You are on page 1of 23

LAPORAN SILICON CONTROLLED RECTIFIER (SCR)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktikum Keahlian Tenaga Elektrik-1

Oleh: WIRAWAN SATRIA PAMUNGKAS 2211091035

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI (UNJANI) CIMAHI 2011

BAB I PENDAHULUAN

I.

Tujuan Untuk memahami SCR (Silicon Controlled Rectifier) dan mempelajari karakteristik pengendalian arus gate DC pada sebuah SCR. Untuk mengamati dan mempelajari bagaimana arus gate digunakan untuk mengaktifkan SCR on dan off. Untuk memahami dan membuktikan bahwa level arus gate dapat digunakan untuk mengkontrol level arus beban kolektor.

II.

Peralatan yang Digunakans Modul Praktikum Kabel Jumper Multimeter Digital DC Miliammeter Lampu Osiloskop

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Dasar SCR (Silicon Controlled Rectifier) adalah penyearah solid-state empat jenis lapis NPNP yang mempunyai tiga elektroda : anoda, katoda, dan gate yang berlaku sebagai sebuah elemen pengendali. SCR dibedakan dari dua elemen dioda penyearah sehingga tidak akan melewatkan arus apapun yang sepatutnya, meskipun forward-biased, sampai tegangan anoda sama atau melampaui suatu nilai yang disebut forward breakover voltage, VBRF. Ketika VBRF dicapi, SCR terhubungkan ON, sehingga menjadi konduktif yang tinggi. Nilai dari VBRF dapat dikontrol oleh level dari arus gate. Gate memberikan suatu dimensi baru dalam operasi penyearah dimana level rendah dari arus gate mengkontrol tinggi level dari anoda atau beban arus. Bebagai macam kapasitas SCR saat ini sudah diproduksi. Arus rendah SCR dapat menyediakan arus anoda lebih kecil dari 1 A. SCR (Silicon Controlled Rectifier) arus-tinggi melewatkan anoda atau arus beban dalam ratusan ampere. Simbol rangkaian untuk SCR dan bagian empat-lapis NPNP dapat dilihat pada Gambar-1.

2.1.1. Karakteristik Tegangan Arus Pada Gambar-2 ditampilkan karakteristik tegangan-arus dari sebuah SCR yang gate-nya tidak dihubungkan (dibuka). Ketika rangkaian anoda-katoda dibiaskan-berbalik, ada suatu arus reverse-leakage yang tipis yang disebut reverse

blocking current. Arus kecil ini tersisa smapai puncak tegangan berbalik VROM dilampaui. Pada titik itu bagian reverse (balik) dimulai secara tajam. Di titik tersebut arus melompat dengan tajam ke level konduksi tinggi. Disini resistansi anoda ke katoda dari SCR menjadi sangat kecil, dan SCR berlaku seperti switch yang terhubung. Dalam daerah konduksi-terobosan maju yang tinggi ini, tegangan melewati SCR anjlok kepada nilai yang sangat rendah, dan untuk semua maksud dan tujuan hampir seluruh tegangan yang muncul melewati beban terhubung seri dengan rectifier (gambar-3). Ini adalah resistansi beban eksternal, kemudian yang harus membatasi arus sepanjang SCR dan menahannya dalam laju nilai dari SCR.

Dua tahap pengoperasian dari Silicon Controlled Rectifier (SCR) berhubungan dua kondisi ON-OFF switch. Ketika tegangan diberikan di bawah titik breakover, switch-nya OFF. Ketika tegangan meningkat ke nilai yang sama atau lebih besar dari pada tegangan breakover, rectifier diubah ON. Rectifier tetap ON, maka kondisi arus-tinggi, selama arus tetap ada di atas nilai tertentu yang disebut arus tertahan (holding current). Ketika tegangan melewati rectifier anjlok ke nilai yang terlalu rendah untuk memperpanjang arus yang tertahan, maka rectifier berubah OFF.

2.1.2.

Gate Kontrol pada Forward Breakover Voltage Ketika pertemuan gate-katoda adalah forward-biased, rectifier diubah

ON pada level tegangan anoda terendah dari pada ketika gate dibuka. Maka, nilai

dari tegangan majukembali pada kondisi semula, direduksi oleh forward-bias. Ini dibuktikan dari karakteristik kurva dalam gambar 4. Forward Breakover Voltage maksimum VBRF0 muncul ketika gate dibuka,yaitu ketika gate arus IG0 = 0. Saat igate arus di level IG1, Forward Breakover Voltage VBRF2 adalah lebih rendah VBRF0. Sama juga dengan VBRF2 yang ditentukan oleh IG2 yang lebih besar dari IG1, yang lebih rendah dari VBRF1 dan VBRF3 adalah lebih rendah dari VBRF2.

Sejak bagian tersebut dikontrol oleh bias gate terobosan maju, SCR dioperasikan di bawah titik Forward Breakover maksimum. Rangkaian gate didasarkan sebagaimana hilangnya daya dan itu adalah forward dan kemampuan tegangan gate terbalik.

2.1.3.

Peringkat SCR Untuk menjaminoperasional yang aman, pabrik pembuat SCR

menentukan peringkat maksimum yang tidak boleh dilampaui. Peringkat SCR antara lain: PVF IF IFAV VROM PGM PGAV VGRM Tstg Tj : pengulangan puncak tegangan maju, gate terbuka : arus maju rms, kondisi ON : arus maju rata-rata, kondisi ON : puncak tegangan balik, gate terbuka : desipasi daya puncak gate : desipasi daya rata-rata gate : puncak tegangan balik gate : suhu penyimapanan : suhu pengoperasian junction

2.1.4.

SCR yang Digunakan Sebagai Rectifier Silicon Controlled Rectifier (SCR) sangat berguna dalam rangkain AC

yang akan bertindak sebagai rectifier diaman output arus dapat dikontrol dengan pengontrol arus gate-nya.

Dalam rangkaian ini SCR dihubungkan sebagai sebuah rectifier setengah gelombang yang mensuplai atus ke RL. Gate dibuka SCR di switch ON ketika tegangan maju-balik dicapai, dititik VBR0 pada sisi bagian positif pada aplikasi gelombang sinus. Sepanjang interval VBR0 melalui VX maka SCR terhubung. Ketika tegangan anoda turun sampai VX yang adalah dibawah potensial arus tertahan, SCR diubah OFF.tegangan yang diterapkan dalam rangkaian terdahulu dapat dilihat pada gambar 5.

Pada gambar 6, tegangan VBRO1 dimana ketika SCR diubah ON yang dikontrol oleh arus gate yang dalam giliran diterapkan oleh pemasangan VGG, sumber arus gate dan R2. VBRO1 adalah lebih rendah dari VBRO. Karenanya selama perioda beban membawa arus VBFO1 Melewati VX adalaah meningkat. Perioda konstruksi dapat lebih jauh meningkat oleh penambahan arus gate melewati level dalam contoh terdahulu. Catat bahwa arus gate dapat dan relatif rendah dibandingkan dengan arus anoda. Bagaimanapun rata-rata arus anoda tidak dapat melampaui rata-rata peringkat arus pada rectifier.

Rangkaian pada gambar 7 menggambarkan kontrol AC, dimana sering digunakan dari pada kontrol DC. Dalam rangkaian ini tegangan anoda ke katoda untuk SCR disuplai oleh tegangan tinggi dari transformer T yang kedua.jika resistansi muatan RL diganti oleh sebuah lampu, rangkaian gambar 7 dapat memberikan cahaya redup pada lampu.

2.1.5. Kontrol DC Arus-gate Gate mengendalikan pengembalian tegangan maju yang dipengaruhi ketika junction gate-katoda menerobos maju-dibiaskan. Gambar 8 menunjukkan sebuah rangkain yang mengerjakan sumber anoda DC dan pembagian sumber dc gate, yang dapat digunakan untuk mempelajari karakteristik dari SCR. Pengaruh R2 untuk mempertahankan resistansi yang lebih konstan antara gate daan katoda,

meskipun variasi dalam temperatur junction yang mempengaruhi resistansi gatekatoda.

Gambar 9 menunjukan rangkaian SCR yang mengerjakan suber DC yang sama untuk kedua anoda dan rangkain gate. Tujuan sama dari design komponen adalah sama seperti yang terdapat pada gambar 8. Disini potensiometer digunakan untuk mengukur arus gate, dari pada sumber variable VGG dalam gambar 8.

2.2. Teori Tambahan SCR (Silicon Controlled Rectifier) adalah piranti 3 (tiga) terminal yang digunakan untuk mengatur arus yang melalui suatu beban. Untuk mengatur arus yang cukup besar yang melalui Anoda-Katoda, hanya diperlukan arus yang kecil dari Gate. Selama arus Anoda-Katoda tetap mengalir, arus Gate dapat dihilangkan setelah satu kali melakukan penyulutan.

Gambar SCR dan Identifikasi Terminal Bila SCR digunakan pada arus AC, maka hanya akan mengalir arus ke satu arah saja, seperti halnya pada dioda. Pada pengaturan daya AC dengan SCR dikenal istilah sudut tunda penyulutan (firing delay angle) yaitu periode yang hilang sebelum SCR tersulut. Rangkaian penyulut pada Gate dapat berupa R mapun RC. Dengan rangkaian RC akan dapat diatur firing delay angle dalam jangkah yang lebar. SCR mempunyai elektroda kendali (Gerbang) terpisah dan seperti juga torostor lainnya, SCR mempunyai perilaku seperti tabung tiratron. Namun tidak tidak seperti triac, SCR hanya dapat terkonduksi dalam satu alat saja. Anodanya harus dapat dibuat positif dan katodanya dibuat negatif. SCR banyak digunakan dalam rangkaian penyearah terkendali, pengubah dan rangkaian kendali serta penyaklaran. SCR dapat digunakan tersendiri, digabung dengan SCR lainya atau digabung dengan diac, triac, transistor konvensional, transistor unijunction atau lampu-lampu neon. Daerah kerja SCR meliputi jangkah yang lebar, dari 1,7 A sampai 35 A dan 100 V sampai 700 V. SCR adalah komponen spasi 4 lapis (pnpn) rangkaiannya seperti pada gambar berikut :

Gambar SCR. (a) Susunannya. (b) Susunan ekivalen. (c) Rangkaian ekivalen. (d) Lambang rangkaian Keluaran sebuah SCR dapat diubah ubah secara halus dengan mengubah fasa picu gerbang. Makin awal sinyal pemicu tiba pada setengah siklus positf tegangan anoda maka maka makin lama siklus anoda yang mengalir, maka makin besar pula harga dari arus tersebut. Dengan menggunakan sebuah SCR, suatu arus anoda yang besar dapat disaklarkan dengan menggunakan arus gerbang yang kecil.Untuk mengerti tentang cara kerja dari SCR kita bisa terangkan ini dengan sebuah rangkaian elektronik persegi sebagai berikut:

Gambar Cara kerja dari SCR dengan sebuah rangkaian elektronik persegi Saat kita menghubungkan SCR ke sumber tegangan, plus (+) dan minus (-) ke K dan jangan menyuplai tegangan ke gate(G) ,kedua transisitor dalam keadaaan cutoff. Menyuplai pulsa (bahkan untuk waktu yang sangat pendek) ke gate menyebabkan transistor Q2 terhubung. Penghubungan ini menciptakan aliran arus yang pokok untuk transisitor Q1. Arus ini terhubung dan menyebabkan aliran yang rata ke base Q2. Aliran ini menjaga transistor Q2 dalam keadaan terhubung, yang mana menjaga transistor Q1 dalam keadaan terhubung walaupun pulsa dalam gate dalam keadaan berhenti.

Karakteristik SCR terlihat pada gambar berikut:

Gambar Karakteristik SCR Dalam tegangan belakang SCR seperti diode. Ini tidak akan terhubung sampai alat ini breaks-over. Komponen SCR dirancang untuk break-over tegangan yang tinggi) dalam hal ini untuk menghindari situasi ini). Vx lebih besar dari 400 V. Sebuah SCR dapat mempunyai tegangan dadal-jenuh (breakover) yang berkisar dari 50V sampai lebih dari 2500V tergantung pada nomor tipenya. SCR biasanya dirancang untuk operasi penutupan picu dan pembukaan arus rendah. Cara kerjanya adalah SCR tersebut akan terbuka terus sampai gerbangnya menerima masukan picu. Setelah itu SCR akan menutup dan bertahan dalam keadaan ini walaupun sinyal picu telah berlalu. Satu-satunya cara untuk membuka kembali SCR itu adalah cara pemutusan arus rendah. SCR biasanya dipandang sebagai suatu piranti yang menghalangi tegangan kecuali jika disambung dengan suatu picu. Karena itu, dalam lembar data yang bersangkutan , tegangan dadal-jenuh sering kali disebut tegangan penghalang maju. Misalnya saja SCR 2N4444 mempunyai tegangan penghalangmaju sebesar 600V. Ini berarti bahwa selama tegangan catu lebih kecil dari 600V, SCR tidak akan beralih keadaan. Penutupan saklar ini hanya dapat dilakukan dengan picu gerbang. Karena gerbang SCR dihubungkan dengan basis transistor internal, maka diperlukan setidaknya 0,7 V untuk memicu sebuah SCR. Lembar data menyebutnya dengan arus pemicu gerbang (Gate Trigger Current) I GT . Sebagai contoh, lembar data 2N4441 memberikan tegangan dan arus pemicu:

V GT = 0,75 V
I GT 10mA

Ini berarti bahwa sumber yang menggerakkan gerbang 2N4441 harus mencatu 10mA pada tegangan 0,75 V untuk mengunci SCR. Dengan adanya kapasitansi dalam SCR maka piranti ini dapat dipicu oleh tegangan catu yang berubah secara cepat. Jadi dengan kata lain, jika laju kenaikan dari tegangan catu cukup tinggi, maka arus pengisian kapasitif dapat memulai proses regenerasi. Untuk menghindari sinyal pemicuan yang salah pada SCR, laju perubahan tegangan pada anode tidak boleh melenihi laju kritis kenaikan tegangan yang tercantum pada lembar data. Piranti SCR yang lebih besar masih dikenakan batas lain berupa laju kritis kenaikan arus. Misalnya piranti C701 diketahui mempunyai laju kritis kenaikan arus sebesar 150A/s. Jika arus anode bertambah lebih cepat dari laju ini, SCR yang bersangkutan dapat menjadi rusak akibat bintik-bintik panas (hot spots) yang terjadi didalamnya. Penggunaan sebuah inductor secara seri seperti ditunjukkan pada Gambar 4.4.(b) akan mengurangi laju kenaikan arus, dan membantu pembatas RC dalam menekan laju kenaikan tegangan.

Gambar (a) Penekan RC (RC snubber). (b) Penekanan laju kenaikan arus dengan induktor Suatu SCR memiliki tegangan gerbang VG . Saat tegangan ini lenih dari
V GT , SCR akan hidup dan tegangan keluaran akan jatuh dari VCC ke suatu nilai

yang rendah. Kadang-kadang, hambatan gerbang digunakan disini. Hambatan ini membatasi arus gerbang ke suatu nilai yang aman. Tegangan masukan yang dibutuhkan untuk memicu sebuah SCR harus lebih dari:
VIN VGT I GT RGT

Dalam persamaan ini, V GT dan I GT adalah tegangan dan arus pemicu gerbang untuk piranti. Keuntungan utama dari SCR adalah penekanan tombol yang sangat pendek berdasarkan penekanan tombol yang regeneratif. Ini mengurangi penurunan tegangan di dan mengijinkan produksi komponen SCR, yang bisa menahan arus yang sangat besar (100 ampere). Keburukan dari SCR adalah pematian. Pematian dari SCR hanya ada satu cara yaitu mengurangi arus yang mengalir melalui ini disamping arus yang utama. Sebuah transistor bisa juga menekan tombol arus dalam cara yang sama. Keuntungan dari transistor adalah pematian ini dilakukan dengan sederhana yaitu menghentikan arus di base. Kerugiannya adalah waktu penekanan tombol lebih lama dan selama penekanan tombol dalam keadaaan tegangan yang tinggi dibangun dalam ini,dengan demikian ini tidak bisa digunakan untuk penekanan tombol untuk arus yang besar. Jenis SCR Adapun jenis-jenis dari SCR antara lain sebagai berikut: 1. LASCR (light activated SCR) adalah jenis SCR yang apabila terkena sinar matahari (cahaya yang cukup kuat ) akan menyebabkan elektron-elektron valensi dalam SCR tersebut akan dilepaskan dari orbit-orbitnya dan akan menjadi elektron-elektron bebas. Ketika elektron-elektron ini mengalir keluar dari kolektor akan memasuki basis transistor, maka proses regenerasi akan berlangsung sampai LASCR menjadi tertutup. 2. SCS (silicon controlled switch)adalah jenis SCR yang identik dengan saklar penahan SCS menyediakan saluran kepada kedua basisnya satu picu prategangan maju yang diberikan kepada salah satu basis tersebut akan menutupi SCS, begitu pula sebaliknya bila diberi prategangan balik maka akan membuka piranti saklar.

3.

GCS (gate-controlled switch) adalah saklar yang dirancang untuk dibuka dengan cara mudah yaitu dengan picu prategangan balik. Untuk GCS penutupan dilakukan dengan picu positif dan pembukaan dilakukan dengan picu negatif ( atau dengan pemutusan arus rendah )

Karakteristik SCR (Silicon Controlled Rectifier) 1. Sebuah SCR terdiri dari tiga terminal yaitu anoda, katoda, dan gate. SCR berbeda dengan dioda rectifier biasanya. SCR dibuat dari empat buah lapis dioda. SCR banyak digunakan pada suatu sirkuit elekronika karena lebih efisien dibandingkan komponen lainnya terutama pada pemakaian saklar elektronik. 2. SCR biasanya digunakan untuk mengontrol khususnya pada tegangan tinggi karena SCR dapat dilewatkan tegangan dari 0 sampai 220 Volt tergantung pada spesifik dan tipe dari SCR tersebut. SCR tidak akan menghantar atau on, meskipun diberikan tegangan maju sampai pada tegangan breakovernya SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan menghantar jika pada terminal gate diberi pemicuan yang berupa arus dengan tegangan positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir pada SCR lebih besar dari arus yang penahan (IH). 3. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) SCR adalah dengan mengurangi arus Triger (IT) dibawah arus penahan (IH). SCR adalah thyristor yang uni directional,karena ketika terkonduksi hanya bisa melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Artinya, SCR aktif ketika gate-nya diberi polaritas positif dan antara anoda dan katodanya dibias maju. Dan ketika sumber yang masuk pada SCR adalah sumber AC, proses penyearahan akan berhenti saat siklus negatif terjadi.

BAB III PROSEDUR PERCOBAAN

3.1. Tegangan Anoda DC ada Arus Gate DC 1. Menggunakan modul praktikum SCR 2. Perhatian, saklar utama dalam keadaan OFF dan seluruh saklar harus dalam kondisi OFF. Pelajari ranngkaian pada gambar 10. 3. Mengubungkan dengan menggunakan kabel jumper untuk merangkai gambar 10. VAA adalah sumber tegangan DC. Gunakan RL/beban dengan nilai tambahan 500 ohm. 4. Mengubungkan VAA ke sumber DC 15 V. Perhatikan seluruh saklar dalam keadaan OFF. 5. Perlu diketahui bahwa M1 digunakan untuk mengukur arus anoda setelah SCR digantikan menjadi ON. M2 digunakan untuk mengukur arus gate. V1 digunakan untuk mengukur tegangan dari katoda ke anoda. Ketika SCR diaktifkan maka tegangan yang melintasi SCR akan turun. Ketika SCR diaktifkan ON maka: IA = VAA / RL (pendekatan) 6. Mengatur R2 pada posisi maksimum. 7. Meng-ON-kan saklar utama modul dan ON-kan saklar S1 dan S2, lalu ONkan saklar sumber tegangan DC 15V. Perhatikan SCR 8. Jika tidak ada adjust R2 secara berangsur-angsur, lalu mengamati arus gate, lalu mengatur R2 sampai SCR menjadi ON. Catatan: jika SCR tidak bisa menjadi ON maka sebaiknya kurangilah tahanan dari resistor 5100 ohm pada rangkaian gate.Perhatian: ketika mengurangi nilai resistor 5100 ohm maka R2 jangan di posisi maksimal tetapi aturlah sembarang. Kemudian adjust R2 sampai SCR ON. 9. Mengukur dan mencatat pada tabel 1 hasil pengukurannya. Arus gate dibutuhkan untuk mengubah SCR menjadi ON. Mengukur dan mencatat tegangan anoda VDF yang melintasi SCR setelah berubah menjadi ON. Mengukur dan mencatat arus anoda IA setelah SCR menjadi ON.

10. Meng-adjust ulang R2 agar posisinya maksimum lagi. Mengulangi langkah 58, lalu mencatat hasilnya pada tabel 1 percobaan 2. 11. Setelah selesai OFF kan saklar S1. Adjust ulang R2 di posisi minimum. Ulangi langkah 5-8. lalu mencatat hasilnya pada tabel 1 percobaan 3. 12. Setalah SCR aktif OFF kan saklar S2 sehingga menghilangkan meghilangkan arus gate. Mengamati dan mencatat pada tabel 1 setiap efek yang terjadi. 13. OFF-kan saklar S1 sehingga S1 dan S2 menjadi OFF 14. OFF-kan saklar utama modul. Mengubah supplai tegangan VAA menjadi 18V DC. 15. ON-kan saklar utama modul dan S1, S2. Lalu ON-kan saklar sumber tegangan DC. Mengulangi langkah 5-10 kemudian mencatatnya pada tabel 1. 16. Setelah SCR aktif maka OFF-kan saklar S2 sehingga menghilangkan arus gate. Mengamati dan mencatat efek yang terjadi. 17. Kemudian OFF-kan saklar utama dan saklar lainnya. 18. Membuat kesimpulan.

Efek pada arus anoda, setelah SCR menjadi ON pada pembukaan gate saklar S2: Langkah 11: Langkah 15:

3.2.

Kontrol Gate DC dan Sumber Anoda AC 1. Menggunakan modul praktikum SCR. 2. Meng-OFF-kan saklar utama modul dan S1. Mempelajari dan mengamati rangkaian pada gambar 6. Setelah paham hubungkan seperti gambar 6. Menggunakan RL 500 ohm. 3. Meng-ON-kan saklar utama, S1 tetap OFF. Memasang osiloskop pada line sync. Mengamati bentuk gelombang A ke C. Mengatur kontrol osiloskop sampai bentuk gelombang yang direferensikan muncul. Mengukur dan mencatat pada tabel 2 puncak ke puncak tegangannya. Mengamati bentuk gelombang melewati SCR, titik B ke C. Ketika SCR ON, bentuk gelombang pada gambar 5 akan muncul. Catat dan gambar hasil yang diperoleh. 4. Tutup S2. Perlahan mengubah VR1, kontrol gate arus, mengamati bentuk gelombang dari anoda ke katoda. Pada tabel 2 menggambar dalam phase bentuk gelombangnya. Mengukur untuk tiap amplitudo puncak positif dari bentuk gelombang, arus beban IL, gate arus IG, dan sudut konduksi. Mencatat pada tabel 2. 5. Mengulangi langkag 1-3 tetapi menggunakan RL 1Kohm, 1,5 Kohm, 2 Kohm, dan beban lampu tersedia. 6. Kemudian OFF-kan saklar utama modul serta saklar lainnya. 7. Membuat kesimpulan.

3.3. Kontrol Gate AC dan Sumber Anoda AC (Rangkaian 1) 1. Menggunakan modul praktikum SCR. 2. Meng-OFF-kan saklar utama modul dan S2. Mempelajari dan memahami rangkaian pada gambar 7. Setelah paham rangkaian seperti pada gambar 7. Menggunakan RL 500 ohm. Catatan bahwa sebuah sumber gate AC digunakan, sehingga penyearah AC positif muncul pada gate. 3. Meng-ON-kan saklar utama dan S2. Mengamati bentuk gelombang tegangan bebab dengan R2 sebagai kontrol gate arus, yang di ubah dari minimum ke maksimum. Mencatat pada tabel 3 hubungan bentuk gelombang dan konduksi minimum, maksimum. 4. Mencatat pada tabel 3 nilai ukuran dari gate arus IG dan muatan arus IL untuk sudut konduksi minimum dan maksimum. 5. Mengulangi langkah 2-3 tetapi menggunakan RL 1Kohm, 1,5 Kohm, 2 Kohm dan beban lampu. 6. Meng-OFF-kan saklar utama dan saklar lainnya. 7. Membuat kesimpulan.

BAB IV HASIL PERCOBAAN

BAB V KESIMPULAN

1. SCR adalah penyearah kompak empat lapis PNPN yang terdiri dari anoda, katoda, dan gate. 2. Tidak seperti dioda, SCR tidak akan konduksi, meskipun anoda-katoda dibias forward sampai tegangan anoda sama atau lebih besar dari nilai Forward Breakover Voltage (VBRF). 3. Fotward Breakover Voltage dapat diatur dengan nilai arus gate 4. Kapasitas SCR tersedia dari arus rendah ( < 1 A) sampai arus besar (ratusan amper) 5. Forward Breakover Voltage dipengaruhi oleh nilai arus gate. Pada gambar diperlihatkan bahwa dengan kenaikan arus gate maka VBRF akan turun, sehingga tegangan anoda-katoda yang diperlukan untuk menyalakan SCR juga turun. 6. Sesudah SCR ON, gate lepas kontrol, sehingga menaikkan atau mengurangi arus gate tidakkan mempengaruhi arus anoda. 7. SCR serupa dengan saklar ON-OFF. Jika dinyalakan akan ON dan sebaliknya OFF. 8. SCR dapat dihubungkan sebagai penyearah yang menyuplai arus DC yang tidak difilter ke beban. Disini arus DC Gate mengontrol titik penyalaan. 9. SCR digunakan dalam rangkaian elektronik untuk mensuplai arus yang diserahkan ke beban. Level dari arus yang diseralikan ditentukan oleh setting arus Gete dan parameter- parameter rangkaian.

TUGAS PENDAHULUAN

1. Kurva tegangan dan arus sebuah SCR terlihat di Gambar 2.

Gambar 2. Karakteristik kurva I-V SCR Pada Gambar 2. tertera tegangan breakover Vbo, yang jika tegangan forward SCR mencapai titik ini, maka SCR akan ON. Lebih penting lagi adalah arus Ig yang dapat menyebabkan tegangan Vbo turun menjadi lebih kecil. Pada Gambar 2.5 ditunjukkan beberapa arus Ig dan korelasinya terhadap tegangan breakover. Pada datasheet SCR, arus triger gate ini sering ditulis dengan notasi IGT (gate trigger current). Pada Gambar 2.5 ditunjukkan juga arus Ih yaitu arus holding yang mempertahankan SCR tetap ON. Jadi agar SCR tetap ON maka arus forward dari anoda menuju katoda harus berada di atas parameter ini. Sejauh ini yang dikemukakan adalah bagaimana membuat SCR menjadi ON. Pada kenyataannya, sekali SCR mencapai keadaan ON maka selamanya akan ON, walaupun tegangan gate dilepas atau di short ke katoda. Satu-satunya cara untuk membuat SCR menjadi OFF adalah dengan membuat arus anoda-katoda turun dibawah arus Ih (holding current). Pada Gambar 2. kurva I-V SCR, jika arus forward berada dibawah titik Ih, maka SCR kembali pada keadaan OFF. Berapa besar arus holding ini, umumnya ada di dalam datasheet SCR.

2.

SCR sangat berguna dalam rangkaian arus bolak-balik . Dalam aplikasi demikian SCR bekerja sebagai penyearah yang arus keluarannya dapat dikontrol melalui pengaturan arus gate. SCR dihubunglan sebagai rectifier setengah gelombang yang menyuplai arus ke beban RL. Gate dalam keadaan terbuka. SCR akan ON bila Forward Breakover Voltage tercapai, pada titik VBRO untuk setengah gelombang positip dari gelombang sinus. Selama interval VBRFO sampai VX, SCR konduksi. Bila tegangan anoda turun ke VX di bawah potensial holding current, SCR OFF dan berlangsung selama setengah gelombang negatip. Arus mengalir melalui beban selama interval VBRO VX. Tegangan VBRO1 yang membuat SCR ON dikontrol oleh arus gate yang besarnya tergantung pada VGG yang ditentukan, sumber arus gate dan R2. VBRO1 lebih rendah dari VBRO. Karena itu periode selama beban menarik arus dari VBRO1 VX naik dan arus lebih besar disuplai ke beban.

3. Dalam kondisi ini persambungan Gate Katoda diberi bias maju. Bila persambungan Gate Katoda diberi bias maju, SCR akan ON pada tegangan anoda yang lebih kecil dari pada tegangan anoda pada keadaan gate terbuka. Jadi pemberian bias maju pada persambungan gate katoda akan menurunkan Forward Breakover Voltage. Forward Breakover Voltage mencapai nilai maksimum VBRFO pada kondisi gate terbuka. Dalam kondisi ini IGO = 0. Bila ada arus gate IG1, VBRF1 menjadi lebih rendah dari VBRFO. Makin besar IG , VBRF makin kecil. Dengan kenaikan arus gate, SCR mulai bekerja seperti biasanya penyearah silicon.

4. Karena rectifier akan ON bila Forward Breakover Voltage tercapai, pada titik VBRO untuk setengah gelombang positip dari gelombang sinus.

5.

SCR adalah thyristor yang uni directional, karena ketika terkonduksi hanya bisa melewatkan arus satu arahsaja yaitu dari anoda menuju katoda. Artinya, SCR aktif ketika gate-nya diberi polaritas positif dan

You might also like