You are on page 1of 18

HUKUM KARMA Salah satu masalah yang selalu dipikirkan manusia sejak zaman dahulu sampai sekarang adalah

masalah tentang keadaan sesudah kematian. Apakah yang terjadi sesudah kehidupan ini ? Apakah seseorang lenyap setelah meninggal dunia atau apakah ia tetap hidup sesudah kematian ? jika ia tetap hidup sesudah kematian, bagaimana keadaannya dalam kehidupan yang baru itu ? Semua pertanyaan yang membingungkan ini telah berkali kali di oba untuk dija!ab sejak masa yang lampau. "ertanyaan pertanyaan ini merupakan teka teki klasik yang selalu mun ul dalam pikiran manusia. #i $ndia keper ayaan pada kelahiran kembali atau adanya kehidupan baru sesudah kematian merupakan karakteristik dari berbagai ajaran agama sejak dahulu. Kelahiran kembali tidak dapat dipisahkan dengan hukum karma. Ajaran agama %uddha maupun ajaran ajaran agama lain di india mengajarkan hukum karma dan kelahiran kembali. Kedua konsep ini merupakan topik pembi araan kita dalam modul ini. Dua Aspek Hukum Karma Hukum karma adalah salah satu ajaran yang penting dalam agama %uddha. Hukum karma merupakan ajaran yang amat dalam dan rumit, maka untuk itu dibutuhkan suatu uraian yang terperin i untuk memahaminya. Se ara umum, karma berarti perbuatan. Umat %uddha memandang hukum karma sebagai hukum kosmis tentang sebab dan akibat yang juga merupakan hukum moral yang impersonal. Menurut hukum ini sesuatu & yang hidup maupun yang tidak hidup ' yang mun ul pasti ada sebabnya. (idak ada sesuatu yang mun ul dari ketidakadaan. #engan kata lain, tidak ada sesuatu atau makhluk yang mun ul tanpa ada sebab lebih dahulu. Kita berbi ara tentang akibat bila sesuatu itu terjadi tergantung pada kejadian yang mendahuluinya dan kejadian mula yang menghasilkan kejadian berikutnya disebut )sebab*. Rumusan agama %uddha tentang sebab akibat &"ati asamuppada ' adalah + , #engan adanya ini, terjadilah itu. #engan timbulnya ini, timbulah itu. #engan tidak adanya ini, maka tidak ada itu. #engan lenyapnya ini, maka lenyaplah itu. , &Khuddhaka -ikaya, Udana ./ ' "ernyataan ini merupakan teori relati0itas yang digunakan pula untuk menerangkan tentang mun ulnya alam semesta. Ajaran agama %uddha menekankan keyakinan adanya (uhan 1ang Maha 2sa sebagai 1ang Agung, Mulia, Su i, Mutlak dan $mpersonal. Sedangkan kemahakuasaan (uhan dalam dhamma dijabarkan dalam hukum uni0ersal sebab akibat atau hukum relati0itas yang $mpersonal. Hukum karma termasuk dalam hukum sebab akibat uni0ersal ini. (entang alam semesta terjadi karena adanya hukum relati0itas. Hukum ini meliputi seluruh semesta alam dan hukum ini bekerja dengan sendirinya. Menurut hukum ini alam semesta adalah dinamis atau selalu berubah dan setiap perubahan selalu terjadi se ara relati3. Ada perubahan yang berlangsung dengan epat tetapi ada juga perubahan yang berlangsung dengan perlahan, sehingga perubahan yang perlahan ini tidak nampak atau sulit dimengerti oleh orang yang kurang !aspada dan ermat. 4ontoh ara kerja hukum ini, adanya suatu keadaan disebabkan oleh suatu keadaan lain dan keadaan ini pun disebabkan oleh keadaan lain pula, begitu seterusnya. 4ara kerja hukum ini mirip dengan hukum ilmu pengetahuan tentang aksi dan reaksi. Hukum karma dapat dilihat dari 5 aspek, yaitu aspek kosmis dan aspek moral. Hukum karma adlam aspek kosmis meliputi alam 3isik dan psikis. #ipandang dari sisi kosmis, makhluk 6 makhluk hidup seperti manusia dan binatang adalah 3enomena materi. Keberadaan manusia dan binatang adalah 3enomena relati3 karena mereka ada disebabkan adanya hal 6 hal lain seperti adanya makanan, minuman, matahari, dunia dan sebagainya. Mereka mengalami perubahan, mun ul dan lenyap, seperti semua hal di dunia. #unia pun akan mengalami proses perubahan, mun ul dan lenyap. #emikian pula dengan alam semesta yang berisi banyak galaksi serta tata surya yang tidak terhitung banyaknya selalu berproses, mun ul dan lenyap.

#alam hal ini perlu diperhatikan bah!a !alaupun aspek kosmis dari hukum karma %uddhis berlangsug demikian, tetapi itu hanya merupakan implikasi dari konsepnya sebagai hukum sebab dan akibat. 1ang sangat penting dari hukum ini adalah aspek kedua yang merupakan hukum moral. #alam aspek ini hukum karma memegang peranan yang penting dalam ajaran etika %uddhis. Ajaran etika %uddhis ter ermin dengan jelas dalam semua ajaran yang disampaikan oleh Sang %uddha selama hidup beliau. Ajaran karma %uddhis sebagai hukum moral menitikberatkan pada perbuatan 6 perbuatan manusia yang dilakukan melalui perbuatan jasmani, u apan dan pikiran. "erbuatan 6 perbuatan itu diklasi3ikasikan sebagai karma bila suatu perbuatan dilakukan karena adanya niat atau kehendak & 4etana '. Suatu perbuatan tanpa niat atau kehendak tidak dapat disebut karma karena perbuatan itu tidak akan menghasilkan akibat moral bagi pembuatnya. -iat atau kehendak yang dimaksudkan dengan karma, seperti yang dikatakan Sang %uddha dalam Angutara -ikaya $$$ + ,7 para bhikkhu, kehendak yang saya maksudkan dengan karma. Seseorang karena memiliki kehendak dalam pikirannya maka ia melakukan perbuatan dengan jasmani, u apan dan pikiran8 Karma atau perbuatan dalam aspek moral men akup nilai 6 nilai etika tentang baik dan buruk. Hal ini merupakan konsep yang lebih luas daripada persoalan tentang benar dan salah bila dilihat dari sisi pandangan sehari hari tentang makna dari kata itu. Apa yang dianggap benar menurut pandangan umum Mungkin tidak baik dalam pengertian moral, demikian pula dengan kata buruk. Misalnya menurut pandangan umum adalah benar bila tentara membunuh musuh dalam pertempuran. (etapi pembunuhan ini tidak benar menurut hukum moral. Menurut pandangan moral %uddhis suatu pembunuhan adalah pelanggaran hukum moral, pembunuhan ini dipandang sebagai perbuatan karma buruk. Ajaran agama %uddha menganjurkan kita untuk mengembangkan perasaan inta kasih & metta ' dan kasih sayang & karuna ' terhadap semua makhluk. Anjuran ini meliputi perasaan memusuhi makhluk hidup harus dilenyapkan. "rinsip dasar dari hukum karma adalah barang siapa yang menanam maka dia yang akan memetik hasilnya apakah hasil itu baik atau buruk. "erbuatan baik atau buruk dinilai berdasarkan pada akibat yang menyenangkan dan tidak menyenangkan yang dialami oleh pembuat. Seseorang yang telah melakukan karma buruk pasti menderita karena menerima hasil perbuatannya sendiri. Kita tidak mungkin menghindarkan diri dari akibat yang tidak menyenangkan yang dihasilkan oleh karma buruk yang telah kita lakukan. Sehubungan dengan hal ini Sang %uddha berkata + , (idak di angkasa, di tengah lautan ataupun di dalam gua 6 gua gunung, tidak dimanapun seseorang dapat Menyembunyikan dirinya dari akibat perbuatan 6 perbuatan jahatnya , & #hammapada 95: ' #alam aspek moral karma merupakan ajaran kembar dengan kelahiran kembali. Menurut hukum sebab akibat ini, seseorang adalah hasil perbuatannya sendiri. $a sendiri yang menyebabkan keberadaanya dan ia sendiri yang bertanggung ja!ab untuk masa depannya. "ada kelahiran yang lampau pun seseorang telah menyatakan kehendak melalui perbuatan jasmani, u apan atau pikiran, maka berdasarkan pada perbuatan 6 perbuatannya itu sekarang ia hidup. Kondisi dan lingkungan tempat kelahiran seseorang ditentukan oleh karma dari kehidupannya yang lampau. "ada kehidupan sekarang ini, seseorang menerima hasil sebagai akibat karmanya yang lampau dan melakukan karma karma yang baru. Karma baru dan karma lampau yang belum berbuah akan membentuk kondisi tempat kelahirannya pada masa kehidupan yang berikut. Setiap oang memiliki kebebasan untuk melakukan perbuatan baik atau buruk. %ila pada kehidupan ini seseorang telah melakukan perbuatan buruk dan ia menyadari bah!a perbuatannya itu adalah buruk serta akan menghasilkan akibat yang tidak menyenangkan, maka agar akibat karma buruk itu tidak terlalu berat atau tidak e3ekti3 ia harus melakukan banyak perbuatan baik.

Untuk memperjelas hal ini, misalnya disebuah desa ada seorang yang bernama A. A men uri Rp 9/// dari si %, tetapi sebelum % mengetahui A yang men uri, A yang menyadari bah!a perbuatannya adalah salah, merasa takut bila perbuatannya ketahuan maka ia pindah ke kota. #i kota, A bekerja dengan rajin dan berusaha dengan sungguh 6 sungguh sehingga setelah beberapa tahun ia menjadi kaya. #engan kekayaan ini A melakukan banyak perbuatan baik dengan berdana kepada orang orang yang membutuhkan di sekitarnya maupun yang jauh. (etapi tidak lama setelah A meninggalkan desanya, % mengetahui bah!a A adalah orang yang men uri uangnya. %eberapa tahun kemudian % mengetahui dimana A berada. % mendatangi orang orang di sekitar tempat A dan memberitahukan kepada orang 6 orang bah!a A adalah seorang maling, karena A telah men uri Rp 9/// darinya. -amun orang orang di kota itu tidak memperdulikan kata kata %, malahan orang 6 orang itu membela A. #ari ontoh diatas kita lihat bah!a karma buruk tetap berbuah, tetapi akibatnya tidak berat atau tidak e3ekti3 sama sekali karena perbuatan baik yang dilakukan man3aatnya besar sekali. #engan ini dapat disimpulkan bah!a kebahagiaan dan penderitaan tergantung pada diri kita sendiri. ;ungsi Hukum Karma Agama %uddha memandang hukum karma sebagai hukum sebab akibat yang bekerja sendiri. Sebab yang baik menghasilkan akibat yang baik, sedangkan sebab yang buruk menghasilkan akibat yang buruk atau tidak menyenangkan. %erdasarkan pada hukum ini maka tidak ada manusia, de!a maupun kekuatan mistik yang men ampuri karma seseorang. Hukum ini bekerja se ara adil dengan aranya sendiri. Sebagai hukum yang impersonal maka tidak ada seorang pun yang dapat merubah hukum ini sekehendak hatinya. ;ungsi hukum karma adalah amat rumit dan dalam sekali. Hal ini yang menyebabkan orang yang tak sabar, tak ermat dan kurang pengetahuan salah mengerti tentang ara kerja dari hukum karma. (etapi jika kita sabar dan berusaha mempelajari hukum ini dengan hati 6 hati dan ermat, maka kita akan dapat memahami ara kerja hukum karma ini. "erbedaan jenis jenis karma dapat dibandingkan dengan buah buahan yang berma am ma am. Seperti jenis buah buahan yang berma am ma am membutuhkan !aktu yang berbeda beda untuk matang, demikian pula karma yang berma am ma am membutuhkan !aktu yang berbeda beda untuk menghasilkan akibatnya. Setiap jenis pohon memiliki !aktu tertentu untuk berbuah. <ika seseorang yang tak sabar ingin epat epat memuaskan keinginannya dengan berusaha memeras sari buah dari buah mangga muda maka usahanya akan sia 6 sia. #emikian pula dengan akibat dari karma, setiap ma am karma memiliki !aktu tertentu untuk matang sesuai dengan si3atnya. Ada karma yang matang dan menghasilkan buah lebih epat daripada karma yang lain. <ika kita men ampur adukan karma yang !aktu matangnya lambat dengan karma yang !aktu matangnya epat maka kita akan ke e!a, keke e!aan kita ini terjadi bukan karena kesalahan hukum karma tetapi disebabkan oleh kebodohan kita sendiri. %ilamana kita berusaha mempelajari hukum karma se ara hati hati dan seksama, kita dapat melihat bah!a banyak perbuatan yang telah dilakukan sudah menghasilkan buahnya pada kehidupan sekarang ini. 4ontoh + Seseorang yang menyerang atau melukai orang lain kemungkinan besar ia akan segera diserang atau dilukai pula, atau barangsiapa yang menghina atau men a i maki orang lain, ia sendiri mungkin akan dihina atau dimaki pada saat itu pula. <enis perbuatan ini termasuk dalam karma yang !aktu matangnya epat. (etapi ontoh ini tidak dapat menerangkan semua ara kerja hukum karma sebab masih banyak ma am karma yang menurut si3atnya adalah karma yang !aktu matangnya lambat. %uddha #hamma menekankan bah!a ada berma am ma am karma yang akibatnya akan berhubungan dengan lebih dari satu atau banyak kehidupan dari pembuat. Karma seperti ini akan di uraikan di ba!ah. %erdasarkan pada hukum karma kita sebagai manusia yang masih diliputi kebodohan telah memiliki sejumlah perbuatan baik dan buruk. Kehidupan kita sekarang merupakan ladang tempat perbuatan 6 perbuatan yang lampau berbuah dan perbuatan 6 perbuatan baru dilakukan.

#alam hal ini perbuatan yang lampau adalah perbuatan 6 perbuatan atau karma karma yang lampau pada beberapa saat yang lalu hingga pada masa kehidupan 6 kehidupan dalam kelahiran kelahiran yang lampau. #engan demikian dapat dikatakan bah!a hukum karma selalu bekerja selama kita belum men apai pembebasan, nibbana. #alam pelaksanaan hukum karma nampaknya menimbulkan pertanyaan yang sering dipersoalkan. Kalau akibat akibat baik dan buruk selalu sesuai dengan perbuatan 6 perbuatan baik atau buruk, lalu mengapa orang yang baik nampak melarat atau menderita dalam kehidupan mereka, sedangkan orang 6 orang yang jahat nampak sukses dan bahagia dalam hidup mereka ? #alam hal ini nampaknya hukum karma tidak adil dalam pelaksanaannya. "ersoalan ini amat rumit, maka agar kita dapat mengerti ara kerja dari hukum karma dengan baik, kita memerlukan suatu analisis yang seksama tentang persoalan ini. Karena karma ber3ungsi dengan ara yang rumit dan nampaknya misterius, maka selalu ada kemungkinan bagi kita yang belum sempurna menjadi bingung untuk mengetahui atau mengerti ara kerja dari hukum karma. Sekali pebuatan atau karma dilakukan, itu menjadi suatu kekuatan yang tak terlihat yang epat atau lambat akan menghasilkan akibatnya. %ilamana setiap perbuatan yang dilakukan seseorang akan menghasilkan akibatnya, maka hal ini terjadi hampir diluar batas kemampuan pengertian kita. #alam beberapa kasus ada akibat yang dipetik segera setelah suatu perbuatan dilakukan, tetapi masih banyak hal lain dimana suatu perbuatan yang telah dilakukan tidak segera menghasilkan akibat. Hal ini terjadi sebab ada beberapa 3aktor yang men egah akibat dari suatu karma tertentu untuk mun ul. %agaimanapun rumitnya 3ungsi karma hal ini terjadi karena si3at dari karma itu sendiri dan sebagian karena rumitnya perbuatan 6 perbuatan kita sehari hari. #alam sehari seseorang dapat melakukan berma am ma am perbuatan yang baik maupun yang buruk melalui jasmani, u apan atau pikiran, sehingga hampir tidak mungkin bagi pelakunya untuk mengingat semua apa yang telah ia lakukan dalam sehari itu. <adi adalah !ajar bila ia bingung sebab ia tak dapat menghubungkan satu kejadian lanjutan yang disebut akibat dengan kejadian sebelumnya yang disebut sebab. "ada umumnya hal ini terjadi karena ketika akibat itu mun ul, sebabnya telah dilupakan. %eberapa ma am karma yang telah dilakukan dalam sehari dapat menghasilkan akibat dalam jangka !aktu yang pendek dan pada jangka !aktu yang panjang. Hampir diluar batas kemampuan kita untuk mengetahui perbuatan kita manakah yang berjangka !aktu pendek dan yang berjangka !aktu panjang. #ikatakan bah!a kemampuan untuk mengetahui si3at dan 3ungsi dari hukum karma hanya dimiliki oleh para %uddha. -amun, jika kita men oba dengan seksama dan sabar menyelidiki ara kerja hukum karma maka kita akan memahami sebagian dari ara kerjanya. Untuk mengerti dengan baik tentang potensi karma adalah perlu bagi kita untuk mempelajari ara karma menghasilkan akibat akibatnya, baik dalam aspek luar atau jasmaniah dan aspek dalam atau batiniah. <ika kita hanya melihat akibat karma pada satu aspek saja maka hal ini akan menyebabkan kita salah mengerti akan hukum ini. Sebagai ontoh + jika seorang pega!ai melakukan korupsi, ia akan mendapat lebih banyak uang daripada gajinya untuk sebulan. Kalau ia sering berbuat korupsi dalam jangka !aktu yang pendek ia akan menjadi lebih kaya, karena ada uang hasil dari korupsi, ia nampaknya memiliki tingkat kehidupan yang lebih baik daripada teman temannya di perusahaan. 7rang lain mungkin mengetahui bah!a ia koruptor, tetapi selama tidak ada orang memeriksanya karena tidak ada bukti, maka ia akan tetap menikmati uang yang ia korupsi. <uga bilamana ia orang yang berpengaruh dan kuat maka tidak ada orang yang berani memeriksanya, sehingga ia akan menikmati kekayaannya itu sampai akhir hayatnya. 4ontoh diatas tidak sulit untuk dilihat pada masa sekarang ini. Hal ini merupakan salah satu kasus yang meragukan bagi mereka yang per aya pada hukum karma. -ampaknya orang yang berbuat kejahatan itu tidak disentuh oleh hukum karma. Se ara teoritis orang ini harus mendapat ganjaran sebagai akibat perbuatan jahatnya, tetapi bahkan mendapatkan kebahagiaan dan kemakmuran yang seperti ia nikmati sekarang.

%erkenaan dengan akibat 6 akibat karma, Sang %uddha berkata + "embuat kejahatan akan menganggap kejahatan sebagai kebaikan selama perbuatan itu belum matang (etapi bila perbuatan itu menghasilkan akibat, maka ia menyadari bah!a sesungguhnya kejahatan adalah berbahaya. 7rang yang bajik pun akan menganggap kebaikan sebagai kejahatan selama perbuatan itu belum matang, tetapi bilamana perbuatan itu menghasilkan akibat, maka ia menyadari bah!a sesungguhnya kebaikan itu baik. & #hammapada 99= 6 95/ ' #ari pernyataan diatas dapat disimpulkan bah!a kesalahpahaman tentang 3ungsi hukum karma telah ada pada masa Sang %uddha. Suatu hal yang !ajar bila kita melihat hukum karma dari sisi si3atnya kita yang tak sabar dan tak ermat maka persoalan ini nampaknya rumit dan misterius dan akibatnya keper ayaan kita pada hukum karma berkurang. (etapi bila kita ukup sabar dengan tenang dan ermat memperhatikan ontoh itu, kita akan dapat menembus sesuatu dari kemisteriusan ara kerja hukum karma dan akhirnya keyakinan kita akan bertambah karena keyakinan kita tidak salah. #alam ontoh diatas, ketika orang tersebut melakukan korupsi untuk mendapt uang, ia mendapat banyak uang. <elas bah!a bila ia berusaha mendapat banyak uang, maka akibatnya ia mendapat banyak uang, tidak perduli apakah ara itu baik atau buruk. $ni adalah si3at luar atau aspek jasmaniah dari aspek akibat hukum karma. (api bila kita melihat persoalan dari ontoh diatas sisi aspek dalam atau aspek spiritual dari hukum karma, maka kesalah pengertian tentang hukum karma dapat dilenyapkan. Menurut pandangan agama %uddha, bila suatu karma sedang menghasilkan akibatnya, maka karma lain yang potensinya sama atau lebih kurang daripada karma itu tidak mendapat kesempatan untuk berbuah. (etapi bila karma yang sedang berbuah itu menjadi lemah atau telah selesai berbuah, barulah karma yang lain mendapat kesempatan untuk berproses. <ika ada karma sekarang atau karma baru yang dikategorikan kuat mun ul, maka karma yang sedang berproses saat ini akan tertekan dan karma baru yang lebih kuat akan ber3ungsi. Menurut hukum karma kehidupan kita sekarang adalah ekspresi dari karma karma kita yang lampau. #alam kasus dari orang yang korupsi yang sedang menikmati kebahagiaan dari mata pen ahariannya yang tidak jujur, satu satunya ja!aban untuk ini adalah bah!a hasil karma baiknya yang lampau sedang berbuah dan karma buruk yang diperbuatnya sekarang sedang menunggu !aktu yang tepat untuk berbuah. %agaimanapun karma buruknya akan selalu mengikuti dia kemana saja ia pergi atau terlahir kembali, bagaikan roda pedati yang mengikuti jejak sapi yang menariknya. Sekali sebuah perbuatan dilakukan dengan sadar & ada niat '. Maka perbuatan itu telah memiliki suatu kekuatan yang tak terlihat dan kekuatan perbuatan ini tidak akan lenyap selama kekuatannya belum habis karena menghasilkan akibatnya. Seperti yang telah dikatakan oleh Sang %uddha bah!a mungkin sekali pembuat kejahatan menganggap kejahatan sebagai kebaikan selama perbuatan itu belum berbuah, tetapi bilamana perbuatan itu berbuah, maka ia akan menyadari dan menderita sebagai akibat dari perbuatannya yang salah. "ada kasus kasus yang lain terjadi bah!a orang yang korupsi dengan mendapatkan keuntungan dan menyebabkan orang lain menderita, pada akhirnya ia jatuh dan menderita. (etapi kejatuhan dan penderitaan yang dialaminya itu mungkin hanya bersi3at aspek luaran atau aspek jasmaniah, karena masih ada pula akibat yang lebih halus yang langsung berlaku dan lebih lama pada aspek dalam atau batinnya. #ipandang dari sisi pandangan pada aspek dalam atau aspek batin dari akibat karma, !alaupun ada orang tak jujur yang nampak bahagia dengan kekayaan yang diperoleh dengan ara yang salah, namun hal ini bukan berarti ia selalu bahagia dalam batinnya. Sebagai akibat dari ketidak jujurannya maka ia selalu menderita karena merasa bersalah. $a dapat menyembunyikan perbuatannya yang salah pada orang lain, tetapi se ara psikologis ia tak dapat menipu dirinya sendiri. $a sendiri yang melakukan karma, maka ia sendiri yang akan menerima akibatnya. Hal ini bagaikan makan, bila ada seseorang yang lapar, ia sendiri harus mulai makan karena tidak ada orang lain yang makan agar ia keyang. <ika makanan yang ia makan bera un, ia sendiri yang akan menderita kera unan yang disebabkan oleh makanan.

Sebaliknya, orang bajik yang selalu melakukan karma baik, epat atau lambat ia akan menerima akibat dari perbuatannya. Menurut pandangan %uddhis bila seorang yang bajik nampak menderita, hal ini terjadi karena akibat dari perbuatan salah yang ia lakukan pada kehidupan yang lampau. Sedangkan akibat perbuatan baiknya belum berbuah karena menunggu !aktu matang. 7rang bajik ini dapat beranggapan bah!a perbuatan baik itu salah selama perbuatan baiknya belum menghasilkan akibat, tetapi ia akan menyadari bah!a perbuatan bajik yang telah ia lakukan adalah baik dan berman3aat bila !aktunya berbuah telah tiba, sehingga ia dapat menikmati akibat yang menyenangkan. %agaimanapun, hal ini bukan berarti suatu hal yang mudah untuk mengerti 3ungsi dari hukum karma, karena ara kerja hukum karma agak tersembunyi. (etapi hal ini masih mungkin kita dapat mengerti sedikit ara kerjanya bila kita berusaha mempelajari kedua aspeknya dengan hati hati, ermat dan sabar. Kita tidak akan pernah mengkambing hitamkan orang lain bila kita gagal atau penderitaan terjadi ketika sedang dalam keadaan damai dan menikmati kebahagiaan. Seseorang yang memiliki keyakinan yang teguh pada hukum karma akan selalu melakukan perubatan baik demi kebaikan tanpa memperdulikan akibat dari perbuatannya, karena ia selalu yakin bah!a sebab baik akan selalu berakibat baik. Melakukan perbuatan baik demi kebaikan merupakan ara ideal dari ajaran hukum karma %uddhis. Ajaran Hukum Karma Menurut Kitab Su i (ipitaka 9. 2mpat ma am karma %agi umat %uddha Kitab Su i (ipitaka dianggap sebagai sumber> sumber otoritas dari ajaran 6 ajaran Sang %uddha, #isamping Kitab Su i (ipitaka terdapat + a. Atthakatha b. (ika . Anutika (ipitaka se ara har3iah berarti (iga Keranjang atau kitab su i yang berisikan ajaran ajaran Sang %uddha dan beberapa sis!a senior %eliau. Atthakatha merupakan komentar dari (ipitaka? (ika merupakan komentar dari Atthakatha? dan Anutika merupakan komentar atau keterangan dari (ika. Ajaran ajaran yang diuraikan dalam Atthakatha dianggap nomor dua setelah otoritas (ipitaka? sedangkan (ika dan Anutika tidak begitu penting. Mengenai ajaran karma, uraian yang jelas dapat ditemukan dalam (ipitaka. #alam Kukkuro0ada Sutta dari Majjhima -ikaya, Sang %uddha telah menguraikan ajaran karma kepada dua orang petapa yang datang bertanya kepada %eliau. Uraian yang sama dapat juga ditemukan dalam 4atukkanipata dari Angutara -ikaya. Menurut dua sumber tersebut diatas, Sang %uddha se ara tegas telah menggolongkan karma atau perbuatan menjadi empat ma am dalam hubungan dengan si3at dan akibat 6 akibatnya + "ara bhikkhu, empat ma am karma yang telah Ku pahami dengan kebijaksanaan sendiri dan selanjutnya kuajarkan kepada dunia. Apakah empat ma am karma itu ? 2mpat ma am karma itu adalah + Karma hitam yang berakibat hitam? karma putih yang berakibat putih? karma hitam dan putih yang berakibat hitam dan putih? dan karma bukan hitam maupun putih yang berakibat bukan hitam maupun putih serta memba!a pengakhiran karma. & Anguttara -ikaya, 4atukkanipata 5@5 6 5@A ' "enggolongan karma kedalam empat kategori seperti yang tersebut diatas, dibuat berdasarkan atas si3at dan akibat akibatnya + baik, buruk, baik dan buruk? atau bukan baik maupun buruk. (etapi, bila dilihat dari sudut saluran yang digunakan, karma dapat digolongkan menjadi tiga ma am yaitu perbuatan badan jasmani & kaya kamma ', u apan & 0a i kamma ' dan pikiran & mano kamma '. Setiap tiga perbuatan ini men akup semua empat kategori tersebut diatas, yaitu

karma yang dilakukan melalui salah satu dari tiga saluran itu adalah baik, buruk, baik dan buruk, atau bukan baik maupun buruk. Mengenai karma hitam dari kategori pertama, Sang %uddha menunjukkan pada setiap bentuk perbuatan jahat yang dilakukan melalui badan jasmani, u apan dan pikiran yang bertujuan menimbulkan kesukaran, kesengsaraan atau kerugian pada makhluk lain. "erbuatan 6 perbuatan buruk seperti membunuh atau menyiksa binatang 6 binatang, men uri harta orang lain, berzinah dan lain lain, adalah dianggap sebagai karma hitam atau buruk. Menurut agama %uddha, kehidupan seseorang semata mata ditentukan oleh karmanya sendiri. Apapun yang telah dilakukan olehnya akan selalu ter ermin dalam kehidupan pribadinya. %ilamana buah dari perbuatan perbuatannya tidak datang kepadanya dalam hidup sekarang, pasti akan mengunjunginya dalam kelahirannya yang akan datang. Seseorang yang terlelap dalam karma hitam dengan melakukan perbuatan perbuatan membunuh, men uri, merugikan, atau mem3itnah makhluk 6 makhluk lain pasti akan menerima akibat 6 akibat gelap dari perbuatannya sendiri. Akibat hitam yang benar 6 benar menyakitkan dari suatu perbuatan disebut akibat hitam, ini termasuk dalam kategori karma yang pertama. Sang %uddha mengatakan bah!a orang itu setelah ia meninggal dunia, ia akan terlahir dalam alam yang diliputi penderitaan bagaikan makhluk yang terlahir di neraka. Kategori karma yang kedua berla!anan dengan kategori karma yang pertama. $tu adalah karma putih yang akan selalu menghasilkan akibat putih. Sebagaimana telah dikatakan oleh Sang %uddha + Ada orang di dunia ini melakukan karma melalui jasmani, u apan dan pikiran tanpa menyiksa makhluk 6 makhluk lain. Maka setelah ia meninggal dunia, ia akan terlahir kembali ke alam tanpa mengalami siksaan. #isana ia akan mengalami perasaan 6 perasaan & 0edana ' tanpa penyiksaan yang seluruhnya hanya terdiri dari kebahagiaan seperti de!a 6 de!a Subhakinha. $nilah yang Ku sebut karma putih yang mempunyai akibat putih. & Kukkuro0ada Sutta, Majjhima -ikaya ' Karena itu, karma putih berarti perbuatan 6 perbuatan baik & kusala kamma ' yang dilakukan oleh seseorang melalui saluran badan jasmani, u apan dan pikiran. Menurut hukum karma, akibat selalu ditentukan oleh sebabnya. Mani3estasi karma terdiri dari kemiripan yang mendasar antara perbuatan dan hasil sebab dan akibat + , Seperti sebab, begitu pula dengan akibat8. %ila seseorang menanam pohon mangga, maka pada suatu saat ia akan memetik buah mangga sebagai hasilnya dan tak mungkin ia akan memetik buah kelapa. #emikian pula perbuatan 6 perbuatan baik akan selalu menghasilkan buah yang sesuai. Sekarang kita akan meneliti kategori karma ketiga + karma hitam dan putih. Karma jenis ini merupakan ampuran dari perbuatan 6 perbuatan baik dan buruk. Karma baik dapat diumpamakan seperti minyak dan karma buruk seperti air, lalu bagaimana minyak dan air dapat ber ampur bersama. %ah!asanya dengan ara biasa minyak dan air tidak dapat ber ampur bersama namun, setiap orang pasti mengakui bah!a minyak dan air dapat dimasukan ke dalam satu tempat yang sama. #isana mereka berada bersama sama, !alaupun minyak tetap mengambang diatas air. #alam ara yang sama, karma hitam dan putih dapat bersama sama, begitu pula dengan akibat 6 akibat hitam dan putih. Menurut agama %uddha, bila perbuatan perbuatan baik dan buruk dilakukan bersama sama, maka kebahagiaan dan penderitaan yang merupakan akibat dari perbuatan perbuatan demikian juga akan mun ul bersama. #isini kata , bersama 8 berarti dalam satu masa kehidupan yang sama. %enar, bah!asanya penderitaan dan kebahagiaan tidak dapat timbul pada saat yang sama sebagaimana tidak ada kemungkinan bagi dua ma am karma baik dan buruk, untuk menghasilkan akibat akibatnya pada saat yang sama. #alam kenyataan, kebahagiaan timbul menggantikan penderitaan dan penderitaan mun ul menggantikan kebahagiaan. $ni merupakan kenyataan dalam kehidupan manusia dimana kebahagiaan dan penderitaan dialami se ara silih berganti. Setiap orang melakukan perbuatan perbuatan baik dan buruk melalui badan jasmani, u apan dan pikiran dalam kehidupannnya

sehari hari dan dengan begitu setiap orang mengalami kebahagiaan dan penderitaan. Seseorang yang telah melakukan karma ampuran, pasti akan menerima akibat 6 akibat ampuran dalam hidup sekarang atau dalam kehidupan kehidupan berikutnya. $nilah yang dikatakan oleh Sang %uddha sebagai karma hitam dan putih, yang memberikan akibat hitam dan putih. "enggolongan karma yang terakhir adalah karma bukan hitam maupun putih yang memberikan akibat bukan hitam maupun putih. "enggolongan ini menandai suatu perbedaan khusus antara ajaran karma dalam agama %uddha dengan ajaran karma dalam sistem sistem pemikiran india lainnya. #isini, karma bukan hitam maupun putih berarti perbuatan yang tak dapat dinyatakan sebagai baik atau buruk pun keduanya. #alam hubungan dengan akibat, penderitaan adalah disebabkan oleh karma gelap atau buruk? kebahagiaan disebabkan oleh karma terang atau baik. #an ampuran penderitaan dan kebahagiaan disebabkan oleh karma hitam dan putih atau karma buruk dan baik. Karma bukan hitam maupun putih tidak menga u pada akibat akibat demikian, tetapi pada keadaan di luar penderitaan dan kebahagiaan, pada pemusnahan semua karma, pada -ibbana. -amun demikian, karma ma am ini janganlah di ampur adukan dengan suatu perbuatan dari orang yang telah bebas atau orang yang telah men apai tingkat kesu ian tertinggi & Arahat '. "erbuatan seorang Arahat tidak lagi digolongkan sebagai karma tetapi kiriya karena kekotoran 6 kekotoran batin & kilesa ' yang melandasi perbuatan kehendak dari orang demikian sudah dihan urkan se ara total. #ilihat dari sudut pandangan mutlak, hal itu tidak dapat dinyatakan sebagai hitam atau putih ataupun kedua duanya, (etapi bila karma ma am ini dilihat dari sudut pandangan relati3, dapatlah dianggap sebagai ma am karma baik karena tidak menghasilkan akibat akibat yang merugikan atau menyakitkan. #isini harus diadakan pembedaan pena3siran se ara jelas, bah!asanya suatu perbuatan baik yang umum mengarah pada serangkaian kelahiran kembali yang tak terbatas. Sedang kategori karma yang terakhir ini langsung mengarah pada pengakhiran kelahiran kembali. $nilah dasarnya mengapa Sang %uddha tidak memasukkan karma ma am ini ke dalam karma kategori putih. Mengenai karma bukan hitam maupun putih ini, Sang %uddha menunjukan pada jalan utama ber3aktor delapan, yang merupakan asas asas praktek agama %uddha yang menuju ke pengakhiran penderitaan, ke -ibbana. Kadang kadang %eliau menunjukan (ujuh ;aktor "enerangan Sempurna & Satta Sambojjhanga ' 1aitu Sati & penyadaran ', #hamma0i aya & penyelidikan terhadap #hamma ', Biriya & usaha, semangat ', "iti & kegiuran ', "assaddhi & ketenangan ', Samadhi & konsentrasi ' dan Upekkha & keseimbangan batin '. <alan utama ber3aktor delapan atau (ujuh ;aktor "enerangan Sempurna, bila dikembangkan se ara tepat dan sempurna, akan langsung memba!a pada kebebasan atau -ibbana, suatu keadaan di luar penderitaan dan kebahagiaan. Karma hitam dan putih atau perbuatan perbuatan buruk dan baik selalu akan memba!a pada pembentukan karma baru yang tak terbatas. Apabila suatu perbuatan baik dilakukan maka sejenis akibat baik akan mun ul. #engan menikmati akibat yang menyenangkan maka keinginan & tanha ' baru atau kemelekatan & upadana ' mun ul dalam pikiran pelakunya, #an karena keinginan atau kemelekatan, ia dipaksa untuk berbuat lagi? karena ia berbuat maka timbulah akibat dari perbuatannya? se!aktu menikmati atau menderita akibat, keinginan baru mun ul. Menyatakannya dalam rumusan karma %uddhis + karma memba!a pada akibat & 0ipaka ', akibat memba!a pada keinginan & tanha ', keinginan memba!a pada karma? karma memba!a pada akibat. Rumusan ini akan terus berulang dalam ara ini , ke uali kalau dan sampai rangkaian lingkaran belenggu reaksi ini dihan urkan dengan memahami kebenaran mutlak, 2mpat Kebenaran Mulia. Agama %uddha menyatakan bah!a pengembaraan dalam samsara tak akan pernah berakhir selama keinginan yang merupakan akar sebab dari ikatan tidak dimusnahkan. Cingkaran ini hanya dapat dihan urkan dengan mengikuti jalan utama ber3aktor delapan atau mengembangkan

(ujuh ;aktor "enerangan Sempurna yang dikatakan sebagai karma bukan hitam maupun putih. Karma ini akan mengarah pada perenungan "andangan (erang & 0ipassana ' yang sebagai gantinya akan menghan urkan na3su keinginan. %ilamana semua na3su keinginan telah dihan urkan, maka kebebasan akan di apai dan lingkaran kelahiran dan kematian & samsara ' dapat dipatahkan. "emadaman penderitaan batin dapat di apai dalam kehidupan sekarang ini bila orang telah bebas, sedang penderitaan jasmani akan berakhir setelah badan jasmani han ur. -amun, betapapun hebatnya penderitaan jasmani tidak akan pernah mengalahkan batin orang yang telah men apai penerangan sempurna. Semua penderitaan akan berakhir setelah orang tersebut men apai kebebasan sempurna atau "arinibbana, suatu keadaan di luar kelahiran dan kematian, diluar penderitaan dan kebahagiaan dalam pengertian dunia!i, di luar kemampuan akal dan akupan bahasa, suatu keadaan berkah yang menjadikan setiap usaha bagi pen apaian kebebasan mutlak menjadi berharga. 5. Karma Subur dan Karma Mandul #alam pengertian %uddhis tentang karma, seperti yang telah kita sebutkan diatas, bah!asanya dalam dunia moral, tidak setiap perbuatan dapat disebut karma. Hanya perbuatan yang berhubungan dengan kehendak batin & etana ' yang disebut karma? atau kehendak batin itu sendiri yang disebut karma, sebagaimana telah dinyatakan oleh Sang %uddha + ,7 %hikkhu, kehendak itulah yang Ku sebut karma. Setelah timbul kehendak dalam batinnya, seseorang melakukan perbuatan melalui jasmani, u apan dan pikiranD.8 & Anguttara -ikaya, $$$, .9E ' Hal ini menyatakan bah!a suatu perbuatan tanpa kehendak atau kemauan, tidak dianggap sebagai karma dan perbuatan demikian tidak akan memberikan pengaruh besar kepada pelakunya. Karena itu, suatu perbuatan tanpa kehendak adalah karma mandul yang tidak dapat menghasilkan buah. #alam kitab Anguttara -ikaya Sang %uddha menyatakan enam kondisi sebab karma. 2nam kondisi ini dapat dijadikan dua kelompok + kotor & du arita ' dan bersih & su arita ' #alam kelompok pertama + kotor & du arita ' terdapatlah tiga kondisi yaitu + a. Cobha & keserakahan ' b. #osa & keben ian ' . Moha & kebodohan ' Mengenai karma yang mempunyai salah satu dari tiga kondisi ini sebagai sebab, Sang %uddha menyatakan + 7 para bhikkhu, bilamana perbuatan 6 perbuatan seseorang dilakukan karena keserakahanD, dilakukan karena keben ianD, dilakukan karena kebodohan, timbul dari kebodohan, didasari oleh kebodohan, berasal dari kebodohan, maka dimanapun ia akan dilahirkan, disanalah perbuatan 6 perbuatannya menjadi masak? dan dimanapun mereka masak? disanalah ia akan mengalami akibat dari perbuatan perbuatannya itu, apakah dalam hidup sekarang, atau dalam beberapa kehidupan berikutnya. & Anguttara -ikaya, (ikanipata 9:9 ' Karma yang disebabkan oleh salah satu dari kondisi kondisi ini dapat kita bandingkan dengan benih suatu tumbuhan yang tidak terluka? tidak rusak, tidak terganggu oleh angin atau panas, subur dan tersimpan baik, ditanam pada lahan subur yang telah digarap dengan baik? kemudian bila hujan turun tepat pada musimnya, maka benih itu pasti akan tumbuh subur dan berkembang dengan segala kemungkinannya. Karenanya, perbuatan atau karma yang didasari oleh Cobha, dosa dan moha merupakan karma subur yang akan memberikan hasil yang sepadan dengan pelakunya dalam hidup sekarang ini atau dalam kehidupan selanjutnya. Karma dalam hubungan ini dapat bersi3at baik atau buruk. Sebagai ontoh, seseorang dapat mengorbankan uangnya untuk beramal dengan harapan akan memperoleh pujian dari orang lain atau untuk memperoleh akibat akibat lain yang diharapkan.

(ak perlu diragukan lagi, perbuatan baiknya ini didasari oleh alobha & tanpa keserakahan ', namun keserakahan merupakan 3aktor pendorong dalam perbuatan amalnya. Sebaliknya dengan lobha & keserakahan ' sebagai sebab langsung ia dapat men uri uang atau harta orang lain. Sang %uddha menyatakan bah!a perbuatan yang didasari oleh kekotoran kekotoran batin ini memba!a pada suatu pembentukan karma subur baru yang tak terbatas, bukan pada penghan uran karma. Atau dengan kata lain, karma tersebut memba!a pada pengembaraan dalam lingkaran kelahiran dan kematian & samsara ' yang tak ada batasnya. Kelompok kedua + bersih & su arita ' terdiri atas tiga kondisi + a. alobha & tanpa keserakahan ' b. adosa & tanpa keben ian ' . amoha & tanpa kebodohan ' Mengenai karma yang disebabkan oleh tiga kondisi ini, Sang %uddha bersabda + 7 para bhikkhu, bilamana perbuatan perbuatan seseorang dilakukan tanpa keserakahanD dilakukan tanpa keben ianD dilakukan tanpa kebodohan, tidak berasal dari kebodohan, karena kebodohan telah lenyap, maka perbuatan perbuatan tersebut ditinggalkan, dijadikan seperti tonggak pohon kelapa, dan menjadi mandul serta tidak dapat tumbuh lagi di masa yang akan datang. & Anguttara -ikaya, (ikanipata 9:5 ' Sang buddha membandingkan perbuatan yang dilakukan keserakahan, keben ian dan kebodohan seperti benih suatu tumbuhan diluar, dibakar dan abunya dilemparkan ke arah pusaran angin ken ang atau dimasukkan ke dalam arus sungai yan deras. #engan ara ini benih itu ditinggalkan, dihan urkan dan tidak subur serta tidak dapat tumbuh lagi di masa yang akan datang. %egitu juga perbuatan perbuatan yang didasari oleh alobha, adosa dan amoha, dan bila lobha, dosa, moha telah di abut seluruhnya, maka perbuatan perbuatan tersebut menjadi mandul serta tidak dapat memberikan suatu akibat pada pelakunya. "erbuatan perbuatan ma am ini merupakan milik Arahat, yang tidak lagi disebut karma, melainkan disebut kiriya. %erikut ini adalah gambaran yang lain dari keterangan Sang %uddha mengenai enam kondisi sebagai sebab sebab karma + "ara bhikkhu, ada tiga sebab perbuatan. Apakah tiga hal itu ? (iga hal itu adalah + lobha & keserakahan ', dosa & keben ian ' dan moha & kebodohan '. "ara bhikkhu, bilamana perbuatan seseorang dilakukan diba!ah pengaruh keserakahan, diba!ah pengaruh keben ianD diba!ah pengaruh kebodohan, berasal dari kebodohan, maka perbuatan itu tidak berman3aat & akusala ', tidak menguntungkan, mengakibatkan penderitaan, mendorong timbulnya perbuatan perbuatan baru dan bukan untuk mengakhiri perbuatan perbuatan. "ara bhikkhu, ada tiga sebab perbuatan. Apakah tiga hal itu ? (iga hal itu adalah + alobha & tanpa keserakahan ', adosa & tanpa keben ian ', dan amoha & tanpa kebodohan ' "ara bhikkhu bilamana perbuatan perbuatan seseorang dilakukan dengan tanpa keserakahan & alobha 'D dengan tanpa keben ian & adosa ' D dengan tanpa kebodohan & amoha ', lahir dari amoha, disebabkan oleh amoha, berasal dari amoha, maka perbuatan itu adalah berman3aat & kusala ', mengakibatkan kebahagiaan, mengarah pada pengakhiran perbuatan selanjutnya dan bukan mengarah pada timbulnya perbuatan perbuatan baru. & Anguttara -ikaya, (ikanipata @AA 6 @@= ' Karena itu, jelas bah!a masing masing kelompok dari enam kondisi tersebut sama sama sebagai sebab karma, tetapi dalam ara yang berbeda. Kelompok yang pertama + kotor, terdiri dari lobha, dosa dan moha merupakan sebab karma yang akan memberi akibat & subur ' dan mengarah pada pembentukan karma baru yang tak terbatas atau pada pengembaraan dalam samsara yang tak ada batasnya. Kelompok kedua + su i, terdiri dari alobha, adosa dan amoha merupakan kondisi karma yang tak memberi akibat & mandul ' dan mengarah pada pengakhiran karma atau pada kebebasan dari penderitaan. 2nam kondisi ini menunjukkan bah!a karma akan subur atau mandul tergantung pada si3at batin pelaku perbuatan. %ila tiga kekotoran batin masih ada dalam batin si pelaku,

maka perbuatan perbuatannya akan selalu menghasilkan akibat akibat yang sesuai dengan sebab sebabnya. (etapi hal itu bukan sama sekali tak mungkin bagi orang a!am yang batinnya masih belum bebas sama sekali dari lobha, dosa dan moha untuk melakukan perbuatan perbuatan yang mengarah pada pengakhiran semua karma, pada pemahaman kebenaran mutlak. "erbuatan perbuatannya dapat juga didasari oleh alobha, adosa dan amoha, namun karena ia masih belum bebas atau karena keinginan keinginanya masih belum dihan urkan sama sekali, maka perbuatan perbuatannya masih akan memberikan akibat 6 akibat tertentu kepadanya. Agama %uddha menyatakan bah!asanya hanya perbuatan perbuatan seseorang yang telah bebas atau yang telah men apai penerangan sempurna & arahanta ' saja yang benar benar mandul. "erbuatan perbuatan orang demikian & yang telah bebas ' tidak dapat digolongkan diba!ah kategori kategori baik atau buruk, karena kekotoran kekotoran batin & kilesa ' telah dihan urkan se ara mutlak dari dalam batinnya. "erbuatan perbuatannya akan netral dalam pengertian tidak akan memberikan akibat akibat padanya, karena ia telah berada diluar keadaan yang dapat dipengaruhi oleh karma. Seseorang yang telah bebas selalu melakukan perbuatan perbuatan dengan rasa tidak terikat, yaitu dengan kebebasan dari lobha, dosa dan moha. #an ketidakterikatan itulah yang sesungguhnya menjadikan suatu karma mandul. Sedang kemelekatan selalu menjadi karma subur. @. Karma dalam hubungan dengan akibat akibatnya Karma dan akibat akibatnya berhubungan erat seperti api dengan panasnya atau nilai membakarnya. "engetahuan atau pengertian tentang hukum karma tidak akan lengkap apabila tidak dipelajari dalam hubungan dengan akibat akibatnya. #alam kitab su i (ipitaka terdapat suatu pernyataan yang memperlihatkan keyakinan umat %uddha terhadap hukum karma, pernyataan tersebut berbunyi + , Sesuai dengan benih yang telah ditabur, begitulah buah yang akan dipetiknya. $a yang berbuat baik akan menerima kebaikan ? dan ia yang berbuat jahat akan menerima kejahatan8. & Samyutta -ikaya $, 5=@ ' Ungkapan ini menyatakan bah!a apabila sebab sebabnya baik, maka akibatnya juga akan baik. Sebaliknya apabila sebab sebabnya buruk maka akibatnya juga akan buruk. Hal itu juga menunjukan si3at hubungan sebab akibat. Uraian mengenai ma am ma am karma tertentu yang akan menghasilkan akibat akibat tertentu diberikan dalam 4ulakamma0ibhanga Sutta dari kitab Majjhima -ikaya. Menurut Sutta tersebut, se!aktu Sang %uddha sedang berdiam di 0ihara Anathapindika dekat kota Sa0atthi, datanglah seorang pemuda %rahmana yang bernama Subha, yang bertanya kepada Sang %uddha mengenai perbedaan kualitas manusia. 1ang Mulia Fotama, apakah yang menjadi alasan, apa sebabnya diantara umat manusia yang terlahir sebagai manusia, ada yang hina dan mulia ? Gahai Fotama, mengapa ada umat manusia yang berusia pendek dan ada yang berusia panjang, berpenyakit dan sehat, buruk dan rupa!an, tak berkuasa dan berkuasa, miskin dan kaya, lahir dalam keluarga rendah dan lahir dalam keluarga bangsa!an, bodoh dan pandai ? !ahai Fotama apakah alasannya, apa sebabnya maka diantara manusia ada yang terlahir hina dan ada yang terlahir mulia ? & 4ulakamma0ibhanga Sutta, Majjhima -ikaya ' Sang %uddha menja!ab + Gahai %rahmana muda, setiap makhluk adalah pemilik karmanya sendiri, pe!aris karmanya sendiri, lahir dari karmanya sendiri, berhubungan dengan karmanya sendiri dan dilindungi oleh karmanya sendiri. Karma yang menentukan makhluk 6 makhluk, menjadikan mereka hina dan mulia. & 4ulakamma0ibhanga Sutta, Majjhima -ikaya '

Sang %uddha menerangkan lebih lanjut bah!a sebagian orang dalam dunia ini, apakah laki laki atau !anita, selalu membunuh makhluk makhluk hidup, kejam dan haus darah, memiliki kebiasaan membunuh dan suka membunuh, tak memiliki rasa kasih sayang terhadap makhluk makhluk hidup. 7rang tersebut dengan melakukan perbuatan perbuatan demikian, maka setelah kematiannya, setelah tubuhnya han ur, ia akan terlahir kembali di alam elaka, neraka. Atau apabila setelah kehan uran tubuhnya, setelah mati ia tidak terlahir kembali di alam elaka, neraka, tetapi terlahir kembali sebagai manusia, maka ia akan berumur pendek. $nilah alasan, sebab yang memberikan akibat umur pendek pada manusia. Sebaliknya Sang %uddha menunjukan bah!a sebagian orang di dunia ini menahan diri dari pembunuhan, menahan diri se ara total dari pembunuhan pembunuhan makhluk hidup, penuh perasaan persahabatan dan belas kasihan, mengembangkan inta kasih dan kasih sayang terhadap semua makhluk hidup. 7rang tersebut, dengan melakukan perbuatan perbuatan demikian, setelah kehan uran tubuhnya, setelah mati, maka ia akan terlahir kembali dalam alam bahagia, ke surga. Atau apabila setelah kehan uran tubuhnya, setelah mati, ia tidak terlahir kembali dalam alam bahagia, ke surga, tetapi terlahir kembali sebagai manusia, maka dimanapun ia dilahirkan kembali, dia akan berumur panjang. $nilah alasan sebab yang memberikan akibat umur panjang pada manusia. Selanjutnya Sang %uddha menerangkan bah!a perbuatannya kejam, seperti melukai atau menyiksa makhluk makhluk hidup berakibat dengan hidup berpenyakitan, sedang perbuatan perbuatan yang tidak kejam terhadap makhluk makhluk hidup berakibat dengan hidup sehat. Kemarahan merupakan sebab bagi bentuk badan yang jelek dan kesabaran merupakan sebab bagi bentuk badan yang indah. $ri hati mengakibatkan tidak memiliki kekuasaan dan si3at simpati yang bergembira melihat keberhasilan orang lain mengakibatkan memiliki kekuasaan . Si3at kikir merupakan sebab bagi kemiskinan dan si3at murah hati merupakan sebab bagi hidup kaya. Kesombongan merupakan sebab bagi kelahiran dalam keluarga rendah dan miskin atau berada dalam kedudukan sosial yang rendah, sedang kerendahan hati berakibat dengan kelahiran dalam keluarga berpangkat & bangsa!an ' dan kaya, atau berada dalam kedudukan sosial yang tinggi. Malas untuk memperoleh pengetahuan merupakan sebab kebodohan, sedang semangat untuk memperoleh pengetahuan baru merupakan sebab bagi kebijaksanaan atau ke erdasan intelek. 4ulakamma0ibhanga Sutta memberikan pandangan yang jelas mengenai ma am karma tertentu yang menghasilkan akibat tertentu. #alam beberapa hal tidaklah sukar untuk menghubungkan antara satu sebab tertentu dengan akibat tertentu se ara masuk akal. 4ontohnya + mengenai kemarahan. %iasanya bilamana seseorang marah misalnya kemarahannya akan terungkap pada !ajahnya dan melalui matanya. Setiap orang yang kebetulan berada di dekatnya dapat memperhatikan dengan mudah perubahan suasana hatinya melalui ungkapan yang tak !ajar pada !ajahnya. Mungkin orang itu sendiri akan merasa takut melihat !ajahnya yang jelek bila ia kebetulan melihat ke dalam ermin dan memperhatikannya se!aktu ia sedang marah. Fambaran yang lain mengenai karma tertentu yang menghasilkan akibat tertentu dapat ditemukan dalam kitab Anguttara -ikaya 4atukkanipata 5:E 6 5:=. #alam sumber tersebut dikatakan bah!a pada suatu hari permaisuri raja "asenadi Kosala yang bernama Mallika #e0i mengunjungi Sang %uddha dan bertanya mengenai kualitas kualitas !anita. %erikut inilah pertanyaan pertanyaan yang diajukan olehnya + 9. Apakah alasannya, apakah sebabnya, mengapa seorang !anita memiliki !ajah buruk, bentuk tubuh yang jelek, menakutkan untuk dilihat dan ia juga miskin, melarat, papa dan memiliki kedudukan sosial yang rendah ? 5. Apakah alasannya, apakah sebabnya, mengapa seorang !anita memiliki !ajah buruk, bentuk tubuh yang jelek dan menakutkan untuk dilihat, namun ia kaya, berharta, berkelebihan dan memiliki kedudukan sosial yang tinggi ? @. Apakah alasannya, apakah sebabnya, mengapa seorang !anita memiliki !ajah antik, menarik, menyenangkan serta memiliki ke antikan yang luar biasa tetapi ia miskin, melarat, papa dan memiliki kedudukan sosial yang rendah ? .. Apakah alasannya, apakah sebabnya, mengapa seorang !anita itu antik, menarik,

menyenangkan dan memiliki ke antikan yang luar biasa, namun ia juga kaya, berharta, berke ukupan dan memiliki kedudukan sosial yang tinggi ? Menja!ab pertanyaan yang pertama Sang %uddha menerangkan kepada Mallika bah!a sebagian !anita memiliki si3at pemberang dan bengis, atas setiap hal yang sedikit menentangnya ia merasa dendam, marah, berang dan mendongkol, serta memperhatikan kemarahan dan keben ian? ia juga tak mau memberikan dana kepada para petapa dan brahmana berupa makanan, minuman dan lain sebagainya, serta merasa iri atas keberuntungan, kehormatan, penghargaan yang diperoleh orang lain. Ganita tersebut, bilamana ia meninggal dunia dan lahir dalam kehidupan sekarang, dimanapun ia dilahirkan, maka ia akan memiliki !ajah buruk, bentuk tubuh jelek dan menakutkan untuk dilihat, dan juga miskin, melarat, papa serta berada dalam kedudukan sosial yang rendah. Menja!ab pertanyaan yang kedua, se ara singkat Sang %uddha menerangkan bah!a si3at pemberang, kemarahan dan keben ian dari kehidupan yang lampau merupakan sebab bagi !ajah yang buruk, bentuk tubuh jelek dan per!ujudan yang menakutkan dari seorang !ainta dalam kehidupan sekarang. (etapi karena dalam kehidupannya yang lampau ia memiliki si3at murah hati dan tidak merasa iri atas keberuntungan atau kebahagiaan orang lain, maka dalam kehidupannya yang sekarang ia menjadi kaya, berharta, berkelebihan dan berada dalam kedudukan sosial yang tinggi. Menja!ab pertanyaan yang ketiga, bila dalam kehidupannya yang lampau seorang !anita tidak bersi3at pemberang, dan sekalipun dihina ia tak merasa dendam, marah, berang serta tidak memperlihatkan kemarahan ataupun keben ian, maka setelah meninggalkan kehidupannya yang lampau, ia dalam kehidupannya yang sekarang akan memiliki !ajah yang antik, menarik, menyenangkan serta memiliki ke antikan yang luar biasa. (etapi karena ia memiliki si3at kikir dan merasa iri melihat keuntungan dan kebahagiaan orang lain, maka sekarang ia hidup dalam kemiskinan, kemelaratan, papa serta berada dalam kedudukan sosial yang rendah. <a!aban terhadap pertanyaan yang keempat, bilamana dalam kehidupan yang lampau seorang !anita tidak bersi3at pemberang, atau tidak pernah menunjukan kemarahan, keben ian sekalipun ia dihina, juga bilamana ia memiliki si3at murah hati dan tidak merasa iri hati atas keuntungan ataupun kebahagiaan orang lain maka setelah meninggalkan kehidupannya yang lampau dan lahir kembali dalam kehidupan sekarang, dimanapun ia dilahirkan, ia akan memiliki !ajah antik, menarik menyenangkan dan memiliki ke antikan yang luar biasa, juga ia akan kaya, berharta dan berkelebihan serta berada dalam kedudukan sosial yang tinggi. 4ulakamma0ibhanga dan erita tentang permaisuri Malikka seperti yang terdapat dalam kitab Anguttara -ikaya, dalam satu hal, ber3ungsi sebagai suatu gambaran yang terbaik mengenai iri khas tentang ajaran karma %uddhis, dan dalam hal ini, ber3ungsi sebagai suatu keterangan yang jelas mengenai hubungan karma dan akibat akibatnya yang tertentu. Sumber sumber diatas menyingkap tabir kemisteriusan persoalan 6 persoalan yang berkenaan dengan perbedaan perbedaan umat manusia. Sebab sebab dan akibat akibat diatas dapatlah disederhanakan dalam bentuk sebagai berikut + 9. Membunuh makhkuk makhluk hidup mengakibatkan umur pendek 5. Si3at inta kasih terhadap makhluk makhluk hidup mengakibatkan umur panjang. @. Menyiksa makhluk makhluk hidup mengakibatkan hidup berpenyakitan .. Si3at kasih sayang terhadap makhluk makhluk hidup mengakibatkan hidup sehat. E. Si3at pemberang, marah atau keben ian mengakibatkan !ajah buruk dan bentuk tubuh jelek H. Si3at yang tidak pemberang, tidak pemarah dan tidak memben i mengakibatkan !ajah antik, menarik dan menyenangkan. :. $ri hati mengakibatkan tidak memiliki kekuasaan A. Kegembiraan yang bersimpati melihat keberuntungan makhluk lain mengakibatkan memiliki kekuasaan =. Si3at kikir atau mementingkan diri sendiri mengakibatkan kemisikinan 9/. Si3at murah hati mengakibatkan kekayaan 99. Kesombongan mengakibatkan kelahiran dalam keluarga rendah atau memiliki kedudukan

sosial yang rendah. 95. Kerendahan hati atau kelemah lembutan mengakibatkan kelahiran dalam keluarga tinggi atau memiliki kedudukan sosial yang tinggi. 9@. Kemalasan untuk memperoleh pengetahuan baru mengakibatkan kebodohan 9.. Semangat untuk memperoleh pengetahuan baru mengakibatkan ke erdasan atau kebijaksanaan Uraian uraian diatas memberikan ja!aban mengenai kemisteriusan persoalan perbedaan perbedaan dalam dunia manusia sejauh kemampuan akal budi kita dapat memahaminya. (etapi seperti telah dikatakan diatas proses karma amat komplikasi dan misterius, sehingga tak mungkin bagi kita untuk dapat memahami keseluruhan aspek prosesnya. Masih ada beberapa hal yang memerlukan pertimbangan lebih jauh. Agama %uddha menyatakan bah!a karma buruk yang sama dapat menghasilkan akibat yang berbeda pada dua orang pelaku yang berbeda. $ni tergantung pada kualitas batin masing masing yang mensyarati kekuatan dan kesuburan karma dalam memberikan akibatnya. "andangan ini telah diuraikan dengan jelas dalam kitab Anguttara -ikaya (ikanipata 95/ 6 @5. Menurut sumber ini , Sang %uddha menerangkan kepada para sis!anya bah!asanya adalah mungkin bagi sebagian orang yang melakukan kejahatan ringan untuk dilahirkan kembali di neraka, sedang sebagian orang lain yang melakukan perbuatan yang sama tidak akan terlahir kembali di neraka, melainkan hanya akan memetik buahnya dalam kehidupan sekarang. Mengenai perbedaan ini, Sang %uddha menerangkan + ,7rang ma am apakah 7 para bhikkhu, yang hanya dengan melakukan kejahatan ringan akan berakibat menyeretnya ke neraka ? 7 para bhikkhu, bilamana seseorang tidak terlatih silanya, tidak terlatih konsentrasinya, tidak terlatih kebijaksanaannya, rendah dan terbatas kemampuannya dalam hal kebajikan, maka sekalipun ia hanya melakukan kejahatan ringan, maka perbuatan tersebut akan dapat menyeretnya ke neraka8 & Anguttara -ikaya (ikanipata @59 ' Selanjutnya Sang %uddha menyatakan bah!a, sebaliknya bilamana seseorang terlatih sila, konsentrasi, dan kebijaksanaannya, tidak terbatas kemampuannya dalam hal kebajikan serta memiliki inta kasih dan kasih sayang terhadap semua makhluk, dan ia telah melakukan suatu kejahatan ringan yang serupa, maka perbuatan itu akan habis, itu akan habis dalam hidup sekarang dan bilamana karmanya menghasilkan akibat, ia tidak akan begitu terpengaruh olehnya. Hal ini menunjukan bah!asanya kualitas kualitas kebajikan seseorang ikut menentukan berbuahnya karma buruk. <ika Seseorang yang melakukan kejahatan ringan tidak memiliki simpanan kebajikan dalam dirinya, maka karma buruknya akan mempunyai kekuatan yang ukup untuk menyeretnya ke neraka. (etapi jika orang lain yang memiliki banyak simpanan kebajikan dalam dirinya melakukan kejahatan yang serupa, maka kekuatan dan kesuburan suatu peruatan jahat demikian untuk menghasilkan akibatnya akan dilemahkan, yaitu kekuatannya hanya ukup untuk menghasilkan akibat dalam hidup sekarang dan kehabisan tenaganya, tidak ukup kuat untuk menyeret pelakunya terlahir kembali ke neraka. Mengenai perbedaan akibat karma ma am ini, Sang %uddha telah mempergunakan perumpamaan garam dan air untuk memperjelas uraiannya. #alam kasus yang pertama Sang %uddha membandingkan seseorang yang tidak atau hanya memiliki sedikit simpanan kebajikan yang melakukan suatu kejahatan ringan dengan seseorang yang memasukan segumpal garam kedalam satu angkir ke il yang berisi air, dengan berbuat demikian air dalam angkir ke il itu pasti menjadi asin dan tak dapat diminum. $ni karena air dalam angkir itu hanya sedikit kasus yang kedua, seseorang yang memiliki banyak simpanan kebajikan dalam dirinya yang juga melakukan suatu kejahatan ringan yang serupa, dibandingkan dengan seseorang yang memasukan segumpal garam ke dalam sungai gangga, yang tentu saja tidak akan menjadi asin dan airnya dapat diminum.

Seseorang yang tidak atau hanya memiliki sedikit simpanan kebajikan serupa dengan seseorang yang memasukan garam ke dalam angkir ke il berisi air, sekalipun ia hanya melakukan suatu kejahatan ringan, namun perbuatan tersebut ukup kuat untuk menyeretnya ke neraka. Seseorang yang memiliki banyak simpanan kebajikan adalah serupa dengan seseorang yang memasukan garam ke dalam sungai, bila ia melakukan kejahatan ringan yang serupa maka simpanan kebajikannya akan memperlemah kekuatan karma buruknya, seperti banyaknya air sungai yang akan menetralkan rasa asin gumpalan garam. #alam ontoh ini karma buruk adalah seperti garam dan simpanan kebajikan adalah seperti air. Galaupun akibat karma buruk tidak dapat dihilangkan sama sekali, itu tidak berarti bah!a kita harus bersikap pasrah. Karma buruk dapat dila!an dengan memperbanyak berbuat kebajikan. $ntensitas dan kekuatan yang menghan urkan dari karma buruk hanya dapat dila!an dengan karma baik seperti halnya air yang dapat mengurangi asinnya garam. Karena itu seseorang tidak akan pernah terlambat untuk berbuat baik dalam hidupnya. "embagian Karma Setelah kita mempelajari uraian diatas, kita melihat bah!a karma digolongkan menjadi tiga dan empat ma am menurut ara menelitinya. #ilihat dari saluran yang digunakan, karma di golongkan menjadi tiga ma am sedangkan dilihat dari si3at dan akibatnya karma dibagi dalam empat kategori. #isamping itu ada pula pembagian karma yang disusun oleh %uddhaghosa dalam Bisuddhimagga. "embagian karma oleh %uddhaghosa ini didasarkan pada kata kata Sang %uddha yang tersebar dalam Kitab Su i (ipitaka. "embagian karma yang disusun oleh %uddhaghosa adalah sebagai berikut + 9. Karma menurut !aktu 5. Karma menurut kekuatan @. Karma menurut 3ungsi Masing masing golongan ini terdiri dari empat ma am, dan bila disatukan seluruhnya ada dua belas ma am. Kadang kadang semuanya disebut dua belas karma. Kedua belas karma ini dapat bersi3at baik & kusala ' atau buruk & akusala '. 1. Karma Menurut Waktu #isini karma dihubungkan dengan unsur !aktu dalam menghasilkan akibatnya yang terdiri atas empat ma am yaitu + a. #itthadhamma0edaniya 6 kamma adalah karma yang memberikan akibatnya pada masa kehidupan sekarang ini juga, apakah karena kekuatannya yang amat besar atau memang karena sudah sampai saatnya untuk masak dalam kehidupan sekarang. Menurut Bisuddhimagga, apabila karma ini tidak menghasilkan akibatnya dalam kehidupan sekarang, maka karma ini menjadi tak e3ekti3 & ahosi , lihat Bisuddhimagga halaman H=: ' Ben Bajiranana0arorasa dalam bukunya #hamma0ibhanga jilid $$ menerangkan + karma ini tergolong amat kuat dan karena menghasilkan akibatnya dalam kehidupan sekarang. "elakunya akan mengalami akibatnya dalam kehidupan sekarang ini juga, tetapi apabila pelakunya mati sebelum menghasilkan akibatnya maka karma ini menjadi tidak e3ekti3 & #hamma0ibhanga jilid $$ hal 95= ' b. Uppajja0edaniya 6 kamma adalah karma yang akibatnya akan dialami dalam kehidupan setelah hidup sekarang ini, karma ini menggantikan karma , sekarang , sejak saat kematian seseorang dan terus menghasilkan akibatnya dalam kehidupan yang baru selam tak ada inter0ensi dari karma lain yang lebih kuat. Menurut Bisuddimagga, bila dalam kehidupan berikutnya setelah kehidupan sekarang karma ini tak memperoleh kesempatan untuk menghasilkan akibatnya, maka karma itu akan menjadi mubazir & Bisuddimagga halaman H=: '

. Aparapara 0edaniya 6 kamma adalah karma yang akibatnya akan dialami dalam kehidupan kehidupan berikutnya. Karma ma am ini agak menyerupai karma ma am kedua dan paling epat hanya akan menghasilkan akibat dalam masa kehidupan itu. -amun karma ma am ini dikatakan tak akan pernah berakhir dan terus mengejar pelakunya tanpa mengenal lelah, tak akan pernah berhenti melakukan pengejarannya sampai sang korban menjadi lelah. Karma ma am ini dapat diumpamakan seperti srigala yang selalu membayangi rusa, dan menggigit korbannya kapan dan dimanapun ada kesempatan. d. Ahosi 6 kamma adalah karma yang tidak memberi akibat karena jangka !aktunya untuk memberikan akibat telah habis atau karena karma tersebut telah menghasilkan akibatnya se ara penuh sehingga kekuatannya habis sendiri. Karma ma am ini dapat dibandingkan dengan sebuah benih yang telah tersimpan sedemikian lama sehingga kemampuanya untuk berbuah menjadi rusak. 2. Karma Menurut Kekuatan #i sini karma dihubungkan dengan tingkat kekuatannya dalam menghasilkan akibat yang terdiri atas empat ma am yaitu + a. Faru 6 kamma adalah karma yang paling berat diantara semua karma lainnya dan karena si3atnya yang amat kuat, karma ma am ini akan masak terlebih dahulu. Selama karma ini masih menghasilkan akibatnya, tak ada karma lainnya yang berkesempatan untuk menghasilkan akibatnya. Sebagai suatu perbandingan dapatlah kita umpamakan dengan seorang yang menjatuhkan berbagai ma am benda dari suatu tempat yang tinggi. Maka batu yang dijatuhkan akan sampai ke tanah terlebih dahulu, baru kemudian diikuti dengan sepotong kayu, karton dan akhirnya bulu ayam. "ada seginya yang buruk & akusala ', garu kammamenyatakan pada lima ma am kejahatan yang mematikan yaitu + 9' membunuh ibu, 5' membunuh ayah, @' membunuh orang yang telah men apai kesu ian sempurna, .' Melukai tubuh seorang %uddha, E' menyebabkan perpe ahan dalam tubuh persaudaraan para bhikku & sangha '. Kelima ma am perbuatan ini dianggap sebagai karma yang paling buruk diantara semua karma lainnya. Seseorang yang telah melakukan salah satu diantara kelima ma am perbuatan diatas, maka dalam hidupnya yang sekarang ia tidak dapat memahami kebenaran mutlak, karena ia sendirilah yang telah men iptakan rintangan bagi pen apaiannya. Setelah tubuhnya han ur, setelah kematiannya maka ia akan terlahir kembali dalam alam neraka yang paling mengerikan. "ada seginya yang baik & kusala ', garu kamma menyatakan pada delapan ma am pen apaian tingkat samadhi + empat tingkat rupa jhana dan empat tingkat arupa jhana. b. %ahula 6 kamma adalah karma yang sering dan terulang ulang dilakukan oleh seseorang melalui saluran badan jasmani, u apan dan pikiran, sehingga tertimbun dalam !ataknya. Karma kebiasaan ini akan memberikan akibatnya terlebih dahulu apabila seseorang tidak melakukan garu 6 kamma. . Asanna 6 kamma adalah karma yang diperbuat oleh seseorang pada saat menjelang kematian atau dapat pula berupa perbuatan perbuatan yang dahulu pernah dilakukan dalam masa hidupnya yang ia ingat kembali dengan amat jelas pada saat ia berada di ambang pintu kematian. -amun sesungguhnya karma ma am ini amatlah ditentukan oleh si3at dari kebiasaan seseorang. %ila seseorang telah terbiasa berbuat jahat untuk !aktu yang lama, maka ia hanya sedikit sekali kemungkinannya untuk mempunyai Assana 6 kamma yang baik. Sebaliknya seseorang yang telah terbiasa berbuat bajik sepanjang masa hidupnya, maka juga sedikit sekali kemungkinannya untuk memiliki Assana kamma yang jelek. Menurut agama %uddha karma ini amat menentukan ma am kelahiran mendatang dari orang yang sedang berada diambang pintu kematian, yaitu apakah ia akan dilahirkan kembali dalam alam sengsara atau alam bahagia tergantung pada karma ini. Misalnya + suatu ontoh yang sebenarnya jarang terjadi , seseorang yang biasa berbuat jahat dan pada saat kematiannya ia teringat akan beberapa perbuatan baiknya yang pernah ia lakukan, kemudian ia mati dengan pikiran yang berdiam pada ingatan akan perbuatan baiknya, maka ia akan terlahir kembali dalam alam bahagia karena kekuatan assana kammanya itu. -amun demikian ia tak dapat menikmatinya lama, dan segera akan disusul dengan akibat akibat buruk dari perbuatan perbuatan jahatnya yang telah ia lakukan sepanjang masa hidupnya yang lampau.

%erkenaan dengan hukum karma ma am ini, Sang %uddha telah mengumpamakan dengan sekumpulan sapi yang berada di sebuah kandang tertutup. Sapi yang berada diambang pintu yang akan keluar terlebih dahulu apabila pintunya dibuka, betapapun tua dan lemahnya sapi itu. -amun tak lama kemudian sapi sapi yang kuat akan dapat menyusul dan meninggalkannya di belakang. d. Kattata 6 kamma adalah suatu perbuatan yang hampir tidak didorong oleh kehendak. Karma ini sebenarnya lebih bersi3at mekanis daripada bersi3at kehendak. Karenanya karma ma am ini digolongkan sebagai karma yang paling lemah diantara semua karma yang lainnya dan akan memberikan akibat apabila karma lainnya tak ada. Sebagai ontoh mengenai kattata kamma + Seorang petani misalnya melemparkan batu ke arah sekumpulan burung yang memakan padinya, tujuannya hanyalah untuk mengusir burung burung itu, dan bukan untuk membunuhnya. -amun se ara kebetulan batu itu mengenai kepala seekor ayam yang berada di sekitar tempat itu sehingga akibatnya ayam tersebut mati. #alam hal ini karma petani itu digolongkan sebagai kattata kamma. #alam kasus kasus sema am ini, karma tidak dapat dinilai semata mata hanya berdasarkan atas ukuran akibat akibatnya saja, tetapi moti3 atau kehendak yang berada di belakang perbuatan itu juga harus dipertimbangkan karenanya kattata kamma hanya memiliki kemampuan yang amat ke il dalam menghasilkan akibatnya karena tidak adanya kehendak atau itikad sebagai kekuatan pendorong. 3. Karma Menurut Fungsi #isini karma dihubungkan dengan peranannya dalam menghasilkan akibat yang juga terdiri atas empat ma am yaitu + a. <anaka 6 kamma & karma penghasil ' adalah karma yang ber3ungsi menghasilkan. (ugas karma ini adalah menyebabkan kelahiran sesuai dengan ma am dan si3atnya. Karma ma am ini dapat dibandingkan dengan seorang ayah 6 ibu dalam 3ungsinya memba!a seorang dalam kelahiran baru. Menurut agama %uddha, apabila <anaka kamma telah menyebabkan suatu kelahiran, maka tugasnya sebagai karma penghasil berakhir. #engan memahami janaka kamma berarti kita juga dapat memahami adanya perbedaan perbedaan dalam dunia manusia yang tidak lain disebabkan oleh janaka kamma. b. Upatthambhaka 6 Kamma & karma "enguat ' adalah karma yang ber3ungsi membantu memperkuat apa yang telah dihasilkan oleh janaka kamma sesuai dengan ma am dan si3atnya. <adi apabila janaka kammanya baik, kamma penguat ini membantu sehingga keadaannya lebih baik, demikian pula sebaliknya. Misalnya + Seseorang yang memiliki janaka kamma yang baik sehingga ia dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang baik, maka kamma penguat akan membantu kesempatan tersebut menjadi lebih baik, dengan memberikan kesempatan pada orang tersebut memiliki kondisi kondisinya yang lebih baik dan akibatnya ia akan berhasil dalam kehidupannya yang sekarang. Sebaliknya seseorang yang memiliki janaka kamma buruk sehingga ia dilahirkan di tengah tengah keluarga yang berantakan dan dalam lingkungan hidup yang tidak baik, maka kamma penguat ini akan membantu menguatkan keadaan tersebut dan akibatnya ia dapat berbuat kejahatan kejahatan yang lebih berat, atau ia tak mau belajar untuk meningkatkan dirinya. #an akhirnya ia harus menderita dalam kehidupan yang sekarang. #alam kedua kasus ini yang pertama disebut + , #atang (erang "ergi (erang8 & <oti <otiparayano ' sedangkan yang kedua disebut , #atang Felap "ergi Felap , & (amo (amoparayano ' . Uppapilika 6 Kamma & Karma "elemah ' adalah karma yang ber3ungsi menandingi pengaruh dari apa yang telah dihasilkan oleh janaka kamma, memperlemah kekuatannya atau mempersingkat !aktunya dalam menghasilkan akibatnya. Apabila janaka kamma menjadikan seseorang memiliki suatu kelahiran yang baik, karma pelemah ini akan mengurangi kesempatan yang dimiliki dalam suatu kelahiran, demikian pula sebaliknya. #alam kedua kasus ini yang pertama disebut + , #atang (erang "ergi Felap8 & <oti (amaparayano ' sedangkan yang kedua disebut , #atang Felap "ergi (erang , & (amo <otiparayano ' d. Upaghataka 6 Kamma & Karma "enghan ur ' adalah karma yang mempunyai kategori sama

dengan karma pelemah diatas, karena 3ungsinya menentang atau menghan urkan kekuatan dari janaka kamma. Akan tetapi karma ini mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada karma pelemah. 4ontohnya + Seorang gadis jelata yang menjadi istri seorang raja, atau seorang anak dari keluarga miskin yang diangkat anak menjadi anak keluarga kaya atau juga seorang kaya yang akhirnya menjadi pengemis dan lain sebagainya.

You might also like