Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lele dumbo adalah ikan pendatang baru yang merupakan keturunan lele
hasil persilangan antara lele asli Taiwan dan lele yang berasal dari Afrika. Ikan
hasil persilangan ini kemudian di introduksi ke negara kita sekitar tahun 1986.
Karena ukuran tubuh yang sangat cepat besar atau bongsor, lele ini kemudian
dinamakan lele dumbo.
Kegiatan pembenihan lele dumbo saat ini telah berkembang dengan
pesat. Pembenihan lele dumbo yang dilakukan oleh petani dilakukan dengan
cara dan peralatan yang sederhana. Biasanya hanya memanfaatkan bahan-
bahan yang mudah didapat dengan harga yang terjangkau. Disamping itu,
tenaga kerja yang digunakan cukup dengan hanya memanfaatkan tenaga
anggota keluarga petani yang bersangkutan.
Kegiatan pembenihan ikan lele merupakan kegiatan awal di dalam
budidaya ikan lele. Tanpa kegiatan pembenihan, kegiatan yang lain, yakni
pendederan dan pembesaran semuanya berasal dari kegiatan pembenihan.
Kegiatan pembenihan lele dumbo yang akan diuraikan berikut adalah kegiatan
yang biasa dilakukan para petani, baik secara semi intensif maupun intensif.
Secara garis besar, kegiatan pembenihan meliputi pemeliharaan induk,
pemilihan induk yang siap pijah, pemijahan, dan perawatan larva atau benih.
B. Tujuan
1. Meningkat keterampilan membenihkan ikan lele dumbo
2. Memanfaatkan lahan yang sempit
3. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
Modul Diklat 1
Budidaya Ikan Lele Dumbo
LEMBAR INFORMASI 1.
Pemeliharaan Induk
Induk jantan dan betina dipelihara secara terpisah. Hal ini lebih
memudahkan dalam pengelolaan, pengontrolan dan yang terpenting dapat
mencegah terjadinya memijah diluar kehendak “mijah maling”. Kolam induk
berupa kolam tanah, kolam tembok, atau kolam tanah dengan pematang dari
tembok. Tidak ada ketentuan khusus tentang ukuran kolam untuk pemeliharaan
induk.
Biasanya kolam induk hanya disesuaikan dengan kondisi lahan dan
keuangan. Untuk memudahkan dalam pengelolaan dan efisiensi penggunaan
kolam, maka luas kolam induk jantan dan betina masing-masing berkisar 15 –
30 meter persegi. Setiap kolam dilengkapi dengan saluran pemasukan dan
pengeluaran air. Di kedua saluran ini biasanya dilengkapi dengan saringan agar
induk-induk tersebut tidak keluar atau kabur. Kepadatan penebaran induk antara
3 – 4 kg/m2, sedangkan ketinggian air dikolam induk antara 60 – 75 cm.
Agar diperoleh kematangan induk yang memadai, setiap hari induk di beri
pakan bergizi. Jenis pakan yang diberikan berupa pakan buatan berupa pelet
sebanyak 3 – 5 % perhari dari bobot induk yang dipelihara. Ada juga induk lele
yang diberikan pakan berupa limbah peternakan ayam (ayam yang mati) yang
dibakar atau direbus terlebih dahulu.
Modul Diklat 2
Budidaya Ikan Lele Dumbo
LEMBAR INFORMASI 2.
Pemijahan
1. Persiapan wadah dan substrat (kakaban).
Persiapan bak pemijahan dilakukan sebelum dilakukan pemijahan. Untuk
setiap pasang induk yang beratnya antara 0,5 – 1 kg diperlukan satu buah bak
pemijahan dengan ukuran 1 x 2 x 0,5 meter atau 1 x 1 x 0,5 meter. Sebelum
kolam atau bak digunakan, bak dicuci bersih agar kotoran-kotoran dan lumut
yang menempel terlepas dan dasar bak menjadi bersih dan benih lele terhindar
dari serangan penyakit.
Selanjutnya bak diisi air bersih setinggi 30 – 40 cm. Sebagai tempat atau
media menempelnya telur, di dasar bak dipasang kakaban yang terbuat dari
ijuk. Ukuran kakaban disesuaikan dengan ukuran bak pemijahan. Namun,
ukuran yang biasa digunakan panjangnya 75 – 100 cm dan lebarnya 30 – 40
cm. Sebagai patokan, untuk 1 pasang induk lele dumbo dengan berat induk
betina 500 gram, dibutuhkan kakaban sebanyak 3 – 4 buah. Jika kurang,
dikhawatirkan telur yang dikeluarkan ketika pemijahan tidak tertampung
seluruhnya atau menumpuk di kakaban, sehingga mudah membusuk dan tidak
menetas. Kakaban harus menutupi seluruh permukaan dasar bak pemijahan,
sehingga semua telur lele dumbo tertampung di kakaban. Bagian atas bak
pemijahan di tutup dengan seng atau triplek atau anyaman bambu untuk
mencegah induk lele dumbo yang sedang dipijahkan meloncat keluar.
Modul Diklat 3
Budidaya Ikan Lele Dumbo
Ciri-ciri induk betina lele dumbo yang siap untuk dipijahkan sebagai
berikut :
• Bagian perut tampak membesar ke arah anus dan jika diraba
terasa lembek.
• Lubang kelamin berwarna kemerahan dan tampak agak
membesar.
• Jika bagian perut secara perlahan diurut ke arah anus, akan keluar
beberapa butir telur berwarna hijau tua dan ukurannya relatif besar.
• Gerakannya lambat.
Ciri-ciri induk jantan lele dumbo jantan yang telah siap untuk dipijahkan sebagai
berikut :
• Alat kelamin tampak jelas memerah
• Warna tubuh agak kemerah-merahan
• Tubuh ramping dan gerakannya lincah.
Modul Diklat 4
Budidaya Ikan Lele Dumbo
Modul Diklat 5
Budidaya Ikan Lele Dumbo
3. Kawin suntik
Untuk merangsang induk lele dumbo agar memijah sesuai dengan yang
diharapkan, sebelumnya induk harus disuntik menggunakan zat perangsang
berupa kelenjar hipofisa atau HCG (Human Chlorionic Gonadotropine). Kelenjar
hipofisa dapat diambil dari donor ikan lele dumbo yang telah matang kelamin
dan telah berumur minimal 1 tahun. Jika menggunakan HCG, dipasaran HCG
dapat dibeli dengan merek dagang Ovaprim . Penyuntikan menggunakan
kelenjar hipofisa cukup dengan 1 dosis. Artinya, ikan donor yang akan diambil
kelenjar hipofisanya, beratnya sama dengan ikan induk lele dumbo yang akan
disuntik. Namun, jika menggunakan ovaprim, penyuntikan cukup dilakukan satu
kali dengan dosis untuk induk betina 0,2 ml dan untuk induk jantan sebanyak 0,1
ml. Sebagai bahan pelarut digunakan air untuk injeksi berupa aquabidest
sebanyak 0,3 – 0,4 ml. Penyuntikan dapat dilakukan pada 3 tempat, yaitu pada
otot punggung, batang ekor dan sirip perut. Akan tetapi pada umumnya
dilakukan pada otot punggung dengan kemiringan alat suntik 45°.
Modul Diklat 6
Budidaya Ikan Lele Dumbo
Modul Diklat 7
Budidaya Ikan Lele Dumbo
LEMBAR INFORMASI 3.
Penetasan Telur
Setelah induk selesai memijah, pada pagi harinya telur lele dumbo
diangkat untuk ditetaskan di bak penetasan. Induk lele dumbo yang telah selesai
memijah harus ditangkap dan dikembalikan lagi ke kolam pemeliharaan induk.
Bak penetasan telur berupa kolam tembok. Bak penetasan diisi air bersih
setinggi 30 cm. Air bisa berasal sumur pompa, sumur timba atau sumber air
lainnya, yang penting air tersebut tidak mengandung kaporit atau zat kimia
berbahaya lainnya.
Seluruh telur yang ditetaskan harus terendam air, tentunya proses ini
memerlukan kakaban. Kakaban yang penuh dengan telur diletakan terbalik
sehingga telur menghadap ke dasar bak. Dengan demikian telur akan terendam
air seluruhnya. Telur yang telah dibuahi berwarna kuning cerah kecoklatan,
sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih pucat. Di dalam proses
penetasan telur diperlukan suplai oksigen yang cukup. Untuk memenuhi
kebutuhan akan oksigen terlarut dalam air, setiap bak penetasan di pasang
aerasi.
Modul Diklat 8
Budidaya Ikan Lele Dumbo
Telur akan menetas tergantung dari suhu air bak penetasan dan suhu
udara. Jika suhu semakin panas, telur akan menetas semakin cepat. Begitu juga
sebaliknya, jika suhu rendah, menetasnya semakin lama. Telur ikan lele dumbo
akan menetas menjadi larva antara 18 –24 jam dari saat pemijahan.
Modul Diklat 9
Budidaya Ikan Lele Dumbo
LEMBAR INFORMASI 4.
Perawatan Larva
Setelah dipastikan hampir semua telur menetas, kakaban diangkat untuk
menghindari penurunan kualitas air akibat adanya pembusukan dari telur – telur
yang tidak menetas. Disamping itu juga dilakukan pergantian air bak penetasan
dengan membuang air sampai ¾ bagian volume air dan kemudian diisi kembali
dengan air yang baru.
Larva ikan lele yang baru menetas akan berwarna hijau dan berkumpul di
dasar bak penetasan dibagian yang gelap. Ukuran larva lebih kurang 5 – 7 mm
dengan berat 1,2 – 3 mg. Setelah berumur 2 hari, larva mulai bergerak dan
menyebar ke seluruh bak penetasan. Sampai umur 3 hari larva tidak perlu diberi
pakan tambahan, karena masih memanfaatkan cadangan makanan yang
dibawa di dalam tubuhnya, yakni yang dikenal dengan “kuning telur”. Larva ikan
lele dumbo baru diberikan pakan tambahan setelah berumur 4 hari dengan
memberikan emulsi kuning telur ayam. Pemberian pakan tersebut sampai umur
5 hari. Setelah menginjak umur 6 hari, larva diberi pakan alami (makanan hidup)
yang berukuran kecil, seperti kutu air (daphnia sp) atau cacing sutera (tubifex).
Modul Diklat 10
Budidaya Ikan Lele Dumbo
Pakan buatan kurang baik diberikan karena jika tidak habis akan membusuk
sehingga menurunkan kualitas air pada bak pemeliharaan. Pakan alami
diberikan 3 kali sehari, pagi, siang dan sore hari atau sesuai dengan kebutuhan.
Faktor lain yang perlu diperhatikan selama pemeliharaan banih atau larva
adalah kualitas air. Pergantian air dilakukan setiap 2 – 3 hari sekali atau
tergantung dari kebutuhan. Jumlah air yang diganti sebanyak 50 – 70 % dengan
cara menyipon (mengeluarkan air secara selektif dengan selang) sambil
membuang kotoran yang mengendap pada dasar bak pemeliharaan larva.
Selang yang digunakan adalah selang plastik yang lentur dan biasa digunakan
sebagai selang air.
Modul Diklat 11
Budidaya Ikan Lele Dumbo
LEMBAR INFORMASI 5.
Pendederan
Pendederan adalah pemeliharaan benih lele dumbo yang berasal dari
hasil pembenihan sehingga mencapai ukuran tertentu. Pendederan dilakukan
dalam dua tahap, yakni pendederan pertama dan pendederan kedua. Pada
pendederan pertama, benih lele dumbo yang dipelihara adalah benih yang
berasal dari pembenihan yang berukuran 1 – 3 cm. Benih ini dipeliharan selama
12 – 15 hari sehingga saat panen akan diperoleh lele dumbo berukuran kurang
lebih 5 – 6 cm perekornya. Pada pendederan ke dua, benih yang dipelihara
berasal dari hasil pendederan pertama. Pemeliharaan dilakukan selama 12 – 15
hari sehingga diperoleh benih lele dumbo berukuran 8 – 12 cm perekornya.
Pendederan ini dapat dilakukan di kolam tanah atau kolam tembok.
1. Persiapan kolam
Sebelum benih ditebar, dilakukan persiapan kolam terlebih dahulu.
Persiapan kolam meliputi pengeringan kolam, perbaikan pematang, pengolahan
dasar kolam, perbaikan saluran pemasukan dan pengeluaran air, pemupukan
dan pengapuran. Perbaikan pematang bertujuan untuk mencegah kebocoran
kolam. Kebocoran kolam dapat diakibatkan oleh binatang air seperti belut,
kepiting dan hewan air lainnya. Pematang bocor mengakibatkan air kolam tidak
stabil dan benih ikan banyak yang keluar kolam.
Pengolahan dasar kolam dilakukan dengan mencangkul dasar kolam.
Tujuan pengolahan dasar kolam adalah untuk menguapkan gas beracun yang
terdapat di dasar kolam. Tanah yang baru dicangkul diratakan. Setelah dasar
kolam rata, lalu dibuat saluran ditengah kolam. Saluran ini disebut kemalir.
Kemalir berfungsi untuk memudahkan pemanenan dan sebagai tempat
berlindung benih ikan pada siang hari. Saluran pemasukan dan pengeluaran air
dilengkapi dengan saringan. Tujuannya untuk menjaga agar tidak ada hama
yang masuk ke dalam kolam dan benih lele dumbo tidak kabur atau keluar
kolam.
Modul Diklat 12
Budidaya Ikan Lele Dumbo
Modul Diklat 13
Budidaya Ikan Lele Dumbo
Penebaran harus dilakukan dengan hati-hati agar benih lele dumbo tidak
mengalami stress. Benih yang akan didederkan sebaiknya jangan ditebar
langsung ke kolam namun terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi untuk
menghindari perubahan suhu yang mencolok antara suhu air kolam dan suhu air
pada wadah pengangkutan.
Cara penebaran untuk proses adaptasi (aklimatisasi) benih lele dumbo cukup
mudah. Benih lele dumbo yang masih berada di dalam wadah pengangkutan di
biarkan terapung-apung diatas permukaan air selama 5 menit. Selanjutnya
ditambahkan air dari kolam ke wadah pengangkutan sedikit demi sedikit.
Dengan cara ini diharapkan kualitas air yang ada di dalam wadah pengangkutan
tersebut akan sama dengan yang ada di kolam.
3. Pemeliharaan benih.
Kegiatan pemeliharaan benih merupakan kegiatan inti dari pendederan. Selama
pemeliharaan, benih harus diberi pakan tambahan. Pakan tambahan berupa
tepung pelet sebanyak 3 – 5 % dari jumlah total benih yang dipelihara. Pakan
diberikan 3 – 4 kali sehari. Agar pemberian pakan lebih efektif, sebaiknya
pemberian pakan disebarkan merata pada kolam pendederan.
Modul Diklat 14
Budidaya Ikan Lele Dumbo
4. Pemanenan benih.
Setelah dipelihara selama15 – 20 hari, benih lele dumbo siap dipanen pada pagi
atau sore hari saat suhu rendah. Pemanenan dimulai dengan mempersiapkan
alat-alat panen serta tempat penampungan benih. Setelah semua peralatan
siap, kolam dikeringkan secara perlahan-lahan sampai air tersisa hanya tinggal
dikemalir dan akhirnya habis kering. Selanjutnya benih ditangkap dan ditampung
di dalam wadah yang telah disediakan. Benih disortir atau pisahkan sesuai
dengan ukurannya. Rata-rata benih telah mencapai ukuran 5 – 8 cm per
ekornya. Selanjutya benih dapat dipelihara ditempat lain untuk dibesarkan atau
dijual. Mortalitas selama pemeliharaan lebih kurang 10 – 20 % dari jumlah benih
yang ditebar.
Modul Diklat 15
Budidaya Ikan Lele Dumbo
LEMBAR INFORMASI 6.
PEMBESARAN
Persyaratan Lokasi
Salah satu faktor penentu keberhasilan usaha budidaya ikan lele dumbo
adalah ketepatan dalam pemilihan lokasi atau lahan budidaya. Ada beberapa
faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum menjatuhkan pilihan terhadap lokasi
atau lahan budidaya yang diminati. Memilih lahan budidaya ikan lele dumbo
tidak boleh sembarangan, perlu berbagai pertimbangan. Pertimbangan tersebut
sangat penting agar selama melakukan kegiatan pemeliharaan tidak
menemukan kendala yang menghambat proses produksi. Lahan budidaya yang
dipilih minimal harus ditinjau dari faktor teknis, sosial dan ekonomi.
Adapun persyaratan lahan budidaya ikan lele dumbo adalah sebagai berikut.
1. Fakor Teknis
a. Lahan harus dekat dengan sumber air, tetapi bukan daerah banjir.
b. Air berkualitas baik dan tidak tercemar limbah industri.
c. Ketersediaan air kontinyu atau dapat mengairi kolam sepanjang tahun.
d. Tanahnya subur.
Modul Diklat 16
Budidaya Ikan Lele Dumbo
2. Faktor Sosial
a. Lingkungan hidup dan kelestarian alam dapat di jaga.
b. Sumber daya alam sekitar dapat digunakan.
c. Penduduk disekitar lokasi dapat dijadikan tenaga kerja.
d. Berdampak positif bagi masyarakat sekitar
e. Keamanan lokasi dapat dijaga.
3. Faktor Ekonomi
a. Lokasinya dekat dengan daerah pemasaran.
b. Sarana produksi mudah diperoleh dangan harga murah.
c. Di lokasi ada prasarana jalan yang baik dan angkutan yang memadai.
d. Sarana penghubung seperti telepon lancar.
Aspek lain yang tidak kalah pentingnya adalah aspek teknis. Tanpa
dukungan teknis yang memadai, usaha budidaya ikan lele tidak akan berhasil.
Untuk itu, harus ada tenaga ahli yang menguasai budidaya ikan lele dari seluruh
aspek, yakni aspek biologis, teknis pembenihan, pendederan, pembesaran,
Modul Diklat 17
Budidaya Ikan Lele Dumbo
Air merupakan faktor terpenting dalam budidaya ikan. Bukan hanya ikan
lele, ikan-ikan lain pun untuk hidup dan berkembang biak memerlukan air.
Tanpa air ikan tidak akan dapat hidup. Karenanya, kualitas dan kuantitas air
harus diperhatikan agar kegiatan budidaya berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
Kuantitas air adalah jumlah air yang tersedia yang berasal dari
sumbernya, seperti sungai atau saluran irigasi untuk mengisi dan mengairi
kolam. Jumlah air yang dibutuhkan atau yang mengalir tersebut dikenal dengan
istilah debit air. Debit air yang dibutuhkan untuk budidaya ikan lele adalah 10
liter per menit.
Air untuk perkolaman dapat berasal dari beberapa sumber seperti mata
air, saluran irigasi dan sungai. Kualitas air adalah variabel-variabel yang dapat
mempengaruhi kehidupan ikan lele. Variabel tersebut dapat berupa sifat fisika,
kimia dan biologi air. Sifat fisika air meliputi suhu, kekeruhan dan warna air. Sifat
kima air adalah kandungan oksigen, karbondioksida, amoniak, dan alkalinitas.
Sifat biologi air meliputi jenis dan jumlah binatang air, seperti plankton yang
hidup di suatu perairan.
Modul Diklat 18
Budidaya Ikan Lele Dumbo
Modul Diklat 19
Budidaya Ikan Lele Dumbo
PERSIAPAN KOLAM
Pembesaran ikan lele dumbo di saluran irigasi ini dapat dilakukan asal
tersedia wadah pemeliharaan-nya, yaitu berupa karamba atau pagar
penghalang dari bambu. Sementara benih yang dapat ditebar sebaiknya sudah
berukuran 25 – 50 gram per ekor.
Modul Diklat 20
Budidaya Ikan Lele Dumbo
Karamba untuk pemeliharaan ikan lele dumbo di saluran irigasi ada dua
macam, yaitu karamba yang seluruh bagiannya terendam air dan karamba yang
hanya sebagian saja yang terendam air. Bila menggunakan karamba yang
sebagian saja terendam air, penempatannya sebaiknya diatur secara zig-zag
atau selang – seling. Ini bertujuan untuk melancarkan aliran air dan membuat
sampah tidak tertahan di karamba. Sebaiknya bila menggunakan karamba yang
terendam seluruhnya, penempatannya tidak terlalu bermasalah karena aliran air
akan terus bergerak. Gerakan air yang tidak terhalang karamba menyebabkan
sampah akan mudah hanyut.
Oleh karena sifat dan kebiasaan ikan lele dumbo yang cenderung
melompat dan menentang arus air maka pada bagian depan karamba
sebaiknya diberi tanggul. Tanggul ini berguna untuk memperlambat aliran air
yang masuk ke dalam karamba.
Namun, di bagian atas karamba diberi empat buah cerobong ukuran 5 inci yang
tingginya 10 cm melebihi permukaan air saat air pasang tertinggi. Tujuan
pemasangan cerobong agar air dalam karamba mendapat oksigen langsung
dari udara. Dengan adanya cerobong, ikan lele dumbo yang dipelihara dapat
mengambil oksigen dari udara.
B. Pembesaran di Kolam
Pada kegiatan pemeliharaan ikan lele di kolam tidak ada ketentuan
khusus mengenai luas dan bentuk kolam. Biasanya kolam yang digunakan
adalah kolam tanah atau kolam yang dasarnya tanah tetapi pematang kolam
dapat berdinding tembok atau pematang tanah tetapi mempunyai kekuatan
untuk menahan air. Untuk memudahkan pengelolaan, sebaiknya kolam
berbentuk persegi panjang. Kedalaman kolam pembesaran harus lebih dalam
dari pada kolam yang digunakan untuk pendederan. Kedalaman kolam yang
baik berkisar 75 – 150 cm.
Modul Diklat 21
Budidaya Ikan Lele Dumbo
Pematang kolam yang bocor harus segera diperbaiki dan berukuran kecil
dapat langsung ditutup dengan tanah (kolam tanah) atau semen (kolam
Modul Diklat 22
Budidaya Ikan Lele Dumbo
B
G
F
Keterangan:
A. Panjang kolam
B. Lebar kolam
C. Dasar Kolam
D. Kemalir
E. Kobakan
F. Outlet Kolam
G. Outlet Kobakan
H. Inlet kolam
Modul Diklat 23
Budidaya Ikan Lele Dumbo
Modul Diklat 24
Budidaya Ikan Lele Dumbo
PENEBARAN BENIH
Hasil pada tahap pendederan benih lele belum cukup untuk dijadikan ikan
konsumsi, karena ukurannya masih kecil, yakni baru mencapai 5 – 8 centimeter
per ekornya. Sementara itu, ikan lele dumbo yang dinilai layak untuk dikonsumsi
adalah jika telah mencapai ukuran 5 – 10 ekor per kilogramnya. Untuk itu hasil
pendederan perlu dipelihara lagi di kolam pembesaran. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kegiatan pembesaran benih ikan lele dumbo merupakan
pemeliharaan ikan lele dumbo hasil pendederan sampai mencapai ukuran
konsumsi.
Modul Diklat 25
Budidaya Ikan Lele Dumbo
pemeliharaan 30 hari, petani memerlukan benih ikan lele dengan ukuran 1 kg isi
40 ekor. Ini diharap-kan pada panen nanti akan menghasilkan ikan lele dumbo
konsumsi ukuran 6 – 10 ekor per kilogramnya.
Penebaran benih atau melepas benih ke dalam kolam baru dapat
dilakukan setelah dipastikan kolam pembesaran benar-benar telah siap untuk
digunakan. Benih ditebar pada pagi atau sore hari saat suhu air kolam rendah
untuk menghindari stres pada benih ikan lele. Jumlah benih lele dumbo yang
akan di tebar disesuaikan dengan ukuran ikan dan luasan kolam. Jika ukuran
benih yang ditebarkan 8 – 12 cm, padat penebaran 50 ekor permeter persegi
dan jika benih lele dumbo yang ditebarkan berukuran 5 – 8 cm, padat
penebaran 60 – 75 ekor permeter persegi. Sebelum penebaran benih ikan lele
dilakukan tahapan aklimatisasi atau adaptasi ikan terhadap suhu dan pH air
pada media pemeliharaan. Caranya yakni kantong plastic yang berisi benih ikan
direndam pada media pemeliharaan. Setelah perendaman 10 – 15 menit benih
secara perlahan-lahan dicampur secara bertahap dengan air dikolam
pemeliharaan. Apabila dianggap ikan telah dapat menyesuaikan diri, dapat
dilakukan penebaran benih ikan.
PEMELIHARAAN
Untuk memacu pertumbuhan, selama pemeliharaan, benih ikan lele
dumbo diberi pakan tambahan. Pakan buatan seperti pelet dan pakan alternatif
dapat diberi-kan. Pakan alternatif yang bisa diberikan kepada lele dumbo berupa
ikan-ikan rucah atau ikan yang sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi manusia
atau telah mengalami pembusukan. Di samping itu, binatang air yang suka
Modul Diklat 26
Budidaya Ikan Lele Dumbo
merusak tanaman padi, seperti keong mas dan bekicot juga bisa diberikan.
Limbah pemindangan dan limbah peternakan ayam bisa menjadi pakan
alternatif untuk ikan lele dumbo.
Jika pakan yang diberikan berupa pakan buatan seperti pelet, pemberian
pakannya dilakukan pada pagi, sore dan malam hari sebanyak 3 – 5 % per hari
dihitung dari jumlah atau bobot ikan lele yang dipelihara.
Pemberian pakan dilakukan secara bertahap agar setiap ekor ikan lele dumbo
memperoleh makanan atau pakan dalam jumlah yang mencukupi. Pemberian
pakan secara asal-asalan bisa mem-pengaruhi pertumbuhan ikan lele, sehingga
ukuran ikan lele yang dipanen tidak rata. Hal ini disebabkan ikan lele yang
hanya sedikit mendapatkan pakan tentu pertumbuhannya lebih lambat
dibandingkan dengan yang mendapat pakan dalam jumlah yang cukup.
Modul Diklat 27
Budidaya Ikan Lele Dumbo
SAMPLING PERTUMBUHAN
Modul Diklat 28
Budidaya Ikan Lele Dumbo
2) Pengisian format
Data lapangan hasil pengamatan, pengukuran dan penimbangan dicatat
dalam format yang telah disediakan.
BM = Nt x Wt
Keterangan :
BM = Bobot biomassa (kg)
Nt = Populasi (ekor)
Wt = Bobot rata-rata (kg)
Modul Diklat 29
Budidaya Ikan Lele Dumbo
Nt = No – D
Keterangan :
Nt = Populasi (ekor)
No = Jumlah ikan yang diterbarkan (ekor)
D = Jumlah ikan yang mati (ekor)
Modul Diklat 30
Budidaya Ikan Lele Dumbo
PEMANENAN
Pemanenan merupakan bagian akhir dari kegiatan pembesaran ikan.
Cara pemanenan ikan lele bisa menentukan kualitas ikan lele. Cara pemanenan
yang baik dan sesuai dengan cara yang dianjurkan akan menghasilkan ikan lele
dumbo yang berkualitas baik pula, yakni ikan lele dalam kondisi hidup, tidak
cacat dan tidak luka-luka. Ikan lele yang berkualitas harga nya tentu lebih tinggi
dibandingkan dengan ikan lele yang telah mati dan penuh luka.
Teknik pemanenan ikan lele dumbo yang baik adalah sebagai berikut :
a. Mula-mula kolam dikeringkan secara ber tahap pada pagi hari
dengan membuka saluran outlet atau pembuangan airnya sehingga air
hanya tersisa di saluran tengah kolam atau kamalir.
b. Ikan lele dumbo yang ada di kamalir digiring ke arah yang paling
rendah atau kobakan pada pintu pengeluaran, hingga semuanya terkumpul.
c. Ikan lele dumbo ditangkap menggunakan seser atau alat tangkap
lainnya. Dalam hal ini harus dihindari terjadinya luka-luka pada ikan lele
dumbo.
d. Ikan lele dumbo ditampung di waring yang airnya mengalir agar
badannya bersih dari lumpur.
e. Ikan lele dumbo dibiarkan beberapa jam, selanjutnya siap dipasarkan
atau diangkut ke pasar.
Modul Diklat 31
Budidaya Ikan Lele Dumbo
Modul Diklat 32
BUDIDAYA LELE DUMBO
LEMBAR INFORMASI 7.
1
BUDIDAYA LELE DUMBO
2
BUDIDAYA LELE DUMBO
2. Suhu
Perubahan suhu yang tinggi dalam suatu perairan akan mempengaruhi
proses metabolisme, aktifitas tubuh dan syaraf ikan. Suhu optimal untuk
pertumbuhan ikan air tawar tergantung pada jenis ikan yang
dibudidayakan.
Untuk induk ikan lele yang dipelihara dalam wadah berupa bak,
perubahan suhu yang terjadi dapat distabilkan/dikembalikan pada kondisi
semula dengan melakukan penambahan air baru untuk menurunkan suhu
perairan dan menutup atap dengan terpal atau plastik yang menyerap
panas untuk menaikkan suhu. Kisaran suhu normal yang optimal bagi
pemeliharaan induk lele adalah 27 – 28o C.
Sedangkan untuk larva, suhu sebaiknya dipertahankan tetap pada
28 – 30 0 C.
Suhu rendah dibawah normal dapat menyebabkan ikan mengalami
lethargi, kehilangan nafsu makan, dan menjadi lebih rentan terhadap
penyakit. Ikan jangan dibiarkan berada dalam suhu yang terlalu dingin
hanya karena alasan untuk menghemat listrik. Sebaliknya pada suhu
yang terlalu tinggi ikan dapat mengalami stress pernapasan dan bahkan
dapat menyebabkan kerusakan insang permanen.
3
BUDIDAYA LELE DUMBO
baik, atau pada saat menambahkan air baru yang memiliki temperatur
tidak sama.
Dalam kasus temperatur terlalu panas, seperti akibat termostat yang tidak
berfungsi dengan baik, maka intentsitas aerasi hendaknya ditingkatkan
untuk mengkompensasi kadar oksigen terlarut yang rendah, dan biarkan
temperatur air dingin secara alami. Apabila suhu meningkat sampai
melebihi 32°C, dan apabila ikan masih bertahan hidup, maka penggantian
air sebanyak 20% dengan air dingin bisa dilakukan. Pengembalian air
hendaknya dilakukan secara perlahan dengan cara penyiponan dan
peningkatan aerasi.
Alat ukur yang digunakan untuk melihat suhu ini adalah dengan
menggunakan termometer (Gambar 29).
Penyesuaian Suhu
4
BUDIDAYA LELE DUMBO
yang terekspos ke udara terbuka secara tidak sengaja seperti pada saat
penggantian air dapat menyebabkan kerusakan fatal pada heater
tersebut, dan bahkan bisa menimbulkan shock listrik. Untuk itu matikan
heater sebelum melakukan penggantian air atau sebelum melakukan
kegiatan apapun yang menyebabkan terjadinya penurunan ketinggian air.
3. Kecerahan
5
BUDIDAYA LELE DUMBO
6
BUDIDAYA LELE DUMBO
7
BUDIDAYA LELE DUMBO
8
BUDIDAYA LELE DUMBO
9
BUDIDAYA LELE DUMBO
10
BUDIDAYA LELE DUMBO
11
BUDIDAYA LELE DUMBO
LEMBAR INFORMASI 8.
12
BUDIDAYA LELE DUMBO
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan hama
terhadap ikan lele :
• Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam
pengapuran sebaiknya dosis pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.
• Pada pintu pemasukan air dipasang saringan agar hama tidak
masuk ke dalam kolam.
1. Penanggulangan Ular
a. Ular tidak menyukai tempat-tempat yang bersih. Karena itu, cara
menghindari serangan hama ular adalah dengan mejaga kebersihan
lingkungan kolam.
b. Karena ular tidak dapat bersarang di pematang tembok, sebaiknya
dibuat pematang dari beton atau tembok untuk menghindari
serangannya.
c. Perlu dilakukan pengontrolan pada malam hari. Jika ada ular, bisa
langsung dibunuh dengan pemukul atau dijerat dengan tali.
2. Penanggulangan Belut
a. Sebelum diolah, sebaiknya kolam digenangi air setinggi 20 – 30 cm,
kemudian diberi obat pembasmi hama berupa akodan dengan dosis
rendah, yakni 0,3 – 0,5 cc per meter kubik air.
b. Setelah diberi pembasmi hama, kolam dibiarkan selama 2 hari hingga
belut mati. Selanjutnya air dibuang.
13
BUDIDAYA LELE DUMBO
Penyakit
Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di
dalam tubuh ikan lele sehingga organ tubuh ikan lele terganggu. Jika salah
satu atau sebagian organ tubuh terganggu, akan terganggu pula seluruh
jaringan tubuh ikan lele. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan lele
tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan antara tiga
faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan) dan
kondis jasad patogen (jasad penyakit).
1. Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit pada ikan lele atau peristiwa yang memicu terjadinya
serangan penyakit antara lain sebagai berikut :
a. Stres
b. Kekurangan gizi
c. Pemberian pakan yang berlebihan
d. Keracunan
e. Memar dan luka
f. Cacat
g. Hama
h. Jasad patogen (penyakit)
14
BUDIDAYA LELE DUMBO
3. Pencegahan Penyakit
Beberapa tindakan pencegahan penyakit yang dapat dilakukan sebagai
berikut.
a. Sebelum pemeliharaan, kolam harus dikeringkan dan dikapur untuk
memotong siklus hidup penyakit.
b. Kondisi lingkungan harus tetap dijaga, misalnya kualitas air tetap baik.
c. Pakan tambahan yang diberikan harus sesuai dengan dosis yang
dianjurkan. Jika berlebihan dapat mengganggu lingkungan dalam
kolam.
d. Penanganan saat panen harus baik dan benar untuk menghindari agar
lele tidak luka-luka.
15
BUDIDAYA LELE DUMBO
4. Jenis Penyakit
Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibat adanya gangguan
faktor yang bukan pathogen. Penyakit non-infeksi tidak menular.
Sementara penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan
organisme pathogen.
1. Penyakit non-infeksi
Penyakit non-infeksi yang banyak ditemukan adalah keracunan dan
kekurangan gizi. Keracunan dapat disebabkan oleh pemberian pakan
yang berjamur, berkuman dan pencemaran lingkungan perairan.
Gejala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan. Biasanya
ikan yang mengalami keracunan terlihat lemah dan berenang tidak
normal dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang
terbalik kemudian mati. Penyakit karena kurang gizi, ikan tampak kurus
dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan ukuran tubuh.
Ikan juga akan terlihat kurang lincah.
Untuk mencegah terjadinya keracunan, pakan harus diberikan secara
selektif dan lingkungan dijaga agar tetap bersih. Bila tingkat keracunan
tidak terlalu parah atau masih dalam taraf dini, ikan-ikan yang stress
dan berenang tidak normal harus segera diangkat dan ditempatkan
pada wadah yang berisi air bersih, segar dan dilengkapi dengan suplai
oksigen.
Untuk mencegah kekurangan gizi, pemberian pakan harus terjadwal
dan jumlahnya cukup. Pakan yang diberikan harus dipastikan
mengandung kadar protein tinggi yang dilengkapi lemak, vitamin A,
mineral. Selain itu, kualitas air tetap dijaga agar selalu mengalir lancar
dan parameter kimia maupun biologi mencukupi standar budidaya.
16
BUDIDAYA LELE DUMBO
17
BUDIDAYA LELE DUMBO
18
BUDIDAYA LELE DUMBO
Pencegahan
19
BUDIDAYA LELE DUMBO
Ikan yang lolos dari serangan white spot diketahui akan memiliki
kekebalan terhadap penyakit tersebut. Kekebalan ini dapat bertahan
selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Meskipun demikian
ketahanan ini dapat menurun apabila ikan yang bersangkutan
mengalami stres atau terjangkit penyakit lain.
Untuk mencegah agar tidak berjangkit penyakit bintik putih, air kolam
harus sering diganti atau dialiri air baru yang segar dan jernih. Harus
dijaga agar air buangan ini tidak menularkan kepada ikan di kolam-
kolam lain.
Pengobatan
Obat hanya dianjurkan untuk pencegah penyakit. Sebenarnya
pemakaian antibiotik kurang baik pengaruhnya terhadap ikan dan
lingkungan. Oleh karena itu, pemakaiannya tidak dianjurkan pada ikan
yang dikonsumsi. Obat ini akan tertinggal dalam jaringan daging atau
lemak dan ini berbahaya bagi kesehatan.
Beberapa obat yang dapat dipakai untuk mengobati penyakit bintik
putih adalah:
Malachyte green. Obat ini diberikan sebanyak 1 gram (berupa
serbuk) untuk air kolam 10 m2, pengobatan diulang setiap 2 hari;
dalam 10 hari, ikan yang sakit akan sembuh. Dalam pengobatan cara
ini, apalagi yang dilakukan cukup lama, kolam harus diaerasi dan ikan
diberi makanan yang cukup baik.
Formalin. Ikan yang sakit direndam setiap hari dalam larutan formalin
30% (dalam dosis 1 : 2000), lamanya perendaman 1 jam.
Garam dapur. Larutan garam dapur sebanyak 30 mg per liter dengan
waktu perendaman 1 menit dan dilakukan setiap hari, selama 3 – 5
20
BUDIDAYA LELE DUMBO
21
BUDIDAYA LELE DUMBO
Pencegahan
Pencegahan jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air
agar kondisinya tetap baik. Agar ikan tidak terluka, perlakuan hati-hati
pada saat pemeliharaan ikan lele sangat perlu diperhatikan.
Pengobatan
Penyakit ikan yang disebabkan oleh jamur dapat diobati dengan tiga
cara, yaitu direndam larutan kalium permanganate, larutan garam
dapur, dan larutan malachite green.
Ikan direndam dalam larutan kalium permanganate 1 gram per 100
liter, selama 60 – 90 menit. Ikan direndam dalam larutan garam dapur
(10 gram per liter) selama 1 menit. Sedangkan untuk mengobati
penyakit ikan dengan malachite green, sebelumnya dibuat larutan
baku (1 mg serbuk dilarutkan dalam 450 ml air). Untuk merendam
ikan, 1 – 2 ml larutan baku itu dilarutkan (diencerkan) dalam 1 liter air,
untuk dipakai merendam ikan selama 1 jam. Pengobatan diulang
sampai tiga hari berturut-turut.
22
BUDIDAYA LELE DUMBO
Gejala ini dapat diketahui bila ikan diraba tubuhnya akan terasa kasar
atau kasap. Ikan yang terserang bakteri menjadi lemah dan sering
muncul kepermukaan air. Karena penyakit ini mudah menular maka
bila ada ikan yang sudah terserang dan keadaannya cukup parah
harus segera dimusnahkan.
Pencegahan
Pada umumnya bibit penyakit, apalagi berupa bakteri yang sangat
kecil dan sudah tersebar di semua perairan, sukar sekali diberantas
sampai tuntas. Karena air merupakan media penular yang membawa
bibit-bibit penyakit secara luas. Maka cara pencegahanlah yang harus
dipahami benar-benar oleh petani ikan. Ikan akan terhindar dari wabah
penyakit apabila ikan selalu dalam kondisi yang baik. Kondisi baik
artinya, makanan cukup, keadaan lingkungan baik, bersih dari segala
23
BUDIDAYA LELE DUMBO
Pengobatan
Untuk ikan yang sakit, dapat diobati dengan beberapa obat, antara
lain antibiotika. Misalnya saja merendam ikan dalam larutan
oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam, merendam ikan dalam larutan
nitrofuran 5 – 10 ppm selama 12 – 24 jam, merendam ikan dalam
larutan kalium permanganate (PK) 10 – 20 ppm selama 30 – 60 menit.
Obat-obat antibiotika seperti Kemicitin, Tetrasiklin, Streptomisin yang
berupa serbuk, dicampurkan ke dalam makanan ikan. Dosisnya harus
diperhitungkan agar setiap 100 gram berat ikan, dapat memakan 1 mg
antibiotika itu per hari. Lama pemberian obat ini 2 – 3 minggu.
Antibiotika juga dapat diberikan dengan disuntikkan. Dosisnya, untuk
larutan chloramphenicol (kemicitin) 1 : 1,5 sebanyak 1 – 2 ml
disuntikkan ke dalam rongga perut (intra abdomincal cavity) untuk
setiap berat badan ikan 200 gram. Penyuntikan perlu diulang setiap 2
– 3 hari sampai jangka waktu 2 minggu. Kalau cara ini berhasil,
biasanya dapat terlihat gejala penyembuhan dari hari ke hari.
Cara lain yang lebih praktis dalam pengobatan penyakit bakteri adalah
melalui makanan. Makanan ikan yang akan diberikan dicampur dulu
dengan chloromycetin 1 – 2 gram untuk setiap 1 kg pellet. Hal yang
harus diperhatikan adalah tetap menjaga kualitas air agar selalu
sesuai dengan kebutuhan hidup yang ideal bagi ikan.
Perlu diketahui bahwa apabila pemakaian antibiotika tidak sesuai
dengan dosis yang telah ditetapkan, atau perhitungannya kurang
cermat, maka lama kelamaan bakteri akan kebal terhadap obat itu.
Akibatnya, obat tersebut tidak mempan lagi untuk memberantas jenis
bakteri tertentu.
24
BUDIDAYA LELE DUMBO
LEMBAR INFORMASI 9.
Makanan adalah sumber energi bagi mahluk hidup, begitu juga dengan
ikan dimana tanpa makanan ikan tidak akan tumbuh dan berkembang biak.
Istilah makanan dalam dunia perikanan adalah pakan.
Pakan yang diberikan kepada ikan peliharaan dapat berupa pakan buatan,
pakan alami dan pakan tambahan.
Pakan alami adalah sejenis pakan ikan yang berupa organisme air.
Organisme ini secara ekosistem merupakan produsen primer atau level
makanan dibawah ikan dalam rantai makanan. Ikan dalam memanfaatkan pakan
alami bergantung kepada kebiasaan makan ikan dan ukuran tubuh dari pakan
alami itu sendiri. Pakan alami dapat berupa tumbuh-tumbuhan maupun hewani
yang hidup di air.
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dari bahan makanan baik nabati
maupun hewani dengan memperhatikan kandungan gizi, sifat dan ukuran ikan.
Dengan diberikan makanan buatan maka kebutuhan gizi ikan dapat dipenuhi
setiap saat tanpa bergantung pada pakan alami yang ada. Bentuk pakan buatan
disesuaikan dengan sifat dan ukuran ikan yaitu; berbentuk pellet, cairan (emulsi
dan suspensi), lembaran (flake atau wafer) dan remahan.
Untuk mengurangi biaya produksi dalam usaha perikanan, maka pakan
buatan dapat dibuat sendiri, karena pakan buatan yang ada dipasaran saat ini
cukup mahal.
A. Pakan Alami
Pakan lele dapat berupa pakan alami atau buatan (pellet) tergantung pada
ukuran lele yang kita beri pakan (larva atau benih). Larva ikan lele ukurannya
masih sangat kecil, terutama ukuran bukaan mulutnya sehingga diperlukan
pakan yang ukurannya sesuai dengan ukuran bukaan mulut ikan. Untuk itu, larva
ikan lele dapat diberikan pakan berupa pakan alami, seperti chlorella, rotifera,
tubifex, artemia atau dapat juga diberikan pakan buatan seperti emulsi kuning
telur (ayam atau itik).
25
BUDIDAYA LELE DUMBO
Pakan alami berupa artemia dapat kita beli di toko-toko perikanan, akan
tetapi harganya cukup mahal sehingga untuk menggantinya dapat digunakan
pakan alami lain seperti chlorella, daphnia ataupun tubifex. Pakan-pakan
tersebut selain harganya cukup murah, ketersediaannyapun dapat kita
pertahankan melalui kultur pakan alami sehingga untuk mendapatkannya tidak
perlu lagi membeli atau mengambil dari tempat lain.
Selain itu, masih ada beberapa pakan alami lainnya yang dapat kita
budidayakan, seperti: Tetraselmis; Dunaliella; Diatomae; Spirulina; Brachionus;
Infusoria; dan Jentik-jentik Nyamuk.
Berdasarkan media tumbuhnya pakan alami dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu pakan alami air tawar dan pakan alami air laut. Jenis pakan alami
air tawar yang sudah banyak dibudidayakan antara lain adalah moina, daphnia,
brachionus, tubifex, sedangkan jenis pakan alami air laut yang sudah
dibudidayakan adalah jenis-jenis phytoplankton, Brachionus, Artemia salina.
Chlorella
Chlorella termasuk dalam phytoplankton, bentuknya bulat atau bulat telur,
mempunyai khloroplas seperti cawan, dindingnya keras, padat dan garis
tengahnya 5 mikron, perkembangbiakan terjadi secara aseksual, yaitu dengan
pembelahan sel atau pemisahan autospora dari sel induknya, habitatnya adalah
tempat-tempat yang basah dan medianya mengandung cukup unsur hara seperti
N, P, K dan unsur mikro lainnya (karbon, nitrogen, fosfor, sulfur dan lain-lain)
26
BUDIDAYA LELE DUMBO
Penyiapan Bibit
1. Alat-alat yang akan digunakan dicuci dengan deterjen, kemudian
dibilas dengan larutan klorin 150 ppm
2. Dalam wadah 1 galon:
• Menggunakan stoples atau botol “carboys”, slang aerasi, dan
batu aerasi
• Botol diisi medium ± 3 liter, untuk Chlorella air laut
menggunakan medium dengan kadar garam 15 permil, dan untuk
Chlorella air tawar dapat menggunakan air tawar yang disaring
dengan kain saringan 15 mikron
• Air disterilkan dengan cara mendidihkan, klorinasi, atau
penyinaran dengan lampu ultraviolet
• Pemupukan dengan menggunakan ramuan Allen-Miguel, yang
terdiri dari 2 larutan, yaitu: (1) Larutan A, terdiri dari 20 gram KNO3
dalam 100 ml air suling; (2) Larutan B, terdiri dari: 4 gram
Na2HPO4.12H2O; 2 gram CaCl2.6H2O; 2 gram FeCl3; dan 2 ml
HCl; semuanya dilarutkan dalam 80 ml air suling
• Setiap 1 liter medium, menggunakan 2 ml larutan A dan 1 ml
larutan B
3. Dalam wadah 60 liter atau 1 ton
o Wadah dicuci dan dibebashamakan. Air untuk medium harus
disaring. Medium dipupuk dengan jenis dan takaran: 100 mg/liter
pupuk TSP, Urea sebanyak 10-15 mg/liter dan pupuk KCl
sebanyak 10-15 mg/l
o Untuk pertumbuhan dalam wadah besar (1ton) cukup
menggunakan urea dengan takaran 50 gram/m3
Pemeliharaan
1. Dalam wadah 1 galon :
• Bibit ditebar dalam medium yang telah diberi pupuk, sampai
airnya berwarna agak kehijau-hijauan. Bibit yang masuk disaring
dengan saringan 15 mikron
27
BUDIDAYA LELE DUMBO
Tetraselmis
Merupakan phytoplankton yang hidup pada salinitas 15 - 36 ppt dan
kisaran suhu 15 - 350 C, mempunyai empat buah flagella dan berukuran 7 – 12
mikron, mempunyai kloroplas, perkembangbiakan secara aseksual yaitu
pembelahan sel dan seksual yaitu dengan bersatunya khloroplas dari gamet
jantan dan betina.
28
BUDIDAYA LELE DUMBO
Penyiapan Bibit
1. Dalam wadah 1liter
• Dapat menggunakan botol erlenmeyer. Botol, slang plastik, dan
batu aerasi dicuci dengan deterjen dan dibilas dengan larutan klorin
150 ml/ton
• Wadah diisi air medium dengan kadar garam 28 permil yang
telah disaring dengan saringan 15 mikron. Kemudian disterilkan
dengan cara direbus, diklorin 60 ppm dan dinetralkan dengan 20
ppm Na2S2O3, atau disinari lampu ultraviolet
• Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut :
a. Natrium nitrat – NaNO3 = 84 mg/l
b. Natrium dihidrofosfat-NaH2PO4 = 10 mg/l atau
Natrium fosfat- Na3PO4 = 27,6 mg/l atau Kalsium fosfat-
Ca3(PO4)2 =11,2 mg/l
c. Besi klorida – FeCl3 = 2,9 mg/l
d. EDTA (Ethylene dinitrotetraacetic acid) = 10 mg/l
e. Tiamin-HCl (vitamin B1) = 9,2 mg/l
f. Biotin = 1 mikrogram/l
g. Vitamin B12 = 1mikrogram/l
h. Tembaga sulfat kristal CuSO4.5H2O = 0,0196 mg/l
i. Seng sulfat kristal ZnSO4.7H2O = 0,044 mg/l
j. Natrium molibdat-NaMoO4.7H2O = 0,02 mg/l
k. Mangan klorida kristal-MnCl2.4H2O = 0,0126 mg/l
29
BUDIDAYA LELE DUMBO
30
BUDIDAYA LELE DUMBO
Scenedesmus sp
• Jenis alga yang berkoloni
• Mempunyai kloroplas pada selnya
• Perkembangbiakkannya dengan pembentukan koloni, dari setiap
sel induk dapat membentuk sebuah koloni awal yang membebaskan
diri melalui suatu pecahan pada dinding sel induk.
31
BUDIDAYA LELE DUMBO
Skeletonema costatum
• Bersel tunggal, berukuran 4 – 6 mikron
• Mempunyai bentuk seperti kotak dengan sitoplasma yang
memenuhi sel dan tidak memiliki alat gerak
• Perkembangbiakan melalui pembelahan sel
Spirulina sp
Hidup pada pH optimal 7,2 - 9,5 dan maksimal 11, suhu optimal 25 - 35
derajat C, tahan terhadap kadar garam tinggi, yaitu sampai dengan 85 gram
/liter. Spirulina merupakan alga hijau biru yang berbentuk spiral dan memiliki
32
BUDIDAYA LELE DUMBO
dinding sel tipis yang mengandung murein, ,mempunyai dua macam ukuran yaitu
jenis kecil berukuran 1 – 3 mikron dan jenis besar berukuran 3 – 12 mikron.
Perkembangbiakan terjadi secara aseksual atau pembelahan sel yaitu dengan
memutus filamen menjadi satuan-satuan sel yang membentuk filamen baru.
Teknik Budidaya
Wadah dan peralatan lainnya dicuci, kemudian diisi medium dengan kadar
garam 15 - 20 permil. Selanjutnya diberi pupuk cair 1 ml/l, kemudian
diaerasi dan dibiarkan sebentar.
Pemeliharaan
1. Dalam pemeliharaan harus diperhatikan penempatan
wadah agar cukup mendapat cahaya, sehingga fotosintesa dapat
berjalan lancar
2. Setelah tercampur merata, bibit dimasukkan sebanyak 1/5
- 1/10 bagian. Empat hari setelah masa pemeliharaan, dapat dipanen
dan dikultur pada wadah yang lebih besar
Jenis pakan alami yang kedua adalah zooplankton yaitu organisma air
yang melayang-layang mengikuti pergerakan air dan berupa jasad hewani. Jenis
zooplankton yang biasa digunakan sebagai makanan larva atau benih ikan hias
dan sudah dapat dibudidayakan secara massal adalah:
33
BUDIDAYA LELE DUMBO
Penyiapan Bibit
1. Bibit diambil dari alam
2. Air medium yang digunakan adalah air rebusan kotoran kuda/pupuk
kandang lainnya, yaitu 800 ml kotoran kering dalam 1 liter air selama 1
jam. Setelah dingin, disaring dan diencerkan dengan air hujan yang
telah direbus dengan perbandingan 1 : 2
3. Air medium dimasukkan dalam botol 1 galon dan ditulari bibit Protozoa
dan ganggang renik sebagai makanan Brachionus selama 7 hari. 1-2
minggu kemudian Brachionus akan tumbuh
4. Cara lain adalah menularkan bibit ke dalam medium air hijau yang
berisi phytoplankton
Penyiapan Media
1. Dengan Pemupukan
34
BUDIDAYA LELE DUMBO
Pemeliharaan
1. Dengan Pemupukan :
Bibit Brachionus ditebar 4-5 hari setelah pemupukan, sebanyak 10
ekor/ml. 5-7 hari kemudian, Brachionus berkembang dengan
kepadatan sekitar 100 ekor/l dan dapat digunakan sebagai pakan ikan.
2. Dengan Pemberian Pakan:
a. Bibit Brachionus ditebar 4 - 5 hari setelah pemupukan,
sebanyak 10 ekor/ml. Wadah setiap hari pagi diaduk sebagai ganti
pengudaraan
b. Pemberian makanan berupa algae dapat diganti dengan ragi
roti sebanyak 1 - 2 gram berat basah per 1 juta ekor per hari pada
35
BUDIDAYA LELE DUMBO
Pemanenan
1. Panen Brachionus dilakukan pada waktu kepadatannya mencapai 100
ekor/ml dalam jangka waktu 5 - 7 hari atau 2 minggu kemudian dengan
kepadatan 500 - 700 ekor / ml
2. Panen sebagian dapat dilakukan selama 45 hari, dimana 1 - 2 jam
sebelum penangkapan, air diaduk, kemudian didiamkan. Brachionus
yang berkumpul di permukaan diseser dengan planktonet ukuran 60
mikron
3. Panen total dilakukan dengan menyedot air dengan selang plastik dan
disisakan 1/3 bagian kemudian disaring dengan planktonet
4. Hasil tangkapan dicuci bersih dan sudah dapat dimanfaatkan
36
BUDIDAYA LELE DUMBO
Penyiapan Bibit
1. Bibit dapat berasal dari telur kering yang sudah dikalengkan
2. Penetasan telur Artemia dilakukan di wadah bening dengan dasar
berbentuk kerucut, dengan ukuran 3 - 75 liter. Wadah dapat dibuat
sendiri dari kantong plastik 3 - 5 liter, yang dilapisi dengan kertas
plastik kaca dan disetrika untuk melekatkannya atau dengan wadah
berupa galon aqua 19 liter kemudian dipotong bagian dasarnya
3. Air media diperoleh dari pengenceran air laut (30 permil) sampai kadar
garamnya 5 permil dan ditambahi NaHCO3 2 gram/liter agar pH nya 8
–9
37
BUDIDAYA LELE DUMBO
4. Air media pemeliharaan juga dapat dibuat dari air tiruan (kadar garam
5 permil) yang dapat dibuat dari Garam NaCl = 5 gram dan air tawar
sebanyak 1 liter yang dilarutkan dalam air panas sebelum digunakan
5. Telur-telur yang akan ditetaskan direndam dalam air tawar selama 1
jam, kemudian disaring dengan kain saringan 125 mikron, sambil
disemprot air, dan ditiriskan
6. Kondisi yang mendukung penetasan telur, yaitu : suhu 25 - 30 derajat
C, kadar O2 > 2 mg/liter, penyinaran dengan lampu neon dengan
kekuatan cahaya 1000 luks (60 watt 2 buah sejauh 20 cm dari dinding
wadah
7. Telur menetas menjadi nauplius setelah 24 - 36 jam, dan harus
ditangkap paling lambat 24 jam sejak menetas. Anak Artemia disedot
dengan slang plastik kecil dan ditampung dengan saringan 125
mikron, kemudian dicuci)
Penyiapan Peralatan
1. Wadah yang digunakan adalah berbagai macam bak berbentuk empat
persegi panjang dengan sudut tegak lurus, menyerong, atau
melengkung. Ukurannya 300 liter, 2 ton, 5 ton, dsb
2. Di tengah bak dipasang penyekat terbuat dari papan/lembaran plastik
dengan arah membujur sejajar dengan sisi bak yang panjang. Jarak
antara ujung penyekat tengah dengan sisi bak yang pendek 2/3 kali
jarak antara penyekat tengah dengan sisi bak yang panjang, dan jarak
sisi bawah dengan dasar bak 2 - 5 cm
3. Dalam bak dipasang "air water lift (AWL)" yang terbuat dari pipa-pipa
PVC untuk menimbulkan putaran.
- Kedalaman 20 cm, diameter pipa AWL= 25 mm
- Kedalaman 40 cm, diameter pipa AWL= 40 mm
- Kedalaman 75 cm, diameter pipa AWL= 50 mm
- Kedalaman 100 cm, diameter pipa AWL= 60 mm
38
BUDIDAYA LELE DUMBO
Pemeliharaan
39
BUDIDAYA LELE DUMBO
Pemanenan
1. Usaha Pembesaran
• Panen dilakukan pada umur 2 minggu dan ukuran Artemia
mencapai 8 mm. Sebelum penangkapan, aerasi dihentikan selama
30 menit, lalu Artemia yang naik ke permukaan diserok dengan
seser kain halus
• Artemia dapat langsung dimanfaatkan atau disimpan dalam freezer
2. Produksi Nauplius
Penangkapan dilakukan dengan memanfaatkan kotak keping
penyaring yang dilengkapi saringan 200 mikron pada ujung pipa
peluapannya. Nauplius diambil setelah yang terkumpul dalam jumlah
banyak
3. Produksi Telur
o Cara penangkapan sama dengan produksi nauplius
o Telur dicuci bersih dan direndam 1 jam dalam larutan garam
115 permil, dikeringkan selama 24 jam, suhu 35 - 40 derajat C
o Penyimpanan dilakukan di kantong plastik yang diisi gas
N2/kaleng hampa udara
40
BUDIDAYA LELE DUMBO
Penyiapan Media
41
BUDIDAYA LELE DUMBO
Pemeliharaan
1. Pemasukan bibit dilakukan 18 - 24 jam sesudah pemupukan awal
dengan padat penebaran 30 ekor/l
2. Perkembangannya akan mencapai puncak dalam waktu 7 - 10 hari
dengan kepadatan 3000 - 5000 ekor/l
3. Makanan kutu air terdiri dari tumbuhan renik dan detritus
Pemanenan
42
BUDIDAYA LELE DUMBO
Infusaria
Ciri-cirinya antara lain adalah :
• Bersel tunggal
• Berwarna putih
Penyiapan Peralatan
1. Penangkaran dapat dilakukan secara berurutan dalam wadah 1 liter, 1
galon, 200 liter, dan 1 ton. Untuk wadah 1 liter dan 1 galon,
menggunakan air rebusan jerami sebagi medium, dan untuk wadah
yang lebih besar menggunakan air mentah
2. Air mentah dimasukkan dalam wadah 200 liter dan 1 ton (tergantung
jenis Ciliatanya) dan ditambah potongan - potongan jerami atau
rumput kering, daun selada, atau kulit pisang kering, kemudian air
diaerasi
Penyiapan Bibit
1. Penebaran bibit Ciliata dilakukan setelah makanan tumbuh, yaitu ±1
minggu setelah persiapan wadah
2. Ciliata dapat berkembang biak dalam waktu seminggu, ditandai
dengan warna air medium yang berubah menjadi keputih-putihan
3. Apabila medium budidaya berbau busuk, dilakukan pergantian air
secara bertahap dengan menggunakan slang air
Pemanenan
Infusoria dipanen dalam waktu 1 minggu, ditandai dengan perubahan
warna medium menjadi keputih-putihan.
43
BUDIDAYA LELE DUMBO
Tubifex
Cacing tubifex menyukai perairan yang berlumpur dan banyak
mengandung bahan organik. Cacing tubifex termasuk dalam benthos, yaitu
organisma air yang hidupnya di dasar perairan. Ciri-ciri benthos secara umum
antara lain adalah :
1. Berwarna merah darah karena banyak mengandung haemoglobin.
2. Berbentuk seperti benang yang bersegmen-segmen
Penyiapan Media
1. Lahan dibuat dengan bentuk mirip kolam dengan luas (10 x 10) cm
atau lebih, dilengkapi dengan saluran pemasukan dan pengeluaran air
2. Dasar kolam dibuat petakan - petakan (blok) lumpur, berjarak 20 cm,
setinggi 10 cm dengan luas (1 x 2) m dan dasarnya dilapisi papan
kayu atau dibentuk cetakan
3. Pemupukan menggunakan dedak halus (200 - 250 gram/m 2) atau
kotoran ayam yang telah dibersihkan dan dihaluskan sebanyak 300
gram/m2. Pupuk ditebar di lahan dan direndam air 5 cm selama 4 hari
bila menggunakan dedak dan 3 hari bila menggunakan kotoran ayam
Peyiapan Bibit
1. Bibit diambil dari perairan alam
44
BUDIDAYA LELE DUMBO
Pemanenan
1. Panen dilakukan setelah 10 hari dengan cara memungutnya dengan
tangan beserta lumpurnya, kemudian dicuci
2. Panen total dilakukan apabila kondisi tanah dan medium tidak dapat
menyediakan makanan lagi
B. Pakan Buatan
45
BUDIDAYA LELE DUMBO
pelarutnya; (2) Suspensi, bahan yang terlarut tidak menyatu dengan air
pelarutnya.
2. Tepung halus
Digunakan sebagai pakan benih (berumur 20 - 40 hari). Tepung halus
diperoleh dari remah yang dihancurkan.
3. Tepung kasar
Digunakan sebagai pakan benih gelondongan (berumur 40-80 hari).
Tepung kasar juga diperoleh dari remah yang dihancurkan.
4. Remah
Digunakan sebagai pakan gelondongan besar/ikan tanggung (berumur
80-120 hari). Remah berasal dari pellet yang dihancurkan menjadi butiran
kasar.
5. Pellet
Digunakan sebagai pakan ikan dewasa yang sudah mempunyai berat >
60-75 gram dan berumur > 120 hari.
6. Waver
Berasal dari emulsi yang dihamparkan di atas alas aluminium atau seng
dan dkeringkan, kemudian diremas-remas.
Manfaat
Pakan buatan dapat melengkapi keberadaan pakan alami, baik dalam hal
kuantitas maupun kualitas.
46
BUDIDAYA LELE DUMBO
1. Alat Penepung
47
BUDIDAYA LELE DUMBO
Disk mill bekerja dengan cara berputarnya suatu pasangan piringan logam
baja yang satu berputar sedangkan yang lain sebagai landasan. Bahan
baku yang akan ditepung berada pada dua kepingan logam tersebut.
Hammer mill berkerja berdasarkan prinsip palu dengan cara memukul
suatu bahan baku yang akan ditepung.
2. Alat Pencampur
48
BUDIDAYA LELE DUMBO
3. Alat Pengukus
Alat pengukus adonan dari campuran bahan-bahan baku dapat dibuat dari
berbagai macam bahan. Untuk skala kecil dapat digunakan dandang
pengukus atau wadah tertentu dengan ukuran sesuai banyaknya bahan.
Pengukusan bahan bertujuan selain untuk mengikat antara bahan
(kompak) juga membunuh mikroba penyebab pembusukan bahan
tersebut.
4. Alat Pencetak
49
BUDIDAYA LELE DUMBO
5. Alat Pengering
Alat pengering (Gambar 57) dibuat secara sederhana atau lebih rumit.
Untuk skala kecil dengan cara menjemur pellet hasil cetakan dibawah
sinar matahari. Sedangkan untuk skala produksi harus dibuat alat
pengering khusus agar kapasitas produksi dapar diatur.
Kualitas pakan buatan ditentukan antara lain oleh kualitas bahan baku yang
ada. Hal ini disebabkan selain nilai gizi yang dikandung bahan baku harus sesuai
dengan kebutuhan ikan, juga pakan buatan ini disukai ikan baik rasa, aroma dan
lain sebagainya yang dapat merangsang ikan untuk memakan pakan buatan ini.
50
BUDIDAYA LELE DUMBO
51
BUDIDAYA LELE DUMBO
52
BUDIDAYA LELE DUMBO
53
BUDIDAYA LELE DUMBO
35 %
54
BUDIDAYA LELE DUMBO
22,55 %
2. Protein suplemen = x 100 % = 53,40 %,
42,23 %
55
BUDIDAYA LELE DUMBO
Membuat adonan
Mencetak adonan
56
BUDIDAYA LELE DUMBO
Mengeringkan pellet
Mengepak pellet
57
BUDIDAYA LELE DUMBO
:
:
58
BUDIDAYA LELE DUMBO
DAFTAR BACAAN.
59
BUDIDAYA LELE DUMBO
60