You are on page 1of 8

Peran Perawat Dalam Pemberian Obat

Anastasia Anna, SKp. MKes. Pendahuluan Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat obatan yang aman . Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan . Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien . Sekali obat telah diberikan , perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti , Daftar bat !ndonesia " D ! # , Physicians$ Desk %eference "PD%#, dan sumber daya manusia , seperti ahli farmasi , harus dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan , kontraindikasi , dosis , efek samping yang mungkin terjadi , atau reaksi yang merugikan dari pengobatan " &ee and 'ayes, ())* #. A. Enam Hal yang Benar dalam Pemberian Obat Supaya dapat tercapainya pemberian obat yang aman , seorang perawat harus melakukan enam hal yang benar + klien yang benar, obat yang benar, dosis yang bena, waktu yang benar, rute yang benar, dan dokumentasi yang benar. Pada waktu lampau, hanya ada lima hal yang benar dalam pemberian obat. ,etapi kini ada hal keenam yang dimasukkan yaitu dokumentasi. Dua hal tambahan klien juga dapat ditambahkan + hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat, hak klien untuk menolak penggunaan sebuah obat. &lien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien, dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan menjawab dengan nama sembarang atau tidak berespon, maka gelang identifikasi harus diperiksa pada setiap klien pada setiap kali pengobatan. Pada keadan gelang identifikasi hilang, perawat harus memastikan identitas klien sebelum setiap obat diberikan. Dalam keadaan dimana klien tidak memakai gelang identifikasi "sekolah, kesehatan kerja, atau klinik berobat jalan#, perawat juga bertanggung jawab untuk secara tepat mengidentifikasi setiap orang pada saat memberikan pengobatan. bat yang benar berarti klien menerima obat yang telah diresepkan. Perintah pengobatan mungkin diresepkan oleh seorang dokter, dokter gigi, atau pemberi asuhan kesehatan yang memiliki i-in praktik dengan wewenang dari pemerintah. Perintah melalui telepon untuk pengobatan harus ditandatangani oleh dokter yang menelepon dalam waktu ./ jam. &omponen dari perintah pengobatan adalah + "(# tanggal dan saat perintah ditulis, ".# nama obat, "0# dosis obat, "/# rute pemberian, "1# frekuensi pemberian, dan "*# tanda tangan dokter atau pemberi asuhan kesehatan. 2eskipun merupakan tanggung jawab perawat untuk mengikuti perintah yang tepat, tetapi jika salah satu komponen tidak ada atau perintah pengobatan tidak lengkap, maka obat tidak boleh diberikan dan harus segera menghubungi dokter tersebut untuk mengklarifikasinya " &ee and 'ayes, ())* #. 3ntuk menghindari kesalahan, label obat harus dibaca tiga kali + "(# pada saat melihat botol atau kemasan obat, ".# sebelum menuang 4 mengisap obat dan "0# setelah menuang 4 mengisap obat. Perawat harus ingat bahwa obat-obat tertentu mempunyai nama yang bunyinya hampir sama dan ejaannya mirip, misalnya digoksin dan digitoksin, 5uinidin dan 5uinine, Demerol dan dikumarol, dst. Dosis yang benar adalah dosis yang diberikan untuk klien tertentu. Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan. Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat, dengan mempertimbangkan 6ariable berikut + "(# tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan "diminta#, ".# dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus dipertimbangkan, misalnya 0 mg4&gBB4hari.

Sebelum menghitung dosis obat, perawat harus mempunyai dasar pengetahuan mengenai rasio dan proporsi. 7ika ragu-ragu, dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain. 8aktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d " dua kali sehari #, t.i.d " tiga kali sehari #, 5.i.d " empat kali sehari #, atau 5*h " setiap * jam #, sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan. 7ika obat mempunyai waktu paruh "t 9 # yang panjang, maka obat diberikan sekali sehari. bat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang tertentu . Beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan " &ee and 'ayes, ())* : ,rounce, ());# !mplikasi dalam keperawatan mencakup + (. Berikan obat pada saat yang khusus. bat-obat dapat diberikan 9 jam sebelum atau sesudah waktu yang tertulis dalam resep. .. Berikan obat-obat yang terpengaruh oleh makanan seperti captopril, sebelum makan 0. Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat mengiritasi perut " mukosa lambung # bersama-sama dengan makanan. /. ,anggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk pemeriksaan diagnostik, seperti endoskopi, tes darah puasa, yang merupakan kontraindikasi pemberian obat. 1. Periksa tanggal kadaluarsa. 7ika telah melewati tanggalnya, buang atau kembalikan ke apotik " tergantung peraturan #. *. <ntibiotika harus diberikan dalam selang waktu yang sama sepanjang ./ jam " misalnya setiap = jam bila di resep tertulis t.i.d # untuk menjaga kadar darah terapeutik. %ute yang benar perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai. %ute yang lebih sering dari absorpsi adalah "(# oral " melalui mulut #+ cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul . : ".# sublingual " di bawah lidah untuk absorpsi 6ena # : "0# topikal " dipakai pada kulit # : "/# inhalasi " semprot aerosol # : "1#instilasi " pada mata , hidung , telinga , rektum atau 6agina # : dan empat rute parenteral + intradermal , subkutan , intramuskular , dan intra6ena. !mplikasi dalam keperawatan termasuk + a. >ilai kemampuan klien untuk menelan obat sebelum memberikan obat obat per oral b. Pergunakan teknik aseptik sewaktu memberikan obat . ,eknik steril dibutuhkan dalam rute parenteral . c. Berikan obat- obat pada tempat yang sesuai . d. ,etaplah bersama klien sampai obat oral telah ditelan. Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera dari seorang perawat untuk mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan . !ni meliputi nama obat , dosis , rute , waktu dan tanggal , inisial dan tanda tangan perawat . %espon klien terhadap pengobatan perlu di catat untuk beberapa macam obat seperti "(# narkotik bagaimana efektifitasnya dalam menghilangkan rasa nyeri atau ".# analgesik non-narkotik, "0# sedati6a, "/# antiemetik "1# reaksi yang tidak diharapkan terhadap pengobatan, seperti irigasi gastrointestinal atau tanda tanda kepekaan kulit. Penundaan dalam mencatat dapat mengakibatkan lupa untuk mencatat pengobatan atau perawat lain memberikan obat itu kembali karena ia berpikir obat itu belum diberikan ",aylor, ?illis and ?e2one, ())0 : &ee and 'ayes, ())* #. B. Hak Hak Klien dalam Pemberian Obat 'ak &lien 2engetahui <lasan Pemberian bat 'ak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi " !nformed concent # , yang berdasarkan pengetahuan indi6idu yang diperlukan untuk membuat suatu keputusan . .. 'ak &lien untuk 2enolak Pengobatan &lien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan . <dalah tanggung jawab perawat untuk menentukan , jika memungkinkan , alasan penolakan dan mengambil langkah langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan . 7ika suatu (.

pengobatan dtolak , penolakan ini harus segera didokumentasikan. Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter harus diberitahu jika pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan klien, seperti dalam pemberian insulin. ,indak lanjut juga diperlukan jika terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium , misalnya pada pemberian insulin atau warfarin " ,aylor, ?illis and ?e2one, ())0 : &ee and 'ayes, ())* #. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pemberian obat pada klien merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan ketrampilan teknik dan pertimbangan terhadap perkembangan klien. Perawat yang memberikan obat-obatan pada klien diharapkan mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan prinsip-prinsip dalam pemberian obat.

TERAPI PSIKOFARMAKOLOGI PADA PASIEN JIWA DAN PERAN PERAWAT PENGERTIAN Psikofarmako adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat neuroleptika "bekerja pada sistem saraf#. Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi+ (. ,eori biologis "somatik#, mencakup+ pemberian obat psikofarmaka, lobektomi dan electro con6ulsi therapy "@A,# .. Psikoterapeutik 0. ,erapi modalitas KONSEP PSIKOFARMAKO OGI (. Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari manajemen psikoterapi .. Perawat perlu memahami konsep umum psikofarmaka 0. Bang termasuk neurotransmitter+ dopamin, neuroepinefrin, serotonin dan C<B< "Camma <mino Buteric <cid# dan lain-lain /. 2eningkat dan menurunnya kadar4konsentrasi neurotransmitter akan menimbulkan kekacauan atau gangguan mental 1. bat-obat psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan neurotransmitter & >S@P PS!& D<%2<& ? C! (. Sawar darah otak melindungi otak dari fluktuasi -at kimia tubuh, mengatur jumlah dan kecepatan -at yang memasuki otak .. bat-obat psikofarmaka dapat melewati sawar darah otak, sehingga dapat mempengaruhi sistem saraf 0. @Etrapyramidal side efect "efek samping terhadap ekstrapiramidal# terjadi akibat penggunaan obat penghambat dopamin, agar didapat keseimbangan antara dopamin dan asetilkolin /. <nti cholinergic side efect "efek samping antikolinergik# terjadi akibat penggunaan obat penghambat acetilkolin 2enurut %usdi 2aslim yang termasuk obat- obat psikofarmaka adalah golongan+ (. <nti psikotik, pemberiannya sering disertai pemberian anti parkinson .. <nti depresi 0. <nti maniak /. <nti cemas "anti ansietas# 1. <nti insomnia *. <nti obsesif-kompulsif ;. <nti panik !ANG PA ING SERING "IG#NAKAN O EH K IEN $I%A <. <nti Psikotik <nti psikotik termasuk golongan mayor tras5uili-er atau psikotropik+ neuroleptika. 2ekanisme kerja+ menahan kerja reseptor dopamin dalam otak "di ganglia dan substansia nigra# pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal. @fek farmakologi+ sebagai penenang, menurunkan akti6itas motorik, mengurangi insomnia, sangat efektif untuk mengatasi+ delusi, halusinasi, ilusi dan gangguan proses berpikir.

!ndikasi pemberian+ Pada semua jenis psikosa, &adang untuk gangguan maniak dan paranoid @D@& S<2P!>C <>,!PS!& ,!& a. @fek samping pada sistem saraf "eEtrapyramidal side efect4@PS@# (# Parkinsonisme @fek samping ini muncul setelah ( - 0 minggu pemberian obat. ,erdapat trias gejala parkonsonisme+ ,remor+ paling jelas pada saat istirahat Bradikinesia+ muka seperti topeng, berkurang gerakan reiprokal pada saat berjalan %igiditas+ gangguan tonus otot "kaku# .# %eaksi distonia+ kontraksi otot singkat atau bisa juga lama ,anda-tanda+ muka menyeringai, gerakan tubuh dan anggota tubuh tidak terkontrol 0# <kathisia Ditandai oleh perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan, seperti adanya perasaan cemas, tidak mampu santai, gugup, langkah bolak-balik dan gerakan mengguncang pada saat duduk. &etiga efek samping di atas bersifat akur dan bersifat re6ersible "bisa ilang4kembali normal#. /# ,ardi6e dyskinesia 2erupakan efek samping yang timbulnya lambat, terjadi setelah pengobatan jangka panjang bersifat irre6ersible "susah hilang4menetap#, berupa gerakan in6olunter yang berulang pada lidah, wajah,mulut4rahang, anggota gerak seperti jari dan ibu jari, dan gerakan tersebut hilang pada waktu tidur. b. @fek samping pada sistem saraf perifer atau anti cholinergic side efect ,erjadi karena penghambatan pada reseptor asetilkolin. Bang termasuk efek samping anti kolinergik adalah+ F 2ulut kering F &onstipasi F Pandangan kabur+ akibat midriasis pupil dan sikloplegia "pariese otot-otot siliaris# menyebabkan presbiopia F 'ipotensi orthostatik, akibat penghambatan reseptor adrenergik F &ongesti4sumbatan nasal 7enis obat anti psikotik yang sering digunakan+ F Ahlorproma-ine "thora-in# disingkat "APG# F 'alloperidol disingkat 'aldol F Serenase B. <nti Parkinson 2ekanisme kerja+ meningkatkan reseptor dopamin, untuk mengatasi gejala parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik. @fek samping+ F sakit kepala, F mual, muntah dan F hipotensi. 7enis obat yang sering digunakan+ le6odo6a, tryheEifenidil ",'D#. A. <nti Depresan 'ipotesis+ syndroma depresi disebabkan oleh defisiensi salah satu4beberapa aminergic neurotransmitter "seperti+ noradrenalin, serotonin, dopamin# pada sinaps neuron di SSP, khususnya pada sistem limbik. 2ekanisme kerja obat+ F 2eningkatkan sensiti6itas terhadap aminergik neurotransmiter F 2enghambat re-uptake aminergik neurotransmitter F 2enghambat penghancuran oleh en-im 2< "2ono <mine Eidase# sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergik neurotransmitter pada neuron di SSP. @fek farmakologi+ F 2engurangi gejala depresi F Penenang !ndikasi+ syndroma depresi 7enis obat yang sering digunakan+ F trisiklik "generik#, F 2< inhibitor,

F amitriptyline "nama dagang#. @fek samping+ yaitu efek samping kolonergik "efek samping terhadap sistem saraf perifer# yang meliputi mulut kering, penglihatan kabur, konstipasi, hipotensi orthostatik. ". Obat Anti Mania& it'i(m )arb*nate 2ekanisme kerja+ menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensiti6itas reseptor dopamin. 'ipotesis+ pada mania terjadi peluapan aksi reseptor amine. @fek farmakologi+ F 2engurangi agresi6itas F ,idak menimbulkan efek sedatif F 2engoreksi4mengontrol pola tidur, iritabel dan adanya flight of idea !ndikasi+ 2ania dan hipomania, lebih efektif pada kondisi ringan. Pada mania dengan kondisi berat pemberian obat anti mania dikombinasi dengan obat antipsikotik. @fek samping+ efek neurologik ringan+ fatigue, lethargi, tremor di tangan terjadi pada awal terapi dapat juga terjadi nausea, diare. @fek toksik+ pada ginjal "poliuria, edema#, pada SSP "tremor, kurang koordinasi, nistagmus dan disorientasi: pada ginjal "meningkatkan jumlah lithium, sehingga menambah keadaan oedema. <ntiansietas dan hipnotik-sedatif dibagi menjadi dua kategori+ ben-odia-epine dan nonben-odia-epen, yang mencakup beberapa kelas obat. Ben-odia-epine 2anfaat klinis Ben-odia-epine adalah obat yang sering diresepkan dalam penatalaksanaan ansietas, insomnia, dan kondisi yang berhubungan dengan stres. !ndikasi utama dalam penggunaan ben-odia-epine adalah+ (. Cangguan ansietas umum .. <nsietas yang berhubungan dengan depresi 0. <nsietas yang berhubungan dengan phobia /. Cangguan tidur 1. Cangguan stress pascatrauma *. Putus obat dan alcohol ;. <nsietas yang berhubungan dengan penyakit medis =. %elaksasi musculoskeletal ). Cangguan kejang (H. <nsietas pra operasi Bang perlu diperhatikan oleh Perawat Ben-odia-epine pada umumnya tidak menjadi adiktif kuat jika penghentian pemberiannya dilakukan secara bertahap, jika obat ini digunakan untuk tujuan yang tepat, dan jika penggunaanya disertai dengan penggunaan -at lain, seperti penggunaan kronis barbiturate atau alcohol. Pengawasan dilakukan terhadap+ (. Sedasi .. <taksia 0. !ritabilitas /. 2asalah memori ben-odia-epine mempunyai indeks terapeutik yang sangat tinggi, sehingga o6erdosis obat ini saja hampir tidak pernah menyebabkan fatalitas. @fek samping merupakan hal yang umum, berhubungan dengan dosis, tidak selalu membahayakan >onben-odia-epin Sebagian besar digunakan oleh ben-odia-epine walaupun obat tersebut kadang masih digunakan. &ewaspadaan perawat. Penggunaan barbiturate menyebabkan banyak kerugian seperti berikut ini. (. ,erjadi toleransi terhadap afek antiansietas dari barbiturat .. bat ini lebih adiktif 0. bat ini menyebabkan reaksi serius dan bahkan reaksi putus obat yang letal

/. 1.

bat ini berbahaya jika terjadi o6erdosis dan menyebabkan defresi SSP bat ini mempunyai berbagai interaksi obat yang berbahaya.

PERAN PERA%AT "A AM PEMBERIAN OBAT Perawat memiliki beberapa peran, salah satu peran perawat adalah caregi6er, untuk bisa menjadi seorang caregi6er maka perawat harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang pemberian psikofarmakologis. Peran perawat dalam proses psikofarmakologis sbb+ (. Pengkajian pasien .. &oordinasi modalitas terapi 0. Pemberian agens psikofarmakologis. /. Pemantauan efek obat 1. Penyuluhan pasien *. Program rumatan obat ;. Partisipasi dalam penelitian =. &ewenangan untuk memberikan resep Pengumpulan data sebelum pengobatan, meliputi+ F Diagnosa medis F %iwayat penyakit F %iwayat pengobatan F 'asil pemeriksaan laboratorium "yang berkaitan# 7enis obat yang digunakan, dosis, cara dan waktu pemberian Program terapi lain 2engkombinasikan obat dengan terapi modalitas Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga, tentang pentingnya minum obat dan penanganan efek samping obat 2onitor efek samping penggunaan obat 2elaksanakan prinsip pengobatan psikofarmako (. Persiapan F 2elihat order pemberian obat di lembaran obat "di status# F &aji setiap obat yang akan diberikan termasuk tujuan, cara kerja obat, dosis, efek samping dan cara pemberian F &aji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat F &aji kondisi klien sebelum pengobatan .. ?akukan minimal prinsip lima benar dalam pemberian obat 0. ?aksanakan program pemberian obat F Cunakan pendekatan tertentu F Bantu klien minum obat, jangan ditinggal F Pastikan bahwa obat telah diminum F Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat, sebagai aspek legal /. ?aksanakan program pengobatan berkelanjutan, melalui program rujukan. 1. 2enyesuaikan dengan terapi non farmakologik *. ,urut serta dalam penelitian tentang obat-obatan psikofarmako E+A #ASI %eaksi obat efektif jika+ (. @mosional stabil .. &emampuan berhubungan interpersonal meningkat 0. 'alusinasi, agresi, delusi, menarik diri menurun /. Perilaku mudah diarahkan 1. Proses berpikir ke arah logika *. @fek samping obat ;. ,anda-tanda 6ital+ tekanan darah, denyut nadi

Demikianlah pembahasan tentang psikofarmakologi, dan mudah-mudahan dapat menjadi sedikit informasi bagi kita untuk membuat perawatan kita ke pasien jiwa lebih baik lagi. PERAN PERA%AT "A AM PSIKOFARMAKO OGI Perawat memiliki beberapa peran, salah satu peran perawat adalah caregi6er, untuk bisa menjadi seorang caregi6er maka perawat harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang pemberian psikofarmakologis. Peran perawat dalam proses psikofarmakologis sbb+ (. Pengkajian pasien .. &oordinasi modalitas terapi 0. Pemberian agens psikofarmakologis. /. Pemantauan efek obat 1. Penyuluhan pasien *. Program rumatan obat ;. Partisipasi dalam penelitian =. &ewenangan untuk memberikan resep <ntiansietas dan hipnotik-sedatif dibagi menjadi dua kategori+ ben-odia-epine dan nonben-odia-epen, yang mencakup beberapa kelas obat. Ben-odia-epine 2anfaat klinis Ben-odia-epine adalah obat yang sering diresepkan dalam penatalaksanaan ansietas, insomnia, dan kondisi yang berhubungan dengan stres. !ndikasi utama dalam penggunaan ben-odia-epine adalah+ (. Cangguan ansietas umum .. <nsietas yang berhubungan dengan depresi 0. <nsietas yang berhubungan dengan phobia /. Cangguan tidur 1. Cangguan stress pascatrauma *. Putus obat dan alcohol ;. <nsietas yang berhubungan dengan penyakit medis =. %elaksasi musculoskeletal ). Cangguan kejang (H. <nsietas pra operasi Bang perlu diperhatikan oleh Perawat Ben-odia-epine pada umumnya tidak menjadi adiktif kuat jika penghentian pemberiannya dilakukan secara bertahap, jika obat ini digunakan untuk tujuan yang tepat, dan jika penggunaanya disertai dengan penggunaan -at lain, seperti penggunaan kronis barbiturate atau alcohol. Pengawasan dilakukan terhadap+ (. Sedasi .. <taksia 0. !ritabilitas /. 2asalah memori ben-odia-epine mempunyai indeks terapeutik yang sangat tinggi, sehingga o6erdosis obat ini saja hampir tidak pernah menyebabkan fatalitas. @fek samping merupakan hal yang umum, berhubungan dengan dosis, tidak selalu membahayakan >onben-odia-epin Sebagian besar digunakan oleh ben-odia-epine walaupun obat tersebut kadang masih digunakan. &ewaspadaan perawat.

Penggunaan barbiturate menyebabkan banyak kerugian seperti berikut ini. (. ,erjadi toleransi terhadap afek antiansietas dari barbiturat .. bat ini lebih adiktif 0. bat ini menyebabkan reaksi serius dan bahkan reaksi putus obat yang letal /. bat ini berbahaya jika terjadi o6erdosis dan menyebabkan defresi SSP 1. bat ini mempunyai berbagai interaksi obat yang berbahaya.

You might also like