You are on page 1of 6

4 MAR 2 0 11

TOT PBJ LKPP

Pembelian Pesawat Termasuk Jenis Pengadaan Apa?


Topik Pembahasan : Mohon pendapat para instruktur sekalian... Apakah pembelian pesawat atau kapal atau kendaraan tempur yang sesuai desain standar pabrikan termasuk pekerjaan konstruksi atau pengadaan barang?

Moderator

Widhayat Masukan dari Narasumber Fitri Yusman Malam Mas Wid, Menurut saya, lebih pas jika digolongkan kdlm pengadaan barang karena sesuai dengan disain standar pabrikan yg bisa saja tersedia stock nya. Andaikata pun tidak tersedia, masih tetap digolongkan kdlm barang karena kita tidak minta perubahan apapun pada spektek nya.

Mudji Santosa LKPP

Apa betul begitu ya....??? Gak apalah, jika salah........masih akan ada membetulkan.... .....diatas langit masih ada langit....... .......ayo tetap belajar................................ salam ipep Deden

teman yg karena...

Dalam Keppres 80/03 hal pembuatan kapal ini masuk jasa pemborongan. Idea awal penggantian 'Jasa Pemborongan' ke 'Jasa Konstruksi' adalah menyelaraskan dengan terminologi international dimana pengadaan dibagi ke dalam Goods, Construction, Consultant, and Others. Digunakanlah Jasa Konstruksi di Perpres 54/2010. Namun mengingat Jasa Konstruksi sudah ada komandannya yaitu UU No 18 tahun 1999 ttg Jasa Konstruksi maka terpaksa konsep awal lingkup Jasa Konstruksi di draft Perpres pengadaan disesuaikan dengan UU tsb. Sedangkan sisanya yang tadinya masuk jasa pemborongan dimasukkan jasa lainnya. Namun saat2 terakhir, rupanya ada beberapa pekerjaan yang bukan jasa konstruksi (sebagaimana definisi pada UU Jakon) dimasukkan juga ke dalam bagian Jasa Konstruksi dalam Perpres 54/2010 (kalau tidak salah penghijauan).

Di sini kita harus kembali pada azas taat aturan dalam menyikapi kasus pembuatan kapal tsb. Yaitu hal2 yang explisit dalam aturan (termasuk Perpres 54/2010) harus kita ikuti pahit atau manisnya. Hal2 yang tidak tertulis dan tidak ada pedomannya (baik di Perpres 54/2010 ataupun di UU No 18/1999) maka kita masukkan dalam Jasa Lainnya (kalau sifat pengadaan kapal tersebut melalui penugasan design dan pembuatan). Kalau pengadaan kapal tsb bersifat utuh lebih mengutamakan pada fungsinya (bukan pada design dan pembuatannya), maka kita masukkan dalam kelompok pengadaan barang. Salam, Deden. Muhammad Abeto Ikutan nimbrung ah.. Kalo kita baca definisi Barang dalam Perpres 54 2010, maka saya setuju dengan pak Ipep bahwa untuk pesawat atau kapal atau kendaaran tempur yang sesuai dengan desain standar pabrikan lebih pas dikategorikan Barang bukan Pek. Konstruksi. Akan tetapi kalo pesawat, kapal atau kendaraan tempur itu kita pesan khusus sesuai Desain Standar Si Pemesan bisa saja itu dikategorikan Pek. Konstruksi. Ini pendapat saya lho. Mungkin ada temen2 lain yang punya pendapat lain yang lebih pas. Trims. Muhammad Abeto Baihaki Ikut ngasih pendapat ya.. Saya setuju dengan pendapat Pak Ipep dan Pak Abeto pembelian pesawat dan Kapal dgn spek pabrikan di masukkan dalam pengadaan barang, ini berdasarkan pengalaman di kantor saya, tahun ini mengadakan kapal selam tanpa awak dimasukkan ke dlm pengadaan barang. trims. Baihaki, BPPT Fadli Arif Forum yang terhormat, Dalam hal pembelian kapal, persoalannya tidak semudah yang kita bayangkan. Panitia dalam pelelangan hanya menyediakan spek dan gambar untuk mempersiapkan penawaran, belum gambar yang siap untuk dilaksanakan (dibangun). Peserta pelelangan harus menyiapkan perhitungan dan gambar struktur, permesinan, dan lainnya dalam penawaran (detail design), kemudian gambar ini harus dievaluasi/diperiksa oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) dan mendapat persetujuan dari Kemhub. Oleh karena kapal adalah bangunan konstruksi, maka pengadaan kapal lebih dekat dengan pekerjaan konstruksi.

Untuk kapal baru saya kira tidak ada yang ready stock, kecuali pembelian kapal bekas, mungkin lebih dekat dengan pengadaan barang. Demikian sebagai tambahan info. Fadli Arif Widhayat Jadi pendapat para instruktur masih belum bulat nich... kalau beli bekas sepakat "pengadaan barang". Tapi kalau beli baru masih ada 2 pendapat "barang" atau "konstruksi" Widhayat Alfian Amri Tapi kita liat dulu casenya. bagaimana desain konstruksinya? dan, assesorisnya?. Kalau desain konstruksinya dari pabrikan sedangkan assesoris pesawat/kapal perang dari pemesan maka masuk kategori barang tapi sebaliknya jika desain konstruksinya dari pemesan mk masuk kategori pekerjaan konstruksi. dan menurut hemat saya untuk kapal/pesawat tempur umumnya desain dari pabrikan. maaf kalau salah... masih ada langit diatas langit. horeeee mari sama sama belajar. bersama kita bisa. Alfian Amri Nugroho Iskandar Ikutan nimbrung ya...Pak Widhayat, Rasanya penjelasan dari pak Deden ini sangat jelas bahwa pilhannya hanya ada dua: 1) Kalau sifatnya lebih mengutamakan pada "FUNGSI"nya, maka masuk dalam kelompok "PENGADAAN BARANG"; 2) Kalau sifatnya lebih pada penugasan "DESAIN & PEMBUATAN" nya, maka masuk dalam kelompok "JASA LAINNYA" Pak Deden, terima kasih atas penjelasannya. Awalnya saya sependapat dengan teman-teman lainnya bahwa kalau sifatnya membangun bentuk/model yang "local specific" sesuai kebutuhan dan sikon yang dihadapi, dapat dikategorikan sebagai Jasa Konstruksi. Tapi ternyata tidak demikian kan??? Pak Moderator dan Teman-Teman, Mungkin penjelasan latar belakang dan historis seperti ini (lanjutan penjelasan "situasi kebatinan" yang disampaikan pak Agus Prabowo) yang kita perlukan untuk bisa memahami secara jelas status dan kedudukan permasalahan yang dihadapi serta

referensinya dalam Perpres 54. Mudah-mudahan begitu ya Pak Ipep. .....diatas langit masih ada langit....... .......ayo tetap belajar................................ Salam, Nugroho Iskandar Nur Basuki Saya setuju pak.. Nur Basuki Nugroho Iskandar Rekans, dari yang disampaikan p Deden, sebenarnya pada awalnya pembuatan kapal masuk jasa pemborongan : Dalam Keppres 80/03 hal pembuatan kapal ini masuk jasa pemborongan. Idea awal penggantian 'Jasa Pemborongan' ke 'Jasa Konstruksi' adalah menyelaraskan dengan terminologi international dimana pengadaan dibagi ke dalam Goods, Construction, Consultant, and Others. Digunakanlah Jasa Konstruksi di Perpres 54/2010. Namun mengingat Jasa Konstruksi sudah ada komandannya yaitu UU No 18 tahun 1999 ttg Jasa Konstruksi maka terpaksa konsep awal lingkup Jasa Konstruksi di draft Perpres pengadaan disesuaikan dengan UU tsb. Sedangkan sisanya yang tadinya masuk jasa pemborongan dimasukkan jasa lainnya. Namun saat2 terakhir, rupanya ada beberapa pekerjaan yang bukan jasa konstruksi (sebagaimana definisi pada UU Jakon) dimasukkan juga ke dalam bagian Jasa Konstruksi dalam Perpres 54/2010 (kalau tidak salah penghijauan). Kalau pekerjaan yang menghasilkan software atau rancangan atau gambar, apa tidak masuk ke pek Jasa Konsultansi ya? Jadi kembali ke masalah pengadaan kapal, mungkin dapat di bagi menjadi : 1. Jika bersifat utuh yg lebih mengutamakan fungsinya : dimasukkan dalam kelompok pengadaan barang 2. Jika pekerjaan itu menghasilkan rancang bangun, gambar rencana atau desain : dimasukkan kedalam kelompok jasa konsultansi 3. Jika dari gambar rancang bangun kemudian akan diwujudkan menjadi "bangunan" kapal, dimasukkan (seharusnya) kedalam kelompok Jasa Konstruksi (yg dulu diistilahkan Jasa Pemborongan), namun karena untuk jasa konstruksi menginduk ke UU 18/1999 yg tidak mengakomodasi pembuatan/pembangunan kapal, maka "terpaksa" dimasukkan kedalam Jasa Lainnya, walaupun mungkin tidak begitu tepat. apa betul begitu ya....??? gak apalah, jika salah........masih akan ada teman yg

membetulkan (terutama rekans yg ikut menyusun p54 ini dr LKPP....karena... .....diatas langit masih ada langit....... .......ayo tetap belajar................................ salam ipep Kesimpulan: 1. Pengadaan pesawat, kapal dan kendaraan tempur termasuk pengadaan yang kompleks dan berteknologi tinggi. 2. Dahulu saat masih berlakunya Keppres 80 tahun 2003, pengadaan pesawat, kapal dan kendaraan tempur masih bisa dikategorikan sebagai Jasa Pemborongan. 3. Dengan berlakunya Perpres No. 54 tahun 2010, maka Jasa Pemborongan ditiadakan dan digantikan dengan Istilah Jasa Konstruksi 4. Jasa Konstruksi di Indonesia menganut kepada UUJK No. 18 Tahun 1999, dimana bunyi pasalnya sebagai berikut: Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan 1. jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi; 2. pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masingmasing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain; Pasal 6 Bidang usaha jasa konstruksi mencakup pekerjaan arsitektural dan/atau sipil dan/atau mekanikal dan/atau elektrikal dan/atau tata lingkungan, masing-masing beserta kelengkapannya. Pasal 7 Ketentuan tentang jenis usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), bentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan bidang usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. 5. Berdasarkan definisi2 dalam UUJK tersebut ada hal2 yang bisa kita pertanyakan lebih lanjut yaitu apakah pesawat tempur, kapal tempur dan kendaraan tempur bisa dikategorikan pekerjaan konstruksi untuk mewujudkan bentuk fisik lainnya? Jawabannya mungkin ada di PP. Namun kami belum tahu apakah ada PP nya atau tidak yang mengatur hal tersebut. 6. Dari beberapa referensi pengadaan internasional yang diperoleh dari internet, saat ada pekerjaan pembuatan kapal induk, pesawat tempur dan tank, seringkali disebut sebagai construction of Tank, atau construction of Mother Ship dll. Kalau kita sering menonton F1, tentunya rekan2 sudah tidak asing lagi dengan istilah konstruktor yang diperuntukkan bagi pabrik mobil yang membangun mobil F1 (Ferrari, Mc Lauren dll). 7. Dilihat dari sifatnya sebagai kendaraan tempur, kita bisa membayangkan bahwa masing2 pihak yang bertempur tentunya

ingin menang, dan untuk menang maka kendaraan tempurnya harus cocok dengan kondisi medan dan juga harus lebih unggul dari milik lawan. Tentunya sangat jarang suatu negara akan memesan tank standar saja asal bisa menembak, atau pesawat tempur apa saja asal bisa terbang dan kelihatan garang dan pesawat tempur musuh takut dan mundur, jadi kecil kemungkinan pembelian kendaraan tempur seperti beli barang di pameran tinggal ambil display atau stock pabrik (kecuali jenderal pengambil keputusannya belum pernah bertempur atau bisa juga karena anggaran yang sangat terbatas, yang penting ada kendaraan tempur). 8. Ada alternatif pendapat sesuai Perpres 54 tahun 2010 untuk pengadaan pesawat, kapal dan kendaraan tempur dimasukkan kategori pengadaan barang atau pun pengadaan jasa lainnya (pendapat Bapak Deden dan Bapak Nugroho). 9. Ada juga alternatif pendapat lain sesuai Perpres 54 tahun 2010 untuk pengadaan pesawat, kapal dan kendaraan tempur dimasukkan kategori pekerjan konstruksi atau barang ataupun pengadaan jasa lainnya sesuai sifat item yang diadakannya (pendapat Bapak Fadli, Bapak Abeto, Bapak Ipep dan Bapak Alfian). 10. Berdasarkan masukan-masukan tersebut di atas, maka sementara ini kami belum bisa mengambil kesimpulan terhadap topik ini. Maka kami dari forum Instruktur TOT PBJ menghimbau kepada LKPP agar bisa mengeluarkan pendapatnya secara resmi untuk menentukan kategori pengadaan pesawat, kapal dan kendaraan tempur.

Summarize by Thomas Ardianto from Millist of Instruktur TOT PBJ LKPP Copyright 2011 by Instruktur TOT PBJ LKPP. All rights reserved. The copyright owner hereby grants permission to make copies of this handout for personal, noncommercial use only.

You might also like