You are on page 1of 18

1

KOORDINASI ISOLASI TEGANGAN TINGGI


Koordinasi Isolasi : Korelasi antara daya isolasi alat-alat dan rangkaian listrik dengan
karakteristik alat-alat pelindungnya sehingga isolasi terlindungi dari bahaya tegangan lebih
secara ekonomis
Koordinasi Isolasi dinyatakan dalam bentuk langkah-langkah yang diambil untuk
menghindari kerusakan terhadap alat-alat listrik akibat over voltage dan membatasi lompatan
sehingga tidak menimbulkan kerusakan

TUJUAN KOORDINASI ISOLASI

mis)
Dengan kedua tujuan tsb suatu STL akan :
- Memiliki daya isolasi yang dapat diatur sedemikian rupa
- Kualitas pelayanan menjadi semakin baik
- Biaya yang dikeluarkan minimum

Hal-hal yang menjadi Pertimbangan dalam Koordinasi Isolasi
pada transmisi dan karakteristiknya


-alat pelindung seperti Arrester
(Basic Impulse Insulation Level / BIL)

Prinsip Dasar yang menjadi Rasionalisasi dan Implementasi dari Koord. Isolasi
ini harus disesuaikan dengan sistem
istem, yang terdiri dari

2




Prinsip Dasar thd Rasionalisasi dan Implementasi Koord. Isolasi
Pada kedua sistem tersebut Teg. Transmisi maksimumnya dapat mencapai 105% teg.
dasarnya
Misal : teg. Sistemnya138 kV, maka BIL 80%nya yaitu 520 kV
dimana arrester bisa bekerja dengan baik.
Dalam penentuan isolasi trafo dipakai isolasi yang dikurangi (reduced insulation) yaitu
tingkat isolasi yg lebih rendah dari yang telah ditetapkan dalam standard
dan karakteristik pelindung arrester
Fenomena Gelombang Surja pada Saluran
merambat dari titik sumbernya berarah radial sepanjang penghantar
pat ditahan oleh isolator dan
titik B untuk tanduk busur apinya. Fungsi dari tanduk busur api adalah melindungi isolator
dari tegangan tembus yang disebabkan oleh gelombang surja.
an listrik
(discharge) dari tanduk yang terhubung ke penghantar ke tanduk yang terhubunga ke bumi
(grounding) yang menimbulkan loncatan api.
3


Karakteristik Isolasi

menurun
lebih kecil dari tegangan tembus (breakdown) isolasi
tegangan isolasi, dengan visualisasi Gambar 2, titik D adalah amplitude gelombang surja
yang telah mencapai tegangan tembus isolasi pada waktu tD (VS(t) = Vi(t)).

Karakteristik Koordinasi isolasi

Dengan karakteristik isolasi dan karakteristik arrester dapat disusun suatu sistem pengaman
yang terkoordinasi(gb Kar. Koord)
kemampuan isolasi dan pengaman sistem ditentukan dengan Basic Insulation Level (BIL)
4

Metode Koordinasi Isolasi

asic Insulation Level; Withstand voltage dari peralatan sistem tenaga;dan impulse
withstand level.



Karakteristik Koordinasi
berperan adalah kemampuan isolasi terhadap kenaikan tegangan yang dikenakan padanya
an
tegangan kerja (kelas tegangan) dimana peralatan itu beroperasi
disebut level tegangan shunt, yaitu perangkat pengaman seperti arrester
Batas ketahanan impuls petir yang disebut sebagai Basic Impulse Level(BIL) adalah
ketentuan untuk setiap sistem tegangan nominal dari berbagai peralatan
-komponennya harus mempunyai BIL di atas level sistem
proteksi, sesuai margin. Nilai batas ini biasanya ditentukan berdasarkan isolasi udara dengan
metoda statistik
ditetapkan berdasarkan metoda konvensional.

DESAIN ISOLASI UNTUK SISTEM EHV DAN UHV
Isolasi
5


peralatan atau sistem telah ditentukan, batas impuls switching (SIL) tidak ditentukan lagi

Ilustrasi Prinsip Koordinasi Isolasi

Nominal tegangansistem 132kV
Tegangan tertinggi sistem 145kV
Tegangan tertinggi system kebumi 145xV2/V3=119kV
Perkiraan tegangan lebih surja hubung(3.0p.u.) 3x119=375kV(peak)
Surjadiverter
Rating
Muka gelombang tegangan sprarkover
Vd(tegangan pelepasan pada10kA,8/20s gelombang
arus impuls)
132 kV
510 kV (peak)
443 kV (peak)
Transformator
Tegangan impuls withstand
Level tegangan induksi withstand
Impuls proteksi margin
550 kV
230 kV
550-443 /443 x 100% = 24%
Switcgear
Tegangan impuls withstand
Bus isolasi tegangan impuls withstand
650kV(peak)
650kV(

Penent uan ukuran sistem isol asi membutuhkan pengetahuan yang akurat
tent ang j enis, besar dan lama t erj adinya tekanan list rik ( elect ric stress) pada
kondi si lingkungan tertentu. Namun, di sisi l ai n, karakt eri sitik mat eri al
isol asi harus pul a diketahui sehingga dapat di perol eh rancangan sist em
isol asi yang pali ng optimum at au ekonomis. Masal ah yang timbul adal ah
penentuan karakt eri stik materi al isolasi dilakukan dengan sampel model pada
kondi si st andar, sehingga interpolasi ni lai -nil ai model ini t erhadap si stem
isol asi yang nyat a seringkali tidak sesuai . Sel ain itu, banyak nil ai dari
karakt eri stik mat eri al isol asi di arahkan ke masal ah statisti k agar pen ent uan
dimensi sist em i sol asi harus dil akukan dengan bat as keamanan yang sesuai.
6


- Syarat material isol asi
Fungsi yang pali ng penting dari mat eri al isol asi adal ah untuk
mengisol asi konduktor bert egangan sat u sama l ai n dan t erhadap bumi.
Namun, sel ain i tu, mat eri al isol asi harus memili ki fungsi mekanis dan mampu
bert ahan t erhadap tekanan termal dan kimi a. Tekana n-t ekanan tersebut
seringkali terj adi secara simult an, sehingga efek bersama dari berbagai
paramet er t ersebut dapat diket ahui .
Bergantung pada j enis aplikasi ya, ada beberapa persyarat an yang
ditentukan untuk karakt eristik list ri k dari mat eri al isol asi:
- Memili ki kekuat an elekt rik yang tinggi , untuk mendapat kan ukuran yang
kecil dan biaya rendah dengan vol ume mat eri al sesedikit mungkin.
- Memili ki di el ekt ri k losses yang rendah, unt uk mencegah terj adinya
pemanasan lebih pada mat erial isolasi
- Memili ki kekuat an t racking yang tinggi sel ama terj adi nya t ekanan pada
permukaan materi al, untuk mencegah t erj adi nya tracki ng at au erosi.
- Memili ki konstant a diel ekt rik yang sesuai

Persyarat an mekani k diperlukan karena mat eri al isolasi merupakan
mat eri al konst ruksi yang memil i ki karakt eristik beban tertent u. Beberapa
sifat yang penting pada mat eri al i sol asi adal ah kekuat an t ensil (mi sal nya pada
isol ator saluran udara), kekuat an t arik (post isolat or pada gardu i nduk),
kekuatan tekanan (i solator pedestal pada ant ena) atau kekuat an menahan
tekanan (isol ator CB dengan t ekanan int ernal). Karakt eristi k mekani s seperti
modul us el asti sit as, kekerasan dan lain-lain merupakan karakt eristik yang
sangat berhubungan dengan t ekanan dan perancangan yang sesuai .
Peral at an list ri k seri ngkali mengal ami kenaikan t emperatur pada operasi
normal sebagaimana pada kondisi gangguan. Spesi fikasi dari sifat t ermal
seperti kekuatan bert ahan t erhadap panas yang tinggi , kekuat an bert ahan yang
bai k terhadap panas, kondukti vit as t ermal yang tinggi, koefi si en ekspansi
termal yang rendah, dan kekuat an bertahan t erhadap busur api yang ti nggi .
Mat erial isolasi j uga harusnya tidak sensiti f t erhadap kondisi
lingkungannya. Oleh karena it u materi al i solasi hendaknya memiliki beberapa
7

sifat l ain seperti: memili ki ket ahanan terhadap ozone, i mpermeabilit as,
bersi fat hi groskopik, daya serap air rendah, dan kest abil an radiasi .
Sifat -sifat teknol ogi seperti kemampuan proses dan kerj a yang ti nggi ,
homogen, kest abi lan ukuran dan l ain-lain yang pent ing untuk produksi
ekonomi s harus pul a diperhitungkan.
Mat erial i sol asi yang dit erapkan pada sistem t egangan t inggi harus
memenuhi persyaratan yang seri ngkal i bertent angan. Ol eh karena it u,
pemil ihan mat eri al i solasi untuk apli kasi tert ent u harus mel alui kompromi
ant ara syarat -syarat dan si fat -sifat yang harus dipenuhi .

- Sifat dan penguji an material i solasi
- Sifat li strik
a) Kuat medan tembus
Kuat medan tembus merupakan si fat mat eri al yang sangat penting yang
sangat berhubungan dengan ukuran mat erial, meski pun tidak menggambarkan
spesifi kasi t et ap dari mat eri al . Hal i ni disebabkan adanya pengaruh paramet er
lain sepert i j ari -j ari lekukan isol asi dan permukaan el ekt roda, ket ebalan
lapi san, j eni s tegangan, l amanya t ekanan, tekanan udara, t emperat ur,
frekuensi dan kel embaban. Untuk mat eri al isol asi dan konfi gurasi el ekt roda
tertentu, nil ai -nil ai yang berhubungan dengan hal -hal di at as telah t ersedi a
(misalnya, untuk udara dan SF
6
pada kondisi st andar dan konfi gurasi yang
berbeda). Pada kasus yang l ai n, t egangan t embus isol asi untuk aplikasi
tertentu harus ditent ukan secara penguji an.
Untuk materi al i sol asi padat, krit eri a tert ent u tersedia dari pengukuran
tegangan tembus at au kuat medan tembus pada pl at uji pada medan homogen
at au kurang homogen. Mat eri al i sol asi gas dan cai r di uji di ant ar a segmen-
segmen sferis.
Gambar 6. 2. 1 menunjukkan contoh pengaturan penguji an standar untuk
penentuan kuat medan t embus pada at au foil sampai ket ebal an 3 mm. Unt uk
mencegah pelepasan muatan permukaan pada pl at, keseluruhan pengat uran
dilakukan pada cai r an isol asi dengan konst anta dielektri k yang konst an.
Pengat uran el ekt roda dari segmen sferi s dapat dilihat pada gambar 6. 2. 2
8

dengan menggunakan mat eri al isolasi cair dan gas yang dapat di atur agar
kegagal an (t egangan tembus) t ercapai pada j arak cel ah 6. 5 mm.

Gambar 6.2.1 Pengaturan plat elektroda Gambar 6.2.2 Pengaturan elek-
untuk pengukuran tegangan tembus mate- troda dengan segmen sferis ntuk
rial isolasi padat untuk ketebalan material pengukuran tegangan tembus un-
sampai 3 mm. tuk material isolasi cair.

Gambar 6.2.3 Elektroda plat dengan cincin untuk pengukuran
tahanan volume material isolasi padat
1 plat 2 sampel material isolasi 3 elektroda pengukuran
4 cinci 5. bagian isolasi dan pemandu

Penguji an t egangan tembus dil akukan dengan t egangan bolak-balik, yang
dinaikkan dari tegangan nol sampai t egangan tembus dal am orde 10-20 detik.
Nil ai tengah dari t egangan t embus dit entukan dari 5 sampel; j ika ada nil ai
yang mel ebi hi 15% dari ni lai t engah, maka harus di uji lagi 5 sampel
tambahan sehi ngga nilai t engah dit entukan dari 10 sampel uji. Kuat medan
tembus dapat di uji dari t egangan t embus dan j arak el ektroda t erkecil .

b) Tahanan i solasi
Sistem isolasi di l apangan memil iki beberapa j enis di el ekt rik yang
seringkali mengal ami tekanan dal am susunan paral el. Oleh karena itu,
9

tahanan isolasi dari i solator terdi ri at as kombinasi paralel t ahanan permukaan
dan t ahanan vol ume. Sement ara, t ahanan volume sendi ri yagn bi asanya
dinyat akan sebagai t ahanan jenis dalam O cm, ti dak t erpengaruh ol eh medium
sekelil ingnya, sedangkan t ahanan permukaan sangat dipengaruhi oleh kondi si
lingkungan seperti t ekanan udara, t emperat ur, kelembaban, debu, dan lai n -
lain.
Pengat uran pengukuran t ahanan volume dari sampel mat eri al i sol asi
plat dapat dilihat pada gambar 6. 2. 3. El ekt roda hidup yang juga menopang
sampel pl at, dipasang berl awanan dengan el ektroda yang diukur. Tahanan
volume diukur dari t egangan searah yang diberikan (100 V at au 1000 V) dan
arus yang diambil dari el ekt roda t erukur. Cincin yang diatur secara
konsent ris mengelil i ngi el ekt roda terukur dengan jarak cel ah 1 mm untuk
kesal ahan pengukuran yang disebabkan ol eh arus permukaan.
Pengat uran pengujian khusus tersedia untuk sampel mat eri al isol asi
berbent uk t abung, untuk gabungan i sol asi yang dapat dil ebur, dan untuk
mat eri al isol asi cai r.
Mat erial i sol asi yang umum menunjukkan t ahana volume j enis 10
12

10
13
Ocm, sedangkan materi al superior dapat mencapai t ahanan sampai 10
17

Ocm at au lebih besar lagi.
Untuk mengukur t ahanan permukaan di gunakan pi nggi r pisau logam,
dengan j arak celah 1 cm pada posisi 10 cm di at as permukaan mat eri al isol asi
pada penguj ian dengan t egangan searah. Dari t egangan dan arus, maka besar
tahanan permukaan, yang dinyat akan dalam ohm, dapat dit ent ukan.


c) Kekuatan tracking
Pada saat sistem isolasi diberi kan tekanan li stri k, maka sebuah arus
yang dit ent ukan ol eh besarnya tahanan permukaan akan mengali r pada
permukaan isolat or yang mengarah pada t erj adinya kebocoran at au arus j al ar.
Sangat mudah dipahami bahwa kondi si lingkungan seperti t emperat ur,
tekanan udara, kel embaban dan polusi akan sangat menent ukan besar a rus
bocor t ersebut . Mat erial isol asi yang di gunakan di lapangan seharusnya dapat
10

mel awan arus bocor tersebut sehi ngga t idak ada at au hanya sedikit sekali
kerusakan yang t erj adi pada permukaan isolat or.
Arus bocor akan menghasilkan t ekanan t ermal dan ki mia pada
permukaan. Efek yang dapat dilihat akibat t ekanan yang berl ebih adal ah
munculnya j alur -j alur ret ak akibat dekomposisi mat erial ; kerusakan i ni dapat
muncul dal am bent uk j alur konduksi yang menghasilkan tekanan el ekt rik
lanj utan at au erosi, yang akan meninggal kan j alur ret ak l agi sesudahnya.
Meskipun si fat isol asi dipengaruhi oleh erosi, misalnya ol eh deposi si debu,
tet api kemampuan t ekanan elekt rik t idak dipengaruhi . Erosi dapat t erj adi baik
pada pl at maupun pit (gambar 6. 2. 4).
Tracking ti dak t erbatas hanya pada permukaan isolasi di l uar ruangan,
mel ainkan juga dapat terj adi pada permukaan isol asi di dalam ruangan ji ka
kondi si lingkungannya ti dak mendukung, bahkan tracki ng dapat pul a terj adi
permukaan isol ator yang di pasang di dal am peral at an. Hal ini dipengaruhi
oleh karakt eri stik dari mat erial isol asi itu sendiri , oleh bent uk dan
penyel esai an el ekt roda dan permukaan, dan j uga oleh kondisi ekst ernal.
Tracking di sebabkan oleh mekanisme yang sama yang t el ah dijel askan pada
bagian 1. 6. mengenai polusi fl ashover. Flashover dapat bermul a dari
bergabungnya beberapa jal ur ret ak yang ada pada permukaan i solator.
Penguji an kekuat an tracking dari mat erial isol asi dilakukan dengan
menggunakan met ode yang t el ah di gambarkan di at as. Pada metode KA
dengan mengacu pada VDE, el ektroda plati num dit empat kan pada sampel
mat eri al isol asi dengan ket ebalan mi ni mum 3 mm dan tegangan bolak -bal ik
380 V pada pengat uran el ekt roda seperti yang dit unjukkan pada gambar 6. 2. 5.
Pipet dengan satu tet esan campuran uji dengan konduktivi t as t ert entu
dilakukan setiap 30 deti k. Tet esan tersebut akan membasahi permukaan
mat eri al isol asi di antara kedua el ekt roda yang akan menyebabkan arus bocor.
Set elah juml ah t et esan sampai wakt u t ert entu yang diset secara ot omat is
tercapai, maka hasil penguji an segera dievaluasi , at au l ebar terbesar dari
saluran yang terbent uk di ukur.

11


Gambar 6.2.4 Erosi jenis plat (a) dan saluran (b) pada
cetakan epoxy resin.


Gambar 6.2.5 Pengaturan penentuan kuat tracking
1 pipet
2 elektroda platina
3 sampel material isolasi
d) Tahanan busur
Flashover yang t erj adi sepanjang permukaan mat eri al isol asi dengan
busur-daya yang berturut -turut sangat jarang t erj adi, t api pada dasarnya
12

gangguan t ersebut t idak dapat di hindari pada sist em isol asi di lapangan.
Mat erial isolasi yang memperlihatkan pengaruh busur memi liki sifat list rik
dan mekanik yang bermacam-macam. Di sebabkan ol eh t emperat ur busur yang
tinggi dan sebagai konsekuensi dari pembakaran ti dak sempurna mat eri al
isol asi, jal ur konduksi dapat t erj adi sehinggat i dak bol eh l agi mengalami
tekanan list rik.
Untuk menenukan tahanan busur, elektroda karbon yang disupl ai
tegangan searah 220V dipasang pada plat isolasi. Dengan adanya busur pada
permukaan mat eri al isol asi, maka el ekt roda akan di gerakkan menj auh dengan
kecepatan 1 mm/dtk sampai j arak maksi mum 20 mm. Enam l evel dari t ahana
bususr, L1 sampai L6, dit ent ukan berdasarkan ti ngkat kerusakan yang
disebabkan ol eh busur i tu, di gunakan sebagai gambaran si fat mat eri al .


e) Konstanta dielektrik dan faktor di si pasi
Konstant a diel ektri k c
r
di sebabkan ol eh efek pol arisasi pada mat erial
isol asi. Untuk mat eri al isolasi di lapangan, yang j auh dari pol ari sasi
deformasi (el ekt ronik, i on, dan pol ari sasi l apisan), polarisasi ori ent asi
penting karena mat erial -mat erial isolasi memili ki di pol -di pol permanen pada
struktur mol ekulnya. Ini adal ah penyebab utama t erj adi nya l osses pol arisasi
dan berpengaruh pada kebebasan frekuensi dari c
r
dan t an o, yang sangat
penting pada apli kasi teknis.
Karena mekanisme pol ari sasi memili ki waktu rel aksasi berbeda-beda,
perubahan c
r
sebagai fungsi frekuensi dit unjukkan pada gambar 6. 2. 6. Waktu
rel aksasi yang berbeda menghasil kan bat asan frekuensi yang mana
mekani sme beri kutnya ti dak ada l agi, karena perpindahan dipol yang
berhubungan tidak terjadi . Inil ah penyebab mengapa konstant a di el ekt rik
past i berkurang. Dengan adanya perubahan keadaan, vari asi tahap c
r
dapat
terjadi aki bat perubahan mobilit as dipol.
Pada seti ap daerah t ransisi konst ant a di el ekt rik, faktor disi pasi t an o
memili ki nil ai maksi mum. Tapi hanya daerah t ransi si dari a ke b (gambar 6. 2-
6) yang penting unt uk si st em isol asi di lapangan, yakni daerah frekuensi
dimana pol arisasi ori ent asi hil ang.
13





Gambar 6.2-6 Grafik konstanta dielektrik
fungsi frekuensi
a) polarisasi orientasi
b) polarisasi ionik
c) polarisasi elektronik

Hal penting t ent ang sifat mat eri al i sol asi bergant ung pada tegangan dan
temperatur. Jika kurva t an o = f(U) menunjukkan titik-lut ut ionisasi , maka
hal it u membukt ikan t erj adinya titi k awal pel epasan muat an sebagian.
Peningkat an l osses pol ari sasi di sebabkan adanya konduksi ionik yang
diketahui dari kurva tan o = f(u). Pengukuran t an o dan penent uan c
r

dilakukan dengan menggunakan rangkai an jembat an.

- Sifat termal
Pada peral at an dan inst alasi yang di supl ai dengan list rik, panas
dihasilkan oleh losses ohm pada konduktor, mel al ui losses diel ekt rik pada
mat eri al isolasi dan melal ui losses magnetisasi dan arus eddy pada besi .
Karena mat eri al isolasi memil iki st abilitas t ermal yang sangat rendah,
dibandi ngkan dengan logam, maka kenaikan t emperat ur yang diizinkan pada
mat eri al isolasi seri ngkali membat asi penggunaan dari peralat an. Oleh karena
itu, penget ahuan tentang sifat t ermal material i sol asi menj adi sangat penting
dal am konstruksi dan perancangan peral at an.

a) Panas jeni s
Disebabkan adanya inersi a dari pemindahan panas, maka mat eri al isol asi
harus memil iki kemampuan menyerap pulsa termal sesaat, disebabkan oleh
vari asi beban yang cepat, mel alui kapasit asnsi termalnya akibat peni ngkat a n
temperatur. Panas j enis c dari beberapa mat eri al penting nampak pada tabel
A3. 1. Unt uk pemanasan adi abatik:
a)
b)
c)
1
t
c
r

14


m c
W
T
.
= A
dimana:
m = massa
W = energi yang disupl ai

b) Pemindahan panas
Sel ama t erjadinya t ekanan konti nu pada kondisi operasi yang stati s,
panas yang muncul sebagai akibat losses harus dipi ndahkan ke udara
sekelil ingnya. Mekanisme pemi ndahannya adal ah konduksi , konveksi dan
radi asi termal. Pada konduksi t ermal , arus yang mengali r di antara plat dat ar
dinyat akan dengan :
) ( .
2 1
T T
s
A
p =
dimana:
A = luas pl at
s = ket ebalan plat
(T
1
T
2
) = perubahan t emperat ur
Faktor proporsi onal merupakan kondukti vit as panas yang dapat
diasumsi kan konstan pada range t emperatur t ert entu; daft arnya dapat dili hat
pada tabel A. 3. 1.
Untuk memindahkan panas dengan cepat dari peral at an li strik
dibut uhkan kondukti vitas termal yang baik. Hal ini dapat dil akukan dengan
sangat baik dengan menggunakan mat erial isolasi krist al karena susunan
atom-atomnya t eratur dal am l apisan kri stal dan j arak at onya yang kecil,
sehi ngga t erj adi pemindahan at om yang sangat baik. Berbeda dengan itu,
mat eri al amorf memiliki kondukti vitas t ermal yang j el ek, seperti yang t el ah
dijel askan pada cont oh krist al dan pasi r kuarsa amorf. Unt uk krist al kuarsa
= 6 12 W/mK, sedangkan untuk gelas kuarsa = 1. 2 W/mK. Si fat konduksi
termal yang baik pada kuarsa dapat meningkatkan ni lai pada cet akan yang
diisi, ketika kuarsa krist al dalam bent uk pasir at au bubuk kuarsa di gunakan
sebagai materi al pengi si.
15

Untuk pemindahan panas secara konveksi, arus termal P sebanding
dengan luas bat as A dan perbedaan t emperatur ant ara medi um disipasi dan
absorpsi:
P = o . A (T
1
T
2
)
Jumlah t ransisi termal o bukanlah sebuah konst ant a mat eri al , melai nkan
bergant ung pada beberapa paramet er seperti kerapat an dan panas j enis
medi um, kecepatan ali ran dan j enis ali ran. Unt uk perhit ungan awal, dapat
di gunakan ni lai -ni lai berikut:

o dal am W/m
2
K
Obj ek tet ap / udara stasi oner
Obj ek tet ap / udara bergerak
Obj ek tet ap / zat cair
3. 4 35
12 600
250 - 6000

Karena nil ai -nil ai t ersebut memili ki range yang besar, maka untuk
penggunaan di lapangan, perlu dil akukan perhit ungan lanjut untuk
menent ukan nil ai o yang eksak dengan menggunakan li teratur.
Pemindahan panas dengan radi asi tidak dijel askan secara detail di si ni,
sebab hanya penting untuk pemasangan CB dan SF
6
.


c) Ekspansi Termal Linier
Mat erial isol asi adal ah materi al konstruksi yang seringkali digunakan
bersam dengan l ogam. Pengganti dari ekspansi t ermal yang lebih besar dari
mat eri al isol asi organi k adalah timbulnya t ekanan mekanis berl ebi h yang
berahaya yang dapat meni mbul kan ret ak pada el ektroda. Untuk materi al
isol asi inorganik ekspansi t ermal li ni er l ebi h rendah dari pada logam;
sehi ngga adanya peningkat an ekspansi termal dipengaruhi oleh jenis pengisi
mat eri al organi k dengan zat -zat inorgani k misal nya epoxy resin dengan pasi r
kuarsa. Mat erial yang mengandung kist al sangat sering memiliki ekspansi
termal yang l ebih besar daripada mat erial amorf (t abel A. 3. 1Appendi ks 3).
4
d) Kestabil an termal
16

Sifat penti ng dari mat eri al isol asi adalah kemampuannya
mempert ahankan bentuknya ( shape ret ention) dari pengaruh panas; ada dua
metode unt uk menent ukannya. Menurut Mart ens, kemampuan
mempert ahankan bentuk panas dapat ditentukan dengan pengujian ro d st andar
berukuran 10x15 mm
2
dan panj ang 120 mm yang diberikan t ekanan
pembengkokan yang seragam ( uniform) pada sepanj ang rod t ersebut sebesar
500 N/ cm
2
. Pada saat yang sama, temperat ur lingkungan di nai kkan dengan
kecepatan 50
o
C/j am. Temperatur pada saat rod menjadi bengkok dinamakan
kemampuan mempertahankan bent uk panas. Untuk mat eri al termopl astik
di gunakan metode Vicat . Temperatur Vi cat adalah t emperat ur dimana sebuah
jarum t umpul berukuran 1 mm
2
yang diberikan gaya 10N atau 50N mampu
menembus mat eri al isol asi sampai kedal aman 10. 1 mm. Tabel beri kut
menunjukkan beberapa data yang berhubungan:



Materi al
Shape retention
menurut Martens dalam
o
C
Pada panas menurut
Vi cat dalam
o
C
PVC
PTFE
Cet akan-EP
PUR
PE
60
70
sampai 160
sampai 80
-
70 90
75 100
-
-
40 75

Pada materi al pl astik, cet akan tersebut tidak hanya mengal ami
penurunan dal am kemampuan t egangan, kekuat an kompresi dan
pembengkokan, mel ainkan juga mengalami perusakan si fat li stri k dan
diel ekt ri k.
Nil ai shape tention yang besar pada terpaan panas merupakan kel ebi han
bagi mat eri al isol asi inorganik dibandingkan materi al organik.

- Sifat Ki mia
17

Pada saat zat -zat asing berdi fusi ke dal am materi al isol asi, maka
mat eri al t ersebut akan mengal ami perubahan ki mia. Hanya mat eri al inorganik
seperti kaca dan keramik yang ti dak dapat diot embus ( impermeabl e). Pada
mat eri al organik si nteti s, difusi dapat terjadi pada mol ekul er polimer.
Kecepat an di fusi bergantung pada st ruktur mat eri al dan daya t arik -menari k
ant ara materi al dan zat -zat asi ng.
Contoh, semua material isolasi organik menyerap uap air l ewat proses
difusi. Hal t erebut akan menimbulkan kerusakan si fat list ri k dan di el ekt rik.
Garam yang dihasil akn dari proses hi drol isis at au bahan pengotor akan
meni ngkatkan konduktivit as dan menyebabkan faktor di s ipasi dan kuat medan
tembus yang l ebi h buruk. Konstant a di el ekt rik ai r yang besar akan mengubah
konst anta di el ekt rik mat erial dan menyebabkan perubahan pada dist ribusi
tegangan pada t ekanan dengan tegangan bol ak-balik. Sel ai n itu, air yang
terserap dapat menyebabkan perubahan di mensi dan korosi pada el ekt roda.
Mat erial isolasi yang di gunakan di luar ruangan memiliki permukaan
dengan daya basah yang rendah, sehi ngga bagian yang dekat dengan ai r harus
dihindari. Daya basah permukaan di nyatakan dengan karakt eri stik air pada
permukaan kering seperti yang ditunjukkan pada gambar 6. 2-7. Semaki n
besar sudut vmax yang searah dengan kecepatan tetesan (drop) ai r, maka
semaki n kecil daya basah permukaan mat eri al . Nil ai -nil ai hasil percobaan
dapat dili hat pada t abel:

Materi al isolasi v
max
v
mi n

Paraffi n
Silicon rubber
Gel as, mi ka
110
o

100
o

0
o

95
o

90
o

0
o



Gambar 6.2-7 Sudut Kontak Material Isolasi
a) dengan tetesan bergerak
b) drop dengan sudut kontak > 90
o
18

(misalnya air pada PTEE)
v = arah gerak / kecepatan

Mat erial -mat erial i norganik seperti porseli n dan kaca, memil iki
resist ansi terhadap alkali dan asam (kecuali t erhadap asam hidrofluori c);
sedangkan materi al organi k sangat rentan terhadap asam oksida, al kal i dan
hidrokarbon. Untuk mat eri al isol asi yang digunakan di l uar ruangan, l apisan-
lapi san polusi basah dapat diuraikan dengan menggunakan t ekanan elektri k
dan panas sehi ngga menghasilklanm zat kimia t ertentu yang jika berint eraksi
dengan cahaya, oksigen, ozon, panas dan radi asi UV, akan menyebabkan
kerusakan pada mat erial isolasi.

You might also like