You are on page 1of 4

DISKUSI

1. Bagaimana cara menyingkirkan Diagnosa Banding pada kasus ini?

Diagnosa Banding Insect Bite

Definisi

Gejala Klinik

Pemeriksaan Dermatologi

Keterangan Terdapat dengan keluhan

Adalah kelainan Setelah akibat atau serangga disebabkan gigitan serangga

digigit Lokalisasi : Dapat timbul terjadi dimana diseluruh

kesamaan skabies gatal dari dan

tusukan edem a pada kulit, saja yang disusul nekrosis jaringan tubuh.

efloresensi berupa pustul miliar.

reaksi terhadap setempat. toksin alergen dikeluarkan artropoda penyerang. atau Penderita yang mengeluh

Efloresensi: Berupa gatal dan eritema iskemia, Pada pasien ini riwayat digigit serangga dalam 1 bulan terakhir tidak

dan nyeri pada kemudian terjadi tempat Gejala gigitan. nekrosis luas dan sistemik ganggren.

diketahui pasien. Maka, Insect bite dapat dijadikan banding. Untuk DD ini diagnosis

berupa rasa tidak Kadang-kadang enak, muntah, sampai muntah- berupa pusing, miliar syok. lentikular pustul sampai

Dapat menyertai menyeluruh atau gigitan dengan pada sebagian

menyingkirkan maka harus

toksin yang berat tubuh. (seperti gigitan

dilakukan

pemeriksaan

darah. Pada insect bite akan tampak banyak

laba-laba hitam)

eusinofil, namun pada skabies tidak ditemukan kelainan laboratorium

kecuali bila sudah terjadi infeksi sekunder.

36

Folikulitis

Adalah peradangan folikel rambut baik superfisial maupun profunda.

Rasa gatal dan rasa terbakar pada daerah berambut yang terinfeksi berupa makula eritematosa disertai papula atau pustul yang ditembus oleh rambut. Pertumbuhan rambut sendiri tidak terganggu. Kadang penyakit ini ditimbulkan oleh sekret dari luka dan abses.

Lokalisasi : daerah berambut paling sering pada kulit kepala dan ekstremitas.

Persamaannya skabies keluhan adalah gatal

dengan dari dan

efloresensi berupa papul miliar. Perbedaan pada kasus ini adalah pasien tidak adanya

Efloresensi : berupa makula eritematosa, papula, pustula, dan krusta miliar sampai lentikular, regional sesuai dengan pertumbuhan rambut.

mengeluhkan

keluhan rasa terbakar. Pemeriksaan penunjang untuk diagnosa adalah menyingkirkan banding ini

dengan

melakukan pemeriksaan bakteriologis dari sekret lesi dengan pewarnaan gram, akan stafilokok. pada folikulitis ditemukan

2. Apa dasar pemilihan antihistamin pada kasus ini? Terdapat beberapa golongan Anti histamin yang pemberiannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Pada kasus ini pemilihan Antihistamin golongan sedatif dengan alasan selain untuk menghilangkan rasa gatal yang diderita pasien dapat juga memberikan efek sedasi kepada pasien agar menghindari keinginnya menggaruk daerah yang gatal yang dapat memperparah keadaan lesi di tubuh pasien. Selain itu karena pasien tidak bekerja lagi sehingga pemberian Antihistamin dengan efek sedasi tersebut tidak akan mengganggu aktifitasnya sehari-hari.

37

Berikut ini adalah beberapa pilihan antihistamin yang pemberiannya dapat disesuaikan dengan kondisi atau aktifitas sehari-hari yang dilakukan pasien: 1.H1-blockers (antihistaminika klasik). Mengantagonir histamin dengan jalan memblok reseptor-H1 di otot licin dari dinding pembuluh,bronchi dan saluran cerna,kandung kemih dan rahim. Begitu pula melawan efek histamine di kapiler dan ujung saraf (gatal, flare reaction). Efeknya adalah simtomatis, antihistmin tidak dapat menghindarkan timbulnya reaksi alergi. a. Obat generasi ke-1 Prometazin, oksomemazin, tripelennamin, (klor) feniramin, difenhidramin, klemastin (Tavegil), siproheptadin (periactin), azelastin (Allergodil), sinarizin, meklozin, hidroksizin, ketotifen (Zaditen), dan oksatomida (Tinset).

Obat-obat ini berkhasiat sedatif terhadap SSP dan kebanyakan memiliki efek antikolinergis. b. Obat generasi ke-2 Astemizol, terfenadin, dan fexofenadin, akrivastin (Semprex), setirizin, loratidin, levokabastin (Livocab) dan emedastin (Emadin). Zat- zat ini bersifat khasiat antihistamin hidrofil dan sukar mencapai CCS (Cairan Cerebrospinal), maka pada dosis terapeutis tidak bekerja sedative. Keuntungan lainnya adalah plasma t2-nya yang lebih panjang, sehingga dosisnya cukup dengan 1-2 kali sehari. Efek antialerginya selain berdasarkan, juga berkat dayanya menghambat sintesis mediatorradang, seperti prostaglandin, leukotrin dan kinin.

2. H2-blockers (Penghambat asma) Obat-obat ini menghambat secara efektif sekresi asam lambung yang meningkat akibat histamine, dengan jalan persaingan terhadap reseptor-H2 di lambung. Efeknya adalah berkurangnya hipersekresi asam klorida, juga mengurangi vasodilatasi dan tekanan darah menurun. Senyawa ini banyak digunakan pada terapi tukak lambug usus guna mengurangi sekresi HCl dan pepsin, juga sebagai zat pelindung tambahan pada terapi dengan kortikosteroida. Lagi pula sering kali bersama suatu zat stimulator motilitas lambung (cisaprida) pada penderita reflux. Penghambat asam yang dewasa ini banyak digunakan adalah simetidin, ranitidine, famotidin, nizatidin dan roksatidin yang merupakan senyawa-senyawa heterosiklis dari histamin.
38

3. Jelaskan interpretasi dari ukuran efloresensi? a. Miliar : Sebesar kepala jarum pentul ( diameter < 0,5 cm) b. Lentikular : sebesar biji jagung (diameter 0.5 cm 2 cm) c. Numular : sebesar uang logam (diameter 2 cm -5 cm d. Plakat : lebih besar dari numular (diameter > 5 cm)

4. Mengapa Terapi pilihan Antiskabies yang diberikan pada pasien adalah Permetrin? Pada kasus ini terapi pilihan yang diberikan adalah suatu Antiskabies yaitu Permetrin berupa piretroid sintesis yang efektif pada manusia dengan toksisitas rendah, bahkan dengan pemakaian yang berlebihan sekalipun. Permetrin bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel melalui ikatan dengan natrium sehingga menghambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralisis parasite. Obat ini ditoleransi dengan baik, diserap minimal oleh kulit, tidak diabsorbsi sistemik, dimetabolisasi dengan cepat, serta dikeluarkan kembali melalui keringat dan sebum. Oleh karena itu, obat ini merupakan terapi pilihan lini pertama rekomendasi CDC untuk terapi tungau tubuh. Penggunaan obat ini biasanya pada sediaan krim dengan kadar 1% untuk terapi tungau pada kepala dan kadar 5% untuk terapi tungau tubuh. Studi menunjukkan penggunaan permetrin 1% untuk tungau daerah kepala lebih baik dari lindane karena aman dan tidak diabsorbsi secara sistemik. Cara pemakaiannya dengan dioleskan pada seluruh area tubuh dari leher ke bawah dan dibilas setelah 8-14 jam. Bila diperlukan, pengobatan dapat diulang setelah 5-7 hari kemudian. Belum ada laporan terjadinya resistensi yang signifikan tetapi beberapa studi menunjukkan adanya resistensi permetrin 1% pada tungau kepala namun dapat ditangani dengan pemberian permetrin 5%. Permetrin sebaiknya tidak digunakan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan atau pada wanita hamil dan menyusui namun studi lain mengatakan bahwa obat ini merupakan drug of choice untuk wanita hamil dengan penggunaan yang tidak lebih dari 2 jam. Dikatakan bahwa permetrin memiliki angka kesembuhan hingga 97,8% jika dibandingkan dengan penggunaan ivermectin yang memiliki angka kesembuhan 70%. Tetapi penggunaan 2 dosis ivermectin selama 2 minggu memiliki keefektifan sama dengan permetrin. Efek samping yang sering ditemukan adalah rasa terbakar, perih dan gatal, sedangkanyang jarang adalah dermatitis kontak derajat ringan sampai sedang.
39

You might also like