dalam bidang

pengkajian dan pengembangan teknologi agar dapat ikut membantu

pendidikan nasional.

1 2. B2TKS hendaknya ikut berperan aktif dalam mempelopori

pembuatan produk-produk dalam negeri.

2 3. Mengingat peralatan ukur yang dipergunakan sangat sensitip maka

sebaiknya tempat penyimpanan alat dikondisikan.

3 4. Dengan banyaknya sumber daya manusia yang berkaitan dengan

bidang metrologi di Lab. Pengukuran dan Analisa Beban, diharapkan

bisa lebih mengoptimalkan peralatan ukur yang tersedia.

4 5. Untuk pengujian Hidrostatis sebaiknya dilakukan pada ruangan

khusus untuk menjaga keamanan personil penguji dari bahaya

pecahnya benda uji.

5 6. Setiap pengujian yang hasilnya berupa data-data pengukuran

sebaiknya dicantumkan estimasi ketidak pastiannya.

8
46

DAFTAR PUSTAKA

1. Thomas G.Beckwith, N.Lewis Buck, Roy D.Marangoni, Univercity

of Pittsburgh, Pengukuran Mekanis, Edisi Ketiga Jilid I, Alih Bahasa :

Ir. Kusnul Hadi, Penerbit Erlangga 1987.

2. CSIRO, Australia USING THE ISO “GUIDE TO THE EXPRESSION

OF UNCERTAINTY IN MEASUREMENT’, CSIRO 1994,1995

3. Cooper W.D, Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran,

Jakarta , Penerbit Erlangga 1994

4. Diklat Kalibrasi dan Metrologi, Serpong, Puslitbang KIM-LIPI 1997


47

Foto yokogawa 3023 x-y Recorder

Foto Amplifire HBM DA.24


48

Foto ekstensometer HBM Dehnungsaufnehmer D3

Foto Portable Data Logger TDS-302


49

Foto Mesin Uji Tarik RME 100

You might also like