You are on page 1of 2

Penggabungan dua akad atau lebih menjadi satu akad dalam fiqih kontemporer disebut al-uqud al-murakkabah (akad

rangkap / multi akad). Menurut penggagasnya, akad rangkap adalah kesepakatan dua pihak untuk melaksanakan suatu muamalah yang meliputi dua akad atau lebih, misalnya akad jual-beli dengan ijarah, akad jual beli dengan hibah dst, sedemikian sehingga semua akibat hukum dari akad-akad gabungan itu, serta semua hak dan kewajiban yang ditimbulkannya, dianggap satu kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan, yang sama kedudukannya dengan akibat-akibat hukum dari satu akad. ( a!ih "ammad, Al-Uqud AlMurakkabah fi al-Fiqh al-Islami, hal. #$ %bdullah al-&mrani, Al-Uqud al-Maliyah alMurakkabah, hal. '(). %plikasinya dalam bank syariah misalnya akad Murabahah lil Aamir bi asy-Syira` (Murabahah )PP *)epada Pemesan Pembelian+/Deferred Payment Sale). %kad ini tidak sama persis dengan akad Murabahah yang asli, yaitu jual beli pada harga modal (pokok) dengan tambahan keuntungan yang diketahui dan disepakati oleh penjual dan pembeli. (,halah %sh-,hawi %bdullah Mushlih, Maa Laa Yasa u At-!a"iru #ahlahu, hal. ##$ %bdur .ouf "am!ah, Al-$ai fi Al-Fiqh Al-Islami, hal. /0$ %yid ,yarawi, Al-Masharif al-Islamiyah, hal. 122 dst). %dapun Murabahah )PP, lebih kompleks dan melibatkan tiga pihak, yaitu pembeli, lembaga keuangan, dan penjual. Prosesnya 3 pembeli (nasabah) memohon lembaga keuangan membeli barang, lalu lembaga keuangan membeli barang dari penjual se4ara kontan, lalu lembaga keuangan menjual lagi barang itu kepada pembeli dengan harga lebih tinggi, baik se4ara kontan, angsuran, atau bertempo. (,yafii %ntonio, $ank Syariah dari !e%ri ke Praktek, hal./5#$ %yid ,yarawi, Al-Masharif al-Islamiyah, hal. '/6). 7adi dalam Murabahah )PP ini ada dua akad$ akad jual beli antara lembaga keuangan dan penjual$ dan akad jual beli antara lembaga keuangan dengan pembeli. Menurut penggagasnya, akad rangkap hukumnya mubah berdasar kaidah fikih 3 al-ashlu fi almuamalat al-ibahah (hukum asal muamalah adalah boleh). Maka hadits-hadits yang mengharamkan dua jual beli dalam satu jual beli (baiataini fi baiatin), atau mengharamkan dua akad dalam satu akad (shafqatain fi shafqatin), dipahami hanya perke4ualian dari hukum asalnya. ("asanudin, Multi Akad dalam !ransaksi Syariah &%ntem'%rer, hal. /1). Pendapat yang terpilih (ra"ih) bagi kami, akad rangkap hukumnya tidak sah se4ara syari. %lasan kami$ Pertama, kaidah fiqih yang digunakan tidak tepat. 8engan mendalami asal-usulnya, nyatalah kaidah itu hanya 4abang dari kaidah al-ashlu fi al-asy-ya` al-ibahah (hukum asal segala sesuatu adalah boleh). Padahal nash-nash yang mendasari kaidah al-ashlu fi al-asy-ya` al-ibahah (misal 9, %l-:aqarah362) berbi4ara tentang hukum benda (materi), bukan tentang hukum muamalah (perbuatan manusia). ("isyam :adrani, !ahqiq Al-Fikr Al-Islami, hal. 12). &edua, ada nash yang melarang penggabungan akad. &bnu Masud .% berkata, abi ,%; melarang dua kesepakatan dalam satu kesepakatan (shafqatain fi shafqatin) (". %hmad, AlMusnad, &/12<). Menurut &mam =aqiyuddin an- abhani hadits ini melarang adanya dua akad dalam satu akad, misalnya menggabungkan dua akad jual beli menjadi satu akad, atau akad jual beli digabung dengan akad ijarah. (al-Syakhshiyah al-Islamiyah, &&/15<).

"adits ini bukan perke4ualian, melainkan larangan menggabungkan akad se4ara mutlak, tanpa melihat akad-akad yang digabungkan bertentangan atau tidak. )aidah ushul fikihnya 3 AlMuthlaq ya"ri ala ithlaqihi maa lam yarid dalil yadullu ala at-taqyid (dalil mutlak tetap dalam kemutlakannya, selama tidak ada dalil yang membatasinya) (;ahbah >uhaili, Ushul al-Fiqh alIslami, &/65<). (allahu alam.

You might also like