You are on page 1of 59

Dame Betti Vnolia Sinaga : Prosedur Dan Pengawasan Penjualan Kredit Guna Meningkatkan Efektivitas Dan

Efisiensi Usaha Di PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2010.




UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-I EKSTENSI
MEDAN


SKRIPSI


PROSEDUR DAN PENGAWASAN PENJUALAN KREDIT
GUNA
MENINGKATKAN EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI USAHA
DI PT COCA COLA BOTTLING INDONESIA MEDAN


DIAJUKAN OLEH:


NAMA : DAME BETTI VINOLIA SINAGA

NIM : 050522146

DEPARTEMEN : AKUNTANSI




















Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Medan
2009

Dame Betti Vnolia Sinaga : Prosedur Dan Pengawasan Penjualan Kredit Guna Meningkatkan Efektivitas Dan
Efisiensi Usaha Di PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2010.

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini yang berjudul:

Prosedur dan Pengawasan Penjualan Kredit Guna Meningkatkan
Efektivitas dan Efesiensi Usaha di PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan,

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah
dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan
skripsi level Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas
dan benar adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.


Medan, 29 Mei 2009
Yang membuat pernyataan,


Dame Betti Vinolia
NIM. 050522146

Dame Betti Vnolia Sinaga : Prosedur Dan Pengawasan Penjualan Kredit Guna Meningkatkan Efektivitas Dan
Efisiensi Usaha Di PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2010.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Prosedur dan Pengawasan Penjualan Kredit Guna
Meningkatkan Efektivitas dan Efesiensi Usaha di PT Coca Cola Bottling
Indonesia Medan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menyelesaikan
pendidikan program S1 Ekstensi Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi di
Universitas Sumatera Utara.
Penulis telah belajar dan berusaha untuk membuat skripsi ini memiliki
kualitas ilmu yang baik dan bermanfaat. Penulis menyadari adanya kekurangan
dalam penulisan skripsi ini dan jauh dari kesempurnaan. Dengan hati dan pikiran
terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga menjadi lebih baik dalam penyusunan dimasa mendatang.
Penulis menyadari sepenuhnya telah memperoleh bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak secara moral, materil dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu
dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. J hon Tafbu Ritonga, MEc., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi., selaku Ketua Departemen Akuntansi
dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE,M.Acc.,Ak., selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi.
3. Bapak Drs. Zainal A.T Silangit, Ak selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberi bimbingan dan waktu dalam penyelesaian skripsi ini.

Dame Betti Vnolia Sinaga : Prosedur Dan Pengawasan Penjualan Kredit Guna Meningkatkan Efektivitas Dan
Efisiensi Usaha Di PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2010.

4. Bapak Drs. Hotmal J afar, MM, Ak dan Ibu Dra. Salbiah, Ak selaku dosen
penguji.
5. Bapak pimpinan serta seluruh staff karyawan PT. Coca Cola Bottling
Indonesia Medan
6. Kedua orangtuaku terkasih A. Sinaga dan L. Br Pasaribu (+) dan
kakak/abang R. Br. Sinaga, B. Br. Sinaga, R. Sinaga, M. Br. Sinaga, SPd,
adikku Susi F Sinaga, SPd, Sertina R Sinaga, terimakasih buat doa,
dukungan dan perhatian selama penyelesaian studi. Serta Robert M
Rumahorbo yang telah setia menemaniku. Semuanya sungguh berarti
bagiku.
7. Semua teman-temanku jurusan akuntansi ekstensi FE USU angkatan 2005.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 29 Mei 2009
Penulis


Dame Betti Vinolia Sinaga
NIM. 050522146

Dame Betti Vnolia Sinaga : Prosedur Dan Pengawasan Penjualan Kredit Guna Meningkatkan Efektivitas Dan
Efisiensi Usaha Di PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2010.

ABSTRAK

Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memberikan gambaran nyata
mengenai hal prosedur dan pengawasan penjualan kredit dalam peningkatan
efektivitas dan efisiensi usaha, sehingga diharapkan akan dapat membandingkan
teori yang diperoleh dari bangku kuliah dengan praktek yang ada dilapangan.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Deskriptif. Jenis data
yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Adapun metode penganalisaan
data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu metode yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyusun, menafsirkan dan
mengklasifikasikan data sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi
pemecahan masalah yang dihadapi.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh bahwa perusahaan dalam
kegiatannya pada produksi minuman ringan telah menjalankan program
perencanaan dan produktivitas dengan se-efektif dan se-efisien mungkin


Kata kunci : Prosedur, Pengawasan, Efektivitas, Efisiensi


Dame Betti Vnolia Sinaga : Prosedur Dan Pengawasan Penjualan Kredit Guna Meningkatkan Efektivitas Dan
Efisiensi Usaha Di PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2010.

ABSTRACT



This research is to know and give the real information in about procedure
dan supervise the credit selling in improving the effectivity and efficiency of the
labour. So that, its expected to be able to compare the theory obtained from
collage with field practice.
In this research, writer used the Descriptive technique. The kinds of data
are primary and secondary data. The method used in analyzing the data is
descriptive analysis which by are collecting, compiling, interpreting and
classifying the data in order to give information to save the financial problem
complete.
Base on this research result, obtained by that the companys activity in
producing soft drinks has done the good planning program and productivity as
effective and efficiense precisely, quickly, trustworthy and accuraty


Keyword : Procedure, Supervising, Effectivity, Efficiency

Dame Betti Vnolia Sinaga : Prosedur Dan Pengawasan Penjualan Kredit Guna Meningkatkan Efektivitas Dan
Efisiensi Usaha Di PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2010.

DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
ABSTRAK ................................................................................................. iv
ABSTRACT .............................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Perumusan Masalah .............................................................. 3
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ............................................. 3

BAB II TINJAUAN PENELITIAN
A. Pengertian Dan Konsep Penjualan Kredit .............................. 5
B. Pengertian dan Penggolongan Piutang ................................... 8
C. Prosedur Terjadinya Penjualan dan Piutang ........................... 9
D. Pengawsan Penjualan dan Piutang ........................................ 14
a. Lingkungan Pengendalian .............................................. 17
b. Sistem Akuntansi ........................................................... 18
c. Prosedur Pengendalian .................................................... 19
E. Hubungan Penjualan Kredit dengan Analisa Umur Piutang ... 22
F. Hubungan Penjualan Kredit dengan Laporan Keuangan ........ 25
G. Kerangka Konseptual ............................................................ 28

BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian ............................................... 29
B. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 29
C. Metode Pengumpulan Data ................................................... 30

Dame Betti Vnolia Sinaga : Prosedur Dan Pengawasan Penjualan Kredit Guna Meningkatkan Efektivitas Dan
Efisiensi Usaha Di PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2010.

D. Teknik Analisa Data ............................................................. 30

BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian ...................................................................... 31
1. Sejarah Perusahaan ......................................................... 31
2. Struktur Organisasi ......................................................... 31
3. Hubungan Penjualan Kredit dengan Produksi .................. 35
4. Hubungan Penjualan Kredit Dengan Laporan Keuangan .. 37
5. Hubungan Penjualan Kredit Dengan Analisa Umur
Piutang ........................................................................... 37
B. Analisis Hasil Penelitian ...................................................... 38
1. Kebijakan Kredit ............................................................. 38
2. Prosedur Penjualan Kredit ............................................... 40
3. Pengawasan Penjualan Kredit .......................................... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................... 45
B. Saran .................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 49

Dame Betti Vnolia Sinaga : Prosedur Dan Pengawasan Penjualan Kredit Guna Meningkatkan Efektivitas Dan
Efisiensi Usaha Di PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2010.

DAFTAR GAMBAR

Nomor J u d u l Halaman
Gambar 2.1 Neraca ................................................................................ 26
Gambar 2.2 Laba Rugi ........................................................................... 27
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ......................................................... 28
Gambar 4.1 Struktur Fungsional ............................................................ 32









Dame Betti Vnolia Sinaga : Prosedur Dan Pengawasan Penjualan Kredit Guna Meningkatkan Efektivitas Dan
Efisiensi Usaha Di PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2010.

DAFTAR TABEL

Nomor J u d u l Halaman
Tabel 2.1 Tabel Analisa Umur Piutang ................................................ 23
Tabel 4.1 Tabel Jangka Waktu Jatuh Tempo ...................................... 34
Tabel 4.2 Tabel Piutang ......................................................................... 38






1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Secara umum perusahaan mempunyai tujuan untuk memperoleh laba yang
jumlahnya maksimal demi tercapainya kelangsungan hidup suatu perusahaan, dan
untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut diperlukan kebijakan manajemen
dalam menetapkan sistem administratif yang efektif dan efisien.
Penulis melakukan penelitian pada PT Coca Cola Bottling Indonesia
Medan, suatu perusahaan milik Asing yang beroperasi di bidang produksi
minuman ringan. Penulis fokuskan hanya pada pemasaran yaitu pada transaksi
penjualan sehingga pendapatannya bersumber dari hasil penjualan. Dalam
pencapaian target laba, setiap saat perusahaan harus berusaha agar volume
penjualannya dapat meningkat, baik melalui penjualan tunai maupun penjualan
kredit.
Dari transaksi penjualan kredit timbul piutang. Piutang adalah hak untuk
melakukan penagihan kepada orang lain dalam bentuk uang. Suatu hal yang lazim
bila suatu perusahaan mempunyai piutang maka ada kemungkinan beberapa
bagian atau sisa piutang yang tidak dapat ditagih yang diberi istilah piutang tak
tertagih ataupun piutang ragu-ragu merupakan jenis piutang yang tidak sehat.
Timbulnya piutang ragu-ragu atau piutang tak tertagih dapat disebabkan dua
faktor, yakni dari pihak internal dan eksternal. Dari pihak internal yakni
disebabkan kurang memadainya manajemen perusahaan. Dari pihak eksternal
2

yakni karena langganan tidak membayar hutangnya atau langganan sudah
bangkrut, atau sebab-sebab lain.
Apabila manajemen suatu perusahaan dapat menerapkan suatu kebijakan
prosedur dan pengawasan penjualan dengan baik, maka frekwensi terjadinya
kemacetan piutang akan dapat dikurangi, sehingga perusahaan masih memiliki
piutang tak tertagih kemungkinan besar hanya diakibatkan kondisi pelanggan
yang tidak dapat dihindari. Dengan demikian dalam setiap perusahaan sangat
diperlukan tindakan kebijakan manajemen dalam mengelola data-data tentang
pelanggan, saldo piutang, prosedur piutang baik dalam pencatatan piutang,
penagihan piutang, penilaian piutang serta pengawasan intern terhadap piutang
untuk menekan terjadinya jumlah piutang tak tertagih atau piutang ragu-ragu agar
jumlah tagihan yang tidak dapat diterima perusahaan dari pelanggan sesuai jumlah
piutang semestinya.
Menurut prinsip akuntansi, piutang tak tertagih akan dibebankan menjadi
beban operasi. Bila beban operasi semakin meningkat, laba perusahaan akan
menurun. J ika jumlah piutang perusahaan terealisasi atau bersih sehingga
investasi perusahaan akan berkurang dan hal ini tentu merugikan bagi perusahaan,
otomatis efektifitas dan efisiensi perusahaan tidak berjalan dengan semestinya.
Apabila prosedur dan pengawasan piutang direncanakan dengan seksama,
maka kemungkinan besar piutang dapat tertagih akan terealisasi dalam jumlah
yang relatif besar. Keadaan ini akan meningkatkan keuntungan perusahaan dan
membantu modal kerja perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan.
Prosedur adalah rangkaian kegiatan administrasi yang biasanya melibatkan
beberapa orang untuk mencapai keseragaman tindakan dalam melakukan
3

transaksi-transaksi yang sering terjadi. Pengawasan adalah segala sesuatu yang
termasuk dalam aktivitas perusahaan apakah pelaksanaan perusahaan sesuai
dengan perencanaannya dan apakah telah diadakan pengamanan terhadap harta
benda usaha.
Mengingat pentingnya masalah penjualan kredit dalam meningkatkan
efektivitas dan efisiensi usaha pada perusahaan, oleh karena itu penulis merasa
tertarik membahasnya dalam skripsi yang berjudul Prosedur Dan Pengawasan
Penjualan Kredit Guna Meningkatkan Efektivitas Dan Efisiensi Usaha Di PT
Coca Cola Bottling Indonesia Medan.

B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah dari kegiatan penelitian ini
adalah:
1. Apakah prosedur penjualan kredit yang digunkana telah sesuai dengan
ketentuan yang diterapkan oleh perusahaan dalam meningkatkan
efektifitas dan efisiensi perusahaan?
2. Apakah pengawasan piutang yang diterapkan perusahaan telah sesuai
dengan ketentuan di dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi
perusahaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian:
1. Untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang praktek prosedur dan
pengawasan piutang pada perusahaan dan membandingkannya dengan teori-
teori yang berlaku umum.
4

2. Untuk mengetahui apakah prosedur dan pengawasan piutang yang
diterapkan perusahaan telah sesuai di dalam meningkatkan efektifitas dan
efisiensi perusahaan.

Manfaat penelitian:
1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan tentang masalah prosedur dan
pengawasan piutang baik dalam kerengka teoritis maupun dalam
penerapannya di perusahaan.
2. Bagi perusahaan yang diteliti, sebagai sumbangan pemikiran yang
bermanfaat untuk dapak menerapkan prosedur dan pengawasan piutang
secara memadai sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3. Bagi mahasiswa, sebagai bahan referensi untuk mengkaji dan meneliti
masalah prosedur dan pengawasan piutang.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan konsep penjualan kredit
Penjualan adalah tujuan umum atau tujuan utama setiap perusahaan yang
didirikan, dari penjualan tersebut akan diperoleh keuntungan atau singkatnya uang
tunai berupa kas. Kas yang diperoleh yang artinya dilakukan penjualan secara
tunai, sedangkan penjualan secara kredit akan didapatkan piutang dan setelah
ditagih dan akhirnya juga menjadi uang kas, Hanya saja memakan waktu untuk
beberapa hari, minggu, bulan, dan mungkin juga tahunan.
Ada berbagai jenis penjualan yang terjadi yaitu :
a. Penjualan tunai
b. Penjualan kredit
c. Penjualan titipan
d. Penjualan angsuran
e. Penjualan sewa/ jual atau leasing.

Diantara 5 (lima) jenis penjualan diatas penulis hanya menjelaskan
penjualan kredit. Penjualan kredit dilakukan karena ketidak mampuan konsumen
untuk mendapatkan barang secara tunai, akan tetapi dengan adanya penjualan
kredit terjadi diluar dugaan yaitu total penjualan berkali-kali lipat dari penjualan
tunai, karena konsumen mendapatkan barang yang diinginkan dengan pembayaran
dibelakang. Di Amerika pada akhir tahun 1969 atau awal tahun 1970 terjadi
penjualan kredit diluar dugaan yaitu melebihi 70 biliyun dollar dan hasil yang
6

luar biasa. Selanjutnya beberapa tahun kemudian merambah ke Indonesia dengan
hasil yang menakjubkan.
Penulis mengartikan bahwa penjualan kredit akan menghasilkan piutang
atau piutang dagang, Cuma saja piutang tersebut tidak melebihi 1 (satu) tahun.
Untuk lebih jelasnya penulis akan mengutip dari berbagai sumber apa yang
dimaksud dengan penjualan,dan penjualan kredit.
Menurut Sumarsono SR (2004:160) pada saat perusahaan menjual barang
dagangnya, maka diperoleh pendapatan. Jumlah yang dibebankan kepada pembeli
untuk barang-barang yang diserahkan merupakan pendapatan perusahaan yag
bersangkutan. Untuk perusahaan dagang yang digunakan untuk mencatat
penjualan barang dagang disebut penjualan.
Dari uraian diatas maka dapat diketahui bahwa penjualan untuk
memperoleh pendapatan, dan pendapatan tersebut untuk kelangsungan hidup
perusahaan. Untuk lebih jelasnya lagi penulis akan hubungkan apa saja yang
berhubungan erat atau syarat penjualan atau konsep penjualan. Penjualan dapat
terjadi jika sepakat antara pembeli barang dengan konsumen, selanjutnya apa saja
yang disepakati yaitu harga dan mutu, jika keduanya sesuai, terjadilah penjualan
baik tunai maupun kredit. Selanjutnya ada berbagai konsep dan cara penjualan
yaitu :
a. 2/10, n/30
b. Sales return
c. Sales discount
d. Franco gudang pembeli
e. Franco gudang penjualan
7

f. Free on board
g. Cost,freight, and insurance (CIF)
Dimulai 2/10, n/30, sampai dengan CIF merupakan konsep-konsep
penjualan atau merupakan hal-hal yang berhungan erat dengan penjualan. Untuk
lebih jelasnya penulis akan jelaskan satu persatu pengertian diatas.
2/10, n/30 yang artinya bahwa penjual dan pembeli sepakat bahwa
pembayaran dilakukan setelah barang diserahkan 10 (sepuluh) hari dan diberikan
potongan 2%, akan tetapi jika pembayaran dilakukan diatas 10(sepuluh) hari dan
maksimal 30 (tiga puluh) hari tidak diberikan discount lagi.
Sales return adalah penjualan yang mana konsumen tidak merasa puas
mungkin karena kualitas atau kuantitas sehingga barang yang telah terjual
dikembalikan sehingga buku besar sales return tersebut harus didebet sebagai
tandingan kredit yang bisa kas dan bisa piutang. Sales return merupakan potongan
penjualan yang diberikan akibat pembeli membeli dalam jumlah banyak atau
pembeli melakukan pembayaran secara tunai. Maka jurnal pembayaran
seharusnya Rp 10.000.000 cukup dibayar Rp 9.700.000 yaitu diberikan potongan
atau discount 3%.
Fransco gudang pembeli maksudnya barang yang terjual diangkut sampai
gudang pembeli, Semua biaya sampai jaminan kerusakan biasanya tanggung
jawab penjual sehingga pembeli membayar jika barang sudah aman sampai
gudang, dijamin tidak rusak dan lain-lain sampai gudang pembeli.
Fransco gudang penjual yang artinya penjual menjual barangnya hanya
pada gudang, dan segala kerusakan yang terjadi, ongkos angkut, asuransi, dan
lain-lain merupakan tanggung jawab pembeli.
8

Cost, freight dan asurance adalah biaya, ongkos angkut dan asuransi yang
artinya jika terjadi penjualan maka siapa yang menanggung semua ini karena jika
pembeli yang menanggung hal tersebut berbeda artinya dengan penjual yang
menanggung..

B. Pengertian dan Penggolongan Piutang
Piutang timbul dari penjualan kredit, maka menurut Kieso (2002:386),
Piutang merupakan klaim terhadap pihak lain, apakah klaim tersebut berupa
uang, barang atau jasa.
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Mulyadi (2001:409) yang menyatakan
Piutang merupakan klaim kapada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang
dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam siklus kegiatan
perusahaan.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa piutang adalah
tagihan atas segala sesuatu yang merupakan hak perusahaan baik berupa uang,
barang maupun jasa kepada pihak lain setelah perusahaan melaksanakan dengan
penerimaan sejumlah uang.
Pada umumnya penjualan disajikan pada perhitungan Laba Rugi, akan tetapi
piutang disajikan dalam neraca yang terdiri dari dua kelompok, yaitu piutang
dagang, (Trade Receivable) dan piutang nondagang (Nontrade Receivable).
Piutang dagang timbul dari aktivitas operasi normal sebuah bisnis yaitu penjualan
kredit barang atau jasa kepada pelanggan. Sedangkan piutang nondagang meliputi
seluruh tipe piutang lain yang muncul dari berbagai ragam transaksi, seperti
penjualan sekuritas dan setoran kepada kreditur.
9

Dalam buku Standar Akuntansi Keuangan (2002:93) Piutang dikategorikan
kedalam dua kelompok, yaitu:
1. Piutang usaha yaitu meliputi piutang yang timbul karena penjualan
produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal
perusahaan.
2. Piutang lain-lain yaitu piutang yang timbul dari transaksi di luar
kegiatan usaha normal perusahaan.
Kedua jenis piutang ini harus disajikan secara terpisah di neraca dan
diidentifikasikan secara jelas.

C. Prosedur Terjadinya Penjualan dan Piutang
Secara garis besar, piutang dapat terjadi karena dua jenis transaksi, yaitu
transaksi penjualan kredit dan transaksi lainnya. Piutang yang terjadi dari
transaksi penjualan kredit yang umumnya sebagai sumber utama piutang,
biasanya meliputi penjualan produk yang menjadi kegiatan utama perusahaan.
Prosedur penjualan kredit melibatkan beberapa bagian dalam perusahaan dengan
maksud agar penjualan kredit yang terjadi dapat diawasi dengan baik. Bagian-
bagian yang terlibat dalam prosedur penjualan kredit adalah bagian pesanan,
penjualan, bagian kredit, bagian pengiriman dan bagian billing.
Disamping itu, piutang yang terjadi dari transaksi lainnya dapat bersumber
dari beberapa transaksi lain selain transaksi penjualan kredit. Contohnya:
penjualan aktiva tetap, pengembalian pajak, pinjaman kepada pegawai, tuntutan
terhadap pihak asuransi, deviden atau bunga yang akan diterima.
10

Adapun prosedur mengenai transaksi-transaksi tersebut tidak diuraikan di
sini karena dalam penulisan skripsi ini penulis menekankan kepada pembahasan
atas penjualan kredit dan piutang.
Menurut Mulyadi (2001:5) Prosedur adalah suatu urutan klerikal, biasanya
melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk
menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-
ulang.
Sedangkan pengertian penjualan kredit menurut Mulyadi (2001:202)
Penjualan kredit dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang
sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu
perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli.
Setiap menerima pesanan dari pelanggan maka untuk memenuhi pesanan
penjualan harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari bagian kredit.
Bagian kredit akan menganalisa pesanan penjualan tersebut apakah diterima atau
ditolak. Selanjutnya keputusan pemberian kredit dikirim ke bagian pesanan
penjualan.
Prosedur penjualan barang diakui pada waktu hak atas barang beralih ke
pembeli. Dengan kata lain, pada umumnya pencatatan piutang timbul akibat dari
penjualan barang yang dilakukan oleh si penjual pada saat hak milik atas barang
beralih kepada si pembeli. Piutang usaha dinilai pada harga pertukaran awal
antara perusahaan dengan pihak ketiga, dikurangi penyesuaian untuk diskon tunai,
retur penjualan serta penyisihan piutang tak tertagih yang menghasilkan nilai
realisasi bersih, yaitu jumlah kas yang diharapkan akan tertagih.
11

Dalam satu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin
pelangganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang,
jadi menurut penulis prosedur itu adalah suatu pekerjaan sambung menyambung
yang dikerjakan berulang-ulang dan melibatkan beberapa orang yang saling
terkait. J ika salah satu dihilangkan maka akan terjadi kesalahan yang dampaknya
bisa fatal dan membahayakan perusahaan. Misalkan jika terjadi penjualan dan
salah satu tidak dilibatkan yaitu bagian gudang penyimpanan barang maka jumlah
akhir barang yang dijual jumlahnya tidak sesuai dengan yang diangkut keluar.
Sedangkan pengertian penjualan kredit menurut Mulyadi (2001:202) penjualan
kredit dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai
order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan
mempunyai tagihan kepada pembeli.
Setelah penulis menjelaskan pengertian penjualan kredit maka selanjutnya
penulis akan jelaskan pula prosedur penjualan kredit. Sebenarnya prosedur
penjualan kredit dengan penjualan tunai tidaklah jauh berbeda karena prosedur
penjualan tunai langsung menjadi kas, sedangkan penjualan kredit sebelum
menjadi kas maka terlebih dahulu dicatatkan sebagai piutang selanjutnya akan
menjadi kas setelah penagihan. Dan persetujuannya lebih mudah dan singkat
pada penjualan tunai ketimbang penjualan kredit.
Prosedur penjualan adalah urutan kegiatan sejak diterimanya pesanan dari
pembeli, pengiriman barang, pembuatan faktur (penagihan), dan pencatatan
penjualan. Dalam prosedur pencatatan penjualan dan piutang selalu berhubungan
karena keduanya berkaitan erat. Prosedur penjualan melibatkan beberapa bagian
dalam perusahaan dengan maksud agar penjualan yang terjadi dapat diawasi
12

dengan baik. Bagian-bagian yang terkait dalam prosedur penjualan adalah bagian
pesanan penjualan, bagian kredit, bagian gudang, bagian pengiriman, dan bagian
billing/penagihan.

Fungsi dari tiap-tiap bagian ini adalah:
1. Bagian Pesanan Penjualan (Sales Order Departement)
Dalam perusahaan kecil, fungsi pesanan penjualan dapat dipegang oleh
seorang karyawan dalam bagian penjualan. Tetapi dalam perusahaan besar bagian
pesanan penjualan merupakan suatu bagian yang berdiri sendiri dibawah bagian
penjualan. Untuk keadaan tersebut, bagian pesanan penjualan mempunyai fungsi
sebagai berikut:
a. Mengawasi semua pesanan yang diterima.
b. Memeriksa surat pesanan yang diterima dari langganan atau salesman dan
melengkapi informasi yang kurang yang berhubungan dengan spesifikasi
produk dan tanggal pengiriman.
c. Meminta persetujuan penjualan kredit dari bagian kredit.
d. Menentukan tanggal pengiriman. Apabila gudangnya lebih dari satu
menentukan dari gudang mana akan dilakukan pengiriman.
e. Membuat surat perintah pengiriman (Shipping orders) dan back orders
beserta tembusan-tembusannya.
f. Membuat catatan mengenai pesanan-pesanan yang diterima dan mengikuti
pengirimannya sehingga dapat diketahui pesanan-pesanan mana yang
belum dipenuhi.
13

g. Mengadakan hubungan dengan pembeli mengenai barang-barang yang
dikembalikan oleh pembeli, membuat catatan dan mengeluarkan bukti
memorial (journal voucer) untuk bagian piutang.
h. Mengawasi pengiriman barang-barang contoh (sampel)

2. Bagian Kredit
Dalam prosedur penjualan, setiap pengiriman barang untuk memenuhi
pesanan pembeli yang syaratnya kredit, harus mendapatkan persetujuan dari
bagian kredit. Agar dapat memberikan persetujuan, bagian kredit menggunakan
catatan yang dibuat oleh bagian piutang untuk tiap-tiap langganan mengenai
sejarah kreditnya, jumlah maksimum dan ketepatan waktu pembayarannya.
Persetujuan dari bagian kredit biasanya ditujukan dalam formulir surat perintah
pengiriman yang diterima dari bagian pesanan penjualan.

3. Bagian Gudang
Dalam hubungannya dengan penjualan, bagian gudang bertugas untuk
menyiapkan barang seperti yang tercantum dalam surat perintah pengiriman.
Barang-barang ini diserahkan kebagian pengiriman untuk dibungkus dan
dikirimkan ke pembeli.

4. Bagian Pengiriman
Bagian pengiriman bertugas untuk mengirim barang-barang pada pembeli.
Pengiriman ini hanya boleh dilakukan apabila ada surat perintah pengiriman yang
sah. Selain itu bagian pengiriman juga bertugas mengirimkan kembali barang-
14

barang kepada penjual yang keadaannya tidak sesuai dengan yang dipesan.
Pengiriman barang ini dilakukan apabila ada debit memo untuk retur pembelian.

5. Bagian Billing (Pembuatan Faktur atau Penagihan)
Tugas bagian faktur adalah: Membuat (menerbitkan) faktur penjualan dan
tembusan-tembusannya (kadang-kadang tidak membuat faktur tetapi melengkapi
data harga dan perkalian faktur).
a. Menghitung biaya kirim penjualan dan Pajak pertambahan Nilai
b. Memeriksa kebenaran penulisan dan perhitungan-perhitungan dalam
faktur.

Formulir yang digunakan dalam prosedur pesanan penjualan adalah surat
perintah pengiriman (Shipping order) dengan beberapa tembusan yang masing-
masing mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Formulir yang digunakan dalam
prosedur pembuatan faktur adalah faktur (invoice) beserta tembusan-
tembusannya.
Formulir-formulir diatas terkadang dibuat terpisah tetapi mungkin juga
pembuatannya dilakukan sekaligus dalam hal ini dikatakan formulir mengenai
prosedur pesanan dan pembuatan faktur.

D. Pengawasan Penjualan dan Piutang
Pengawasan adalah fungsi manajemen yang ditujukan supaya keputusan
yang telah dibuat dalam bentuk neraca benar-benar dijalankan sesuai dengan
kebijaksanaan yang telah ditentukan.
15

Menurut Sofyan Safri (2000:10) menyatakan Pengawasan adalah segala
usaha dan kegiatan, dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai
pelaksanaan tugas atau kegiatan apakah sesuai dengan semestinya.
Pengawasan dapat dilakukan sebelum atau sesudah suatu kegiatan yang
dilaksanakan, atau sedang dilaksanakan. Pengawasan mengisyaratkan umpan
maju (feed forward) yaitu bahwa tujuan, rencana, kebijakan dan standar yang
telah ditetapkan dan dikomunikasikan kepada para manajer yang bertanggung
jawab terhadap pencapaian tujuan.
Secara garis besar tujuan dari pengawasan adalah sebagai berikut:
1. Untuk melakukan penentuan apakah tujuan organisasi yang telah
dicapai sesuai dengan rencana atau program yang telah ditetapkan.
2. Untuk melakukan penilaian apakah tugas sesuai dengan peraturan dan
kebijakan yang telah digariskan atau prosedur-prosedur yang berlaku.
3. Untuk penilaian apakah sumber daya manusia, perawatan dan biaya
yang ada telah digunakan secara efisien tanpa pemborosan.
Perlu ada teknik dalan melakukan pengawasan, hal ini bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas sebagai pedoman untuk memperbaiki
kebijaksanaan kredit dan penagihan yang sudah ada.
Ada dua teknik pengawasan piutang yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Periode penagihan rata-rata
Periode penagihan rata-rata (average collection period) mengukur
perputaran piutang, yang dihitung dalam dua tahap, yaitu:
1. Penjualan tahunan dibagi dengan 360 untuk mendapatkan penjualan
harian rata-rata, dan
16

2. Piutang dibagi dengan penjualan harian rata-rata untuk memperoleh
jumlah hari dimana penjualan terikat pada piutang.

b. Daftar umur piutang yang tidak tertagih
Daftar umur piutang adalah suatu daftar mengenai saldo piutang pada buku
tambahan piutang pada suatu tanggal tertentu. Daftar ini memberikan saldo
piutang setiap pelanggan dan dibagi dalam kelompok umur yang berbeda. Dari
daftar ini dapat diketahui keadaan komposisi piutang secara umum dan juga
secara individu, juga dapat memperlihatkan pelanggan yang lambat dalam
membayar. Dengan demikian perusahaan harus menyelidikinya untuk memastikan
bahwa syarat-syarat telah ditetapkan dengan baik, begitu juga dengan penagihan.
Daftar umur piutang yang tidak tertagih harus disusun agar dapat diketahui
berapa lama piutang tersebut tertunggak. Tujuan penyusunan laporan daftar umur
piutang tak tertagih agar dapat diketahui untuk membiayakan piutang atau
adjustmen dalam penyusunan laba rugi , demikian juga piutang yang cukup lama
tidak tertagih harus dihapus.
Menurut mulyadi (2001:180) pengendalian intern merupakan suatu proses
yang dijalankan dewan komisaris, manajemen dan personal lain yang didesain
untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian keandalan laporan
keuangan, menjaga kekayaan organisasi, kepatuhan terhadap hukum dan
kebijakan manajemen serta mendorong efektifitas dan efisiensi operasional
perusahaan.

17

Dari kutipan mulyadi tersebut dapat diketahui bahwa internal central atau
pengendalian intern atau pengawasan menerapkan empat kelompok yaitu:
a. Menjaga kekayaan organisasi
b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
c. Mendorong efektifitas dan efesiensi perusahaan
d. mendorong dipatuhi kebijakan menajemen

Sedangkan pengertian dari pengendalian intern atas piutang sendiri adalah
segala upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen guna
menghindari segala kegiatan terhadap penyalahgunaan dan penyelewengan yang
berhubungan dengan piutang, atau dengan kata lain suatu kegiatan pengendalian
dalam rangka melindungi piutang. Hal ini perlu dilakukan karena piutang
merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang dimiliki perusahaan yang harus
diawasi dengan baik karena menunjukkan satu bagian yang besar dari harta likuid
perusahaan. Apabila penanganan terhadap piutang ini kurang baik maka
penyelewengan terhadap piutang ini akan rentan terjadi.
Namun untuk mencapai keberhasilan tujuan pengendalian intern diatas
terhadap beberapa unsur pokok yang dapat menentukan keberhasilan
pengendalian intern, unsur pokok tersebut yaitu :
a. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan pengaruh gabungan dari berbagai
faktor dalam membentuk, memperkuat atau memperlemah efektifitas kebijakan
dan prosedur tertentu.
18

Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian tersebut diantaranya
adalah:
1. Manajemen dan gaya operasinya
2. Struktur organisasi satuan usaha
3. Berfungsinya dewan komisaris dan komite-komite yang terbentuk
4. Metode pemberian wewenang dan tanggung jawab
5. Metode pengendalian manajemen dalam membantu dan menindak
lanjuti kinerja, termasuk audit intern
6. Kebijakan dan praktek personalia
7. Berbagai faktor ekstern yang mempengaruhi operasi dan praktek satuan
usaha, seperti pemeriksaan yang dilakukan oleh badan legislatif dan
pemerintah.

Lingkungan pengendalian mencerminkan keseluruhan sikap, kesadaran dan
tindakan dari dewan komisaris, manajemen, pemilik dan pihak lain mengenai
pentingnya pengendalian dan tekanannya pada satuan usaha yang berkelanjutan.

b. Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang diciptakan untuk
mengidentifikasikan, menghimpun, menganalisis, pengelompokan, mencatat dan
melaporkan transaksi satuan usaha dan untuk menyelenggarakan pertanggung
jawaban aktiva dan kewajiban yang bersangkutan dengan transaksi tersebut.
Mulyadi (2001:3) mendefenisikan sistem akuntansi sebagai berikut :
19

Suatu organisasi formulir, catatan dan laporan keuangan yang disusun
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan informasi keuangan yang
memudahkan manajemen mengambil keputusan sehubungan dengan pengelolaan
perusahaan.
Sistem akuntasi yang efektif memperlihatkan pembuatan metode dan catatan
yang akan memungkinkan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengidentifikasikan dan mencatat semua transaksi yang sah
b. Menggambarkan transaksi secara tepat waktu dan cukup rinci sehingga
memungkinkan pengelompokan transaksi secara semestinya untuk
pelaporan keuangan
c. Mengukur nilai transaksi dengan cara yang memungkinkan pencatatan
nilai keuangan yang layak dalam laporan keuangan
d. Menentukan periode terjadinya transaksi untuk memungkinkan pencatatan
nilai keuangan yang layak dalam laporan keuangan
e. Menyajikan dengan semestinya transaksi dan pengungkapannya dalam
laporan keuangan.

c. Prosedur Pengendalian
Prosedur pengendalian adalah kebijakan dan prosedur sebagai tambahan
terhadap lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi yang telah diciptakan
oleh manajemen untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu
satuan usaha akan tercapai. Prosedur pengendalian mempunyai beberapa tujuan
dan diterapkan pada berbagai tingkatan organisasi dan pemrosesan data. Prosedur
pengendalian dapat juga diintegrasikan dalam kompononen tertentu lingkungan
20

pengendalian dan sistem akuntansi. Secara umum prosedur pengendalian dapat
dikelompokkan ke dalam prosedur yang bersangkutan dengan :
a. Otorisasi yang semestinya atas transaksi dan kegiatan
b. Pemisahan tugas yang mengurangi kesempatan yang memungkinkan
seseorang dalam posisi yang dapat melakukan dan sekaligus menutupi
kekeliruan atau ketidakberesan dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari.
Oleh sebab itu, tanggung jawab untuk memberikan otorisasi transaksi,
mencatat transaksi dan menyimpan aktiva perlu dipisahkan di tangan
karyawan yang berbeda.
c. Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai untuk
membantu pencatatan secara semestinya transaksi dan peristiwa, misalnya
dengan memantau penggunaan dokumen pengiriman barang yang
bernomor urut cetak.
d. Pengamanan yang cukup atas akses dan penggunaan aktiva perusahaan
dan catatan, misalnya penetapan fasilitas yang dilindungi dan otorisasi
untuk akses ke program dan arsip data komputer.
e. Pengecekan secara independen atas pelaksanaan dan penilaian yang
semestinya atas jumlah yang dicatat, misalnya pengecekan atas pekerjaan
klerikal, rekonsiliasi, pembandingan aktiva yang ada dengan
pertanggungjawaban yang tercatat, pengawasan dengan menggunakan
program komputer, penelaahan oleh manajemen atas laporan yang
mengikhtisarkan rincian akun ( misalnya : saldo piutang yang dirinci
menurut umur piutang ) dan penelaahan oleh pemakai atas laporan
keuangan yang dihasilkan oleh komputer.
21


Berkaitan dengan pemakaian komputer dalam sistem informasi akuntansi
dewasa ini maka perusahaan juga harus menerapkan pengawasan dilingkungan
sistem yang terkomputerisasi. Menurut Wing Wahyu Winarno (2001:20) ada dua
pengawasan dilingkungan ini yaitu :
a. Pengawasan aplikasi atau sering juga disebut dengan pengawasan
transaksi merupakan pengawasan yang dirancang untuk menjamin bahwa
semua transaksi sudah mendapat otorisasi dan semua transaksi sudah
dicatat, diklasifikasi, diproses dan dilaporkan dengan teliti dan benar.
b. Penagawasan umum, ditujukan untuk mengawasi berbagai prosedur
kegiatan atau aktiva yang tidak secara langsung tercakup dalam
pengawasan aplikasi.

Pengawasan aplikasi meliputi tiga jenis pengawasan yaitu :
1. Pengawasan Masukan
Merupakan pengawasan yang ditujukan untuk kegiatan pencatatan
transaksi saja. Dengan pengawasan ini diharapkan setiap transaksi
dicatat dengan teliti, lengkap dan tepat waktu.
2. Pengawasan Proses
Disebut juga pengawasan pengolahan yang dilakukan setelah data
diinput. Dengan pengawasan ini diharapkan data diolah secara teliti dan
lengkap, file dan program yang digunakan sudah benar, semua transaksi
dan catatan lainnya dapat ditelusuri dengan mudah. Pengawasan proses
terdiri dari empat kategori, yaitu :
22

a. Cek logika proses (processing logic checks),
b. Kontrol setiap proses (run-to-run controls),
c. Cek file dan program (file and program checks),
d. Keterkaitan telusuran audit (audit trail linkages).
3. Pengawasan Keluaran
Dirancang untuk menjamin keluaran yang dihasilkan oleh sistem sudah
lengkap, benar dan didistribusi kepemakai yang berhak. Pengawasan ini
meliputi dua kegiatan, yaitu mengkaji hasil pengolahan dan pengawasan
distribusi laporan.

Pengawasan umum dirancang untuk melengkapi pengawasan aplikasi.
Pengawasan ini meliputi berbagai prosedur, kegiatan dan penggunaan
aktiva, yang belum tercakup dalam pengawasan aplikasi yang terdiri dari :
a. Praktek manajemen yang sehat, meliputi perencanaan, penganggaran,
pemilihan karyawan dan pengawasan atau supervisi terhadap karyawan
b. Pengawasan operasional yang bertujuan meningkatkan efisiensi
pekerjaan tiap karyawan. Pengawasan ini meliputi tiga tahapan, yaitu :
1. Standar teknis
2. Penilaian prestasi
3. Pengambilan keputusan terutama sebagai tindakan korektif.

E. Hubungan Penjualan Kredit Dengan Analisa Umur Piutang
Seluruh penjualan kredit maupun tunai digabung dan dimasukkan dalam
buku besar penjualan, sehingga dalam laporan laba rugi dapat dilihat total
23

penjualan. Tetapi tidak smua penjualan dapat dikatakan akan menjadi cash, karena
ada diskon dalam penjualan, return penjualan, piutang tak tertagih dan
penghapusan piutang. Untuk hal diatas tentu harus dipisahkan antara net sales
dengan penjualan kredit. Untuk mandapatkan hasil net sales maka jumlah
penjualan dikurangi dengan sales return dan sales discount. Untuk mengetahui
berapa piutang yang dibiayakan, piutang yang dihapuskan dan kapan atau berapa
lama baru dihapuskan maka dibuatkan klasifikasinya atau itulah yang dimaksud
dengan daftar umur piutang.
Contoh :
TABEL ANALISA UMUR PIUTANG
YANG BELUM TERTAGIH ( 000 )
Nama
Perusahaan
Waktu
1-10
Waktu
11-20
Waktu
21-30
Waktu
>30
A 100.000 50.000 50.000 400.000
B 800.000 - - -
C - - 950.000 20.000
D - 300.000 100.000 50.000
Lainnya - - - 50.000
900.000 350.000 1.100.000 520.000
Total AR tak tertagih 2.870.000

Tabel 2.1. Tabel Analisa Umur Piutang

Dari analisa diatas :
Dapatlah diketahui bahwa total piutang yang telah jatuh tempo tetapi
belum tertagih sebesar : Rp 2.870.000. Selain ini masih ada lagi piutang tetapi
24

belum jatuh tempo atau piutang lain-lain atau piutang dagang. Misalnya, kepada
karyawan, jadi yang perlu dibiayakan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
adalah lebih besar. Jurnal untuk membiayakan piutang adalah sebagai berikut ;
Debit Beban piutang tak tertagih Rp. 520.000
Kredit Alokasi piutang tak tertagih

Setelah itu mungkin saja sebagian tertagih tertagih dan sebagian semakin
sulit untuk ditagih. Maka, ada rencana untuk dihapuskan atau write off, ada dua
cara yaitu :
a. Langsung
b. Tidak langsung

Langsung :
Debit Beban piutang tak tertagih Rp 520.000
Kredit Piutang

Tidak Langsung :
Debit Beban piutang tak tertagih Rp 520.000
Kredit Alokasi piutang tak tertagih

Debit Alokasi piutang tak tertagih Rp 520.000
Kredit Piutang

J ika beberapa hari kemudian dapat ditagih kembali karena ada kiat baik
dari langganan untuk membayar utangnya maka, harus membuat jurnal sebagai
berikut :
25

Debit Piutang Rp 520.000
Kredit Alokasi pengisihan piutang

Debit Piutang Rp 520.000
Kredit Beban penyisihan piutang
Dilanjutkan dengan:
Debit Kas Rp 520.000
Kredit Piutang

Dengan piutang yang tidak tertagih dalam jangka waktu 1 sampai dengan
10 hari, diberikan teguran pertama, dan jangka waktu 11 sampai dengan 20 hari
diberikan peringatan yang lebih keras dan akhirnya setelah jangka waktu 21
sampai dengan 30 hari diberikan teguran yang cukup keras dari pihaknya.
Dari ke-empat kelompok piutang tak tertagih tersebut sebaiknya tidak lagi
diberikan kredit, walaupun diberikan kredit tetapi piutang yang lama harus
dihitung keseluruhan dan dicicil dahulu dan piutang selanjutnya harus memakai
jaminan.
Dari daftar piutang tak tertagih tersebut dapat diketahui secara persentase
jumlah piutang yang macet, yang agak macet dan juga banyak lagi informasi dari
daftar tersebut yang perlu dijelaskan.

F. Hubungan Penjualan Kredit dengan Laporan Keuangan
Akibat penjualan kredit tersebut maka ada beberapa perkiraan yang
berhubungan dengan transaksi tersebut seperti :
26

Sales, Sales return, sales discount, transportation in / out dan lain-lain hanya saja
perkiraan tersebut terbagi dua yaitu :
Perkiraan Real dan perkiraan Nominal. Yang real atau perkiraan tetap, masuk ke
neraca dan yang nominal atau sementara masuk ke laba rugi.

J ika, piutang tersebut masih dibiayakan maka posisi di neraca sebagai berikut :

Perusahaan EYZ
NERACA
HARTA
Harta Lancar
Piutang Rp 2.870.000
:
Alokasi peny.piutang Rp 520.000 +
Rp 2.350.000
UTANG + MODAL


Gambar 2.1. Bentuk Neraca

J ika piutang tersebut telah dihapuskan maka posisi di neraca seebagai
berikut :
Perusahaan XYZ
NERACA
Harta
Piutang Rp 2.350.000
Harta Lancar :
Utang +Modal

27

Sedangkan poosisi penjualan kredit pada laporan Laba Rugi, baik unai,
kredit adalah sebagai berikut :
Perusahaan XYZ
Laporan Laba Rugi (000)
Penjualan (tunai, kredit, dll) Rp 14.570.000
Penjualan Return Rp 470.000
Penjualan discount Rp 100.000
Net Sales Rp 14.000.000
Rp 570.000 -
Harga Pokok Penjualan
Persediaan awal Rp 2.000.000
:
Pembelian Rp 100.000
Pembelian :
Pembelian Return Rp (20.000)
Pembelian Discount Rp (10.000)
Rp 70.000
_
Freight in Rp 50.000
Pembelian Net
+
Rp 120.000
Persediaan untuk di jual Rp 2.120.000
+
Persediaan akhir Rp 120.000
Harga pokok penjualan Rp 2.000.000
-
Laba kotor Rp 12.000.000

Beban angkut keluar
Beban operasi :
Laba operasi Rp 10.000.000
Rp 2.000.000 -
Other income /expenses
Net income Rp 11.000.000
Rp 1.000.000 +
Gambar 2.2. Gambar Laba Rugi
28

Nilai angka-angka yang ada pada laporan keuangan tersebut sudah barang
tentu diambil atau diangkat dari Trial Balance, sedangkan angka trial balance
diangkat dari ledger, ledger diangkat dari jurnal dan jurnal didukung oleh bukti
asli atau Evident. Agar terlihat adanya internal control atau lebih mendalam
internal check maka ledger piutang dari jurnal sedangkan hedger pembantu
piutang dari Evident.

E. Kerangka Konseptual
Dalam rangka pencapaian peningkatan efektivitas dan efisiensi perusahaan,
pemilik dan pihak manajemen mengharapkan prosedur dan pengawasan penjualan
kredit dalam hal ketepatan dan keakuratan untuk mengolah informasi menjadi
unsur yang sangat diperlukan sebagai pendukung utama dari peningkatan
efektivitas dan efisiensi perusahaan.
Skema mengenai kerangka konseptual dapat dilihat pada Gambar 1 berikut
ini.








Gambar 2.3. Kerangka Konseptual
PT Coca Cola Bottling
Indonesia Medan
Penjualan
Kredit
Piutang
Pedagang dan
Plaza/Restoran
Distributor Tunggal
PT. CCBI
Konsumen

29
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian untuk penulisan skripsi ini berlangsung dari bulan januari 2009
yang dilakukan di PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan Jalan Medan Belawan
Km.14 Mabar.

B. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang dikumpulkan adalah jenis data kualitatif dan data
kuantitatif yang bersumber dari data primer dan data sekunder
1. Data primer adalah data yang belum diolah yang diperoleh langsung
dari oblek penelitian. Antara lain berupa : prosedur piutang yang terdiri
dari prosedur penjualan kredit, pencatatab piutang, penagihan piutang,
penilaian piutang dan sistem pengawasan intern piutang perusahaan
serta hasil wawancara lainnya yang terkait dengan penelitian.
2. Data Sekunder adalah data yang telah diolah dan diperoses langsung
dari objek penelitian. Antara lain berupa : gambaran umum perusahaan,
laporan keuangan, daftar piutang, buku besar dan buku pembantu
piutang, bagan penjualan kredit, jurnal piutang dan data lainnya yang
terkait dalam perusahaan.
30

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber informasi data adalah dari
pihak-pihak yang berkaitan dengan bagian keuangan dan akuntansi, khususnya
pada bagian akuntansi piutang.

C. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif,
yaitu metode analisa yang digunakan dengan mengadakan pengumpuulan data
yang berkaitan dengan penelitian kemudian disusun, diinterpretasikan scara jelas
dan dianalisis sehingga memberikan keterangan yang logis bagi pemecahan
masalah yang dihadapi.

D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan oleh penulis adalah :
a. teknik wawancara, yaitu dengan melakukan interview secara
langsung dengan pihak perusahaan, khususnya bagian akuntansi
piutang.
b. Teknik observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap
objek yang diteliti di PT Coca Cola Bottling.


31
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian
1. Sejarah perusahaan
PT. Coca cola Bottling Indonesia adalah Peusahaan Industri minuman
ringan di Indonesia yang sahamnya mayoritas milik asing Australia. Pada tahun
1967 bernama PT.BRASSERIES DEL Indonesia milik Prancis, sejak 1981
perusahaan ini diambil alih oleh PT.Perusahaan Bir Indonesia dan diganti nama
menjadi PT.Multi Bintang Indonesia yang sahamnya mayoritas milik Belanda.
Kemudian 1988 perusahaan ini dialihkan lagi oleh Van java Indonesia dan 1997
Dijual lagi kepada PT.Coca cola Bottling Indonesia. Sampai saat ini 2009.

2. Struktur Organisasi
PT.Coca cola Bottling Indonesia Menganut Struktur Organisasi Fungsional
yang dikenal pada perusahaan ini namanya struktur Fungsion. Dimulai dari
pimpinan tertinggi PT CCBI adalah Presiden Direktur yang berpusat di Jakarta
lalu diikuti atau membawahi menjadi 5 pemimpin yaitu :
1. Finance Directur
2. Production Directur
3. Marketing Directur
4. SMD Directur
5. HRD.
32

Kelima Direktur ini membawahi pimpinan sejenis sampai terendah (lihat
struktur organisasi pada halaman berikut). Mulai dari kelima direktur tersebut
bagaikan tanda panah atau tombak langsung dari Jakarta sampai Medan, dan
masing-masing Direktur yang lima ini tidak mempunyai garis hubungan antara
direktur yang satu dengan yang lain, melainkan setiap direktur membawahi
direktur sejenis mulai dari National area, Regional area sampai ke Lokal area.
Produksi Medan bertanggung jawab pada lokal Area lalu dari lokal Area
bertanggung jawab pada Regional Area dan Regional Area bertanggung jawab
pada Nasional Area.
Struktur Fungsional Coca-cola





NaNN







Gambar 4.1 Struktur Fungsional Coca-cola
Presiden Direktur
Finance Directur Production Directur Marketing Directur HRD SDM
Finance Directur
Finance Directur
Production Directur
Production Directur
Marketing Directur
Marketing Directur
Marketing Directur
HRD
HRD
SDM
SDM
33

Struktur fungsional National bertempat di Kantor Pusat Jakarta Wisma Pondok
Indah II 14
th
15
th
Floor J ln Sultan Iskandar Muda Kav.V IA. Pondok Pinang
Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
Untuk wilayah kerja regional dapat dikelompokkan dalam :
Regional Sumut, Regional Jawa, Regional Sulawesi, Regional Irian, dan
Regional Kalimantan.
Sedangkan untuk wilayah kerja Lokal Area dapat dikelompokkan dalam :
Lokal Area Medan Aceh Palembang dan lain-lain. Untuk masing-masing
tugas dari kelima Direktur lokal ini bertanggung jawab pada President Direktur di
Jakarta (pusat).
Contoh misalnya Direktur agen tunggal Coca cola meminta kepada marketing PT
CCBI jenis produk Fanta 5.000 Krat, ikut dalam perjalanan tersebut truk
angkutan, surat permintaan barang di serahkan ke Marketing diperoses di
Marketing dilanjutkan ke kepala Gudang untuk menyalurkan Fanta 5.000 Krat,
satu lembar ke Finance untuk mencatat piutang. J adi begitu barang ke luar gudang
sudah ada tanda bukti barang ke luar melalui truk dengan plat nomer kendaraan.
Supir Angkutan bersama bukti permintaan agen Coca cola jika perlu dilampiri
giro,cek berapa hari baru dibayar agen produk tidak lebih atau kurang muatan
sesuai perintah masuk keluar mencatat plat nomor kendaraan dengan nama
supir, jam berapa dan tanggal berapa lalu apa saja produk yang diangkut. Seluruh
hasil penjualan akan dibuat tabel piutang harian atau piutang mana yang belum
tertagih, terutang akan tetapi piutang PT. Coca Cola Bottling Indonesia hanya satu
yaitu distributor Coca cola hanya saja giro, cek yang diberikan dari distributor
Coca cola bermacam ragam dari berbagai bank yang ada di Medan atau Sumatera
34

karena bisa saja giro maupun cek yang diterima distributor Coca cola dari
relasinya langsung diberikan pada ke PT. Coca Cola Bottling Indonesia. Untuk
lebih singkatnya prosedur penjualan kredit yang dibuat PT. Coca Cola Bottling
Indonesia cukup ringkas yaitu hanya satu tempat menjual produk yaitu distributor
tunggal Coca cola di Medan. Untuk setiap produk yang ditawarkan tentu beda
nilai jual dan tingkat daya beli konsumen di pasar, berdasarkan itu PT. Coca Cola
Bottling Indonesia membedakan jangka waktu jatuh tempo sesuai dengan produk
masing-masing, seperti terlihat dalam tabel berikut :

No Nama Produk Giro / cek
1 Fanta 20 hari
2 Coca cola 18 hari
3 Sprite 18 hari
4 Fres tea dan prodak lain 15 hari
Tabel. 4.1 Tabel Jangka waktu jatuh tempo penjualan sesuai produk
Menurut data yang ada telah dikumpulkan penulis, bahwa produk yang paling
memiliki daya jual tinggi adalah minuman coca cola kemudian disusl fanta, sprite,
Fres tea dan pro
Penjualan kredit terbesar dimulai dari:
1. Produk Coca cola
2. Fanta
3. Sprite
4. Fres tea dan produk lainya.
35

Penjualan produk dari PT. Coca Cola Bottling Indonesia belum pernah
terganggu walupun banyak saingan dari produk lain misalnya Aqua, teh Botol,dan
lain-lain. Maka produk PT. Coca Cola Bottling Indonesia ini memiliki segmen
tertentu. Misalkan orang bererkumpul tempat tertentu, yang kelasnya tinggi bukan
minum aqua tetapi Fanta atau Coca cola. Demikian juga Area pameran dan
seterusnya orang lebih bergengsi minum produk PT. CCBI seperti Fanta,Coca
cola dan lainnya. Maka program penjualan PT CCBI belum terganggu karena
semua penjualan dibayar dibawah 30 hari.Contoh jumlah produksi perhari
32.000 krat, satu krat 24 botol jika penjualan per botol saja rata-rata Rp 1.000
maka total jual /hari.
32.000 krat x 24 btl x Rp. 1.000 =Rp. 768.000.000,-/hari
Untuk satu bulan 20 hari x Rp. 768.000.000,- =Rp. 15.360.000.000,-
Untuk satu tahun 12 bulan x Rp.15.360.000.000,- =Rp.184.320.000.000,-

3. Hubungan Penjualan Penjualan Kredit dengan Produksi
PT. Coca Cola Bottling Indonesia ini seluruh penjualannya diawasi oleh
Marketing, Finance manager, Eximinari Audit secara untuk penjualan setiap hari
atau rutin ada internal audit rutin. Exeminari dapat membuat perbandingan Finish
Good awal dibanding Finish Good akhir, dibanding produk total dan penjualan
total. Dalam arti jumlah yang disajikan harus sama karena jika tidak sama maka
akan diketahui bahwa ada kecurangan dalam transaksi tersebut. Contoh cadangan
Finish Good awal 15.000 krat, produksi 32.000 krat penjualan 43.000 krat maka
Finish Good akhir adalah 4.000 krat.
Finish Good awal 15.000 Krat
36

Produksi
Jumlah 47.000 Krat
32.000 Krat +
Penjual
Finish Good Akhir 4.000 Krat
43.000 Krat -
Kemudian juga untuk mengetahui berapa banyak yang harus diproduksi
agar stok tidak terlalu banyak digudang maka dibutuhkan juga kerja sama dengan
agen tunggal PT. Coca Cola, sehingga diketahui berapa banyak produk terjual dan
jenis apa yang dikurangi atau ditambahi dan untuk informasi-informasi lainnya.
Sebagai gambaran, dimisalkan penjual minta 47.000 krat dari distributor tunggal,
dan kemudian PT. Coca Cola Bottling Indonesia harus tetap menyisakan produk
8.000 Krat sebagai cadangan dan sudah ada Produk awal 4.000 krat maka berapa
lagi jumlah produk yang di harus diproduksi baru..
J lh permintaan dari distributor 47.000 krat
J lh yg disediakan sebagai cadangan 8.000 krat
J lh produk yg harus diproduksi 55.000 krat
+
J lh persediaan awal
J lh yg harus diproduksi baru 51.000 krat
4.000 krat -

Dari pengamatan penulis selama di PT. Coca Cola Bottling Indonesia belum
ada piutang yang terlambat dilunasi karena setiap transaksi diikuti Giro, Cek yang
lengkap, oleh Distributor Coca cola. PT. Coca Cola Bottling Indonesia
menggangap penjualan kredit untuk jangka waktu dibawah 20 hari atau 20 hari
dianggap tunai.

37

4. Hubungan Perjualan Kredit dengan Laporan Keuangan.
Semua perjualan kredit akan lancar tanpa ada hambatan, dan semua jenis produk
yang dimiliki oleh PT. Coca Cola Bottling Indonesia di lakukan dengan tepat jika
tidak ada hambatan dalam perlunasan piutang. Penjualan dibawahnya satu bulan
misalnya 20 hari dianggap Tunai. Dengan demikian distributor dapat memutar
uang yang diperoleh dari pelanggan untuk beberapa hari khususnya penjualan
tunai. Hal seperti ini dilakukan PT. Coca Cola Bottling Indonesia karena dalam
pembelian bahan untuk kebutuhan perusahaan tersebut juga mendapat keringanan
baik dari bahan lokal dalam maupun bahan impor.
Walaupun penjualan dengan pembayaran 20 hari dianggap tunai akan tetapi
pada laporan keuangan kelihatan piutang khususnya di Neraca dan sebagai
gantinya penjualan dilaba rugi tidak bisa dimasukkan sebagai kas di neraca karena
Giro maupun cek yang ada belum diuangkan. Kelihatan pula Laporan umur
piutang yang tidak tertagih demikian juga beban. Untuk kedua penambahan ini
tidak kelihatan yang artinya belum dibiayakan maupun piutang yang dihapuskan.
Demikian juga pada laporan laba rugi tidak kelihatan adanya penjualan
dikembalikan dan potongan penjualan, artinya PT. Coca Cola Bottling Indonesia
tidak perlu meningkatkan penjualan karena adanya rekap penjualan tetap lancar,
kenapa demikian karena pembelian disemua prodak merupakan rangkaian untuk
konsumen.

5. Hubungan Penjualan Kredit Dengan Analisa Umur Piutang.
Secara umum penjualan kredit berhuibungan erat dengan analisa umum piutang
karena yang di analisa pada piutang tersebut sudah berupa cek/giro piutang
38

tesebut belum tertagih dan apa masalahnya dan piutang tersebut harus dianalisa.
Didalam analisa umur piutang kelihatan piutang mana yang belum tertagih dan
berapa lama belum tertagih, dengan demikian piutang mana yang harus
dibiayakan dan piutang mana yang harus dihapuskan. Data diatas hanya dapat
diambil dari laporan analisa umur piutang. Sebenarnya dari laporan analisa umur
piutang masih banyak data untuk mengambil keputusan misalnya jenis cek, giro
darai bank mana atau pengusaha mana yang curang mengeluarkancek atau giro
tersebut.
Selanjutnya diperinci lagi untuk masing-masing produksi agar lebih mudah
pengawasan produk tersebut.Contoh tabel piutang:
Tabel Piutang
Jenis
Kode
Piutang
15/18/18/2
0 Umur
Piutang
Jatuh
Tempo
1-2 hari
Jatuh
Tempo
3-4 hari
Jatuh
Tempo
5-6 hari
Jatuh
tempo
7-8 hari





Tabel. 4.2 Tabel Piutang

B. Analisa Hasil Penelitian
1. Kebijakan kredit.
Kebijakan penjualan kredit yang diterapkan oleh PT. Coca Cola Bottling
Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Untuk jenis Fanta Selama 20 hari
b. Untuk jenis Coca cola 18 hari
c. Untuk jenis Sprite 18 hari
d. Untuk jenis Fres tea 15 hari
39

Secara teorinya kebijakan kredit yang diterapkan perusahaan berbagai
macam, Cuma saja penjualan yang tidak diiringi dengan uang kas, walaupun satu
hari sudah dianggap kredit maka harus dicatat sbb:
Debit Piutang Usaha..................Rp xxx
Kredit Piutang Penjualan................Rp xxx

J ika diberikan discount harus dicatat sebagai berikut :
Debit Potongan Penjualan.............Rp xxx
Kredit Piutang Usaha.............................Rp xxx

J ika dikembalikan harus dicatat sebagai berikut :
Debit Penjualan return.................Rp 100 (angka contoh)
Kedit Piutang Usaha...........................Rp 100

J ika pada saat penjualan diberikan kode 2/10, n/30, maka jurnalnya sebagai
berikut :
Debit Piutang usaha...............Rp 100 (angka contoh)
Kredit Penjualan..............................Rp 100

Pada saat pembayaran dibawah jangka waktu 10 hari jurnalnya sbb :
Debit KAS......................... Rp 98
Debit Potongan Penjualan... Rp 2
Kredit Piutang Usaha....................Rp 100

40

J ika pembayaran diatas sepuluh hari maka jurnalnya adalah :
Debit Kas Rp 100
Kredit Piutang Usaha Rp 100

Walaupun kebijakan PT. Coca Cola Bottling Indonesia pembayaran
dibuat atau maksimal 20,18 dan 15 dianggap lunas tetapi tetap juga dikatakan
penjualan kredit karena penjualan yang diterima Cek atau pun Giro yang belum
diuangkan sama dengan piutang, Kebijakan PT.Coca Cola Bottling Indoneisa ini
hanya untuk khusus agen tunggal distributor sedangkan distributor agen tunggal
membuat kebijaksanaan tersendiri yang tidak dicampuri oleh PT. Coca Cola
Bottling Indonesia baik mengenai penjualan maupun penagihan piutang.

2. Prosedur Penjualan Kredit
Prosedur penjualan oleh PT Coca Cola Bottling Indonesia adalah dimulai dari
permintaan produk dari agen tunggal setiap hari rata-rata 30.000 (tiga puluh ribu)
krat, terkadang sampai 40.000 (empat ouluh ribu) krat dan minimal 25.000 (dua
puluh lima ribu) krat, sedangkan produk PT CCBI rata-rata 32.000 (tiga puluh dua
ribu) krat. Dengan demikian ada stock awal setiap hari 2.000 (dua ribu) krat
untuk menjaga jika ada permintaan yang mendadak untuk hari-hari tertentu.
Produksi dan penjualan hanya berjalan 5 hari kerja setiap minggu, setiap
permintaan dari distributor sudah dilengkapi dengan cek atau giro dengan jangka
waktu sesuai dengan kesepakatan antara distributor dengan PT. Coca Cola
Bottling Indonesia. Setiap permintaan karena sudah diketahui dari agen tunggal
tetap diproses dan disetujui,
41


Secara teorinya transaksi penjualan kredit akan melibatkan berbagai
bagian agar terhindar dari berbagai kesalahan maupun kecurangan misalnya,
permintaan barang dari luar harus melalui marketing lebih dahulu, marketing juga
akan melihat kemampuan perusahaan yang akan membeli barang tersebut berapa
lama dia sanggup membayar, bagaimana kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
J ika dianggap layak maka marketing akan membuat rekomendasi keberbagai
bagian yaitu bagian piutang, bagian pembukuan, bagian gudang, untuk perintah
barang keluar dan security untuk pintu gerbang keluar dan juga harus mengetahui
jumlah barang yang keluar sesuai perintah marketing. J ika barang keluar sudah
tercatat pada piutang maka harus juga dilampiri giro atau cek yang terjamin
bahwa cek tersebut akan bisa di-cash-kan. Surat permintaan saja tidaklah
menjamin pembayaran melainkan harus dilampiri kemampuan pembayaran.
Sedangkan kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen PT.Coca Cola
Bottling Indonesia adalah sangat ringkas yaitu semua permintaan dari agen
tunggal Coca Cola langsung diperoses. Pada marketing akan membuat surat
rangkap seperti lembaran surat perintah barang keluar dari gudang, lembaran
piutang dan untuk security pintu gerbang masuk pabrik benar barang yang
diangkut jumlahnya, sudah tentu jika dikumpul balik surat permintaan dari agen
tunggal beserta bukti pertinggal dimarketing dan pembukuan piutang dilampiri
giro, beserta surat perintah keluar barang harus tidak boleh selisih, harus sama
jumlah yang diangkut dengan yang tercatat di surat perintah keluar.
Kemudian dari marketing dibuat laporan 1 lembar ke pembukuan, giro dan
cek disisipkan, 1 lembar pengisian perintah kegudang, 1 lembar ke pintu utama
42

security dan 1 lembar dipegang pembeli dan ditunjukkan pada saat keluar pintu
gerbang apakah sama jumlah yang diterima dari marketing dan dibawa keluar.
Bisa saja barang tersebut bukan masuk kegudang distributor Coca-cola melainkan
langsung ke plaza misalnya tetapi itu akan tetap dianggap pembelian oleh
distributor.
Semua cek atau giro yang jatuh tempo urusan pencairan dikerjakan bagian
pembukuan yaitu kasir dan kasir pun memegang uang tunai terbatas maksimal Rp
10.000.000 (sepuluh juta rupiah) setiap hari dengan metode dana tetap. Cek
tersebut masuk kerekening PT Coca Cola Bottling Indonesia.

3. Pengawasan Penjualan Kredit.
Dikatakan pengawasan penjualan kredit sudah tentu harus mengawasi, dengan
adanya pengawasan berarti diusahakan tidak akan terjadi kecurangan. J ika dibuat
perencanaan / planning yang cukup baik dan rapi lalu dibuat kembali program
yang lengkap untuk pekerjaan tersebut tetapi walaupun perencanaan dibuat
sedemikian rupa tidak akan tercapai hasil yang maksimal dija tidak adanya
pengawasan. Planning harus diikuti dengan cara secermat mungkin agar terhindar
dari kecurangan. Setiap transaksi secara teorinya harus terlampir bukti asli jika
yang menyangkut tentang uang atau pekerjaan yang berkaitan dengan uang.
Dimisalkan transaksi pembelian maka bagian pembelian harus
membandingkan lebih dahulu beberapa supplier untuk mendapatkan harga yang
tepat dengan mutu yang berkualitas serta pelaksanaan yang tepat, tentu untuk para
supplier yang ditunjuk dalam pengadaan barang tersebut harus melampirkan
daftar harga, jenis kualitas dan informasi-informasi yang lain tentang produk yang
43

ditawarkan seperti ketentuan pembayaran dan lain sebagainya Selanjutnya
perusahaaan akan memutuskan supplier mana yang berhak untuk untuk
memasukkan barang, dan kemudian supplier terpilih akan direkomendasikan
kepada bagian pembelian, dan untuk seluruh transaksi pembelian akan
dilampirkan pertinggal untuk tiap-tiap bagian pembukuan, bagian gudang, dan
adanya salinan untuk dipintu masuk.
Dengan adanya pertinggal diberbagai bagian maka pengawasan lebih mudah
dilakukan. Demikian juga bagian lainnya jika dalam sebuah transaksi apapun
tidak dilampirkan bukti asli maka kebenarannya akan sangat diragukan. Bukti asli
tersebut dapat digunakan untuk membuktikan mengenai hal-hal tentang produk
yang dihantar/keluarkan sehingga semua keterangan maupun harga dapat tetap
diawasi.
Pengawasan penjualan kredit yang diterapkan oleh PT. Coca Cola Bottling
Indonesia dilakukan oleh tenaga internal audit yang mana pada perusahaan ini
disebut exeminary audit. Tenaga audit tersebut tetap berada di PT. Coca Cola
Bottling Indonesia sama seperti pegawai tetap. Dengan adanya tenaga audit
tersebut maka segala kejadian dapat langsung diawasi, mulai tindak tanduk
pimpinan tertinggi sampai pada karyawan terendah akan lebih mudah
pengawasannya. Untuk mengawasi penjualan kredit selama jam kerj yang
diterapkan oleh PT. Coca Cola Bottling Indonesia yaitu dicek setiap hari, apakah
penjualan barang keluar sama dengan permintaan dari distributor dan sama
dengan yang tercatat dipembukuan dan sama dengan barang yang keluar dari
pintu gerbang.
44

Untuk pengawasan pembayaran dilakukan hal seperti berikut, bila ada cek
dan giro maka akan di uangkan oleh kasir yang oleh kasir kemudian akan
langsung masuk pada rekening PT. Coca Cola Bottling Indonesia, demikian juga
seluruh pengeluaran dari kasir harus mendapat ijin dari manejer finance sampai
jumlah tertentu misalnya Rp 25.000.000. Diatas Rp 25.000.000 sampai dengan
Rp 50.000.000 harus persetujuan direktur local area Medan. Dan untuk jumlah
yang lebih besar lagi harus persetujuan yang lebih tinggi lagi demikian seterusnya.
Sampai ke direktur Jakarta seluruh hasil produk tidak boleh keluar jika tidak ada
ijin dari direktur marketing.



45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN


Dari uraian dan analisa pada bab-bab sebelumnya, penulis akan
mengambil beberapa kesimpulan dan juga sekaligus mengemukakan beberapa
saran sehingga secara umum tergambar isi dari seluruh skripsi ini.
A. Kesimpulan
Judul dari tulisan ini intinya adalah prosedur, pengawasan, penjualan
kredit agar efisien dan efektif atau tepat guna dan tepat waktu. . Kesimpulan
yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap sistem manajemen dalam
meningkatkan efektivitas dan efisiensi usaha pada PT. Coca Coala Bottling
Indonesia Medan adalah sebagai berikut:
1. Jumlah produk yang akan diproduksi pada PT. Coca Cla Bottling
Indonesia selalu bertumpu pada besarnya permintaan produk dari
distributor tunggal, jumlah yang dimintakan ditambah dengan persediaan
akhir yang disisihkan kemudian dikurangi dengan persediaan awal
sehingga diketahui jumlah yang harus diproduksi dan siklus ini terjadi
setiap hari dengan produksi rata-rata 32.000 krat, dengan menyediakan
persediaan rata-rata 2.000 krat minuman untuk menjaga jika ada
permintaan yang mendadak untuk hari-hari trtentu. Sehingga penulis
menyimpulkan bahwa produk minuman PT. Coca Cola Bottling Indonesia
bergulir terus sehingga minuman tetap segar setiap penjualan.
46

2. Prosedur penjualan kredit oleh PT Coca Cola Bottling Indonesia adalah
dimulai dari permintaan produk dari agen tunggal setiap hari rata-rata
30.000 (tiga puluh ribu) krat, terkadang sampai 40.000 (empat ouluh ribu)
krat dan minimal 25.000 (dua puluh lima ribu) krat. Produksi dan
penjualan hanya berjalan 5 hari kerja setiap minggu, setiap permintaan dari
distributor sudah dilengkapi dengan cek atau giro dengan jangka waktu
sesuai dengan kesepakatan antara distributor dengan PT. Coca Cola
Bottling Indonesia. Setiap permintaan karena sudah diketahui dari agen
tunggal tetap diproses dan disetujui,

3. Program prosedur penjualan kredit diterapkan PT. Coca cola Indonesia
dibuat oleh kantor akuntan dengan tujuan agar terhindar dari berbagai
macam kecurangan, akan tetapi bagaimanapun lengkapnya program yang
dibuat harus diikuti pengawasan agar sesuai dengan yang diharapkan.
Seluruh penjualan kredit hanya tertuju pada satu perusahaan agen tunggal
yaitu distributor Coca-cola yang ada di kota Medan sehingga total
penjualan PT. Coca Cola Bottling Indonesia sama dengan total pembelian
distributor tersebut.

4. Kebijaksanaan perusahaan tentang efektif dan efisien sehubungan dengan
penjualan kredit
Efektif dan efisien yang berhubungan dengan penjualan kredit benar-benar
diterapkan oleh PT. Coca Cola Bottling Indonesia, hal ini dapat dilihat dari
waktu kerja karyawan yang dilakukan 5 hari dalam seminggu dengan
47

waktu yang full, sehingga weekend benar-benar dinikmati karyawan,
tentu hal ini akan berdampak positif untuk kinerja karyawan. Kemudian
juga program penjualan yang dilakukan dapat dikatakan efisien karena
penjualan hanya dilakukan kepada distributor tunggal. Seluruh produk
dibeli oleh agen tunggal jadi PT. Coca Cola Bottling Indonesia bekerja
hanya membotolkan sama dengan namanya Bottling dan sudah
mempunyai segmen pasar tersendiri dengan produk PT. Coca Cola
Bottling Indonesia ini.

5. Kebijakan penjualan kredit
Kebijakan penjualan kredit yang diterapkan PT Coca Cola Bottling
Indonesia adalah jangka waktu maksimal 20 hari, 18 hari dan 15 hari
untuk berbagai produk yang berbeda, misalnya untuk poduk minuman
jenis Fanta, 18 hari untuk jenis Coca-cola, 18 hari untuk jenis Sprite dan
15 hari untuk Frestea dan produk lainya. Kebijakan ini diambil
perusahaan dan pembayaran dalam jangka waktu yang telah diterapkan
dianggap tunai.

B. Saran-saran
Adapun saran-saran yang diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut :
a. Mengingat sekarang ini banyaknya penjualan dilakukan secara kredit
dalam bidang apa saja maka jangka waktu kredit perlu dipertimbangkan,
naik atau turun tergantung situasi
48

b. Prosedur penjualan bisa lebih ringkas lagi misalnya pembayaran cukup
dengan giro atau tidak terbatasnya berapa giro untuk setiap hari. J ika ada
naik turun permintaan hal ini saja yang perlu pertimbangan
c. Pengawasan cukup baik karena cuma satu distributor, tetapi pengawasan
tetap dilaksanakan seperti konfirmasi positif dan negatif



49
DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, Ahmed, 2003, Teori Akuntansi, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002. Standar Akuntansi Keuangan, PT. Salemba
Empat, Jakarta.
Jurusan Ekonomi, 2004, Buku Petunjuk Teknik Penulisan Proposal dan Penulisan
Skripsi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi USU, Medan.
Kieso, E. Donald, dan Weygandt J.Jerry and Terry Warfield, 2002. Intermediete
Accounting, Eleventh Edition, John Willey and Son Inc, New York.
Mc Leod, Raymond, Sistem Informasi Manajemen, Jilid II, Penerbit Prehallindo,
2004, Jakarta.
Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi ketiga, PT. Salemba Empat, Jakarta.
Skousen, K., Fred, and Sticekm Earl. 2001. Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi
Pertama, PT. Salemba Empat, Jakarta.
Sofyan Safri. 2000. Sistem Pengawasan Manajemen, Cetakan Pertama, PT.
Pustaka Quantum, Jakarta.
Sumarsono, 2004, Pengantar Akuntansi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Wahyu Winarto, 2001, Internal Control, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Warren, Reeve, Fess, 2005. Pengantar Akuntansi, Edisi Dua Puluh Satu, PT.
Salemba Empat, Jakarta.
Widjajanto Nogroho, 2001, Sistem Informasi Akuntansi. Erlangga, Jakarta.

You might also like