You are on page 1of 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Manajemen Aset. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini. Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Jatinangor, Februari 2014

Penulis,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1 1.2. Permasalahan ........................................................................................................................ 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 3 2.1. Penguasaan Tanah oleh Instansi Pemerintah ....................................................................... 3 2.2. Tertib Administrasi Pertanahan .......................................................................................... 10 2.3. Pendaftaran Tanah .............................................................................................................. 11 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ............................................................. 12 3.1. Tujuan Penelitian................................................................................................................ 12 3.2. Manfaat Penelitian.............................................................................................................. 12 BAB VI HASIL PEMBAHASAN ........................................................................................... 13 4.1 Dasar-Dasar Hukum Penguasaan Hak Atas Tanah Oleh InstansiPemerintah Sebagai Titel Yang Sah Penguasaan Hak. ............................................................................................. 13 4.2 Hak-Hak Atas Tanah Yang Dapat Dipunyai Oleh Instansi Pemerintah ............................. 14 4.3 Perbuatan-Perbuatan Hukum Yang Dapat Dilakukan OlehPemerintah Kota Bandung Dalam Rangka Pengelolaan Aset TanahInstansi Pemerintah.......................................... 19 BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 25 5.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 25 5.2 Saran .................................................................................................................................... 25 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 26

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Tanah memiliki arti yang sangat penting bagi setiap individu dalam masyarakat; karena selain mempunyai hubungan yang erat dengan keberadaan individu manusia dalam lingkungannya dan kelangsungan hidupnya, juga mempunyai nilai ekonomis yang dapat dicadangkan sebagai sumber pendukung kehidupan manusia di masa mendatang. Arti penting tanah bagi kelangsungan hidup manusia, karena disanalah manusia hidup, tumbuh dan berkembang, bahkan secara sekaligus merupakan tempat dikebumikan pada saat meninggal dunia.Oleh sebab itu tanah selain memiliki nilai ekonomi yang tinggi juga mengandung aspek spiritual. Selain dijadikan sebagai tempat bermukim atau tempat yang dapat memberikan penghidupan kepada individu manusia untuk melakukan kegiatan mata pencahariannya; keberadaan tanah ini sangat diperlukan untuk melakukan pembangunan dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat (warga kota Bandung). Tuntutan untuk melaksanakan pembangunan membuka peluang untuk melaksanakan kerjasama dengan pihak ketiga, termasuk terhadap pembangunan yang dilakukan di atas lahan tanah milik instansi pemerintah (Pemerintah Kota Bandung). Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No.03 Tahun 2004, kerjasama dengan pihak ketiga ini dapat dilakukan antara lain dengan mekanisme kerja sama diantaranya bangun, kelola, sewa, serah (build, operate, and transfer/BOT), kerjasama renovasi, kelola, serah (renovate, operate, transfer/ROT). Pihak ketiga/swasta yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Bandung seringkali membutuhkan sejumlah dana untuk menjalankan usahanya yang dapat diperoleh melalui jasa perbankan, sehingga membutuhkan jaminan berupa Hak Guna Bangunan yang diberikan di atas Hak Pengelolaan Pemerintah Kota Bandung. Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pembangunan, khususnya pembangunan yang dilaksanakan di atas lahan tanah milik Pemerintah Kota Bandung, diperlukan kejelasan dan kepastian mengenai dasar-dasar penguasaan hak atas tanah oleh Pemerintah Kota Bandung 1

terhadap lahan tanah tertentu tersebut terlebih dahulu, sebelum Pemkot Bandung dapat memberikan suatu hak atas tanah bagi pihak ketiga selaku mitra kerja sama dengan suatu hak atas tanah tertentu menurut UUPA yaitu Hak Guna Bangunan. Demikian halnya untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum atas pengelolaan aset tanah Pemerintah Kota Bandung, diperlukan dukungan dasar-dasar penguasaan yang sah baik dalam perolehannya, pelepasan maupun dalam perbuatan-perbuatan hukum lainnya. Hal ini dimaksudkan, agar Pemkot tidak terjebak pada situasi: telah memberikan suatu hak atas tanah kepada pihak ketiga melebihi apa yang dipunyainya. Mengingat akan pentingnya hal itu, maka dilakukan pengaturan terhadap aset tanah Instansi Pemerintah yang meliputi perolehan, pelepasan, maupun perbuatan-perbuatan hukum lainnya di dalam berbagai peraturan perundangundangan; karena aset tanah Instansi Pemerintah secara nota bene merupakan barang milik negara. Pengelolaan terhadap barang milik negara telah diatur dalam UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Di dalam pengelolaan aset tanah Pemkot Bandung, tidak dapat dipungkiri diperlukan kerja sama dari pihak ketiga sebagai mitra kerja sama, karena tidak adanya dana/tidak cukup tersedia dana untuk melakukan kegiatan operasional/ pembangunan/maupun pemeliharaannya. Pada sisi lain pihak ketiga tersebut memerlukan bantuan dana atau jasa perbankan untuk membiayai kegiatan usahanya; akan tetapi kucuran dana dari pihak perbankan untuk saat ini tidak dapat direalisasikan karena berlakunya kedua aturan tersebut yang menyatakan barang milik negara/daerah dilarang untuk dijadikan objek Hak Tanggungan. 1.2. Permasalahan Berdasarkan gambaran tersebut permasalahan dalam penelitian ini dapat

diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Bagaimana dasar-dasar hukum penguasaan hak atas tanah oleh Instansi Pemerintah Sebagai titel yang sah penguasaan hak ? 2. Apakah hak-hak atas tanah yang dapat dipunyai oleh Instansi Pemerintah ?

3. Apakah perbuatan-perbuatan hukum yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam rangka pengelolaan aset tanah Instansi Pemerintah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penguasaan Tanah oleh Instansi Pemerintah UU No.5 Tahun 1960 (UUPA) beserta peraturan pelaksanaannyamerupakan perangkat hukum yang mengatur bidang pertanahan, danmenciptakan Hukum Tanah Nasional yang tunggal didasarkan pada hokum adat. Hukum adat sebagai dasar UUPA, adalah hukum aslinya golonganrakyat Indonesia yang merupakan hukum yang hidup dalam bentuk tidak tertulis dan mengandung unsur-unsur nasional yang asli, yaitu sifatkemasyarakatan dan kekeluargaan, yang berasaskan keseimbangan sertadiliputi oleh suasana keagamaan. Hukum adat sebagai hukum positif (hukum yang berlaku), merupakanrangkaian normanorma hukum yang menjadi pegangan bersama dalamkehidupan bermasyarakat.Norma hukum adat sebagai sumber hukum tidak tertulis, adalah rumusan para ahli (hukum) dan Hakim.Rumusan tersebutbersumber pada rangkaian kenyataan mengenai sikap dan tingkah laku paraanggota masyarakat hukum adat dalam menerapkan konsepsi dan asas-asashukum yang merupakan perwujudan kesadaran hukum warga masyarakathukum adat tersebut dalam menyelesaikan kasus-kasus konkret yang dihadapi.Keberadaan tanah dalam hukum adat yang dikenal sebagai hak ulayat beradadalam penguasaan masyarakat hukum adat (Persekutuan hukum adat) dan diperuntukan bagi segenap masyarakat adat. Keberadaan tanah jugamerupakan sumber penghidupan dan kesejahteraan bagi wargamasyarakatnya.Hukum adat sebagai konsepsi yang mendasari Hukum Tanah Nasional,adalah konsepsi yang komunalistik religius yang memungkinkan penguasaantanah secara individual dengan hak-hak atas tanah yang bersifat pribadi,sekaligus mengandung unsur kebersamaan. Dalam hal ini diakui oleh UUPAbahwa hakhak atas tanah mempunyai fungsi sosial dalam pengertian ini,keperluan tanah tidak dipergunakan semata-mata untuk kepentingan pribadi,kegunaannya harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat dari haknya sehingga bermanfaat baik untuk kesejahteraan dan kebahagiaan yang

mempunyai serta baik dan bermanfaat untuk masyarakat dan kepentingan Negara Dalam konteks fungsi sosial ini, kepentingan perseorangan dankepentingan masyarakat haruslah saling imbang mengimbangi sebagai dwitunggal Pengertian ini merupakan penyangkalan terhadap hak subjektif daritanah yang dikemukakan oleh Leon Duguit, yang menyatakan bahwapemakaian sesuatu hak 3

atas tanah hanya memperhatikan kepentingan suatumasyarakat semata-mata dan mengingkari keberadaan hak individu Keberadaan hak subjektif diakui oleh UUPA disamping

hak masyarakat atas tanah; dengan cara negara memberikan perlindungan hukumdan kepastian hukum bagi setiap pemegang hak atas suatu bidang tanah Perlindungan hukum dan kepastian hukum dalam pendayagunaan danpemanfaatan pendayagunaan tanah tertuang dalam dan pemanfaatan berbagai peraturan aset instansi

perundang-undangan.Pengaturan

tanah

pemerintahtelah diatur dalam UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara joPeraturan Pemerintah No.6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Dalam rangka memberikan perlindungan hukum terhadaptanah asset instansi pemerintah dan kepastian hukum dalam kepemilikannyaperlu didasari oleh dasar-dasar penguasaan hak yang sah agar dengan mudahdapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak atas tanah

yangbersangkutan.Perlindungan dan kepastian hukum kepada pemegang hak atastanah dapat diberikan melalui pendaftaran tanah.Dengan ini, kepada pemegang hak atas tanah diberikan Sertipikat sebagai tanda bukti haknya. Inilah yang menjadi tujuan utama pendaftaran tanah yang penyelenggaraannya diperintahkan oleh Pasal 19 UUPA. Dengan demikian memperoleh Sertipikatbukan sekedar fasilitas melainkan merupakan hakpemegang hak atas tanahyang dijamin oleh Undang-Undang Sertipikat adalah tanda bukti hak sebagaimana dimaksud Pasal 19 ayat (2) UUPA untuk suatu Hak Atas Tanah(sebagaimana tertuang dalam Pasal 16 ayat 1 UUPA) ,

Hak Pengelolaan, Hak Milik atas Satuan Rumah Susun, dan Hak Tanggungan, yang masingmasingsudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan. Sedang buku tanah adalah, dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan datateknis suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya Data yuridis dan data teknis tersebut keduanya harus teridentifikasidengan baik, agar data-data tersebut selalu dalam keadaan mutakhir. Oleh karenanya kepada setiap pemegang hak atas tanah dikenakan suatukewajiban untuk selalu mendaftarkan perubahan-perubahan yangdimaksudkan kepada Kantor Pendaftaran Tanah. Perubahan mana dapat terjadikarena dilakukannya perbuatan-perbuatan hukum tertentu oleh pemegang hak atas tanah yang bersangkutan diantaranya adalah perolehan hak, pelepasanhak, dan perbuatan-perbuatan hukum lainnya yang bermaksud mengalihkanhak atas tanahnya.Tanah merupakan sumber daya penting dan strategis karenamenyangkut hajat hidup seluruh rakyat Indonesia yang sangat mendasar.Disamping itu tanah juga memiliki karakteristik 4

yang bersifat multi-dimensi,multi-sektoral, multi-disiplin dan memiliki kompleksitas yang tinggi.Sebagaimana diketahui masalah tanah memang merupakan masalah yang saratdengan berbagai kepentingan, baik ekonomi, sosial, politik, bahkan untuk Indonesia, tanah juga mempunyai nilai religius yang tidak dapat diukur secaraekonomis.Hak-hak penguasaan atas tanah berisikan serangkaian wewenang,kewajiban dan/ atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatudengan tanah yang dihaki. Sesuatu disini adalah yang boleh, wajib, dan/ atau dilarang untuk diperbuat itulah yang merupakan tolok pembeda antaraberbagai hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam Hukum Tanah Negarayang bersangkutan. Kita juga mengetahui, bahwa hak-hak penguasaan atas tanah itu dapat diartikan sebagai lembaga

hukum, jika belum dihubungkandengan tanah dan subjek tertentu. Hak-hak penguasaan atas tanah dapat jugamerupakan hubungan hukum konkret (subjective recht), jika sudahdihubungkan dengan tanah tertentu dan subjek tertentu sebagai pemeganghaknya. Dari waktu ke waktu, seiring dengan pertambahan penduduk,kemajuan teknologi dan industri, serta pergeseran budaya, jumlah kebutuhanakan tanah terus meningkat. Pergeseran budaya misalnya, telah merubah corak negara Indonesia yang dulu agraris menjadi negara yang secara perlahan mengarah pada negara Industri.Tanah yang dulu menjadi sumber mata pencaharian utama sebagian besar rakyat khususnya di bidang pertanian, kini pemanfaatannya bergeser sebagai lahan yang diperuntukkan bagi industri dan perdagangan.Kebijakan pembangunan pemerintah yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi dengan fokus pembangunan di bidang industri dan perdagangan, tanpa memperhatikan masalah agraria sebagai basis pembangunan telah berdampak pada alih fungsi tanah sekaligus magernalisas imasyarakat pedesaan.Alih fungsi tanah juga terjadi di daerah perkotaan.Seiring denganmeningkatnya aktivitas pembangunan khususnya di kota-kota besar, banyak lahan dan pemukiman penduduk di sekitar pusat pemerintahan dan pusat perdagangan beralih fungsi menjadi pabrik, pertokoan, atau fasilitas umumlainnya. Meningkatnya kebutuhan akan tanah yang diperuntukkan bagi kegiatan pembangunan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun olehswasta membawa konsekuensi pada pemerintah untuk menyediakan lahanbagi kegiatan tersebut, sementara lahan yang tersedia bersifat terbatas.Keadaan ini memaksa pemerintah untuk melakukan pengambilalihan tanahrakyat. Dalam prakteknya pengambilalihan tanah untuk kepentingan umumbaik yang

dilakukan oleh Pemerintah maupun swasta sering kali menjadi salahsatu penyebab sengketa atas tanah yang terjadi di hampir seluruh wilayahIndonesia.Implementasi strategi pembangunan 5

nasional sangat berpengaruh padapelaksanaan Hak Menguasai Negara yang dilakukan oleh pemerintah, yaitudengan menerapkan kebijakan pertanahan yang arah dan tujuannya untuk mendukung pelaksanaan pembangunan tersebut. Berbagai peraturanpertanahan dan peraturan lainnya yang memerlukan akses tanah cenderungmengedepankan kepentingan pemilik modal. Lemahnya posisi rakyat terutamaterhadap akses informasi pertanahan seperti sertifikasi dan keterbatasanpengetahuan akan hak-hak yang dimilikinya menjadikannya

sasarankesewenang-wenangan.Ketentuan Pasal 28H Ayat (4) UUD 1945 merupakan komitmennegara dalam mengakui dan menghormati hak milik perorangan, termasuk hak warganegara atas tanah. Namun hak atas tanah yang berlaku di Indonesia tidak bersifat mutlak, artinya tidak sepenuhnya dapat dipertahankan terhadapsiapapun oleh pemegang hak.Dalam kondisi tertentu dimana kepentingannegara menghendaki, maka pemegang hak atas tanah harus rela melepaskan haknya untuk kepentingan yang lebih besar.Jika ditilik dari konstitusi, UUD1945 telah menggariskan bahwa bumi air dan kekayaan alam yang terkandungdi dalamnya dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. UUPA,sebagai peraturan dasar yang menjadi acuan dari keberadaan berbagaiperaturan perundangan bidang pertanahan juga mengakui prinsip-prinsip yangmenggariskan bahwa negara menjamin hak-hak masyarakat atas tanahnya danmemberikan pengakuan atas hak-hak atas tanah yang ada di masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa tugas negara untuk menyelenggarakankesejahteraan umum bagi warganya termasuk dalam melindungi hak-hak warga negara atas tanah. Hal ini Pemerintah, kemudian diperkuat dandilegitimasi oleh Ketetapan MPR Nomor IX Tahun 2001 yang di dalamnyamengamanatkan kepada pemerintah untuk melakukan berbagai hal baik menyangkut upaya penataan, penguasaan, pemilikan, penggunaan,peruntukkan, dan penyediaan tanah yang semuanya diletakan dalam kerangkamembangun kesejahteraan rakyat secara

berkelanjutan.Terkait dengan kewenangan pemerintah untuk mengatur penggunaan,peruntukkan dan penyediaan tanah maka hak-hak privat yang terkristalisasidalam berbagai hak sebagaimana tertuang dalam Pasal 16 UUPA harus tunduk pada peraturan-peraturan yang didasarkan pada hak menguasai dari negaraatas tanah dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Termasuk dalamhal ini hak milik atas tanah warga dapat diambil alih atau dicabut haknya guna pemenuhan kebutuhan atas tanah yang diperuntukkan bagi pelaksanaankegiatan pembangunan untuk kepentingan umum.

Mengingat pengambilalihan tanah menyangkut hak-hak individu ataumasyarakat, maka pengambilalihan tanah harus memperhatikan prinsipkeadilan sehingga tidak merugikan pemilik asal.Upaya menjembatani kepentingan rakyat atas tanahnya danpemenuhan kebutuhan tanah untuk kegiatan pembangunan telah dilakukanpemerintah dengan mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk KepentinganUmum sebagai pengganti Keppres No.55 Tahun 1991.Pada dasarnya masyarakat tidak keberatan jika tanah miliknya harusdiambilalih untuk kepentingan pembangunan yang tujuannya adalah untuk kesejahteraan bersama, Namun praktek-praktek pengambilalihan tanah selamaini seringkali dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk keuntungan sendiri dengan berkedok kepentingan umum, telah menciptakankeraguan pada masyarakat setiap kali ada kegiatan pengambilalihan tanahuntuk kepentingan umum.Semua Hak atas Tanah mempunyai fungsi sosial, untuk tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan dan penguasaan tanah yang melebihi batas tidak diperkenankan. Pemerintah menetapkan luas maksimumdan/ atau minimum tanah yang dapat dipunyai oleh suatu keluarga atau badanhukum. Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum tersebut diambil oleh Pemerintah dengan ganti kerugian, untuk selanjutnya dibagikankepada rakyat yang

membutuhkannya.Pengelolaan barang milik negara/daerah sebagaimana diatur dalamPeraturan Pemerintah ini dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asassebagai berikut: a. Asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahanmasalah-masalah di bidang pengelolaan barang milik negara/daerahyang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang,pengelola barang dan gubernur/bupati/walikota sesuai

fungsi,wewenang, dan tanggung jawab masing-masing b. Asas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik negara/daerahharus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan; c. Asas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik negara/daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalammemperoleh informasi yang benar. d. Asas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah diarahkanagar barang milik negara/daerah digunakan sesuai batasan-batasanstandar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjangpenyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal

e. Asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik negara/daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat; f. Asas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik negara/daerahharus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalamrangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik negara/daerah Pemerintah serta Nomor. penyusunan 6 Tahun Neraca 2006

Pemerintah.Berdasarkan

Peraturan

tentangPengelolaan Barang Milik Daerah, dinyatakan bahwa Barang milik daerahadalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasaldari perolehan lainnya yang sah termasuk salah satunya tanah. Dalamketentuan tersebut hal-hal penting yang terkait dengan pengelolaan tanahantara lain : 1. Bangun guna serah adalah pemanfaatan barang milik negara/daerahberupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atausarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak laintersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau saranaberikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu. 2. Pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah mempunyaiwewenang: (1) menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah; (2) menetapkan bangunan; (3) menetapkan kebijakan pengamanan barang milik daerah; (4) mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yangmemerlukan persetujuan DPRD; (5) menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan barang milik daerah sesuai batas kewenangannya; (6) menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanahdan/atau bangunan.Pengadaan barang milik negara/daerah dilaksanakan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganantanah dan

berdasarkanprinsip-prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel. Pengaturan mengenai pengadaan tanahdilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan (ketentuanmengenai pertanahan).Dalam pasal 15 Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2006 dinyatakanbahwa barang milik negara/daerah dapat ditetapkan status penggunaannyauntuk 8

penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementeriannegara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah, untuk dioperasikan olehpihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas pokok dan fungsi kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerahyang bersangkutan. Terkait dengan permasalahan pertanajan p dalam dilakukan

pasal16 dinyatakan bahwa penetapan status penggunaan tanah dan/ataubangunan

dengan ketentuan bahwa tanah dan/atau bangunantersebut diperlukan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok danfungsi pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang yang bersangkutan. Pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang wajibmenyerahkan tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan) kepada: 1. pengelola barang untuk barang milik negara; atau 2. gubernur/bupati/walikota melalui pengelola barang untuk barangmilik daerah.

Dalam pasal 17 dinyatakam Pengelola barang menetapkan barangmilik negara berupa tanah dan/atau bangunan yang harus diserahkan olehpengguna barang karena sudah tidak digunakan untuk menyelenggarakantugas pokok dan fungsi instansi bersangkutan.

Gubernur/bupati/walikotamenetapkan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yangharus diserahkan oleh pengguna dan barang fungsi karena sudah tidak digunakanuntuk menetapkan

menyelenggarakan

tugas

pokok

instansi bersangkutan.Dalam

penyerahan, pengelola barang memperhatikan hal-halsebagai berikut: a. standar kebutuhan tanah dan/atau bangunan untuk menyelenggarakandan menunjang tugas pokok dan fungsi instansi bersangkutan; b. hasil audit atas penggunaan tanah dan/atau bangunan.

Tindak lanjut pengelolaan atas penyerahan tanah dan/atau bangunanmeliputi hal-hal sebagai berikut: a. ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan tugaspokok dan fungsi instansi pemerintah lainnya; b. dimanfaatkan dalam rangka optimalisasi barang milik negara/daerah; dipindahtangankan Terkait dengan pemanfaatan tanah dalam BAB VI Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2006 dinyatakan hal-hal antara lain : 9

1. Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunandilaksanakan oleh pengelola barang setelah mendapat persetujuangubernur/bupati/walikota. 2. Pemanfaatan barang milik negara/daerah berupa tanah dan/atau bangunanyang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsipengguna barang/kuasa pengguna barang dilakukan oleh pengguna barangdengan persetujuan pengelola barang. 3. Pemanfaatan barang milik negara/daerah selain tanah dan/atau bangunandilaksanakan oleh pengguna barang dengan persetujuan pengelola barang; 4. Pemanfaatan barang milik negara/daerah dilaksanakan berdasarkanpertimbangan teknis dengan memperhatikan kepentingan negara/daerah dankepentingan umum.

2.2. Tertib Administrasi Pertanahan Penyelenggaraan pendaftaran tanah dalam masyarakat merupakan tugasNegara yang dilaksanakan oleh Pemerintah bagi kepentingan rakyat dalamrangka memberikan kepastian hukum bidang pertanahan, dan untuk memperoleh kekuatan hokum rangkaian kegiatan pendaftaran tanah secarasistematik, pengajuan kebenaran materiil pembuktian data fisik dan datayuridis hak atas tanah, ataupun lain hal yang dibutuhkan sebagai dasar hak Proyekproyek administrasi pertanahan seprti Proyek Ajudikasi dan Proyek Nasional Agraria(prona) yang biayanya 100% ditanggung oleh pemerintah dan dibebankankepada APBN walaupun sebagian besarnya berasal dari pinjaman luar negeri(bank Dunia) memang mempunyai misi khusus yaitu mempercepat prosespendaftaran tanah, dan pemerataanPenatausahaan barang milik negara/daerah meliputi pembukuan,inventarisasi, dan pelaporan. barang milik

negara/daerah yang berada dibawah penguasaan pengguna barang/kuasa pengguna barang harus dibukukanmelalui proses pencatatan dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna oleh kuasapengguna barang, Daftar Barang Pengguna oleh pengguna barang dan DaftarBarang Milik Negara/Daerah oleh pengelola barang. Proses inventarisasi, baik berupa pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan barang milik negara/daerah merupakan bagian dari penatausahaan. Hasil dari prosespembukuan dan inventarisasi diperlukan dalam melaksanakan prosespelaporan barang milik negara/daerah yang dilakukan oleh kuasa penggunabarang, pengguna barang, dan pengelola barang.Hasil penatausahaan barang 10 milik negara/daerah digunakan dalam

rangka:penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah setiap tahun; perencanaankebutuhan pengadaan dan pemeliharaan barang milik negara/daerah setiaptahun untuk digunakan sebagai bahan penyusunan rencana anggaran;pengamanan administratif terhadap barang milik negara/daerah.

2.3. Pendaftaran Tanah Pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian kegiatan, yang dilakukan olehNegara/ Pemerintah secara terus menerus dan teratur, berupa pengumpulanketerangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada diwilayah-wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dan penyajiannya bagikepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan, termasuk penerbitan tanda buktinya danpemeliharaannya. Kata-kata suatu rangkaian kegiatan menunjuk kepada adanya berbagaikegiatan dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah, yang berkaitan satudengan yang lain, berturutan menjadi satu kesatuan rangkaian yang bermuarapada tersedianya data yang diperlukan dalam rangka memberikan jaminankepastian hukum dibidang pertanahan bagi rakyat.Kata terus menerus menunjuk kepada pelaksanaan kegiatan, yangsekali dimulai tidak akan ada akhirnya. Data yang sudah terkumpul dantersedia harus selalu dipelihara, dalam arti disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian, hingga tetap sesuai dengan keadaanterakhir.Kata teratur menunjukan, bahwa semua kegiatan harus berlandaskanperaturan perundang-undangan yang sesuai, karena hasilnya akan merupakandata bukti menurut hukum, biarpun daya kekuatan pembuktiannya tidak sulalu penguasaan tanah.Kegiatan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan kegiatan pemeliharaan data yang tersedia.

11

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui, mengkaji, menganalisis dasar-dasar hukum penguasaan hak atas tanah oleh Instansi Pemerintah sebagai titel yang sah daripenguasaan hak. 2. Mengetahui hak-hak atas tanah yang dapat dipunyai oleh InstansiPemerintah. 3. Mengetahui, mengkaji dan menganalisis perbuatan-perbuatan hukum aset yangdapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung dalam rangkapengelolaan tanah Instansi Pemerintah.

3.2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis dan praktis bagikalangan akademisi maupun jajaran Pemerintah Kota Bandung, yaitu : 1. Kegunaan Teoritis :Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah dan memberisumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnyadan pengembangan ilmu hukum agraria, ilmu hukum administrasi negaradan hukum perdata pada khususnya. 2. Kegunaan Praktis :Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat/menambahwawasan pengetahuan terutama bagi kalangan masyarakat pemerhati masalah-masalah dalam pembangunan, khususnya dalam rangkapembangunan yang dilaksanakan di Kota Bandung. Juga diharapkan dapatmemberi masukan kepada Pemerintah Kota Bandung sebagaipenyelenggara pemerintahan yang berkewajiban melakukan pengelolaanterhadap asset tanah yang dimiliki dan dikuasainya.

12

BAB VI
HASIL PEMBAHASAN

4.1 Dasar-Dasar Hukum Penguasaan Hak Atas Tanah Oleh InstansiPemerintah Sebagai Titel Yang Sah Penguasaan Hak. 1. Pengadaan Tanah : Peraturan Presiden Nomor .36 Tahun 2005 jo Peraturan PresidenNomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi PelaksanaanPembangunan untuk Kepentingan Umum telah menggantikan KeppresNo.55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi

PelaksanaanPembangunan Untuk Kepentingan Umum. Menurut Pasal 1 PerpresNomor 65 Tahun 2006 Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yangmelepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Cakupan Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum : a. Pasal 2 (1) Perpres No mor 36 Tahun 2005 jo 65 Tahun 2006 :Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentinganumum oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilaksanakan dengancara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. b. Pasal 2 ayat (2) Perpres Nomor 36 Tahun 2005 jo 65 Tahun 2006 :Pengadaan tanah selain bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilakukan dengan cara jual beli, tukar menukar, atau cara lain yang disepakatisecara sukarela oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

Tukar Menukar/ Ruislag Keppres No.16 Tahun 1994 jo Keppres No.24 Tahun 1995 danSurat Keputusan Menteri Keuangan RI No.360/KMK.03/1994 tentangTata Cara Tukar Menukar Barang Milik/Kekayaan Negara danPMNA/Kepala BPN No. 500-468 tanggal 12 Pebruari Tahun 1996 tentangMasalah Ruislag

13

Tanah-Tanah Pemerintah menyatakan bahwa: a. Tukar Menukar/ Ruislag Barang Milik/Kekayaan Negara adalahpengalihan pemilikan dan atau penguasaan barang tidak bergerak milik Negara kepada pihak lain dengan menerima penggantian utama dalambentuk barang tidak bergerak dan tidak merugikan negara (Pasal 1Keputusan Menteri Keuangan RI No.360/KMK.03/1994)

b. Ruislag dapat dilakukan antara Departemen/LPND dengan Pemda,BUMN, BUMD, Koperasi dan Swasta (Pasal 4 Keputusan MenteriKeuangan RI No.360/KMK.03/1994)Untuk tukar menukar tanah perlu izin dari Menteri Keuangan dan telahditetapkan keanggotaan Panitia Penaksir (untuk menaksir harga tanahdengan menggunakan komponen nilai/harga yang ada, yaitu harga dasar,NJOP, harga umum (dari PPAT) diambil angka tertinggi. Segera diikutidengan pensertifikatan tanah yang telah dilepas oleh instansi Pemerintah,dan terhadap tanah pengganti diminta haknya oleh Instansi Pemerintahyang menerimanya dan kemudian didaftarkan sebagai aset pihak penerimaatau aset Instansi Pemerintah yang bersangkutan.Dalam penyelesaian hak atas tanah untuk masing-masing pihak,sebelum dilakukan

4.2 Hak-Hak Atas Tanah Yang Dapat Dipunyai Oleh Instansi Pemerintah 1.Pengertian Instansi Pemerintah Dalam Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional tanggal 4Mei 1992 Nomor 5001255 dan PMNA Nomor 1 Tahun 1994, yangtermasuk instansi pemerintah adalah : a. Letina b. Departemen c. LPND d. PemdaDilihat dari aspek Instansi Pemerintah sebagai subyek hak atas tanahadalah : a. Letina b. Departemen 14

c. LPND d. Pemerintah Kabupaten/Kota e. Bank Milik Pemerintah f. Bank Milik Daerah g. BUMD h. PT Persero

2. Tanah Aset Instansi Pemerintah Barang Milik/Kekayaan Negara berdasarkan SK MenkeuNo.470/KMK 01/1994 tanggal 20-09-1994, adalah : a. Barang bergerak/tidak bergerak b. Dimiliki/dikuasai oleh Instansi Pemerintah c. Dibeli atas beban APBN d. Perolehan lain yang sahSurat Keputusan Menteri Keuangan RI No.360/KMK.03/1994 tentangTata Cara Tukar Menukar Barang Milik/Kekayaan Negara jo SuratMenteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional tanggal 12-02-1996 Nomor 500-468) menyatakan antara lain : a. Tanah-tanah bukan tanah pihak lain dan telah dikuasai baik secara fisik maupun secara yuridis oleh Instansi Pemerintah yang bersangkutan b. Tanah dikelola dan dirawat dengan dana Instansi Pemerintah yangbersangkutan c. Telah terdaftar dalam Daftar Inventaris Instansi Pemerintah yangbersangkutanBila secara fisik telah dihuni atau dipergunakan atau dikuasai olehpihak lain harus seijin atau atas persetujuan dari instansi yangbersangkutan dengan hubungan hukum yang jelas. Tanahtanah dimaksudadalah meliputi tanah-tanah yang telah bersertipikat (terdaftar) dan yangbelum bersertipikat (belum terdaftar).Dalam hal ini idak termasuk dalam pengertian aset pemerintah adalahtanah kepunyaan pihak lain yang dikuasai atau digunakan ataudimanfaatkan oleh Instansi Pemerintah atau disebut dengan tanah dalampenguasaan.

15

3. Ciri-Ciri Tanah Aset Instansi Pemerintah Yang Belum Bersertifikat Berdasarkan Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor110.500.1255 Tanggal 4 Mei 1992 Ciri-Ciri Tanah Aset InstansiPemerintah Yang Belum Bersertifikat antara lain: a. Tanah yang dikuasai berdasarkan Stb.1911.110.110 (tentangPenguasaan Benda-Benda Tidak Bergerak, Gedung-Gedung dll). JikaInstansi Pemerintah menguasai tanah Negara dipelihara denganAnggaran Belanjanya maka tanah tersebut menjadi aset Instansi yangbersangkutan. b. Tanah yang dikuasai berdasarkan Peraturan Pemerintah No.8 Tahun1953 (tentang Penguasaan Tanah-Tanah Negara) Pasal 2; kecuali jikapenguasaan atas tanah negara dengan Undang-Undang atau peraturanlain pada waktu mulai berlakunya Peraturan Pemerintah ini telahdiserahkan kepada suatu Kementerian, Jawatan atau Daerah Swatantra,maka penguasaan atas tanah Negara ada pada Mendagri c. Tanah yang dikuasai berdasarkan UU Nomor 86 Tahun 1958 (tentangNasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda) d. Pembelian Pemerintah berdasarkan Bijblad Nomor 11372 Jo Nomor12476. e. Pembebasan tanah berdasarkan Kepmendagri Nomor 2 Tahun 1976. f. Pengadaan tanah oleh swasta untuk kepentingan umum berdasarkanKeppres Nomor 55 Tahun 1993 Jo PMNA/Kepala BPN Nomor 1Tahun 1994. g. Pelepasan hak secara cuma-cuma oleh pemiliknya. h. Penguasaan secara historis dari bala tentara Jepang : i. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 20/5/7 tanggal 09-05-1950dan Nomor 40/25/13 tanggal 13-05-1953. j. Surat Edaran Ditjen Agraria Nomor 593 /III /Agr Tanggal 07-01-1983: k. Batas waktu mengajukan tuntutan ganti rugi s/d akhir tahun 1953 l. Setelah tahun 1953, tuntutan ganti rugi lewat pengadilanm.

Tanah yang sejak dahulu dikuasai oleh Instansi Pemerintah yangbersangkutan dan tidak pernah ada sengketa.n. Tanah yang dikuasai berdasarkan Pencabutan Hak berdasarkan UUNo.20 Tahun 1961 dll.4.

16

4. Hak Atas Tanah Menurut UUPA : Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UUPA ditentukan adanya bermacam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut tanah yang dapat diberikandan dipunyai oleh orang baik sendirisendiri maupun bersama-samadengan orang-orang lain dan Badan Hukum. Selanjutnya dikemukakanhak-hak atas tanah tersebut dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA yaitu : Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak sewa, Hak membuka Tanah, Hak Memungut Hasil Hutan. Hak Milik Hak milik adalah hak turun-menurun, terkuat dan terpenuh yang dapatdipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam pasal 6yang menyatakan semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.Hak milik tersebut dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

5. Hak Guna Usaha (HGU) Hak guna-usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yangdikuasai langsung oleh Negara, dalam jangka waktu sebagaimanatersebut dalam pasal 29, guna perusahaan pertanian, perikanan ataupeternakan.Hak guna-usaha diberikan atas tanah yang luasnya paling sedikit 5hektar, dengan ketentuan bahwa jika luasnya 25 hektar atau lebihharus memakai investasi modal yang layak dan tehnik perusahaanyang baik, sesuai dengan perkembangan zaman dan dialihkan kepadapihak lain.Hak guna-usaha diberikan untuk waktu paling lama 25 tahun danUntuk perusahaan yang memerlukan waktu yang lebih lama dapatdiberikan hak guna-usaha untuk waktu paling lama 35 tahun. Ataspermintaan pemegang hak dan mengingat keadaan perusahaannya jangka waktu dapat diperpanjang dengan waktu yang paling lama 25tahun.Yang dapat mempunyai hak guna-usaha ialah. 6. Hak Guna Bangunan (HGB) Hak guna-bangunan adalah hak untuk mendirikan danmempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknyasendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. Atas permintaanpemegang hak dan dengan mengingat keperluan serta keadaanbangunan-

bangunannya, jangka waktu tersebut dapat diperpanjangdengan waktu paling lama 20 tahun.dan dapat beralih dan dialihkankepada pihak lain.Subjek dapat mempunyai hak guna-bangunan ialah: a. warga-negara Indonesia; b. badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia danberkedudukan di Indonesia. 17

Terjadinya Hak guna-bangunan : a. mengenai tanah yang dikuasai langsung oleh Negara; karenapenetapan Pemerintah; b. mengenai tanah milik; karena perjanjian yang berbentuk otentik antara pemilik tanah yang bersangkutan dengan pihak yang akanmemperoleh hak guna bangunan itu, yang bermaksudmenimbulkan hak tersebut.

Perwakilan Negara Asing dan Perwakilan Badan Internasional Terjadinya Hak Pakai (Pasal 42 UUPA) : a. Penetapan Pemerintah : Tanah Negara b. Perjanjian Otentik : Tanah Hak Milik, Tanah HPL Pasal 45 ayat (3) PP No.40 Tahun 1996 :Hak Pakai selama dipergunakan diberikan kepada : a. Departemen, LPND, Pemda b. Perwakilan Negara Asing dan Perwakilan Badan Internasional c. Badan Keagamaan dan Sosial

Pasal 53 ayat (1) PP No. 40 Tahun 1996 : Hak Pakai atas tanah hak Pengelolaan dapat dijadikan jaminan utangdengan dibebani hak tanggunganUU No.5 Tahun 1960 (UUPA) Pasal 41 & Pasal 42 : Hak Pakai dapat diberikan selama jangka waktu tertentu atau selamatanah dipergunakan untuk kepentingan tertentu.Artinya :Pemberian Hak Pakai pada hakekatnya hanya memberi wewenangyang terbatas apabila tanahnya tidak dipergunakan sesuai dengan sifatdan tujuan pemberian, Hak Pakai tersebut harus dikembalikan kepadaNegara.

Hak atas Tanah di Luar UUPA yaitu Hak Pengelolaan (HPL) : a. Penjelasan Umum angka II 2 UUPA menyatakan bahwa:Negara dapat memberikan tanah yang dikuasai oleh Negara kepadaorang atau Badan Hukum dengan sesuatu hak menurut peruntukan dankeperluannya, misalnya : HM, HGB, atau HP atau memberikannyadalam pengelolaan kepada suatu Badan Penguasa (Departemen,Jawatan, atau Daerah Swatantra).

18

b. Peraturan Menteri Negara Agraria (PMNA) No. 9 Tahun 1965 :Penguasaan atas tanah Negara tersebut akan dipergunakan untuk kepentingan instansi itu sendiri dikonversi menjadi Hak Pakai (selamadipergunakan), jika penguasaan atas tanah negara tersebutdimaksudkan untuk dapat diberikan dengan sesuatu hak kepada pihak ketiga dikonversi menjadi HPL. c. PMNA 3 Tahun 1999, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun1974 (PMDN) : Pasal berisikan wewenang untuk merencanakan peruntukan danpenggunaan,

menggunakan tanah tersebut untuk keperluanpelaksanaan tugas. Menyerahkan bagianbagian tanah tersebut kepadapihak ketiga menurut persyaratan yang ditentukan oleh pemegangHPL

4.3 Perbuatan-Perbuatan Hukum Yang Dapat Dilakukan OlehPemerintah Kota Bandung Dalam Rangka Pengelolaan Aset TanahInstansi Pemerintah Pelepasan Hak Atas Tanah dan atau bangunanKetentuan Pasal 39 Kepmendagri No.152 Tahun 2004 tentangPedoman Pengelolaan Barang Daerah Pelepasan Hak Atas Tanah danatau bangunan dengan cara antara lain : a. Pelepasan dengan pembayaran ganti rugi (dijual) : Rumah Daerah dapat dijual belikan atau disewakan (Pasal 34 joPasal 35 Kepmendagri No.152 Tahun 2004 tentang PedomanPengelolaan Barang Daerah) yaitu : 1) Rumah Daerah Golongan II yang telah diubah golongannyamenjadi Rumah Golongan III, 2) Rumah Daerah Golongan III yang telah berumur 10 tahun 3) Rumah Daerah yang dibangun di atas tanah yang tidak dikuasaioleh Pemerintah Daerah, maka untuk perolehan hak atas tanahnya harus diproses tersendiri sesuai dengan ketentuanperundang-undangan yang berlaku. 4) Pelepasan Hak atas tanah dan penghapusan dari DaftarInventaris ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah setelahharga penjualan atas tanah dan atau bangunannya dilunasi(Pasal 38 Kepmendagri No.152 Tahun 2004 tentang PedomanPengelolaan Barang Daerah).

19

b. Pelepasan dengan tukar menukar atauruislag atau tukar guling.Pelepasan hak atas tanah ditetapkan dengan Keputusan KepalaDaerah setelah mendapatkan persetujuan DPRD (Pasal 39 ayat (2)Kepmendagri No.152 Tahun 2004 tentang Pedoman PengelolaanBarang Daerah). Ketentuan Pinjam Pakai diatur Pasal 41Kepmendagri No.152 Tahun 2004 tentang Pedoman PengelolaanBarang Daerah yang menyatakan bahwa: 1. Untuk kepentingan penyelenggaraan Pemerintah Daerahbarang-barang daerah, baik barang bergerak maupun barangtidak bergerak dapat dipinjampakaikan; 2. Pelaksanaan pinjam pakai ditetapkan dengan Keputusan KepalaDaerah.Pasal 10 PP No.6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan BarangMilik Negara/Daerah menyebutkan bahwa :Pinjam Pakai adalah penyerahan penggunaan barang antarapemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan antarpemerintah daerah dalam jangka waktu tertentu tanpamenerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhirdiserahkan kembali kepada pengelola barang.Dalam ketentuan Pasal 23 PP No.6 Tahun 2006 : (1) Pinjam pakai barang milik Negara/Daerah dilaksanakan antarapemerintah pusat dengan pemerintah daerah atau antarpemerintah daerah. (2) Jangka waktu pinjam pakai barang milik Negara/daerah palinglama 2 tahun dan dapat diperpanjang. (3) Pinjam pakai dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian yangsekurang-kurangnya memuat : Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian Jenis, luas, atau jumlah barang yang dipinjamkan, dan jangka waktunya Tanggung jawab peminjam atas biaya operasional danpemeliharaan selama jangka waktu peminjaman Persyaratan lain yang dianggap perlu.Pasal 8 Perda Kota Bandung No.03 Tahun 2004 tentangPenyelenggaraan Kerja Sama mengatur bentuk-bentuk kerja samasepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku. Pinjam Pakai merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan kerja sama. Adapun yang menjadi Sifat dari PinjamPakai antara lain:

20

a. Cuma-Cuma (Pasal 1740 KUHPerdata) b. Prestasi hanya ada pada satu pihak saja (Perjanjian sepihak : sifatsepihak tersirat dari CumaCuma) c. Yang menerima pinjaman harus bertindak selaku bapak yangbaik, tidak diperkenankan memakainya guna suatu keperluan laindari yang telah ditetapkan dalam perjanjiannya.

Pelanggaran ataslarangan ini menyebabkan peminjam harus bertanggung jawab ataskemunduran atau kemerosotan nilai dari barang (tanah dan ataubangunan) yang dipinjamnya, yang mana apabila tidak melanggarperjanjian maka risiko atas kemerosotan atau kemunduran nilaibarang (tanah dan atau bangunan) menjadi tanggung jawab yangmeminjamkan (Pasal 1747 KUHPerdata) Penyewaan dalam Pasal 42 Kepmendagri No.152 Tahun 2004 tentangPedoman Pengelolaan Barang Daerah: a. Barang milik atau dikuasai Pemerintah Daerah baik barangbergerak maupun barang tidak bergerak dapat disewakan; b. Pelaksanaan penyewaan ditetapkan dengan Keputusan KepalaDaerah.Pasal 44 UUPA : Hak Sewa (tanah) Untuk Bangunan :Seseorang atau suatu Badan Hukum mempunyai hak sewa atastanah, apabila ia berhak mempergunakan tanah milik orang lainuntuk keperluan bangunan, dengan membayar kepada pemiliknyasejumlah uang sewa. Pembayaran sewa dapat dilakukan satu kali, atau tiap-tiap waktutertentu, sebelum atau sesudah tanahnya dipergunakan.

Subjek Hak Sewa (Pasal 45 UUPA) WNI Orang asing yang berkedudukan di Indonesia Badan Hukum yang didirikan menurut Hukum Indonesia danberkedudukan di Indonesia. Badan Hukum Asing yang mempunyai Perwakilan di IndonesiaJangka Waktu Sewa Barang Milik Negara/Daerah (Pasal 22 PP No.6Tahun 2006 :Jangka waktu penyewaan barang milik Negara/daerah paling lamalima tahun dan dapat diperpanjang. 21

1.Penggunaan tanah oleh bukan pemiliknya berdasarkan perjanjiansewa menyewa, diserahkan pada persetujuan pihak-pihak yangberkepentingan, berdasarkan asas kebebasan berkontrak denganmemperhatikan ketentuan yang berlaku dan

memenuhipertimbangan keadilan dan dicegah cara-carapemerasan.(Penjelasan UUPA II angka (7). 2.Perjanjian sewa tertulis : maka sewa berakhir demi hukum(otomatis), apabila waktu yang ditentukan sudah habis, tanpa harusada suatu pemberitahuan (Pasal 1570 KUHPerdata) 3.Perjanjian sewa tidak tertulis : maka sewa tidak berakhir padawaktu yang ditentukan, melainkan jika pihak yang menyewakanmemberitahukan kepada penyewa bahwa yang menyewakan akanmenghentikan sewanya (Pasal 1571 KUHPerdata). 4.Untuk sewa tertulis yang telah habis jangka waktunya danpenyewa dibiarkan menempati tanah dan atau rumah sewa, berubahmenjadi sewa lisan tanpa waktu tertentu yang hanya dapat diakhirimenurut adat kebiasaan setempat. 5.Perpindahan pemilikan sebagai analogis dari kata dijual yangmeliputi, tukar menukar, penghibahan, dan lain-lain tidak memutuskan sewa menyewa (Pasal 1576 KUHPerdata)

Pemanfaatan dan PemindahtangananBarang milik negara/daerah dapat dimanfaatkan ataudipindahtangankan apabila tidak digunakan untuk penyelenggaraanpemerintahan

negara/daerah. Dalam konteks pemanfaatan tidak terjadiadanya peralihan kepemilikan dari pemerintah kepada pihak lain.Sedangkan dalam konteks pemindahtanganan akan terjadi peralihankepemilikan atas barang milik negara/daerah dari pemerintah kepadapihak lain.Tanah dan/atau bangunan yang tidak dipergunakan sesuai tugaspokok dan fungsi instansi pengguna barang harus diserahkan kepadaMenteri Keuangan selaku pengelola barang untuk barang milik negara,atau gubernur/bupati/walikota selaku pemegang kekuasaanpengelolaan barang milik daerah untuk barang milik daerah.Penyerahan kembali barang milik negara/daerah tersebut dilakukan dengan memperhatikan kondisi status tanah dan/atau bangunan,apakah telah bersertifikat (baik dalam kondisi bermasalah maupuntidak bermasalah) atau tidak bersertifikat (baik dalam kondisibermasalah maupun tidak bermasalah).Barang milik negara/daerah berupa

22

tanah

dan/atau

bangunan

yangtelah

diserahkan

tersebut

selanjutnya

didayagunakan

untuk penyelenggaraan pemerintahan negara, yang meliputi fungsi-fungsiberikut: a. Fungsi pelayananFungsi ini direalisasikan melalui pengalihan status penggunaan,di mana barang milik negara/daerah dialihkan penggunaannyakepada instansi pemerintah lainnya untuk digunakan dalamrangka memenuhi kebutuhan organisasi sesuai dengan tugaspokok dan fungsinya. b. Fungsi budgeterFungsi ini direalisasikan melalui pemanfaatan danpemindahtanganan. Pemanfaatan dimaksud dilakukan dalambentuk sewa, kerjasama pemanfaatan, pinjam pakai, bangunguna serah dan bangun serah guna. Sedangkanpemindahtanganan dilakukan dalam bentuk penjualan, tukarmenukar, pelaksanaan hibah, dan penyertaan atau

modal negara/daerah.Kewenangan

pemanfaatan

pemindahtanganantanah dan/atau bangunan pada barang milik negara prinsipnya dilakukan oleh pengelola barang, dan untuk barang milik daerahdilakukan oleh gubernur/bupati/walikota, kecuali hal-hal sebagaiberikut: 1) Pemanfaatan tanah dan/atau bangunan untuk memperoleh fasilitasyang diperlukan dalam rangka menunjang tugas pokok dan fungsiinstansi pengguna dan berada di dalam lingkungan instansipengguna, contohnya : kantin, bank dan koperasi. 2) Pemindahtanganan dalam bentuk tukar-menukar berupa tanahdan/atau bangunan yang masih digunakan untuk tugas pokok danfungsi namun tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataankota. 3) Pemindahtanganan dalam bentuk penyertaan modal pemerintahpusat/daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang sejak awalpengadaannya sesuai dokumen

penganggaran diperuntukkan bagibadan usaha milik negara/daerah atau badan hukum lainnya yangdimiliki negara. Pengecualian tersebut, untuk barang milik negara dilakukan olehpengguna barang dengan persetujuan pengelola barang, sedangkanuntuk barang milik daerah dilakukan oleh pengelola barang denganpersetujuan gubernur/bupati/walikota.

23

3. Kerja Sama Pemanfaatan :Dalam Pasal 1 angka 11 PP No.6 Tahun 2006 menyatakan bahwa: Kerjasama Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara/daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalamrangka peningkatan penerimaan negara bukan pajak/pendapatan daerahdan sumber pembiayaan lainnya.Kerjasama Pemanfaatan barang milik Negara/daerah dengan pihak lain dilaksanakan dalam rangka mengoptimalkan daya guna dan hasilguna barang milik Negara/daerah (Pasal 24 PP No.6 Tahun 2006).Kerjasama pemanfaatan barang milik Negara/daerah dilaksanakanberdasarkan Pasal 25 PP No.6 Tahun 2006 dengan bentuk : (1) Kerjasama pemanfaatan barang milik Negara/daerah atas tanahdan atau bangunan yang sudah diserahkan oleh penggunabarang kepada Gubernur/Bupati/Walikota; (2) Kerjasama pemanfaatan atas sebagian tanah dan atau bangunanyang masih digunakan oleh pengguna barang;Kerjasama pemanfaatan atas barang milik

negara/daerahdilaksanakan, sesuai Pasal 26 (1) PP No. 6 Tahun 2006 karena : a. Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBD untuk memenuhi biaya operasional/pemeliharaan/perbaikan negara/daerah; b. Mitra kerjasama pemanfaatan ditetapkan melalui tender denganmengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 peserta ... yangdiperlukan terhadap barang milik

Mitra

kerjasama

pemanfaatan

harus

membayar

kontribusi

tetap

kerekening kas umum negara/daerah selama jangka waktupengoperasian dan pembagian hasil keuntungan selama kerja samaSelama jangka waktu pengoperasian, mitra kerjasama

pemanfaatandilarang menjaminkan atau menggadaikan barang milik negara/daerah yang menjadi objek kerjasama pemanfaatan.

24

BAB V
PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dasar-dasar hukum penguasaan hak atas tanah oleh Instansi Pemerintahdapat dilakukan melalui pengadaan tanah, pencabutan hak, penguasaanhak atas tanah berdasarkan Stb.1911.110.110 (tentang PenguasaanBenda-Benda Tidak Bergerak, Gedung-Gedung dll), penguasaan tanahberdasarkan Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 1953 (tentangPenguasaan Tanah-Tanah Negara) selanjutnya penguasaan atas tanahNegara ada pada Mendagri, tanah yang dikuasai berdasarkan UU Nomor86 Tahun 1958 (tentang Nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda), pembelian pemerintah berdasarkan Bijblad Nomor 11372 JoNomor 12476, pembebasan tanah berdasarkan Kepmendagri Nomor 2Tahun 1976, pengadaan tanah oleh swasta untuk kepentingan umumberdasarkan Keppres Nomor 55 Tahun 1993 Jo PMNA/Kepala BPNNomor 1 Tahun 1994, pelepasan hak secara cuma-cuma olehpemiliknya, konversi hak yang bersumber dari penguasaan secarahistoris aset tanah Negara Hak-hak atas tanah yang dapat dipunyai oleh Instansi Pemerintah yaituHak-hak atas tanah yang dapat dipunyai oleh instansi pemerintah yaitu,Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan. Pelepasan hak atas tanah dan atau bangunan, persewaan,pemindahtanganan, dan kerjasama pemanfaatan lahan merupakanperbuatan hukum yang menjadi dasar pengelolaan aset tanah instansipemerintah oleh Pemerintah Kota Bandung. 5.2 Saran 1. Setiap penguasaan hak atas tanah oleh Pemerintah Kota Bandung agardisertai dengan kelengkapan dasar penguasaan hak yang bersumber padatitle hak yang sah, agar terdapat kepastian hokum dan kepastian hak atastanah; 2. Pemerintah Kota (Bandung) agar mencermati dengan seksama assettanah yang dipunyainya, apakah telah dilengkapi dengan dasarpenguasaan hak yang sah, agar terhindar dari kesulitan ketika investorakan masuk untuk melakukan kerjasama pemanfaatan terhadap assettanah yang bersangkutan. 3. Perlu dilakukan inventarisasi asset tanah pemerintah kota agar terciptatertib administrasi pemilikan tanah oleh pemerintah kota Bandung. 25

DAFTAR PUSTAKA

A.P. Parlindungan, Komentar UUPA, Mandar Maju, Bandung Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah, Isi dan Pelaksanaannya, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2003. Herman Hermit, Cara Memperoleh Sertifikat Tanah Hak Milik,Tanah Negaradan Tanah Pemda, teori dan Praktek, CV. Mandar Maju, Bandung 2004 Ronny Hanitijo, 1988, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri , GhaliaIndonesia, Jakarta. Sulasi Rongiyati,Parlementaria (Majalah Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia);Pembaruan Agraria Sebagai Upaya Mengatasi Sengketa Pertanahan, Agustus2007. Surojo Wignjodipuro, 1982,Pengantar Asas-Asas Hukum Adat , Gunung Agung, Jakarta

B. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar 1945Undang-Undang No.5 Tahun 1960, tentang Peraturan Dasar PokokPokok AgrariaUndang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan NegaraPeraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/DaerahPeraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN No. 3 Tahun 1997 tengan KetentuanPelaksanaan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997

26

You might also like