You are on page 1of 56

UAS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Dosen : Dr. Sri Handayani, M. Pd.

disusun oleh : Agi Arianto Wibowo 1100593

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2012

1. Teori Belajar
A. Teori Belajar Behavioristik Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan. Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).

Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement;(3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984). Dalam teori belajar behavioristik terdapat beberapa aliran yang berkenaan dengan teori tersebut. Adapun aliran tersebut adalah : 1. Teori Belajar Menurut Thorndike Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000). Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.

2. Teori Belajar Menurut Watson Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahanperubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur. 3. Teori Belajar Menurut Clark Hull Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991). 4. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik

perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang. 5. Teori Belajar Menurut Skinner Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebihkomprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensikonsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk

menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behaviorisme memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Metode behaviorisme ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti :

Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian. Ciri-ciri dari teori belajar behavioristik adalah sebagai berikut : 1. mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis) 2. mementingkan bagian-bagian (elentaristis) 3. mementingkan peranan reaksi (respon) 4. mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar 5. mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu 6. mementingkan pembentukan kebiasaan. 7. ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan mencoba dan gagal atau trial and error.

B. Teori Belajar Humanistik Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini lebih menitik beratkan pada ide belajar dalam bentuk yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Toeri ini dikemukakan oleh Carl Rogers dan Arhur Combs. Carl Rogers berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Sedangkan Arhur Combs berpendapat bahwa belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu.

Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan (2) belajar yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik. Sementara itu Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan. Dalam teori belajar humanistik peserta didik sebagai pelaku utama dan pendidik hanyalah sebagai fasilitator saja. Menurut teori ini seorang pendidik sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam : (1) membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar siswa bersikap positif terhadap belajar, (2) membantu siswa untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar, (3) membantu siswa untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar, (4) menyediakan berbagai sumber belajar kepada siswa, dan (5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai siswa sebagaimana adanya. Teori Belajar Humanistik memiliki beberapa prinsip, yaitu : 1) Manusia mempunyai belajar alami 2) Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu 3) Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya. 4) Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil 5) Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh cara. 6) Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya 7) Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar 8) Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam

9) Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri 10) Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar Dalam teori belajar humanistik tujuan pembelajarannya lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah : 1) Merumuskan tujuan belajar yang jelas 2) Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif. 3) Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri 4) Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri 5) Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan. 6) Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya. 7) Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya 8) Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

C. Teori Belajar Kognitif Belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas.

Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang (Mulyati, 2005) Teori belajar kognitif pertama kali dikumukakan oleh Jean Piaget. Menurut Piaget setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahap yang teratur. Pada satu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema atau struktur tertentu yang keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantung pada tahap sebelumnya. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah: a. Tahap Sensori Motor(dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun) Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Dengan kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan menendangnendang dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser darinya. b. Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun) Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek anak dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan yang berbeda dengannya. c. Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun) Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari pancaindra. Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara operasi konkrit sudah menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh pancaindra seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak

sering kali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila membuat kesalahan. d. Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun) Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak. Keempat tahapan perkembangan inilah yang menjadi dasar munculnya teori belajar kognitif yang merupakan adaptasi intelektual pada anak. Berdasarkan pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan

tentang prinsip- prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain: 1) Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan 2) Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran 3) Menekankan pada pola pikir peserta didik 4) Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan

menyimpan informasi dalam ingatannya 5) Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik 6) Menerapkan reward and punishment 7) Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru, tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut. Kelebihan dari teori belajar kognitif adalah sebagai berikut : a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri. Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa

mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain dengan. b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan

menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami. Dan kelemahan dari teori belajar kognitif, adalah : a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan. b. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut. c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.

D. Teori Belajar Kontruktivistik Berdasarkan asal katanya konstruktivisme berasal dari kata konstruksi yang artinya membangun. Jadi secara sederhana teori belajar konstruktivisme adalah teori belajar yang bersifat membangun. Sedangkan arti dari konstruktivisme itu sendiri adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan sebuah landasan filosofis dalam pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibentuk oleh manusia sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya dipeluas melalui konteks yang terbatas dan tidak muncul dengan sendirinya. Konstruktivisme itu sendiri sebenarnya bukanlah suatu hal baru yang harus kita cari, akan tetapi apa yang sudah kita lalui dalam kehidupan kita selama ini yang merupakan himpunan dari pengalaman demi pengalaman yang pernah terjadi. Inilah yang menjadi dasar dari konstruktivisme, yang akan membuat manusia memiliki pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Prespektif dari konstruktivisme sendiri berasal dari filsafat tertentu tentang manusia dan pengetahuan. Yang pada dasarnya prespektif ini memiliki asumsi bahwa

pengatahuan bersifat kontekstual, yang memungkinkan adanya penafsiran jamak terhadap pengetahuan itu sendiri. Hal ini berarti bahwa pengetahuan dibentuk menjadi pemahaman individu melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain. Dengan demikian peranan kontribusi siswa terhadap makna, pemahaman, dan proses belajar melalui kegiatan individual dan sosial menjadi sangat penting (Bruning, dkk. dalam Winataputra.2007:6.5) Dalam kegiatan pembelajaran hasil dari pembelajaran dinilai peting, karena dapat dijadikan evaluasi dari pembelajaran itu sendiri. Namun dalam teori belajar konstruktivisme proses belajar dianggal jauh lebih penting dibandingkan dengan hasil belajar, hal ini dikarenakan terkadang dalam hasil belajar terjadi beberapa kejanggalan yang akan mengakibatkan perubahan yang signifikan dari apa yang sudah dilakukan dengan apa yang diperoleh selama kegiatan pembelajaran. Oleh sebab itu dalam teori ini proses belajarlah yang menjadi fokus permasalahannya. Dengan mengetahui sejara detail bagaimana proses belajar individu atau siswa kita dapat mengetahui secara langsung kesulitan apa yang dialami oleh siswa dan dapat dengan cepat memberikan solusinya. Hal ini juga akan membantu siswa dalam memperoleh hasil belajar yang baik, sehingga akan lebih mudah bagi kita untuk melakukan evaluasi. Dan juga dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa akan mengkonstruksi atau membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki. Dengan demikian, pemahaman atau pengetahuan dapat dikatakan bersifat subjektif oleh karena sesuai dengan proses yang digunakan seseorang untuk mengkonstruksi pemahaman tersebut. Teori belajar konstruktivisme disumbangkan oleh Jean Piaget, yang merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor konstruktivisme. Pandanganpandangan Jean Piaget seorang psikolog kelahiran Swiss (1896-1980), percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Menurut Wheatly (1991: 12) ada dua prinsip utama dalam

teori belajar konstruktivisme. Pertama pengetahuan tidak didapat secara pasif, melaikan secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengkondisian melalui pengalaman nyata anak. Dengan demikian interikasi aktif antara individu dan lingkungan sangat penting dalam memperoleh pengetahuan. Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu, menurut Hanbury (1996: 3) ada beberapa aspek lain yang berkaitan dengan pembelajaran, 1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, 2) pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, 3) strategi siswa lebih bernilai, dan 4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya. Tujuan dari teori belajar konstruktivisme adalah sebagai berikut : Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa sendiri. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu. Ada sejumlah cirri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori belajar konstruktivisme, yaitu : 1. 2. 3. 4. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil. 5. 6. 7. 8. Mendorong siswa melakukan penyelidikan. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.

9.

Banyak menggunakan terminology kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis.

10. Menekankan bagaimana siswa belajar. 11. Mendorong siswa untuk beradaptasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru. 12. Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip teori kognitif. 13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif. 14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata. 15. Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar. 16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar. 17. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mebangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata. Aplikasi dan Implikasinya dalam Pembelajaran Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dangan jelas namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada siswa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswa tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yang keras para siswa sendirilah siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan. Tugas guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang dibangun atau dikonstruksi para siswa sendiri bukan ditanamkan oleh guru. Para siswa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasikan pengalaman baru ke dalam kerangka kognitifnya. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkan yang dibuat para siswa untuk mendukung model-model itu. Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri untuk masing-masing konsep materi sehingga guru dalm mengajar bukannya menguliahi, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi

menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga yang memungkinkan

pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasiliator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik. Kelebihan dari teori belajar ini adalah : Berfikir dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjalankan ide, dan membuat keputusan. Faham : oleh karena murid terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan dapat mengimplikasikannya dalam semua situasi. Ingat : oleh karena murid terlibat secara aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Kemahiran sosial : kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan teman dan guru dalam membina pengetahuan baru. Sementara itu kekurangan dari teori belajar ini dapat dilihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik kurang begitu mendukung, siswa memiliki persepsi yang berbeda-beda.

E. Teori Belajar Gestalt Kata Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai bentuk atau konfigurasi. Dasar teori gestalt adalah bahwa subjek itu mereaksi pada keseluruhan yang bermakna. Gestalt adalah teori belajar yang lebih fokus

menjelaskan proses belajar melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt

cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil. Teori ini dibangun oleh tiga orang, Max Wertheimer, Kurt Koffka, Wolfgang kohler. Dalam Teori Gestalt berlaku psikologi Gestalt. Psikologi Gestalt adalah suatu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Data-data dalam psikologi gestalt disebut phenomena (gejala), sebab dalam suatu gejala terdapat dua unsur yakni objek dan arti. Objek adalah sesuatu yang dapat dideskripsikan setelah objek tersebut ditangkap oleh indra. Pada objek tersebut kita akan memberikan arti dan sekaligus kita mendapatkan suatu informasi dari objek tersebut. 1. Teori Medan Teori ini dapat dideskripsikan sebagai system yang saling terkait secara dinamis dan setiap unsur-unsurnya saling terkait satu sama lain. 2. Nature versus Nurture Otak akan menciptakan suatu medan yang mempengaruhi informasi yang masuk kedalam otak. Kekuatan inilah yang mengatur pengalaman sadar. Jadi apa yang kita alami sacara sadar, itu adalah informasi sensoris yang telah dikelolah oleh medan kekuatan dalam otak Dalam teori ini juga mengenal Hukum-Hukum Gestalt 6 : 1. Hukum Pragnaz Hukum Pragnaz ini menunjukkan tentang berarahnya segala kejadian yaitu tentang suatu keadaan seimbang. Keadaan yang seimbang ini mencakup sikapsikap keturunan, kesederhanaan, kestabilan, simetri dan sebagainya. 2. Hukum-hukum tambahan Menurut Koffka dan Kohler, ada prinsip-prinsip dapat dilihat pada hukumhukum yaitu hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. 3. Hukum Keterdekatan, Yaitu Kedekatan (proxmity), bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu. 4. Hukum Ketertutupan atau Ketertutupan (closure)

Bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap. 5. Hukum Kesamaan (similarity); Bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki. 6. Arah bersama (common direction / continuity); Bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu. Menurut Teori Gestalt belajar merupakan sebuah proses menuju perubahan yang kognitif. Ada beberapa prinsip-prinsip yang dibutuhkan dalam proses belajar, berikut adalah beberapa prinsip belajar Gestalt: Belajar berdasarkan keseluruhan. Orang berusaha menghubungkan pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya. Belajar adalah sebuah proses perkembangan Materi dari belajar baru dapat diterima dan dipahami dengan baik apabila individu tersebut sudah cukup matang untuk menerimanya. Kematangan dari individu dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan individu tersebut. Siswa sebagai organisme keseluruhan Dalam proses belajar, tidak hanya melibatkan intelektual tetapi juga emosional dan fisik individu. Terjadinya transfer Tujuan dari belajar adalah agar individu memiliki respon yang tepat dalam suatu situasi tertentu. Apabila satu kemampuan dapat dikuasai dengan baik maka dapat dipindahkan pada kemampuan lainnya. Belajar adalah reorganisasi pengalaman Proses belajar terjadi ketika individu mengalami suatu situasi baru,dalam menghadapinya, manusia menggunakan pengalaman yang sebelumnya telah dimiliki. Belajar dengan insight

Dalam proses belajar, insight berperan untuk memahami hubungan diantar unsurunsur yang terkandung dalam suatu masalah. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa Hal ini tergantung kepada apa yang dibutuhkan individu dalam kehidupan seharihari, sehingga hasil dari belajar dapat dirasakan manfaatnya. Belajar berlangsung terus-menerus Belajar tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di luar sekolah baik di rumah maupun dimana saja. Belajar dapat diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam kehidupan individu setiap waktu. Akhmad Sudrajat menguraikan beberapa Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain : 1) Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. 2) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya. 3) Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya. 4) Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

5) Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

2. Metode Pembelajaran
A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih dalam mencapai tujuan belajar, sehingga bagi sumber belajar dalam menggunakan suatu metode pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis strategi yang digunakan. Ketepatan penggunaan suatu metode akan menunjukkan fungsionalnya strategi dalam kegiatan pembelajaran. Metode dalam pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk

menyampaikan materi saja, sebab sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran mempunyai tugas cakupan yang luas yaitu disamping sebagai penyampai informasi juga mempunyai tugas untuk mengelola kegiatan pembelajaran sehingga warga belajar dapat belajar untuk mencapai tujuan belajar secara tepat. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. B. Macam-Macam Metode Pembelajaran Adapun beberapa macam metode pembelajaran adalah sebagai berikut : a. Ceramah (Preaching Method) Ceramah adalah penuturan secara lisan. Menurut Muhibbin Syah, (2000) Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan

pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Menurut Winarno Surahmad, M.Ed, ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru. Metode ceramah menurut Gilstrap dan Martin 1975 : ceramah berasal dari bahasa latin yaitu Lecturu, Legu ( Legree, lectus) yang berati membaca kemudian diartikan secara umum dengan mengajar sebagai akibat dari guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku. Metode ceramah merupakan metode yang paling umum digunakan dalam proses pembelajaran. Metode ini merupakan metode yang paling mudah dilakukan oleh guru dan paling ekonomis, serta dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran. Beberapa kelebihan metode ceramah adalah : Guru mudah menguasai kelas; Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar; Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar; Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000) Beberapa kelemahan metode ceramah adalah : Membuat siswa pasif Mengandung unsur paksaan kepada siswa Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985) Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata). Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

b. Tanya Jawab Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari

siswa kepada guru. Dalam metode tanya jawab akan terjadi komunikasi dua arah yaitu antara guru dan siswa, bahkan bisa menjadi komunikasi multi arah karena ada siswa lain yang menanggapinya. Dalam menerapkan metode tanya jawab perlu memperhatikan hala-hal berikut : Guru harus benar-benar menguasai bahan pelajaran, termasuk semua jawaban yang mungkin akan di dengarkannya dari murid atas suatu pertanyaan yang di ajukannya. Guru harus sudah mempersiapkan semua pertanyaan yang di ajukan olehnya kepada murid dengan cepat. Pertanyaan-pertanyaan harus jelas dan singkat ini harus di perhatikan, sebab pertanyaan-pertanyaan harus di ajukan secara lisan. Susublah pertanyaan dalam bahasa yang mudah di pahami murid. Guru harus mengarahkan pertanyaan pada seluruh kelas. Berikan waktu yang cukup untuk memikirkan jawaban pertanyaan, sehingga murid dapat merumuskannya dengan sistematis. Tanya jawab harus di lakukan dengan suasana yang tenang dan bukan dalam suasana yang tegang yang penuh dengan persaingan yang tidak sehat di antara anak didik. Agar sebanyak-banyaknya murid memperoleh giliran menjawab pertanyaan dan jika seseorang tidak dapat menjawab segera, giliran di berikan kepada murid yang lain. Usahakan selalu agar setiap pertanyaan hanya berisi satu problem saja. Pertanyaan harus di bedakan dalam golongan pertanyaan pikiran dan pertanyaan reproduksi atau pertanyaan yang meminta pendapat dan hanya fakta-fakta. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sudah direncanakan sebelumnya. Perencanaan pertanyaan dapat berdasarkan pada konsep yang ingin diperoleh atau dipahami siswa. Pertanyaan yang diajukan harus sesuai dengan kemampuan siswa dan dengan kalimat yang lugas.

Adapun kelebihan dari metode tanya jawab adalah : Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang kantuknya. Merangsang siswa untuk melatih dan mengebangkan daya piker, termasuk daya ingatan. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat. Sedangakan kekurangannya adalah : Siswa merasa takut, apabila guru kurang dapat mendororng siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang melainkan akrab. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami siswa. Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menajawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang. Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.

c.

Diskusi Metode diskusi adalah metode yang memecahkan suatu masalah secara bersamasama dengan membentuk suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang. Dalam jalannya diskusi ada yang menjadi notulen dan juga berhak menyampaikan pendapatnya. Guru sebelumnya memberi tahukan aturan dan jalannya diskusi sebelum diskusi dilaksanakan dan mengetahui apa yang akan didiskusikan. Dalam proses diskusi guru sebagai pengawas jalannya diskusi dan juga memperjelas pernyataan tetang suatu hal yang masih belum jelas yang ditanyakan oleh siswa. Kelebihan dari metode ini adalah : Pada metode ini siswa akan lebih aktif untuk mengeluarkan argumennya karena langsung berhadapan dengan teman sendiri. Mereka tidak akan malu atau sungkan lagi untuk mengeluarkan pendapat mereka.

Dan dalam beberapa sesi biasanya akan terjadi adu argumen (debat) yang akan membuat masing-masing individu lebih kritis terhadap argumenargumen yang disampaikan. Selain itu, juga akan membentuk keberanian siswa untuk berargumen.

Para siswa juga dididik untuk saling menghargai argumen orang lain. Dan juga mereka akan belajar untuk memecahkan masalah dengan bersama-sama dengan mengambil keputusan dari berbagai sudut pandang untuk keputusan yang terbaik. Walhasil, pembelajaran lebih terfokus pada siswa.

Sedangkan kekurangannya adalah : Dalam diskusi tersebut biasanya akan didominasi oleh siswa yang lebih berani dan banyak bicara. Sehingga, akan ada anak yang tidak berpartisipasi dalam diskusi tersebut (pasif) yang hanya sebagai pendengar saja (pemalu, tidak berani berbicara). Diskusi ini tidak akan berjalan lancar apabila para siswa tidak memiliki pengetahuan sebelumnya mengenai hal tersebut (belum belajar

sebelumnya). Sehingga, para siswa haruslah belajar terlebih dahulu masalah yang akan didiskusikan. Metode ini juga akan membutuhkan waktu yang lama apabila masalah yang didiskusikan belum terpecahkan.

d. Kujungan Lapangan Metode kunjungan lapangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan di luar kelas dengan mengunjungi suatu tempat. Tujuannya adalah untuk mengamati sesuatu, mengamati suatu kegiatan atau praktik, atau membawa kelompok menemui seseorang atau objek yang tidak bisa dibawa ke dalam kelas. Beberapa keuntungan kunjungan lapangan atau karyawisata adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Memberi kesempatan untuk mengumpulkan pengalaman dan informasi baru Benda-benda dapat diamati dalam bentuk aslinya Tiga diminsi, warna alami, dan gerakan-gerakan dapat diamati Minat dan ketelitian anggota dapat ditimbulkan Kesempatan dapat diberikan kepada peserta untuk belajar sambil bekerja Prosedur dapat diamati dan dialami yang nantinya dapat diterapkan oleh peserta

7.

Memberi kesempatan bagi peserta untuk menggabungkan sekolah atau kegiatan organisasi dengan masyarakat

8. 9.

Mendapatkan sesuatu yang munkin tidak didapatkan di kelas Memeberikan pengertian tentang sifat masalah-masalah orang dewasa

10. Memunkinkan terjadinya transfer pengertian dan ide-ide yang sulit dari pimpinan kepada peserta 11. Merupakan kegiatan kerja sam yang cenderung mengembangkan kesatuan tujuan antara peserta 12. Dapat berperan dengan baik bagi anggota dalam diskusi dan tindak lanjut setelah kunjungan dan karyawisata. Adapun kelemahan dari kunjungan lapangan atau karyawisata adalah : 1. 2. 3. 4. Tidak cocok untuk beberapa bidang permasalahan Memerlukan banyak persiapan Membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang banyak Melibatkan orang lain

e.

Tutorial Metode tutorial adalah metode pembelajaran dengan mana guru memberikan bimbingan belajar kepada siswa secara individual. Oleh sebab itu metode ini sangat cocok diterapkan dalam model pembelajaran mandiri seperti pada pembelajaran jarak jauh dengan mana siswa terlebih dahulu diberi modul untuk dipelajari. Keunggulam Metode Tutorial. Siswa memperoleh pelayanan pembelajaran secara individual sehingga permasalahan spesifik yang dihadapinya dapat dilayani secara spesifik pula. Seorang siswa dapat belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan lemampuannya tanpa harus dipengaruhi oleh kecepatan belajar siswa yang lain atau lebih dikenal dengan istilah Slef Paced Learning. Kelemahan Metode Tutorial. Sulit dilaksanakan pembelajaran klasikal karena guru harus melayani siswa dalam jumlah yang banyak. Jika tetap dilaksanakan, diperlukan teknik

mengajar dalam tim atau team teaching dengan pembagian tugas di antara anggota tim. Apabila tutorial ini dilaksanakan, untuk melayani siswa dalam jumlah yang banyak, diperlukan kesabaran dan keluasan pemahamann guru tentang materi.

f.

Demonstrasi Menurut Muhibbin Syah (1995: 208) Metode Pembelajaran Demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Sedangkan menurut Aminuddin Rasyad (2002: 8) metode demonstrasi adalah cara pembelajaran dengan meragakan, mempertunjukkan atau

memperlihatkan sesuatu dihadapan murid di kelas atau di luar kelas. Menurut Hasibuan dan Mujiono (1993: 31) langkah-langkah metode Pembelajaran demonstrasi adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan. 2) Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan. 3) Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal. 4) Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas. 5) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya. 6) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaanpertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi. 7) Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan:

8) Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa. 9) Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas. 10) Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya. Beberapa keunggulan metode demonstrasi jika digunakan dalam pembelajaran teori atau prakti adalah sebagai berikut : Peragaan akan memberikan pemahaman yang lebih kongkrit tentang bagian suatu obyek atau langkah-langkah suatu proses. Peragaan atau demontrasi akan menuntut siswa menguasai keterampilan tertentu secara lebih mudah dan sistematis termasuk mengingat area proses kunci Key Process Area atau langkah-langkah kunci yang harus dikuasai oleh siswa. Kelemahan metode demonstrasi adalah : Kelemahan utama yang sering dialami pengajar dalam menerapkan metode peragaan yaitu : Memerlukan waktu persiapan dan pelaksanaan yang lebih banyak Membutuhkan peralatan yang kadangkala mahal dan atau tidak dimiliki oleh sekolah. Agar efektif, peragaan harus dilakukan secara berulang-ulang.

g.

Bermain Peran Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Prinsip dasar metode pembelajaran bermain peran a. Menurut Nur (200); prinsip dasar dalam pembelajaran bermain sebagai berikut: Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota adalah tim.

c. d.

Kelompok mempunyai tujuan yang sama. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

e. f.

Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

g.

Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok bermain

Sedangkan ciri-ciri metode pembelajaran bermain peran adalah sebagai berikut : a) Siswa dalam kelompok secara bermain menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbedabeda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. c) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu. Kelebihannya: a) Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama. b) Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain peran para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia. c) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. d) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan

sebaikbaiknya. e) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.

f)

Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain.

Kekurangannya: Sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif. Banyak memakan waktu. Memerlukan tempat yang cukup luas. Sering kelas lain merasa terganggu oleh suara para pemain dan tepuk tangan penonton/pengamat.

h. Praktikum Metode praktik atau praktikum adalah suatu cara pembelajaran untuk mentransformasikan ilmu kepada peserta yang langsung menggunakan sedikit teori ,tetapi banyak praktik di bengkel, lab. dengan menggunakan benda, barang, mesin, dan lain-lain secara visual dan realistis. Metode Praktik di uraikan menjadi: 1. Mandiri Karakteristik : o o o Peserta praktik harus berjiwa mandiri, mampu menyelesaikan tugas tanpa bantuan berlebih dari orang lain. Seorang peserta praktik harus memiliki total kompetensi yang diperlukan dalam penyelesaian tugas praktik. Bila tiap peserta perlu alat dan bahan praktik yang sama, maka jumlah peserta yang banyak akan membutuhkan barang yang banyak pula. Ini berarti cost yang besar pula. o Seorang pengajar haruslah memberi materi praqktik kepada sejumlah kecil orang, akan kesulitan dalam pengawasan dan pengarahan. 2. Berkelompok Karakteristik : Peserta praktik harus mampu bekerja sama dengan peserta lain. Seorang anggota kelompok dapat menangani suatu tugas tertentu yang memerlukan suatu kompetensi tertentu.Dalam hal ini harus ada

pembagian yang baik agar tidak terjadi adanya anggota yang menangani tugas yang bukan kompetensinya. Alat dan bahan praktik dapat digunakan untuk kepentingan tugas bersama, ini berarti cost relatif kecil. Pengajar dapat memperhatikan lebih banyak peserta. Bila ada peserta dalam suatu kelompok sudah mengerti maka peserta itu bisa menjelaskan kepada rekannya sesama kelompok sehingga pengajar bisa beralih kepada kelompok lain. Kelebihan Metode Pembelajaran Praktik adalah : Diperolehnya perubahan perilaku ranah psikomotor dalam bentuk keterampilan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesinya. Mempermudah dan memperdalam pemahaman tentang berbagai teori yang terkait dengan praktik yang sedang dikerjakannya. Meningkatkan motivasi dan gairah belajar siswa karena pekerjaan yang dilakukan memberikan tantangan baru baginya. Meningkatkan kepercayaan diri siswa tentang profesionalisme yang dimilikinya. Kelemaham Metode Pembelajaran praktik adalah : Memerlukan persiapan yang matang meliputi kegiatan dan peralatan yang diperlukan. Siswa membutuhkan waktu yang relative lama untuk mencapai kompetensi standar. Memerlukan biaya yang tinggi untuk pengadaan bahan dan peralatan praktik. Membutuhkan biaya yang tinggi untuk pengoprasian serta pemeliharaan peralatan praktik.

i.

Proyek Metode proyek adalah suatu kegiatan untuk membuat sesuatu. Dalam metode proyek siswa secara individual atau secara kelompok ditugaskan mengerjakan sebuah proyek dengan menerapkan berbagai kompetensi yang terkait secara terpadu untuk menghasilkan sebuah produk atau hasil karya yang nyata dan tuntas.

Kelebihan Metode Proyek adalah : Sangat efektif dalam memfasilitasi aplikasi berbagai kompetensi secara terpadu dalam kegiatan nyata dan produktif. Sangat dalam membangkitkan motivasi belajar dan rasa tanggung jawab dalam diri siswa. Jika dikerjakan secara kelompok maka siswa akan belajar dan berlatih pekerjaan dalam sebuah tim dengan mana mereka berlatih dalam mengembangkan sikap. Kelemahan Metode Proyek adalah : Membutuhkan persiapan dan rancangan yang matang. Membutuhkan keahlian yang memadai dari guru untuk memilih pryek yang sesuai dengan isi kurikulum. Dalam beberapa hal metode proyek menuntut konsekuensi biaya yang cukup besar.

j.

Andragogi Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Pendefinisian andragogi kemudian dirumuskan sebagai "Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar". Jadi metode pembelajaran andragogi adalah metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yang melibatkan orang dewasa sebagai peserta didiknya. Berikut terdapat teknik dan metode yang dapat digunakan untuk membantu orang dewasa belajar : 1. Presentasi : teknik ini meliputi ceramah, debat, dialog, wawancara, panel, demonstrasi, film, slide, pameran, darmawisata dan membaca. 2. Teknik Partisipasi Peserta : Teknik ini melipti tanya jawab, permainan peran, kelompok pendengar panel reaksi, dan panel yang diperluas. 3. Teknik Diskusi : Teknik ini terdiri atas diskusi terpimpin, diskusi yang bersumberkan dari buku, diskusi pemecahan masalah dan diskusi kasus. 4. Teknik Simulasi; Teknik ini terdiri atas permainan peran, proses insiden kritis, metode kasus, dan permainan.

Pembelajaran orang dewasa perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1. Iklim belajar perlu disesuaikan dengan keadaan orang dewasa baik ruang maupun tempat duduk usahakan memberi kenyamanan bagi mereka. 2. 3. 4. Peserta dilibatkan dalam mendiagnosa kebutuhan belajarnya Peserta dilibatkan dalam proses perencanaan belajar Proses belajar mengajar merupakan tanggungjawab bersama antara pengajar dan peserta. 5. Evaluasi belajar lebih menekankan pada evaluasi diri sendiri dalam mengetehaui kemajuan belajar peserta 6. 7. Penekanan belajar pada aplikasi praktis atas pengalaman mereka. Pendidik orang dewasa tidak boleh berperan sebagai seorang guru,tetapi berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar. 8. 9. Kurikulum pembelajaran berorientasi pada masalah dalam orientasi belajar Pengalaman belajar harus berdasar masalah.

3. Model Pembelajaran
A. Problem Based Learning a. Gambaran Umum Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world) (Major, Claire.H dan Palmer, Betsy, 2001). Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara

berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud (Duch J.B, 1995). Pembelajaran berbasis masalah adalah strategi pembelajaran yang

merangsang siswa aktif untuk memecahkan permasalahan dalam situasi nyata (Evan Glazer, 2001).

Pembelajaran

berbasis

masalah

(PBM) merupakan

pembelajaran

yang

menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata ( real world ) untuk memulai pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pengembangan kurikulum dan model pembelajaran. Barbara J. Duch (1995 dalam Karim et al., 2007) mengemukakan bahwa : in problem based learning (PBL), students are presented with an interesting, relevant problem up front. So that they can experience for them selves the process of doing science. Ibrahim, ( dalam Nurhasanah, 2007 ) menyatakan bahwa model PBM merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah, yang kemudian digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi yang berorientasi pada masalah. Masalah diberikan kepada siswa, sebelum siswa mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut siswa akan mengetahui bahwa mereka membutuhkan

pengetaahuan baru yang harus dipelajari untuk memecahkan masalah yang diberikan ( Wood dalam Sugalayudhana, 2005 ). b. Tahapan-Tahapan Model PBM FASE-FASE Fase 1 Orientasi siswa kepada masalah PERILAKU GURU Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yg dibutuhkan Memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Fase 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Fase 2 Mengorganisasikan siswa

Fase 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman

Fase 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

c. Pemecahan Masalah Dalam Model PBL Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian siswa belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Oleh sebab itu, penggunaan PBL dapat memberikan pengalaman belajar melakukaan kerja ilmiah yang sangat baik kepada siswa. Adapun langkahlangkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL ada delapan tahapan (Pannen, 2001: 11), yaitu: (1) identifikasi masalah, (2) mengum-pulkan data, (3) analisis data, (4) pemecahan masalah berdasarkan analisis data, (5) memilih cara pemecahan masalah, (6) merencanakan penerapan pemecahan masalah, (7) ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan (8) melakukan tindakan untuk pemecahan masalah. Dalam proses pemecahan masalah sehari-hari, seluruh tahapan terjadi dan bergulir dengan sendirinya, demikian pula ketrampilan seseorang harus mencapai seluruh tahapan tersebut. Langkah mengidentifkasi masalah merupakan tahapan yang sangat penting dalam PBL. Pemilihan masalah yang tepat agar dapat memberikan pengalaman belajar yang mencirikan kerja ilmiah seringkali menjadi masalah bagi guru dan siswa. Artinya, pemilihan masalah yang kurang luas, kurang relevan dengan konteks materi pembelajaran, atau suatu masalah yang sangat menyimpang dengan tingkat berpikir siswa dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, sangat penting adanya pendampingan oleh guru pada tahap ini. Walaupun guru tidak melakukan intervensi terhadap masalah tetapi dapat

memfokuskan melalui pertanyaan-pertanyaan agar siswa melakukan refleksi lebih dalam terhadap masalah yang dipilih. Dalam hal ini guru harus berperan sebagai fasilitator agar pembelajaran tetap pada bingkai yang direncanakannya. Selain guru sebagai fasilitator, guru hendaknya juga menyadari arti penting suatu pertanyaan dalam PBL. Pertanyaan hendaknya berbasis Why bukan sekedar How. Oleh karena itu, setiap tahap dalam pemecahan masalah, ketrampilan siswa dalam tahap tersebut hendaknya tidak semata-mata ketrampilan How, tetapi kemampuan menjelaskan permasalahan dan bagaimana permasalahan dapat terjadi. Tahapan dalam proses pemecahan masalah digunakan sebagai kerangka atau panduan dalam proses belajar melalui PBL. B. Cooperative Learning a. Gambaran Umum Holubec dalam Nurhadi mengemukakan belajar kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Sementara itu, Bruner dalam Siberman menjelaskan bahwa belajar secara bersama merupakan kebutuhan manusia yang mendasar untuk merespons manusia lain dalam mencapai suatu tujuan. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran yang lain. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta berkembangnya keterampilan sosial.

Cooperative Learning mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerjasama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Dan dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktifitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. Cooperative Learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model Cooperative Learning harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif, sehingga memngkinkan terjadinya interaksi-interaksi terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interpendensi yang diantara anggota kelompok. b. Konsep Cooperative Learning Dalam menggunakan model belajar Cooperative Learning di kelas, ada beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan oleh pendidik. Konsep tersebut meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Perumusan tujuan belajar mahasiswa harus jelas. Penerimaan yang menyeluruh oleh mahasiswa tentang tujuan belajar. Ketergantungan yang bersifat positif. Interaktif yang bersifat terbuka. Tanggung jawab individu. Kelompok bersifat heterogen. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif. Tindak lanjut (follow up). Kepuasan dalam belajar.

c. Langkah-Langkah Cooperative Learning Langkah-langkah dalam penggunan model Cooperative Learning secara umum (Stahl, 1994, Slavin, 1983) dapat dijelaskan secara operasional sebagai berikut : 1. Merancang rencana program pembelajaran.

2.

Merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan peserta didik dalam belajar secara bersama dalam kelompokkelompok kecil.

3. 4.

Melakukan observasi terhadap kegiatan peserta didik. Memberikan kesempatan kepada peserta didik dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

d. Ciri-ciri pembelajaran Cooperative Learning: 1. Adanya kelompok siswa yang saling bekerjasama dalam proses belajar dan dalam menyelesaikan suatu masalah. 2. Dalam setiap kelompok atau satu kelompok terdiri dari siswa dengan kapasitas dan kemampuan yang tinggi, sedang dan rendah. kemudian mereka saling membantu dan melengkapi. 3. Perbedaan fisik maupun karakter dari setiap siswa justru menjadi bagian pembelajaran agar masing-masing siswa saling memahami dan bekerjasama. 4. Kerja kelompok lebih ditekankan dari kerja individu. C. Contextual Teaching and Learning a. Gambaran Umum Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan. CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Menurut teori pembelajran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika siswa (peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu

menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka.

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari hubungan individu dengan linkungan sekitarnya. Berdasarkan pemahaman di atas, menurut metode pembelajaran kontekstual kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya. Mengharuskan pendidik (guru) untuk pintar-pintar memilih serta mendesain linkungan belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. b. Prinsip CTL CTL mengikuti tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di alam semesta, yaitu: 1) Prinsip Kesaling-bergantungan, 2) Prinsip Diferensiasi, dan 3) Prinsip Pengaturan Diri. 1) Prinsip kesaling-bergantungan, mengajarkan bahwa segala sesuatu di alam semesta saling bergantung dan saling berhubungan. Dalam CTL prinsip kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, dengan siswa-siswa, dengan masyarakat dan dengan lingkungan. Prinsip kesaling-bergantungan mengajak siswa untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan pengalaman-pengalaman dari masing-masing individu untuk mencapai standar akademik yang tinggi. 2) Prinsip diferensiasi, merujuk pada dorongan terus menerus dari alam semesta untuk menghasilkan keragaman, perbedaan dan keunikan. Dalam CTL prinsip diferensiasi membebaskan para siswa untuk menjelajahi bakat pribadi, memunculkan cara belajar masing-masing individu, berkembang dengan langkah mereka sendiri. Disini para siswa diajak untuk selalu kreatif, berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. 3) Prinsip pengaturan diri, menyatakan bahwa segala sesuatu diatur, dipertahankan dan disadari oleh diri sendiri. Prinsip ini mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Mereka menerima tanggung jawab

atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan keterbatasan kemampuan. c. Pearn Guru Dalam CTL Dalam pembelajaran kontekstual guru dituntut membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya adalah guru lebih berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Di sini guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan Student Centered daripada Teacher Centered. Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa. 2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. 3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaiykan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual. 4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka. 5) Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya. d. Konteks Pembelajaran Berdasarkan CTL Kurikulum dan pengajaran yang didasarkan pada strategi pembelajaran kontekstual harus disusun untuk mendorong lima bentuk pembelajaran penting : 1) Mengaitkan Belajar dalam konteks pengalaman hidup, atau mengaitkan. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru. Kurikulum yang berupaya untuk menempatkan pembelajaran dalam konteks pengalaman hidup harus bisa membuat siswa memperhatian kejadian sehari-hari yang mereka lihat,

peristiwa yang terjadi di sekitar, atau kondisi-kondisi tertentu, lalu mengubungan informasi yang telah mereka peroleh dengan pelajaran kemudian berusaha untuk menemukan pemecahan masalah terhadap permasalahan tersebut. 2) Mengalami Belajar dalam konteks eksplorasi, mengalami. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahanbahan dan untuk melakukan bentuk-bentuk penelitian aktif. 3) Menerapkan Menerapkan konsep-konsep dan informasi dalam konteks yang bermanfaat bagi diri siswa. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistik dan relevan. 4) Kerjasama Belajar dalam konteks berbagi, merespons, dan berkomunikasi dengan siswa lain adalah strategi pengajaran utama dalam pengajaran kontekstual. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari materi, juga konsisten dengan dunia nyata. Seorang karyawan yang dapat berkomunikasi secara efektif, yang dapat berbagi informasi dengan baik, dan yang dapat bekerja dengan nyaman dalam sebuah tim tentunya sangat dihargai di tempat kerja. Oleh karena itu, sanat penting untuk mendorong siswa

mengembangkan keterampilan bekerja sama ini. 5) Mentransfer Belajar dalam konteks pengetahuan yang ada, atau mentransfer,

menggunakan dan membangun atas apa yang telah dipelajari siswa. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.

e. Unsur CTL Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu : 1. Konstruktivisme (constructivism). Kontruktivisme merupakan landasan

berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya. 2. Menemukan (Inquiry). Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion). 3. Bertanya (Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. 4. Masyarakat Belajar (Learning Community). Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. 5. Pemodelan (Modeling). Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan.

Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar. 6. Refleksi (Reflection). Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu. 7. Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment). Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil. f. Kelebihan & Kekurangan Contextual Teaching and Learning Kelebihan CTL : 1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. 2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena dimana metode seorang pembelajaran siswa CTL menganut untuk aliran

konstruktivisme,

dituntun

menemukan

pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal. Kelemahan CTL : 1) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang

sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. 2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ideide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategistrategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

4. Pengelolaan Kelas
A. Pengertian Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. (Dr. Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan siswa : 1987 : 68). Pengelolaan kelas adalah kegiatan mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. (Pengelolaan belajar dan kelas, E. Komar dan Uus Rusnadi : 1993 ) Pengelolaan kelas adalah usaha dari pihak guru untuk menata kehidupan kelas yang dimulai dari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan sumber belajarnya, lingkungannya untuk memaksimalkan efesiensi, memantau kemajuan siswa dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul. (Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyar, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, 1992 : 113). Jadi dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi yang optimal dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B. Tujuan Tujuan pengelolan kelas pada hakekatnya mengandung tujuan pengajaran. Karena pengajaran merupakan salah satu faktor pendukung berhasil tidaknya proses belajar mengajar dalam kelas. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap, serta apresiasi pada siswa (Sudirman, 1992: 31). Adapun secara khusus, tujuan pengelolaan kelas adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisikondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan (Usman, 1995: 8). Sedangkan menurut Wijaya dan Rusyan (1994: 114) tujuan dari pengelolaan kelas itu antara lain: a. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. b. Untuk memberi kemudahan dalam memantau kemajuan siswa dalam

pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas guru mudah melihat dan mengamati setiap kemajuan yang dicapai siswa dalam pelajarannya. c. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan di kelas untuk perbaikan pengajaran pada masa mendatang. Lebih lanjut, menurut Louis V Johnson (tth: 17) dalam Made Pidarta mengemukakan bahwa tujuan pengelolaan kelas ialah menciptakan kondisi dalam kelompok kelas, yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan para siswa berbuat sesuai dengan kehadirannya, seperti halnya dalam lingkungan masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pengelolaan kelas adalah menciptakan kondisi kelas yang baik bagi peserta didik untuk memahami materi pelajaran yang disampaikan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan tujuan dari pemebelajaran tercapai dan pencapaian yang diperoleh oleh peserta didik memuaskna.

C. Aspek Dalam pengelolaan kelas terdapat dua aspek yaitu aspek fisik dan psikis. Kegiatan mengelola kelas secara fisik : 1) Mengatur ventilasi dalam kelas Ventilasi dalam kelas sangat di perlukan, agar tercipta kondisi kelas yang nyaman. 2) Mengatur pencahayaan Pencahayaan dalam kelas harus memadai, agar apa yang ditulis oleh guru di papan tulis dapat terlihat jelas, dan jika pencahayaan itu memadai siswa tidak akan mengantuk. 3) Mengatur kenyamanan siswa. Dalam belajar, siswa harus merasa nyaman dulu, agar siswa tersebut bisa berkonsentrasi dan belajar dengan nyaman. 4) Mengatur letak duduk Letak duduk siswa sebaiknya dipindah-pindah setiap minggunya, agar siswa dapat merasakan duduk di depan, di tengah ataupun di belakang. Hal itu akan membantu siswa agar tidak merasa bosan dan jenuh. 5) Mengatur penempatan siswa Sebisa mungkin guru harus bisa menempatkan siswa sesuai kompetensi yang dimiliknya. Kegiatan pengelolaan kelas secara psikis : 1) Mengatur tingkah laku Guru membimbing dan mengarahkan siswa dengan tingkah laku yang baik, sehingga tidak menjadi masalah di dalam kelas ataupun lingkungan masyarakatnya. 2) Mengatur kedisiplinan Guru harus menerapkan kedisiplinan kepada siswa, baik disiplin dalam waktu, dalam tingkah laku dan disiplin dalam belajar. 3) Mengatur minat

Minat dan potensi itu berbeda-beda, guru harus bisa membantu dan mengarahkan potensi siswa tersebut, dan memfasilitasi minat yang siswa miliki. 4) Gairah belajar Adakalanya gairah siswa dalam belajar menurun, tugas guru adalah membangkitkan gairah belajar dengan melalukan berbagai hal yang dapat membuat siswa menjadi lebih bersemangat. 5) Mengatur dinamika kelompok Guru juga harus bisa mengatur pembagian dan pembentukan kelompok agar setiap siswa dapat saling termotivasi satu sama lainnya.

5. Komunikasi Dalam Belajar dan Pembelajaran


A. Definisi Menurut Hardjana, sebagaimana dikutip oleh Endang Lestari G (2003) secara etimologis komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu cum, sebuah kata depan yang artinya dengan, atau bersama dengan, dan kata umus, sebuah kata bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang dalam bahasa Inggris disebut communion, yang mempunyai makna kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk ber-communio diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata communion dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, atau berteman. Dengan demikian, komunikasi mempunyai makna pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan. Evertt M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya. Theodore Herbert mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus.

Wilbur

Schramm

mengemukakan

bahwa

komunikasi

merupakan

tindakan

melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima (Suranto : 2005). Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. B. Fungsi Wiiliam I. Gorden dalam Deddy Mulyana, (2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu: 1. Sebagai komunikasi sosial Dalam kehidupan manusia sebagai mahluk sosial manusia membutuhkan komunikasi untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam komunikasi sebagai komunikasi sosial memiliti tujuan dintaranya : 1) penentuan konsep diri; 2) pernyataan eksistensi diri; dan 3) untuk kelangsungan hidup. Oleh karena itu , komunikasi daianggap snagt poenting dalam kehidupan sosial. 2. Sebagai komunikasi ekspresif Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal. 3. Sebagai komunikasi ritual Selain komunikasi digunakan untuk berhubungan manusia lain, komunikasi juga digunkan untuk berhubungan dengan sang pencipta atau dalam ritual keagamaan. Dalam ritual keagamaan manusia menggunkan bahasa tertentuk untuk berkomunikasi. 4. Sebagai komunikasi instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu:

menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita

gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. C. Unsur Menurut Harold Lasswell komunikasi memiliki lima unsur : 1. Komunikator (Source, Sender) Semua peristiwa komunikasi akan melinatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim ineormasi. 2. Pesan (Message) Sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. 3. Media (Channel) Sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. 4. Komunikan (Receiver) Pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. 5. Efek (Effect, Influence) Perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. D. Arah Dalam pembelajaran terdapat dua macam arah komunikasi, yaitu komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang tidak mendapatkan respon dari komunikan. Komunikasi jenis ini biasanya berupa perintah atau pemberitahuan kepada khalayak umum yang bersifat umum dan mudah dipahami sehingga tidak memunculkan respon. Biasanya komunikasi jenis ini sering digunakan dalam ceramah, dalam pembeleajaran pun komunikasi jenis sering digunakan. Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang terjadi dimana ketika komikan memberikan timbal balik atas informasi yang diberikan oleh komunikator. Dalam hal ini komunikasi akan berlangsung lama dan peran sebagai komunikan dan komunikator akan saling bertukar dalam menyampaikan informasi. Komunikasi ini sangat baik dalam pembelajaran terutama dalam menguji pengetahuan siswa dan dalam kegiatan diskusi sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik.

6. Media Pembelajaran
A. Definisi Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Association of Education and Communication Technology (AECT) (1986: 43) memberikan definisi media sebagai sistem transmisi (bahan dan peralatan) yang tersedia untuk menyampaikan pesan tertentu. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim\et.al., 2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Briggs dalam Trini Prastati (2005: 4) mengatakan media sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Sarana fisik tersebut dapat berupa buku, tape rekorder, kaset, kamera video, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Wang Qiyun & Cheung Wing Sum (2003: 217), menyatakan bahwa dalam konteks pendidikan, media disebut sebagai fasilitas pembelajaran yang membawa pesan kepada pembelajar. Media dapat dikatakan pula sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual dan peralatannya, sehingga media dapat dimanipulasi, dilihat, dibaca, dan didengar. Dengan demikian media pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis, yang dapat digunakan untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media merupakan komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. B. Manfaat Secara umum media berfungsi untuk menyampaikan informasi dari sumber kepada penerima. Latuheru (1988) (dalam Hamdani, 2005: menyatakan bahwa (1) media pembelajaran berguna menarik minat siswa terhadap materi pembelajaran yang

disajikan, (2) media pembelajaran berguna dalam hal meningkatkan pengertian anak didik terhadap materi yang disajikan, (3) media pembelajaran mampu menyajikan data yang kuat dan terpercaya.

Heinich, Malenda, Russel (1982) dalam Ilda Prayitno (1989) (dalam Hamdani 2005: 9) mengemukakan keuntungan penggunaan media dalam pembelajaran adalah: 1) Membangkitakan ide-ide atau gagasan-gagasan yang bersifat konseptual, sehingga mengurang kesalahpahaman siswa dalam mempelajarinya. 2) Meningkatkan minat siswa untuk materi pelajaran. 3) Memberikan pengalaman-pengalaman nyata yang merangsang aktivitas diri sendiri untuk belajar. 4) Dapat mengembangkan jalan pikiran yang berkelanjutan. 5) Menyediakan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah didapat melalui materimateri yang lain dan menjadikan proses belajar mendalam dan beragam. C. Jenis Secara umum media pembelajaran digolongkan kedalam empat kelompok, yaitu : Visual Media visual adalah media yang memanfaatkan indra penglihatan dalam memperoleh informasi yang diberikan. Kelebihan dari media ini adalah dapat menarik perhatian peserta didik. Media visual terbagi menjadi dua macam, yaitu : 1) Media visual 2 dimensi, media ini biasanya berupa sketsa, gambar, grafik, bagan, karikatur, dan peta datar. 2) Media visual 3 dimensi, media ini biasanya berupa benda-benda tiruan. Non-elektrik Media non-elektrik adalah media yang tidak menggunakan suplai energi listrik, media ini biasanya berupa media cetak atau alat peraga. Media non-elektronik yang biasa digunakan adalah buku dan pada beberapa materi pelajaran menggunakan alat peraga atau alat praktikum. Media non-elektrik menggunakan beberapa indra dalam menyampaikan informasinya, biasanya berupa indra penglihatan dan peraba. Audio visual Media audio visual lebih dikenal dengan video. Media ini memanfaatkan indra penglihatan dan pendengaran dalam menyampaikan informasinya. Menurut Ronal Anderson (1994:99), media video adalah merupakan rangkaian gambar elektronis yang disertai oleh unsur suara audio juga mempunyai unsur gambar yang

dituangkan melalui pita video (video tape). Menurut Ronald Anderson (1994:103105) bahwa dalam media video terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan media video: 1. Dapat digunakan untuk klasikal atau individual. 2. Dapat digunakaan seketika. 3. Digunakan secara berulang. 4. Dapat menyajiakn materi secara fisik tidak dapat bicara kedalam kelas. 5. Dapat menyajikan objek yang bersifat bahaya. 6. Dapat menyajikan obyek secara detail. 7. Tidak memerlukan ruang gelap. 8. Dapat di perlambat dan di percepat. 9. Menyajikan gambar dan suara. Kelemahan media video : 1. Sukar untuk dapat direvisi. 2. Relatif mahal. 3. Memerlukan keahlian khusus. Multi media Multi media adalah media yang menggunakan berbagai indra dalam menyampaikan informasinya. Dalam multi media terdapat lima unsur yaitu : 1) suara; 2) animasi; 3) grafik; 4) video; 5) teks. D. Kriteria Media Pembelajaran Yang Baik Dalam proses pembelajaran media yang digunakan dapat menentukan seajuh mana peserta didik dapat memahami apa yang telah dijelaskan oleh pendidik di dalam kelas. Dalam pemilihan media perlu memperhatikan beberapa hal, agar materi pelajaran yang dasampaikan dapat dipahami oleh peserta didik. Menurut Dick dan Carey (1978) ada empat faktor yang perlu menjadi pertimbangan dalam memilih dan menentukan media pembelajaran, yaitu: Ketersediaan sumber setempat, artinya bila media tidak terdapat pada sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri. Ketersediaan dana untuk membeli atau memproduksi sendiri, artinya apabila membeli atau memproduksi sendiri, apakah ada dana, tenaga dan fasilitasnya?.

Keluwesan dan kepraktisan serta ketahanan media, artinya media bisa digunakan dimanapun, dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing dan dipindahkan. Efektifitas biaya dalam jangkauan waktu. Ada jenis media yang biaya produksinya mahal, namun pemanfaatannya stabil dalam jangka panjang. Misalnya film bingkai, transparan OHP, media ini lebih tahan lama dalam pemakainannya, bila dibanding brosur yang setiap kali sering merubah materi sehingga biaya pembuatannya lebih mahal. Selain itu, pertimbangan dalam pemilihan media untuk kepentingan pembelajaran sebaiknya mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai berikut: (Nana, 2009:4) Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran; Dukungan terhadap isi bahan pembelajaran; Kemudahan dalam memperoleh media; Keterampilan guru dalam menggunakannya; Tersedia waktu untuk menggunakannya; Sesuai dengan taraf berfikir siswa.

Daftar Pustaka Katel, Wayan. 2012. Ketahui Jenis-Jenis Media Pembelajaran. [online]. Tersedia : http://www.wayankatel.com/2012/09/ketahui-jenis-jenis-media-pembelajaran.html. Santyasa, I Wayan. 2007. LANDASAN KONSEPTUAL MEDIA PEMBELAJARAN. Universitas Pendidikan Ganesha. Sudrajat, Akhmad. 2008. Media Pembelajaran. [online]. Tersedia :

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/konsep-media-pembelajaran/. Nursyamsi, Aji. 2012. Definisi Media Pembelajaran. [online]. Tersedia :

http://neozonk.wordpress.com/2012/09/19/definisi-media-pembelajaran/. Setyawan, Heru. 2009. Pengertian dan Contoh Media Pembelajaran Menurut Ahli Pendidikan. [online]. Tersedia : http://zonainfosemua.blogspot.com/2011/01/media-

berasal-dari-bahasa-latin.html. Juliantara, Ketut. 2009. Media Pembelajaran: Arti, Posisi, Fungsi, Klasifikasi, dan Karakteristiknya. [online]. Tersedia : http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/mediapembelajaran-arti-posisi-fungsi-klasifikasi-dan-karakteristiknya/. Sutirman. Media Pembelajaran. [online]. Tersedia : http://tirman.wordpress.com/mediapembelajaran/. Shofyan, Mohamad. 2010. MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN. [online]. Tersedia : http://forum.upi.edu/index.php?topic=15694.0. Waryanto, Nur Hadi. Penggunaan Media Audio Visual dalam Menunjang Pembelajaran. UNY: Yogyakarta. Anonim. 2012. Unsur Multimedia dalam pembelajaran. [online]. Tersedia : http://www.medukasi.web.id/2012/06/unsur-multimedia-dalam-pembelajaran.html. Anonim. 2012. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI. [online]. Tersedia :

http://amirlahjeni.wordpress.com/2012/03/30/unsur-unsur-komunikasi/.

Kurnia,

Ahmad.

2010.

FUNGSI

KOMUNIKASI.

[online].

Tersedia

http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2010/02/fungsi-komunikasi.html. Anonim. Komunikasi Dalam Pembelajaran. [online]. Tersedia :

http://tulisendw.blogspot.com/2010/06/komunikasi-dalam-pembelajaran.html. Sutirman. KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN. [online]. Tersedia : http://tirman.wordpress.com/komunikasi-efektif-dalam-pembelajaran/. M. Miftah, M.Pd. KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN. BPM Semarang. Pustekkom . Depdiknas. Tersedia :

http://www.mediapendidikan.net/index.php?option=com_content&view=article&id=2:kom unikasi-efektif&catid=1:pendidikan&Itemid=2. Prihatono, Yogo. KOMUNIKASI PEMBELAJARAN. [online]. Tersedia :

http://yogoz.wordpress.com/tag/macam-macam-komunikasi-dalam-pembelajaran/. Ardiansyah, M. Asrori. 2011. Tujuan Pengelolaan Kelas. [online]. Tersedia : http://www.majalahpendidikan.com/2011/06/tujuan-pengelolaan-kelas.html. Haryanto. 2010. Teori Belajar Gestalt. [online]. Tersedia :

http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-gestalt/. Thohir, Muhammad. 2012. Teori Belajar Gestalt. [online]. Tersedia : http://thohir.sunanampel.ac.id/2012/05/12/teori-belajar-gestalt/. Annisa, Akmala. 2011. Teori Belajar Konstruktivisme. [online]. Tersedia :

http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-konstruktivisme/. Riadi, Bambang. 2010. Teori Belajar Konstruktivisme dari Jean Piget. [online] tersedia : http://wong-q-to.blog.com/author/bambang_riadi/. Syukri, Andi Muhammad. 2012. Teori Belajar Konstruktivisme dan Implikasinya dalam Pendidikan. UIN Alauddin : Makasar. Akil. 2012. DEFINISI PENGELOLAAN KELAS. [online]. Tersedia :

http://bangakil.wordpress.com/2012/04/26/definisi-pengelolaan-kelas/.

Anonim.

2012.

Makalah:

Pengelolaan

Kelas.

[online].

Tersedia

http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/makalah-pengelolaan-kelas.html. Zamroni, Moh. Nur Wahid., Moh. Syamsul Huda. 2011. TOERI BELAJAR HUMANISTIK. [online]. Tersedia : http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/09/19/toeribelajar-humanistik-pengertian-teori-belajar-humanistik-tokoh-teori-belajar-humanistikprinsip-dalam-teori-belajar-humanistik-aplikasi-teori-belajar-humanistik-implikasi-teoribelajar-humani/. Morteza, Momo. 2009. Teori Belajar Kognitif. [online]. Tersedia :

http://hasanahworld.wordpress.com/2009/03/01/teori-belajar-kognitif/. Anonim. 2012. Teori Belajar Kognitif dan Pembelajaran. [online]. Tesedia : http://makalahcyber.blogspot.com/2012/07/teori-belajar-kognitif-dan-pembelajaran.html. Jaul, Luthfi Ahmad. 2012. MAKALAH TEORI BELAJAR KOGNITIF. [online]. Tersedia : http://upi-luthfiahmad.blogspot.com/2012/03/makalah-teori-belajar-kognitif.html. Anonim. 2012. Teori Belajar Kognitif. [online]. Tersedia :

http://akta4.blogspot.com/2012/11/teori-belajar-kognitif.html. Muhyidin. 2011. Teori Belajar Behavioristik. [online]. Tersedia :

http://zidandemak.blogspot.com/2011/12/teori-belajar-behavioristik.html. Anonim. 2011. Teori Belajar Behavioristik, Kognitif, dan Konstruktivisme. [online]. Tersedia : http://www.sekolahdasar.net/2011/03/teori-belajar-behavioristik-kognitif.html. Haryanto. 2010. Teori Belajar Behaviorisme. [online]. Tersedia :

http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-behaviorisme/. Mulyana, Aina. 2012. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN DAN JENISNYA. [online]. Tersedia : http://ainamulyana.blogspot.com/2012/01/pengertian-metode-

pembelaaran-dan.html.

Hipni, Rohman. 2011. Pengertian metode pembelajaran Ceramah (Preaching Method). [online]. Tersedia : http://hipni.blogspot.com/2011/09/pengertian-metode-pembelajaranceramah.html. Inayah, Husnul. 2012. Metode Pembelajaran Tanya Jawab. [online]. Tersedia : http://husnulinayah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-kooperatif.html. Umam, M. Syaikhul. 2012. Metode Pembelajaran Diskusi. [online]. Tesedia : http://magofwall.blogspot.com/2012/07/metode-pembelajaran-diskusi.html. Subliyanto. 2011. Kunjungan Lapangan Dan Karyawisata. [online]. Tersedia : http://subliyanto.blogspot.com/2011/05/kunjungan-lapangan-dan-karyawisata.html. Taufik R. M. 2009. METODE PENGAJARAN PRAKTIK. [online]. Tersedia : http://tovicrm.blogspot.com/2009/10/metode-pengajaran-praktik.html. Santoso, Ras Eko Budi. 2011. Metode Pembelajaran Bermain peran (Role Playing). [online]. Tersedia : http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/metode-pembelajaran-bermainperan-role.html. Binham. 2012. Metode Pembelajaran Demonstrasi. [online]. Tersedia :

http://binham.wordpress.com/2012/04/25/metode-pembelajaran-demonstrasi/. Anonim. 2009. MODEL METODE PEMBELAJARAN. [online]. Tersdia :

http://www.raudlatul-ulum.com/tag/metode-tutorial/. Arini, Yusti. 2009. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) DAN APLIKASINYA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN. [online]. Tersedia : http://yusti-

arini.blogspot.com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html. Indem. G. M. 2012. Konsep Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Bag. 1. [online]. Tersedia : contextual-teaching.html. http://007indien.blogspot.com/2012/06/konsep-pembelajaran-

MR. Hafis. 2011. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). [online]. Tersedia : http://hafismuaddab.wordpress.com/2011/06/07/model-pembelajaranberbasis-masalah-problem-based-learning/. Sukarto. 2012. Pengertian Andragogi (Pendidikan Orang Dewasa ). [online]. Tersedia : http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2316185-pengertian-andragogipendidikan-orang-dewasa/#ixzz2Fw7iiAjP. Anonim. 2011. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) . [online]. Tersedia : http://www.sekolahdasar.net/2011/10/model-pembelajaran-problem-based.html. Malyno, Jufry. 2010. Cooperative Learning (Model Pembelajaran Kooperatif). [online]. Tersedia : http://juprimalino.blogspot.com/2011/10/cooperative-learning-modelpembelajaran.html. Anonim. 2012. LANGKAH-LANGKAH DALAM PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING. [online]. Tersedia : http://mahmud09kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/07/langkah-langkah-dalam-pembelajaran.html. Anonim. 2010. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). [online]. Tersedia : http://nadhirin.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-contextualteaching.html.

You might also like