You are on page 1of 43

I.

PEMICU Seorang pasien laki-laki, umur 25 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan diare yang telah di alami selama kurang lebih 1 tahun. Setiap harinya pasien mengalami diare 2-3 kali dengan jumlah sedang dan konsentrasi tinja cair. Pasien juga mengeluh menderita sakit tenggorokan dan sariawan disertai demam yang juga terjadi hampir bersamaan dengan timbulnya diare. Pasien telah berobat ke Puskesmas dan tidak ada perbaikan. Sejak sakit pasien mengalami penurunan berat badan 1##%(# mm)g. kg. pasien adalah mantan pemakai narkoba suntik. Pada saat masuk pasien dalam keadaan lemah, suhu 3!,! ", nadi 1##$%menit, &'

KEY WORD laki-laki, 25 tahun diare berat badan turun demam sariawan sakit tenggorokan pemakai narkoba suntik *g

II.

RUMUSAN MASALAH

Seorang laki-laki, 25 tahun mengeluh diare, sakit tenggorokan, demam, sariawan selama kurang lebih 1 bulan disertai penurun berat badan dan merupakan mantan pemakai narkoba.

III. ANALISIS MASALAH


25 tahun e!uhan utama: diare"1 #u!an se!ama 2$3x/hari, sakit tengg%r%kan, 1 dan demam, saria&an, ''( ) g *antan +emakai Penata!aksanaan nark%#a +asien Pemeriksaan: nadi 100x/menit, suhu 38,8C, TD 100/60 mmHg

Dign%sis: H,-/.,D/ Pemeriksaan +enun0ang: 12,/., &estern #!%t, ra+id test, dan CD3

IV. HIPOTESIS +aki-laki 25 tahun mengalami ),-%.,'S

V.

LEARNING ISSUES -.1,munode/isiensi primer -.2),-.3,n/eksi oportunistik -.0*onseling -.51bat-obatan retro2iral -.(Penatalaksanaan gi3i -. ,ntepretasi hasil

VI. PEMBAHASAN -,.1 Immunodefi ien i P!ime!

4ambar 1 skema sederhana perkembangan lim/osit dan tempat terjadinya blokkade pada penyakit immunode/isiensi primer
-,4141

"#Lin$ed A%&mm&%'o(u'inemi& Pen)&$i* Bruton

Penyakit 5ruton ditandai dengan kegagalan sel pra 5 untuk berdi/erensiasi sel 5. .kibatnya, tidak terbentuk gama globulin dalam darah. Pada penyakit ini, pematangan sel 5 terhenti setelah dimulainya penataan ulang gen rantai berat karena mutasi pada tirosin kinase yang terlibat dalam transduksi sinyal sel pra 5. karena rantai ringan tidak diproduksi, molekul immunoglobulin yang lengkap tidak dapat dirangkai dan diangkut menuju membran sel1. Penyakit bruton tidak akan jelas sebelum mencapai usia ( bulan, yaitu pada saat immunoglobulin maternal habis. &erapi pengganti dengan immunoglobulin ,ntra2ena yang berasal dari kumpulan serum manusia memungkinkan sebagian besar penderita terhindar dari in/eksi bakteri secara adekuat1. -,.1.2
Immunodefisiensi Variabel Umum (CVID) 3

Penyakit ini merupakan kelompok gangguan kongenital atau didapat yang ditandai dengan hipogamaglobulinemia, gangguan respons terhadap antibody (atau vaksin), dan
jumlah infeksi yang makin meningkat. Se ara klinis memiliki gejala sama dengan !enyakit "ruton, namun onsetnya tim"ul setelah usia #$ atau %$ tahun.&angguan !roduksi anti"odi diduga dise"a"kan oleh defek sel B intrinsi , kurangnya "antuan sel ', atau aktivitas su!resor sel ' yang "erle"ihan. (asien ini mudah mengalami "er"agai gangguan imun (anemia hemolitik, anemia !ernisiosa), serta tumor limfoid1. -,4143

Defi ien i I%A ## orang.

Penyakit ini sering ditemui pada orang kulit putih, sekitar 1 antara

6eskipun sebagian besar indi2idu bersi/at asimtomatis, melemahnya pertahanan mukosa membuat mereka mudah mengalami diare dan in/eksi pulmonal yang berulang. Patogenesis in/eksi ini disebabkan oleh di/erensiasi sel 5 yang menyekresi Ig) menjadi sel !lasma1.
-,4143

Sind!om Hi+e! I%M

Pada respon imun yang normal terhadap antigen protein, yang pertama kali diproduksi adalah antibody ,g6 dan IgD, diikuti dengan anti"odi Ig&, Ig), dan Ig* se ara "erurutan.
+emun ulan jenis anti"odi yang "erurutan dise"ut dengan isoty!e s,it hing. +emam!uan sel B !enghasil Ig- untuk melakukan transkri!si gen yang mengkode immunoglo"ulin lain "ergantung !ada sitokin tertentu dan sinyal sel ' CD./ melalui kontak molekul CD.$ !ada sel B dan ligan molekul CD.$0 atau CD11. !ada sel ' CD./. (ada Sindrom hi!er Igkadar antigen Ig- normal atau le"ih dari normal teta!i kurang mam!u menghasilkan isoty!e Ig&, Ig),atau Ig* , karena sel ' tidak mam!u menginduksi isoty!e s,it hing 1. -,4145 Sind!om Di%eo!%e

Sindrom 'igeorge diakibatkan oleh suatu kelainan kongenital perkembangan timus disertai pematangan sel & yang tidak sempurna. 7anin dalam keadaan ini sangat mudah terserang in/eksi 2irus, jamur, dan proto3oa. Sel 5 dan immunoglobulin serum umumnya tidak terpengaruh. Pada 8#9 kasus Sindroma 'i4eorge, terjadi delesi yang mempengaruhi kromosom 22:111. -,.1.(
Immunodefisiensi Kombinasi Berat

Sindrom S",' ini terjadi melalui tiga mekanisme12

a.

*arena mutasi gen pengkode rantai gamma-sitokin yang bertanggung jawab merangsang kelangsungan hidup serta perluasan precursor sel 5 dan sel & imatur dalam sumsum tulang.

b.

6utasi .denosin 'eaminase ;.'.<, yang menjadi de/isiensi sehingga terjadi akumulasi metabolit adenosine dand deoksiadenosin tri/os/at sintesis '=. dan bersi/at toksik terhadap lim/osit. yang menghambat

c.

*egagalan pengeluaran 6)" kelas 2 primer, sehingga sangat menghambat /ungsi sel "'0>, dan respom antibody yang bergantung sel & akan terganggu.

-,414)

Sind!om Wi $o** A'd!i,-

?iskott-.ldrich Syndrome adalah suatu penyakit resesi/ terkait @ yang ditandai dengan trombositopenia, ec3ema, dan sangat rentan terhadap in/eksi berulang yang berakhir pada kematian dini. Satu-satunya pengobatan adalah transplantasi sumsum tulang1.

../.0 Defi ien i Gene*i$ Kom+onen Kom+'emen 'e/isiensi sistem komplemen seperti "3 akan meningkatkan kerentanan terhadap in/eksi bakteri piogenik, sedangkan jika "1:,"2, dan "0 yang kekuranga n, akan meningkatkan
resiko terkena !enyakit yang di!erantarai sistem imun (misalnya S0*), dan defisiensi C1 akan meningkatkan resiko infeksi neisseria yang "erulang1.

..1 HIV2AIDS ;Hum&n Immunodefi,ien,) Vi!u 2A,3ui!ed S)nd!ome4 ..1./ Defini i

Immunodefi,ien,)

.,'S ;.c:uired ,mmunode/iciency Syndrome< dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat in/eksi oleh ),- ;)uman ,mmunode/iciency -irus< yang termasuk /amili retro2iridae. .,'S merupakan tahap akhir dari in/eksi ),-2.

..1.1 E*io'o%i
5

.,'S disebabkan oleh ),-, suatu 2irus A=. dari /amili retro2irus dan sub/amili lenti2iridae. Sampai sekarang baru dikenal 2 serotipe ),- yaitu ),--1 dan ),--2. ),--2 yang disebut juga sebagai lymphadenopathy associated 2irus type-2 ;+.-< yang sampai sekarang hanya dijumpai pada kasus .,'S atau orang sehat di ./rika. Spektrum penyakit yang menimbulkannya belum banyak diketahui. ),--1, sebagai penyebab .,'S yang tersering, dahulu dikenal juga sebagai & cell-lymphotropic 2irus type ,,, ;)&+--,,,<, lymphadenopathy-associated 2irus ;+.-< dan .,'S-associated 2irus. Secara mor/ologik ),--1 berbentuk bulat dan terdiri atas bagian inti ;core< dan selubung ;en2elope<. ,nti dari 2irus terdiri atas dari suatu protein sedang selubungnya terdiri dari suatu glikoprotein. Protein dari inti terdiri atas genom A=. dan suatu en3im yang dapat mengubah Ana menjadi '=. pada waktu replikasi 2irus, yang disebut en3im re2erse transcriptase. 4enom 2irus yang pada dasarnya terdiri atas gen, bertugas memberikan kode baik bagi pembentukan protein inti, en3im re2erse transcriptase maupun glikoprotein dari selubung. Sebenarnya masih ada gen lain yang ber/ungsi mengatur sintesis, kemampuan in/eksi, replikasi dan /ungsi lain dari 2irus. 5agian en2elope yang terdiri dari glikoprotein, ternyata mempunyai a/initas yang besar terhadap reseptor spesi/ik dari sel pejamu3.

4ambar 2 diatas partikel ),--1 ..1.1 P&*o%ene i ),- mengin/eksi sel dengan mengikat permukaan sel sasaran yang memiliki reseptor membran "'0, yaitu sel T-helper ;"'0><. 4likoprotein envelope 2irus, yakni gp12# akan berikatan dengan permukaan sel lim/osit "'0>, sehingga gp01 dapat memperantarai /usi membran 2irus ke membran sel. Setelah 2irus ber/usi dengan lim/osit "'0>, A=. 2irus masuk ke bagian tengah sitoplasma "'0>. Setelah nukleokapsid dilepas, terjadi transkripsi terbalik ;reverse transcription< dari satu untai tunggal A=. menjadi '=. salinan ;c'=.<
6

untai-ganda 2irus. c'=. kemudian bermigrasi ke dalam nukleus "'0> dan berintegrasi dengan '=. dibantu en3im HIV integrase. ,ntegrasi dengan '=. sel penjamu menghasilkan suatu pro2irus dan memicu transkripsi mA=.. mA=. 2irus kemudian ditranslasikan menjadi protein struktural dan en3im 2irus. A=. genom 2irus kemudian dibebaskan ke dalam sitoplasma dan bergabung dengan protein inti. &ahap akhir adalah pemotongan dan penataan protein 2irus menjadi segmen- segmen kecil oleh en3im HIV protease. Bragmen-/ragmen 2irus akan dibungkus oleh sebagian membran sel yang terin/eksi. -irus yang baru terbentuk ;2irion< kemudian dilepaskan dan menyerang sel-sel rentan seperti sel "'0> lainnya, monosit, makro/ag, sel =* ; natural killer<, sel endotel, sel epitel, sel dendritik ;pada mukosa tubuh manusia<, sel +angerhans ;pada kulit<, sel mikroglia, dan berbagai jaringan tubuh. Sel lim/osit "'0> ;& helper< berperan sebagai pengatur utama respon imun, terutama melalui sekresi lim/okin. Sel "'0> juga mengeluarkan /aktor pertumbuhan sel 5 untuk menghasilkan antibodi dan mengeluarkan /aktor pertumbuhan sel & untuk meningkatkan akti2itas sel & sitotoksik ;"'!><. Sebagian 3at kimia yang dihasilkan sel "'0> ber/ungsi sebagai kemotaksin dan peningkatan kerja makro/ag, monosit, dan sel Natural Killer ;=*<. *erusakan sel T-helper oleh ),- menyebabkan penurunan sekresi antibodi dan gangguan pada sel-sel imun lainnya0. Pada awal in/eksi, dalam beberapa hari dan minggu, sistem imun belum terganggu. Sama seperti in/eksi 2irus lainnya, akan terjadi peningkatan jumlah sel sitotoksik ;"'!>< dan antibodi. Pada masa ini penderita masih berada dalam kondisi seronegati/ dan sehat untuk jangka waktu yang lama. Pada tahap lebih lanjut, semakin banyak sel "'0> yang rusak. .kibatnya /ungsi sel-sel imun lainnya akan terganggu dan menyebabkan penurunan imunitas yang progresi/. Pertanda dari progresi/itas penyakit dapat dilihat dari gejala klinis dan penurun jumlah sel "'0>. Pada sistem imun yang sehat, jumlah lim/osit "'0> berkisar dari (## sampai 12##% Cl darah. Segera setelah in/eksi 2irus primer, kadar lim/osit "'0> turun di bawah kadar normal untuk orang tersebut. 7umlah sel kemudian meningkat tetapi kadarnya sedikit di bawah normal. Seiring dengan waktu, terjadi penurunan kadar "'0> secara perlahan, berkorelasi dengan perjalanan klinis penyakit. 4ejala-gejala imunosupresi tampak pada kadar "'0> di bawah 3## sel%Cl. Pasien dengan kadar "'0> kurang dari

2##%Cl mengalami imunosupresi yang berat dan risiko tinggi terjangkit keganasan dan in/eksi oportunistik.

4ambar 3 Pathogenesis -irus ),-

..1.5 Peme!i$ &&n HIV2AIDS &. ELISA &es ini memiliki Sensiti/itas tinggi namun tidak spesi/ik. )asil tes D+,S. dapat berupa positi/ ;reakti/<, negati/ ;non reakti/<, indeterminate ;reakti/ parsial<. )asil dapat menunjukkan positi/ palsu seperti pada autoantibodi, penyakit hepatitis, setelah 2aksinasi in/luen3a, in/eksi 2irus akut. 'apat juga menunjukkan hasil negati/ palsuE yaitu pada indi2idu yang mendapatkan terapi .A-. 6aka dari itu harus di kon/irmasi dengan westernblot0. (. We *e!n B'o* 5erdasarkan F.S Bood G 'rug .dministration ;B.'< 6uncul antibodi 2 dari 3 protein untuk ),- yaitu p20, gp01, gp12#%1(#. 7ika hasil tidak menunjukkan positi/ atau negati/ indeterminate diulang 1 bulan kemudian untuk memastikan terjadinya e2olusi 2irus0.

4ambar 0 ?estern 5lot

4ambar 5 .lgoritma &es Serologi ,. De*e$ i An*i%en +16


5

&es ini untuk deteksi protein p20 dalam darah indi2idu yang terin/eksi ),-. P20 dapat berupa antigen bebas maupun kompleks antigen-antibodi. d. Vi!&' 'o&d 7Re8e! e *!&n ,!i+*& e PCR9 B!&n,-ed DNA9 Nu,'ei, &,id e3uen,e# (& ed &m+'ifi,&*ion4 -iral load merupakan uji untuk menghitung jumlah partikel 2irus ),- yang ditemukan dalam setiap ml darah. 7enis-jenis 2iral load yaitu Ae2erse transcriptase P"A ;A&-P"A<, 5ranched '=. ;b'=.<, =ucleic acid se:uence-based ampli/ication ;=.S5.<. &es ini bermakna untuk menegakkan diagnosis in/eksi ),-, menetapkan prognosis, menentukan kebutuhan untuk terapi, monitor e/ek terapi. e. Hi*un% e' CD6: ),- menyerang sel "'0> 4ambaran mengenai sistem kekebalan tubuh0. ..5 Infe$ i O+o!*uni *i$ ,n/eksi yang mengambil kesempatan dari kelemahan dalam pertahanan kekebalan tubuh5. 6enunjukkan mikroorganisme yang tidak bisaanya menyebabkan penyakit namun menjadi patogenik di bawah keadaan tertentu (. Fntuk menentukan apakah kita terin/eksi ,1, darah kita dapat dites untuk antigen ;potongan kuman yang menyebabkan ,1< atau untuk antibodi ;protein yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk memerangi antigen<. 'itemukan antigen berarti kita terin/eksi. 'itemukan antibodi berarti kita pernah terpajan pada in/eksi. ),- memperlemah sistem kekebalan, sehingga ,1 dapat berkembang. 7ika kita terin/eksi ),- dan mengalami ,1, kita mungkin .,'S (. "'0 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel lim/osit. Sel ini ber/ungsi dalam memerangi in/eksi yang masuk ke dalam tubuh. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, jumlah "'0 berkisar antara 10##15## sel%7+. Pada penderita ),-%.,'S jumlah "'0 akan menurun dan dapat menyebabkan terjadinya in/eksi oportunistik. Fmumnya muncul jika dijumpai keadaan immunode/isiensi berat ;jumlah lim/osit "'0 H 2## sel%mm3< .

10

5erikut ini adalah hubungan in/eksi oportunistik dengan jumlah "'0 pada penderita ),- ;secara umum< E

11

,n/eksi oportunistik sering menyerang traktus respiratorius. )al ini terjadi karena konsekuensi anatomis paru sehingga terpapar secara kronis terhadap bahan-bahan in/eksius maupun nonin/eksius dari luar ;eksogen<, di sisi lain juga terjadi paparan secara hematogen terhadap 2irus ),- ;endogen< yang melemahkan sistem imun!. ,1 yang paling umum berbarengan dengan penyakit yang bisaa disebabkannya, dan jumlah "'0 waktu penyakit menjadi akti/E &. K&ndidi& i ,1 yang sangat umum pada orang terin/eksi ),-, disebabkan Candida albicans. Spesies ini berkoloni di permukaan mukosa setiap manusi selama atau segera setelah lahir, dan selalu ada resiko in/eksi endogen. 5isa menyebabkanE 1. *andidiasis super/isial ;kutan atau mukosa<

12

*arena peningkatan jumlah kandida lokal G adanya kerusakan pada kulit% epitel sehingga kandida mengin2asi. 2. *andidiasis sistemik *andida masuk ke aliran darah G pertahanan pejamu /agositik tidak adekuat menahan serangan tersebut. Baktor resiko yang terkait dengan kandidiasis super/isial antara lain .,'S, kehamilan, diabetes, pil *5 dan trauma. &hrush oral dapat terjadi di lidah, bibir, gusi atau palatum. &erjadi pada sebagian besar pengidap .,'S. &rush oralI lesi pseudomembran keputihan, berbercak sampai kon/luen. ,n2asi ragi ke mukosa 2agina menyebabkan 2ul2o2aginitis !. *andidemia dapat disebabkan kateter yang terpasang terus-menerus, pembedahan, penyalahgunaan obat, aspirasi atau kerusakan pada kulit atau seluran cerna. "ara terbaik untuk menghindari jangkitan kandidiasis adalah dengan menguatkan sistem kekebalan tubuh melalui penggunaan terapi antiretro2iral8. (. Infe$ i o'e- Vi!u Si*ome%&'i& Sebanyak !59 masyarakat di .S terin/eksi "6- pada saat mereka berusia 0# tahun. Statistik untuk ,ndonesia belum diketahui. ?aktu pertahanan kekebalan menjadi lemah, "6- dapat menyerang beberapa bagian tubuh. &erapi antiretro2iral ;.A&< sudah mengurangi angka penyakit "6- pada 1'). secara bermakna. =amun, kurang lebih 59 1'). masih mengalami penyakit "6-. Aisiko penyakit "6- tertinggi waktu jumlah "'0 di bawah 5#. Sebagian besar orang dapat menghentikan penggunaan obat "6- jika jumlah "'0-nya naik dan tetap di atas 1##-15# waktu memakai .A&. Penyakit yang paling la3im disebabkan "6- adalah retinitisE 1. Penyakit ini adl kematian sel pada retina, bagian belakang mata. 2. *ematian sel ini dapat menyebabkan kebutaan secara cepat jika tidak diobati. 3. &anda pertama retinitis "6- adalah masalah penglihatan seperti titik hitam yang bergerak. ;floater), adanya radang pada retina, cahaya kilat, penglihatan yang kurang. "6- dapat menyebar ke seluruh tubuh dan mengin/eksi beberapa organ sekaligus 8.

13

,.

He!+e Sim+'e$ ,n/eksi 2irus herpes simpleks tipe , dan 2 yang dapat timbul bersi/at setempat atau

menyebar. ,n/eksi pada .,'S tampak atipik, berat, persisten dan dapat mengalami in/eksi sekunder. Setelah 3 hari, lesi dapat meluas mencapai (# 9 seluruh permukaan kulit. +esi berat bisa terjadi di mukosa oro/aring sehingga menyebabkan ulserati/ berat yang persisten di daerah perianal merupakan mani/estasi klinis yang paling sering terjadi pada laki-laki homoseksual penderita .,'S1#. +uka herpes menyediakan jalur yang diman/aatkan ),- untuk melewati pertahanan kekebalan tubuh, sehingga menjadi lebih mudah terin/eksi ),-. 1rang dengan ),- dan )S- bersamaan juga sebaiknya sangat hati-hati waktu ada jangkitan )S-. Pada waktu itu, 2iral load ),--nya bisaanya meningkat, yang meningkatkan risiko penularan ),--nya pada orang lain. 'ari sisi lain, mengobati )S- pada orang dengan in/eksi ),- dan )Sbersamaan dapat mengurangi 2iral load ),-. Pengobatan ini juga dapat mengurangi risiko menyebarkan ),- pada orang lain 5. d. Pneumo,) *i C&!inii Pneumoni& "ara penularannya diduga melalui rute respirasi, reser2oirnya diduga bersumber dari lingkungan atau manusia lainnya. *ejadian !# 9, disebabkan oleh parasit sejenis proto3oa yang pada keadaan tanpa in/eksi ),- tidak menimbulkan sakit berat. 4ejala yang ditimbulkan adalah batuk kering, demam, dan sesak napas. Pada pemeriksaan ditemukan ronkhi kering. 4ejala dapat memberat setelah 2- ( minggu. 3# 9 disertai pleuritis dengan gejala nyeri dada di bagian tengah disertai pernapasan dangkal11 . Setelah terpapar, P. carinii menempel pada sel epitel al2eoler G terjadinya respon imun. Fntuk maksimalisasi kemampuan makro/ag al2eoler dalam mendeteksi dan clearence patogen, maka diperlukan sitokin-sitokin tertentu, sepertiE inter/eron gamma ;,B=-<, &=B- dan granulocyte macrophagecolony stimulating /actor ;46-"SB<. Pada in/eksi ),- terjadi deplesi sel e/ektor imun seperti lim/osit &, sehingga mengurangi jumlah sumber sitokin yang mengakti2asi makro/ag al2eoler tersebut. )asil akhirnya, clearence P. carinii menjadi jauh menurun dan terjadi sur2i2al serta replikasi P carinii di ruang al2eoler dan terjadilah pneumonia. )..A& ;)ighly .cti2e .nti Aetro2iral &herapy< merupakan suatu proteksi terhadap P"P sehingga menurunkan risiko terjadinya P"P !.

13

e.

Tu(e!,u'o i P&!u ,n/eksi mycobacterium tuberculosis pada penderita .,'S sering mengalami

penyebaran luas sampai keluar dari paru-paru. Penyakit ini resisten terhadap obat anti &5" yang biasa. 4ambaran klinis &5" pada penderita tidak khas seperti penderita &5" pada umumnya. )al ini di sebabkan karena tubuh sudah tidak mampu beraksi terhadap kuman1# . Suseptibilitas terhadap tuberkulosis berhubungan dengan pola sitokin yang diproduksi oleh lim/osit & ;lim/osit &1 melalui produksi inter/eron< yang berperan de/ensi/ terhadap mikobakterium. Pada in/eksi ),-, deplesi sel &1 menyebabkan suseptibilitas terhadap tuberkulosis meningkat. 'i lain pihak, in/eksi 6 tuberculosis itu sendiri merangsang makro/ag memproduksi &=B-, ,+-1 dan ,+-( yang menyebabkan peningkatan replikasi 2irus ),-. 7adi antara in/eksi ),- dan tuberkulosis terjadi interaksi patogenik 2 arah ;bidirectional pathogenic interactions< yang memperburuk prognosis penderita!. f. To$ o+'& mo i ,n/eksi yang disebabkan oleh toxoplas a gondii. 6enyebabkan in/eksi pada otak ;ense/alitis<. &okso juga dapat mengin/eksikan bagian tubuh lain. Aisiko paling tinggi waktu jumlah "'0 kita di bawah 1##. 4ejala pertama toksoplasma termasuk demam, kekacauan, kepala nyeri, disorientasi, perubahan pada kepribadian, gemetaran dan kejang. &okso bisaanya didiagnosis dengan tes antibodi terhadap toxoplas a gondii. Pemeriksaan serologi tidak berman/aat untuk diagnosis sebalikanya "&-Scan kepala banyak membantu diagnosis.

15

%.

Infe$ i I o +o!& (e''i 1okistaE 25-33 mikron, 1okista matang dlm 1-5 hari. ,n/eksi terjadi bila tertelan

ookista atau sporokista matang. *elenjar lim/e mesenterik lebih sering terkena,walaupun juga ke seluruh tubuh. 7aringan lainE hati, limpa, kelenjar lim/e trakeobronkhial dan kelenjar lim/e mediastinum. Pada pasien .,'S, gejala J gejala berikut yang sering muncul adalah diare persisten yang sangat cair dehidrasi, demam dan berat badan menurun. 5eberapa cara untuk mendiagnosis adanya in/eksi ,sospora belli, yaitu a. menemukan ookista dalam tinja. b. Pada kasus yang dicurigai tetapi tidak ditemukan ookista aspirasi duodenum, duodenal string test ;cara mndptkn cairan duodenum.jd org disruh telen kapsul yg diiket tali,nanti ditarik lagi< dan biopsi usus halus. Secara epidemiologi, penularan tersering adalah melalui makanan dan air yang tercemar ookista% sporokista. Selain itu, pada pasien imunokompeten ditemukan pada chronic tra2elerKs diarrhea. -. K!i+*o +o!idi& i Penyebab tersering "ryptosporidium par2um dengan cara in/eksi tertelan ookista matang, gejala klinis nyeri ulu hati, mual, muntah, anoreksia dan demam ringan ;intestinal%usus< dan diare kronis dan berat dehidrasi kematian ;.,'S<. Pada diagnosis ditegakkan dnegan menemukan ookista dalam tinja. 7ika dicurigaitetapi tidak menemukan pada pemeriksaan di atas dapat menggunakan serologi, P"&, deteksi ,g4 dan ,g6 dengan D+,S. pada in/eksi akut, biopsi mukosa gastrointestinal dan P"A12. *ita dapat mengurangi risiko in/eksi baru dengan tetap menjaga kebersihan dan menghindari sumber kuman yang diketahui yang menyebabkan ,1 yang diketahui. 6eskipun kita terin/eksi beberapa ,1, kita dapat memakai obat yang akan mencegah pengembangan penyakit akti/. Pencegahan ini disebut pro/ilaksis. "ara terbaik untuk mencegah ,1 adalah untuk memakai .A& 8. i. S*!on%i'oido i +ar2a cacing yang dapat menembus kulit perianal dan menyebabkan eksoautoin/eksi pada kulit. +esi berupa purpura kecil yang dapat berkolesen membentuk lesi o2al yang lebih besar yang biasanya berukuran sebesar ibu jari. 'iagnosis berdasarkan gambaran klinis dan biopsi kulit.
16

..6 ..6./

Kon e'in% P!in i+ ; P!in i+ Umum d&'&m Kon e'in%< mengalir sehingga klien lebih banyak berbicara dibanding konselor.

a. 6endengarkan. ,ni berarti konselor harus diam beberapa saat, dan biarkan percakapan b. 6enanyakan dengan pertanyaan yang baik. ,ni merupakan suatu cara agar klien bisa melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda dan membantu konselor untuk memahami situasi. c. 6emberikan in/ormasi yang tepat. 'alam hal ini sebaiknya konselor mengakui dengan jujur apabila ada suatu hal yang belum dipahami dan mencoba mencari in/ormasi yang benar, daripada mengabaikan pertanyaan itu atau memberikan in/ormasi yang salah. d. 6enjaga kepercayaan klien. *onselor harus menjaga kerahasiaan in/ormasi tentang klien. 5ila tidak, klien akan merasa dirinya tidak dihargai%dihormati, dan akan merasa membuat kesalahan karena mencari pertolongan%berbagi rasa dengan konselor. e. 6enjawab pertanyaan-pertanyaan yang kadang-kadang sulit dijawab. &idak selalu konselor dapat memberikan jawaban yang benar. 5ila dapat memastikan bahwa jawaban yang diberikan adalah benar, .nda boleh menjawabnya, tetapi bila raguragu, akan lebih baik bila .nda menkonsultasi kepada yang lebih memahami. /. Perasaan tidak nyaman dan ketakutan. 'alam beberapa situasi, konselorpun kadangkadang merasa membutuhkan pertolongan untuk mengatasi perasaannya dalam menghadapi klien. 5ila konselor melakukan konseling pada klien, ia harus melihat reaksi pada dirinya sendiri. g. 6emilih tempat konseling yang cocok. 'i manapun konselor memberikan konseling, hendaknya selalu memperhatikan hal-hal seperti kenyamanan, aman dari gangguan /isik ;bising, sempit, gelap<, bersi/at pribadi, ada alat peraga, menyesuaikan keadaan ekonomi dan nilai budaya. ..6.1 K!i*e!i& Kon e'o! a. 6ampu melakukan percakapan yang e/ekti/E 1. 6endengarkan dengan akti/. 2. 6encoba mengerti perasaan klien. 3. 6enanyakan pertanyaan yang baik. 0. 6enghargai klien maupun perasaan klien, dan tidak memaksanya berubah. 5. &idak menyalahkan%menghakimi.
1)

(. 6enyediakan in/ormasi yang tepat. . 6enyatakan bahwa klien tidak sendiri menghadapi masalah. ,ni sangat penting untuk klien yang merasa dirinya ditolak atau gagal. b. 6emahami prinsip-prinsip umum dalam konseling. +angkah J langkah kegiatan konselingE 1. 6enjalin hubungan. *onselor harus menciptakan suasana yang membuat klien merasa santai, tidak takut, merasa aman dan bebas mengungkapkan perasaan dan pertanyaan yang ada dalam hatinya untuk didiskusikan. )al ini bisa dicapai dengan jalanE a< *onselor harus memperkenalkan diri ;bisa menjabat tangan, merangkul, atau menepuk pundak klien<. b< *onselor membuat aturan permainan sebelum percakapan dimulai, misalnyaE soal waktu, kerahasiaan, maksud%tujuan percakapan. c< *onselor bisa berbasa-basi sejenak, misalnyaE menanyakan tentang keluarga, anak, dan lain sebagainya. d< 6emulai pertanyaan inti seperti berikutE L.pa yang membawa .nda datang ke siniMNO L.pa yang ingin .nda sampaikan%bahasMN. Selama proses ini konselor harus bisa mendengarkan keluhan klien dengan penuh perhatian, menghargai klien sebagai sesama manusia, tidak menilai ataupun menghakimi, memberi dorongan agar klien dapat berbicara terbuka, dan menunjukkan ekspresi wajah%tubuh yang mengungkapkan minat dan kepedulian. 2. Dksplorasi. *onselor berusaha mengetahui secara mendalam tentang perasaan klien, situasi klien dan alasannya datang untuk meminta bantuan. Fntuk mencapai suasana tersebut dapat digunakan cara-cara berikutE a< 6enggunakan pertanyaan terbuka, misalnya L5agaimana ,bu tahu kalau menderita ),-M b< 5eritahukan pemahaman .nda kepada klien tentang apa yang dirasakan dan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
18

c<

Flangi dan perjelas apa yang diungkapkan oleh klien supaya pembicaraan lebih terpusat. 6isalnyaE N7adi .nda ingin melakukan sesuatu untuk melindungi anak-anak .nda agar tidak tertular ),-MN

d<

5antu klien untuk memahami perasaannya sendiri. 6isalnyaE N1h ya, jadi .nda belum tahu harus berbuat apaMN

3. Pemahaman. *onselor membantu klien mengidenti/ikasi masalah dan penyebab masalah, serta membantu klien merancang alternati/ pemecahan masalah. Sepintas lalu tampaknya mengidenti/ikasi masalah adalah hal yang mudah. ?aspadalah terhadap sikap demikian dan jangan sampai terjebak, sebab kadang-kadang suatu masalah sangat sulit dan rumit dari yang diduga. +angkah awal, konselor harus mengetahui apakah benar ada masalah yang dirasakan oleh klien. 5iarkan klien yang menceritakan dan merumuskan, baru konselor melanjutkan menggali untuk mengetahui apakah masalah ada pada klien sendiri atau orang lain ;yang terkait dengan klien<. 4ali kemungkinan adanya masalah lain. "ara-cara untuk mencapai tujuan tersebutE a< Pusatkan pembicaraan pada masalah yang paling utama. b< 4unakan pertanyaan-pertanyaan yang bersi/at terbuka untuk menggali in/ormasi dan mendorong klien untuk mengungkapkan riwayat masa lalunya. c< Fngkapkan pemahaman .nda tentang perasaan klien. d< Aangkum semua yang sudah didiskusikan. 0. Perencanaan kegiatan. 'alam langkah ini, klien membuat rencana untuk mengatasi masalahnya. *onselor membantu klien untuk mengetahui dan memahami pilihannya. *onselor juga dapat menyarankan beberapa pilihan yang mungkin belum dipertimbangkan oleh klien. *onselor dapat mencapai tujuan ini dengan caraE a< 6enentukan prioritas masalah yang hendak diatasi terlebih dahulu. b< 6eyakinkan keputusannya. c< 6erencanakan beberapa alternati/ pemecahan masalah.
15

kesiapan

klien

lebih

dahulu

sebelum

melaksanakan

d< 6endiskusikan keuntungan dan kendala dari setiap pemecahan masalah. e< 6emberitahukan /akta-/akta yang rele2an. /< 6endorong klien untuk mengambil keputusan sendiri. .pabila klien raguragu, ajukan saran-saran yang dibutuhkan. g< 6embantu klien membuat rencana yang dapat dijalankan sesuai kemampuan klien. h< 6eninjau dan membahas setiap bagian rencana bersama-sama. 5ila klien tidak yakin, buatlah penyesuaian. ..6.5 Kon e'in% +&d& P& ien HIV *onseling ),- berbeda dengan konseling yang lain, walaupun keterampilan dasar yang dibutuhkan adalah sama. *onseling ),- menjadi hal yang unik karenaE a. 6embutuhkan pengetahuan yang luas tentang ,n/eksi 6enular Seksual ;,6S< dan ),-%.,'S. b. 6embutuhkan pembahasan mengenai praktek-praktek seks yang si/atnya pribadi. c. 6embutuhkan pembahasan tentang kematian atau proses kematian. d. 6embutuhkan kepekaan konselor dalam menghadapi perbedaan pendapat dan nilai yang mungkin sangat bertentangan dengan nilai konselor itu sendiri. e. 6embutuhkan keterampilan pada saat memberikan hasil tes ),- yang positi/. /. 6embutuhkan keterampilan dalam menghadapi kebutuhan pasangan maupun anggota keluarga klien.

..6.6 Tu=u&n Kon e'in% HIV a. Fntuk mencegah penularan ),-. Fntuk mengubah perilaku, 1'). tidak hanya membutuhkan sekedar in/ormasi belaka, tetapi yang jauh lebih penting adalah pemberian dukungan yang dapat menumbuhkan moti2asi mereka. 6isalnya dalam hal perilaku seks aman, tidak berganti-ganti jarum suntik, dan lain sebagainya.
20

b. 6eningkatkan kualitas hidup 1'). ;orang dengan ),-%.,'S< dalam segala aspek baik medik, psikologik, sosial, dan ekonomik. *onselor dapat membantu 1'). untuk memperoleh layanan yang berkaitan dengan pemantauan kekebalan tubuhnya ;pemeriksaan lim/osit, "'0, 2iral load<, ,6S dan ),-%.,'S. 'alam hal lain konselor diharapkan juga dapat membantu dalam hal mengatasi rasa putus asa, rasa duka yang berkelanjutan, kemungkinan stigma, diskriminasi, menyampaian serostatus pada pasangan seksual, pemutusan hubungan kerja dan lain sebagainya.

..6.> Ci!i Kon e'in% HIV a. *onseling sebagai proses membantu klien dalamE 1. 6emperoleh akses in/ormasi yang benar. 2. 6emahami dirinya dengan lebih baik. 3. .gar mampu menghadapi masalahnya. 0. .gar mampu berkomunikasi lebih lancar. 5. 6engantisipasi harapan-harapan, kerelaan dan mengubah perilakunya. (. 6eningkatkan dan memperkuat moti2asi mengubah perilakunya. . .gar mampu menghadapi rasa kecemasan dan ketakutan. b. *onseling bukan percakapan tanpa tujuan. c. *onseling bukan memberi nasihat atau instruksi pada orang untuk melakukan sesuatu sesuai kehendak konselor. d. 5ersi/at sangat pribadi, sehingga membutuhkan pengembangan rasa saling percaya. e. 5ukan suatu hal yang baku, dapat ber2ariasi tergantung kondisi daerah%wilayah, latar belakang klien, dan jenis layanan medis%sosial yang tersedia. /. Setiap orang yang diberi pelatihan khusus dapat menjadi seorang konselor.

21

..6..

Kon e'in% P!e*e * HIV

*onseling pretes ),- dapat diartikan sebagai dialog antara klien dan konselor yang membahas tentang tes ),- dan kemungkinan dampak yang terjadi bila klien%orang lain mengetahui hasil tes ),- klien. Secara khusus, konseling pretes ),- bertujuan untukE a. 6endorong orang untuk memahami praktek seksual yang lebih aman, baik yang menjalani tes ),- maupun yang tidak. b. 6emastikan bahwa seseorang telah memahami kekurangan dan implikasi hasil tes sebelum memutuskan untuk melakukan tes ),-. c. 6empersiapkan%membantu seseorang dalam menghadapi hasil tes dengan sikap yang baik bila terbukti terin/eksi ),-. =amun bila hasilnya negati/, dapat mengarahkan klien untuk menjaga agar tetap negati/. 'alam hal ini konselor membutuhkan in/ormasi dari klien mengapa ia memutuskan melakukan tes, membahas dan memperbaiki kesalahan pengetahuan klien tentang ,6S%),-, penilaian risiko tertular ),-, makna tes, dampak tes, jaminan kerahasiaan dan kesediaan klien untuk tes. *eputusan untuk melakukan tes haruslah merupakan keputusan yang dibuat setelah klien memperoleh penjelasan yang cukup ;in/ormed consent<. 6emberikan persetujuan berarti klien sudah memahami implikasi hasil pemeriksaan. +angkah-langkah konseling pretest ),-E 1. 6enjalin hubungan. 2. 6enilai risiko penularan ),-. a< 6enggali alasan mengapa klien ingin melakukan tes. b< 6enggali in/ormasi yang berkaitan dengan perilaku berisiko ),- misalnya perilaku seksual ;berganti-ganti pasangan, hubungan genitoanal, genito2aginal tanpa kondom<, jarum suntik, trans/usi darah, terpapar tatoo%tindik, akupuntur. c< 6engulas riwayat kesehatan klien minimal 5 bulan terakhir. 3. 6emberi in/ormasi umum tentang tes ),-. a< *erja ),- terhadap sistem kekebalan tubuh.
22

b< Pengertian tes ),-. c< 6akna hasil tes. d< *etepatan tes. e< Proses pelaksanaan tes. /< 7aminan anonimitas dan kerahasiaan. 0. 6emberi in/ormasi tentang pengobatan yang tersedia. 5. 6emberi in/ormasi tentang masa jendela ;window period<. &ekankan kemungkinan kapan klien terpapar ),-, dan kapan tes ),- sebaiknya dikerjakan. (. 6emberi in/ormasi tentang penurunan risiko penularan ),-. 6isalnya penggunaan kondom, monogami, abstinensia dll. . 6emberitahu kepada pasangan, seandainya hasil tes positi/. !. 6engatur strategi dalam menghadapi tes ),-. a< 'alam masa menunggu hasil tes. b< 6enggali kemampuan klien menghadapi situasi menekan pada masa lalu. c< 6engin/ormasikan jaringan dukungan sosial yang tersedia. d< 6engin/ormasikan jaringan rujukan pelayanan yang tersedia. 8. 6enghimbau klien untuk konseling ulang. a< 6enganjurkan klien untuk kembali mengambil hasil tes. b< 6enjelaskan alasan-alasan mengapa klien harus kembali untuk hasil tesnya ;misalnya untuk mendapatkan in/ormasi pengobatan dan perawatan bila hasilnya positi/, untuk merasa lega bila tidak terin/eksi, untuk memperoleh in/ormasi penting berkaitan dengan perilaku risiko tertular pada masa lampau, sekarang ataupun masa depan<

23

..6.? Kon e'in% Po *e 7H& i' Te Ne%&*if4 a. 6engembangkan hubungan dengan klien terutama untuk mengecek status mental%kesiapan klien. 1. L5agaimana perasaan .nda selama menunggu hasil tesMN 2. L.pa yang .nda kerjakan selama menunggu hasil tesMN

b. 6embacakan )asil &es. 1. 2. &anyakan dulu apakah ada pertanyaan yang ingin diajukan oleh klien. 5acakan hasil tes bila klien ingin segera tahu hasilnya, tetapi bila klien masih bingung, konselor harus memberi perhatian dengan menanyakan kembali kesiapannya. 3. 5acakan dengan nada datar, mulai dengan identitas klien, jangan menambah komentar, jangan menunjukkan ekspresi muka tertentu, dan jangan tergesa-gesa. 0. 6enunggu reaksi klien dengan cara berdiam diri kurang lebih selama 153# detik.

c. ,ntegrasi )asil &es. 1. ,ntegrasi kogniti/, maksudnya mengetahui pemahaman klien tentang masalah ),- sehubungan dengan hasil tesnya. a< 6enanyakan pemahaman klien terhadap arti tes negati/. b< 6emperbaiki kesalahan-kesalahan dalam pemahaman arti tes negati/ dengan menggunakan bahasa yang sederhana.

23

c< &ekankan bahwa hasil tes negati/ bukan berarti klien kebal terhadap penularan. 2. ,ntegrasi emosional, yaitu memahami pengaruh hasil tes terhadap kehidupan emosional klien. a< 6emahami dampak hasil tes terhadap kehidupan klien.

L5agaimana dampak hasil tes terhadap kehidupan .ndaMN b< 6emeriksa dan menormalisasi perasaan klien terhadap hasil tes. L5agaimana perasaan .nda setelah mengetahui hasil tesMN L 6emang ini adalah hal yang menakutkanN. c< 6embiarkan klien mengungkapkan perasaannya. *onselor sebagai pendengar, berusaha menciptakan suasana yang nyaman, penuh perhatian pada kondisi emosional klien. 3. ,ntegrasi perilaku, pengertiannya adalah memahami rencana perilaku setelah hasil tes diterima. a< 6emahami rencana dan komitmen klien terhadap rencana pencegahan dan penurunan risiko ),-, misalnya penggunaan kondom, perilaku seksual yang aman, penggunaan jarum suntik yang aman. b< 6endorong klien untuk berperilaku lebih sehat dan mau mengurangi perilaku berisiko terhadap ),-. 6isalnya menghilangkan stres dengan menjalankan kegiatan%hobi sepertiE olah raga, membaca, dan menulis. c< 6endorong klien untuk mengurangi kebisaaan buruk seperti minum alkohol, memakai obat bius ;lihat hal-hal khusus<. d< 6enerapkan makan sehat%menu berimbang. e< 6enjelaskan kemungkinan terpapar ),- ;lihat hal-hal khusus<. /< 6emberitahukan tempat rujukan bila klien merasa membutuhkan ;lihat hal-hal khusus<.
25

)al-hal khusus bagi klien dengan status ),- negati2eE a. Penilaian kebutuhan tes ulang. 1. 6elakukan penilaian untuk menentukan tingkat risiko penularan ),- dalam masa ( bulan mendatang. 2. 6emoti2asi klien agar mau melakukan tes ulang dalam masa ( bulan mendatang, terutama bila klien masih mempunyai kebisaaan berperilaku berisiko. b. Penilaian kemungkinan tetap negati/ 1. 6enanyakan apa rencana klien untuk tetap negati/. 2. 6enggali pengetahuan klien tentang pedoman penurunan risiko penularan. c. 6endiskusikan dan menerangkan%memperagakan penggunaan kondom yang benar. 'engan mendorong klien agar bersedia melakukan seks aman. d. Penggunaan dan penyalahgunaan obat. 1. 6enyelidiki sejarah penggunaan obat dan alkohol serta tingkat penggunaannya saat ini. 2. 6enjelaskan bahaya dalam keadaan di bawah pengaruh obat dan alkohol. 3. 6embahas pentingnya membersihkan jarum suntik atau penggunaan jarum suntik dalam praktek narkoba. e. 6enghadapi perasaan bersalah 1. 6enilai kemungkinan adanya rasa bersalah pada klien, bila klien menunjukkan perasaan sedih, resah, marah atau tidak percaya terhadap hasil tes. 2. 6embiarkan klien mengekspresikan rasa keingintahuannya, konselor hanya mendengar tanpa menilai. 3. 6embantu klien dalam upaya mencari dukungan dan rujukan. /. Perilaku berisiko tinggi

26

1. .da klien yang mempunyai perilaku berisiko sangat tinggi namun hasil tesnya negati/ sehingga sering menimbulkan dilema bagi klien. 2. 6enilai apakah klien masih tetap berperilaku berisiko dan sulit mengubahnya. Persiapkan langkah-langkah dalam perubahan perilaku. 3. 6enganjurkan klien untuk tes ulang setelah ( bulan. 5ila hasilnya konsisten negati/ 2 kali berturut-turut, jangan gegabah mengikuti keinginan klien untuk tes ulang lagi. *onselor harus waspada terhadap kemungkinan klien menggunakan tes hanya untuk mengetahui kapan ia terin/eksi dan bukan strategi perubahan perilaku. 0. 6enjelaskan hasil negati/ bisa terjadi dalam masa periode jendela. 5. 5ila klien merasa kurang yakin dengan hasil tes yang ada, jelaskan metode tes yang dipakai saat ini dan tersedia, misalnya P"A. 5ila klien menginginkan untuk tes ulang, rujuklah klien ke tempat tes yang mempunyai layanan tersebut. )al-hal khusus bagi klien dengan status ),- positi/E *onseling postes ),- dengan hasil positi/ mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi. 'iperlukan keterampilan khusus dalam menangani klien dengan hasil positi/, terutama pada awal klien mengetahui dirinya positi/, di mana reaksinya bisa sangat tidak terduga ;lihat reaksi%respon klien setelah tahu ),- positi/<. 5agaimana berita terin/eksi ),- diterima atau ditanggapi oleh klien sering tergantung dari kondisi-kondisi sepertiE 1. *esehatan /isik klien, di mana klien dengan kondisi kesehatan /isik yang lebih baik, tampaknya akan lebih benar dalam memberikan reaksi%tanggapan. 2. *esiapan mental klien menerima berita tersebut, karena klien yang belum siap sama sekali akan bereaksi sangat berbeda. 3. 'ukungan%penerimaan orang-orang di sekitar klien, misalnya tidak ada diskriminasi dalam pekerjaan, kehidupan keluarga%masyarakat. 0. *eadaan psikologis%kepribadian klien sebelum pemeriksaan. 5ila sebelum pemeriksaan diketahui klien sudah bermasalah dengan kejiwaannya, konselor harus lebih berhati-hati dalam memberikan hasil tes, dan bersiap menghadapi reaksi klien yang mungkin sangat tidak terduga.
2)

5. =ilai budaya%spiritual yang terkait dengan .,'S, kesakitan dan kematian. 5ila ada kepercayaan adanya kehidupan dibalik kematian, atau kematian menuju kehidupan maka ),- positi/ bisa diterima dengan lebih tenang. &etapi pada kepercayaan bahwa ),- adalah kutukan &uhan, perilaku penghinaan terhadap &uhan maka ),- positi/ bisa berhubungan dengan perasaan bersalah dan penolakan.

+angkah-langkah konselingE +angkah-langkah konseling mempunyai beberapa persamaan dengan konseling pada hasil tes negati/, sehingga pada bagian yang sudah sama tersebut tidak dijelaskan kembali dan bisa dilihat di bagian sebelumnya. a. 6enjalin hubungan. b. 6embacakan hasil tes. c. ,ntegrasi hasil tesE 1. ,ntegrasi kogniti/. 2. ,ntegrasi emosional. 3. &indak lanjut medisE d. 6engingatkan klien bahwa hasil positi/ tidak selalu disertai gejala sehingga tidak perlu pengobatan. e. 6engingatkan bahwa in/eksi ),- tidak membunuh segera dan ada berbagai alternati/ terapi untuk menghadapinya. /. 6enganjurkan klien ke dokter yang kompeten di bidang ini dengan alasanE 1. perawatan dan pengobatan terbukti membantu untuk tetap sehat, 2. ada cara-cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh, 3. bisa mengetahui perkembangan 2irus dalam darah, 0. bisa mengetahui apakah ada in/eksi sekunder.

28

g. 6emahami status keuangan klien, apakah punya asuransi. h. 6embuat rujukan sesuai kompetensinya secara tertulis. i. 6enegaskan bahwa perawatan kesehatan sangat penting sebab bisa

memperpanjang waktu kemungkinan menjadi .,'S. j. 6enyediakan rujukan bagi klien wanita hamil dan ),- positi/. k. ,ntegrasi perilaku. l. ,ntegrasi ,nterpersonalE a. 6embahas dengan klien tentang potensi dampak yang akan terjadi bila hasil tes diberitahu kepada orang lain. 6isalnyaE N.pakah pernah terpikir oleh .nda untuk memberitahu hasil tes .ndaMN, L*epada siapa saja .nda berniat memberitahukan hasil tes .ndaMN, b. 6embantu klien mengembangkan rencana untuk meningkatkan dukungan dan mengurangi dampak negati/ terhadap diri klien. kepada pasanganE m. 6emahami perilaku seksual atau penggunaan narkotik injeksi pasangan klien, dan lihat kemungkinan klien memberitahu hasil tes pada pasangannya. n. 6endorong klien untuk memberitahu pasangannya bila memungkinkan, tetapi bila tidak, bahaslah cara terbaik untuk memberitahu pasangan. 6isalnya perlu pihak lain yang dipercaya untuk memberitahu13 . Pemberitahuan

..>

O(&* An*i!e*!o8i!&'

Secara umum, penatalaksanaan 1'). terdiri atas beberapa jenis, yaituE a. pengobatan untuk menekan replikasi 2irus ),- dengan obat antiretro2iral ;.A-<. b. pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit in/eksi dan kanker yang menyertai in/eksi ),-%.,'S, seperti jamur, tuberkulosis, hepatitis, toksoplasma, sarkoma kaposi, lim/oma, kanker ser2iks.

25

c. pengobatan suporti/, yaitu makanan yang mempunyai nilai gi3i yang lebih baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial dan dukungan agama serta juga tidur yang cukup dan perlu menjaga kebersihan. 'engan pengobatan yang lengkap tersebut, angka kematian dapat ditekan, harapan hidup lebih baik dan kejadian in/eksi oportunistik amat berkurang15. ..>./ Tu=u&n Pen%o(&*&n a. 6engurangi laju penularan ),- di masyarakat b. 6enurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan ),c. 6emperbaiki kualitas hidup 1'). d. 6emulihkan dan atau memelihara kekebalan tubuh e. 6enekan replikasi 2irus secara maksimal dan terus menerus

..>.1 Me$&ni me Ke!=& O(&*#O(&* An*i!e*!o8i!&'

30

..>.5 Pen%%o'on%&n O(&* An*i!e*!o8i!&' a. Ae2erse &ranscriptase ,nhibitor ;A&,< 1bat golongan ini menghambat replikasi ;penggandaan< ),- dengan menghalang en3im re2erse transcriptase. Dn3im ini mengubah bahan genetik ;A=.< ),- menjadi '=.. +angkah ini harus terjadi sebelum kode genetik ),- dapat dipadukan dengan kode genetik sel yang terin/eksi ),-. =A&, atau analog nukleosida meniru bahan yang dipakai oleh re2erse transcriptase untuk membuat '=. sehingga '=. yang dibuat adalah cacat dan tidak dapat dipadukan dalam '=. sel induk.

4ambar ( 6ekanisme kerja Ae2erse &ranscriptase ,nhibitor &abel penggolongan obat pada Ae2erse &ranscriptase ,nhibitor obat 3&" ;lami2udin< Pil harian ;dewasa< 2 ;15# mgO1,2$%hari< atau 1 ;3## mgO1, 1$%hari< Penggunaan dan penyimpanan &idak ada aturan makan D/ek samping 6ual, muntah, kelelahan, sakit kepala catatan 'apat menguran gi resistensi terhadap .P&.
31

7angan gabung dengan hanya dua =A&, lain kecuali obat tambahan .5" ;abaca2ir< 2 ;3## mgO1, 2$%hari atau 2, 1$%hari< &idak aturan ada Aeaksi tentang hiperpeka lebih pasien ! dipakai 7angan gabung 9 dua =A&, lain kecuali obat tambahan .P& ;3ido2udine< 2 ;3##mgO1,2$%hari<O &idak atau ;1##mgO2,3$%hari< ( aturan makan dipakai ada .nemia, mual, 7angan tentang muntah, sakit gabung kepala, kelelahan, sakit sumsum '0& ;sta2udine< 2 ;3#mgO1, 2$%hari< &idak aturan makan tulang ada =europati tentang peri/er, dingin mual, kehilangan lemak dari 7angan sakit gabung G .P&%dll otot, kerancunan dengan d0& kurang dengan

makan, alkohol pada meningkatkan tingkat .5"

kepala, panas dengan demam, diare,

32

lengan, wajah% kaki dd" ;3alcitabine< 'dl ;didanosine< 'dl;-ide$D"< &idak di buat lagi sejak 2##( 55Q(# kgE0## mg kunyah ;tablet dapat 2##mg, atau 2$%hari% 1$%hari< 55H(#kgE25#mg 2$%hari% hari dapat%D"E0##mg, tablet 'iare,pankreat neuropati 7angan dengan mual d0&. kurangi takaran bila dipakai jam dengan &'B

larutan itis sakit perut, gabung

tablet tablet%bubuk dengan

dalam airO pakai peri/er, kosongOtidak

perut dan muntah

;tablet dapat 125mg, kurang dari 3# tablet menit setelah makan%penggun aan obat lain B&" ;emitricitabi ne< &eno/o2ir ;&'B< 1 ;3##mgE 1 ;2##mgO1$%hari< &idak aturan makan 1, &idak aturan makan ada Sakit tentang diare, muntah dapar%D"E25#mg,1$% sebelum%2

kepala, 7angan mual, gabung dengan

3&" ada D/ek sampaing 7angan tentang ringanO sedikit gabung mual, muntah, dengan hilang na/su hanya dua kecuali obat tambahan dipakai makan. 'apat =A&, lain mengurangi kepadatan mineral tulang

1$%hari<

b.

=on-nucleoside A&, ;==A&,< 1bat golongan ini juga menghambat replikasi ;penggandaan< ),- dengan

menghalang en3im re2erse transcriptase. Dn3im ini mengubah bahan genetik ;A=.< ),33

menjadi '=.. +angkah ini harus terjadi sebelum kode genetik ),- dapat dipadukan dengan kode genetik sel yang terin/eksi ),-. ==A&, menghindari pembuatan '=. oleh re2erse transcriptase.

4ambar

rantai =on-nucleoside A&, ;==A&,<

33

&abel penggolongan dari =on-nucleoside A&, ;==A&,< c. Protease ,nhibitor 1bat golongan ini menghambat en3im protease. Saat bibit 2irus baru dirakit, en3im protease memotong serat protein yang panjang sesuai kebutuhan untuk membuat 2irus matang. 5ila kegiatan protease dihambat, 2irus baru yang matang tidak dapat dibuat15. 15.& Pil harian ;dewasa< PD=44F=..= G PD=R,6P.=.= .mprena2ir ;.P-< &idak dibuat lagi sejak 2## , diganti dnegan /osamprena2ir .ta3ana2ir ;.&-< ;lihat di bawah3< 2 ;3##mgO1 >1$ Pakai 1##mg 1$%hari< ritona2ir, makan atau 2 dnegan &ingkat bilirubin yang tinggi. 6ual, muntah, sakit kepala, ruam, sakit semutan, depresi, perubahan 'aruna2ir ;'AP< ( 0 ;3##mgO2>1 Pakai ;(##mg>1 denyut nadi dengan 'iare, mual, sakit kepala, salesma, ruam perut, muntah, diare, BDD* S.6P,=4 ".&.&.=

;2##mg,1$%hari<

ritona2ir, 2$%hari<% makan

ritona2ir,2$%hari ;jarang parah< Bosamprena2ir 0 ; ##mgO2, &idak ada aturan 6ual, diare, ;BP-< 2$%hari<%0 ; ##mgO2>2 ritona2ir, 1$%hariO% ##mgO1>1
35

makan

muntah, ruam, mati dekat rasa mulut,

sakit perut, S

ritona2ir 2$%hari< ( ;0##mgO2, setiap Pakai ,ndina2ir ;,'-< ! jam, 3$%hari<%8 jam< +opina2ir %ritona2ir 0 ;tablet

kolesterol%&g dnegan Sakit kepala, sakit batu perut,

tidak banyak air, perut mual, kosong%snak Simpan di tempat sejuk dan kering warna Simpan di suhu 'iare, 2##mg ruang. &idak ada kelelahan, tentang sakit lemak. ginjal

;333mgO3 setiap ! rendah

kuning 5#mg

lopina2ir termasuk aturan ritona2ir,2, makan 5, Pakai 2$%hari 1# ;25#mgO 2$%hari<O% 8 3$%hari< ( ;5##mgO2 1##mg 2$%hari<

kepala,

Skolesterol%&g dengan 'iare, gas, mual, sakit

=el/ina2ir ;=B-< Sa:uina2ir ;STA<

;3, makanan% snak

perut, lesu >1 Pakai tidak lebih Sedikit mual, 2 jam diare, perut sebelum%setelah makan penuh%snak besar. Pada iklim panas, simpan di kulkas >2 Pakai dengan 'iare, kulkas% di suhu sakit ruang hari tidak lebih dari (# kepala. 6emburukkan masalah hati, Skolesterol%&g 6ual, muntah, diare, kesemutan G mata rasa tidak nyaman

ritona2ir, dari

&iprana2ir ;&P-<

;25#mg,2

ruam, perut,

ritona2ir,2$%hari<

makan. Simpan di mual, muntah, selama lesu, dan skit

Aitona2ir ;A&-<

'osis kecil sebagai penguat untuk P1 lain

dekat mulut U7ika ada pilihan dosis, yang pertama biasanya yang diusulkan oleh )?1
36

T&(e' penggolongan dari Protease ,nhibitor

d.

Busion ,nhibitor 4olongan obat ini adalah baru. 1bat dalam golongan ini bermaksud untuk melindungi

sel dari in/eksi oleh ),- melalui pencegahan pengikatan 2irus pada sel dan menembus selaput yang melapisi sel. 'iharapkan obat ini dapat mencegah in/eksi pada sel oleh 2irus bebas ;dalam darah< atau oleh kontak dengan sel yang sudah terin/eksi. *arena obat golongan ini diuraikan oleh asam dalam lambung, kebanyakan obat ini dipakai secara suntikan atau in/us ;,-<.

e.

,ntegrase ,nhibitor Setelah kode genetik diubah dari serat tunggal ;A=.< menjadi serat ganda ;'=.<

oleh en3im re2erse transcriptase, '=.-nya dipadukan pada kode genetik sel terin/eksi. *emudian kode genetik ),- dibaca, dengan hasilnya unsur 2irus baru dibuat oleh sel induk. +angkah ini menjadi titik lagi dalam siklus hidup ),- yang dapat menjadi sasaran obat antiretro2iral15.

Saat ini regimen pengobatan .A- yang dianjurkan ?)1 adalah kombinasi dari 3 obat .A-. &erdapat beberapa regimen yang dapat dipergunakan;tabel 0<, dengan keunggulan dan kerugiannya masing-masing. *ombinasi obat antiretro2iral lini pertama yang umumnya digunakan di ,ndonesia adalah kombinasi 3ido2udin ;P'-<%lami2udin ;3&"<, dengan ne2irapin ;=-P< .

3)

Aeaksi hipersensiti2itas karena obat lebih sering terjadi pada pasien ),dibandingkan dengan populasi umum. Suatu studi pada awal tahun 188# menunjukkan /rekuensi alergi atau hipersensiti2itas karena obat pada penderita ),- berkisar antara 3 9 hingga 2# 9. Studi lain menyebutkan bahwa ruam yang diakibatkan obat 1## kali lebih sering ditemukan pada penderita ),- dibandingkan dengan populasi kontrol. .lasan mengapa penderita ),- mengalami reaksi hipersensiti2itas lebih sering tampaknya bersi/at multi/aktorial, seperti /aktor hiperakti2asi imunitas, perubahan dalam metabolisme obat, pro/il sitokin, stress oksidati/ dan predisposisi genetika. &elah diketahui pula bahwa kadar ,gD akan meningkat sesuai progesi2itas penyakit ),-. D/ek samping obat antiretro2iral merupakan kejadian yang cukup sering terjadi pada pasien ),- dan umumnya terjadi dalam tiga bulan pertama setelah inisiasi .A-, walaupun e/ek samping jangka panjang juga kerap didapati sesudahnya. .ntiretro2iral lini pertama yang digunakan di ,ndonesia adalah kombinasi .P&%d0& dengan 3&" dan =-P%DB-. D/ek samping yang sudah pernah diteliti antara lain anemia .P&, hipersensiti2itas, peningkatan en3im transaminase, dan neuropati d0&. ?aktu kejadian e/ek samping ber2ariasi pada setiap indi2idu. *ejadian e/ek samping dapat terjadi pada hari pertama sampai beberapa tahun setelah terapi .A-. -ariasi kejadian e/ek samping inilah yang seringkali menyebabkan kejadian putus obat pada berbagai kasus. .ntiretro2irus dapat menyebabkan reaksi e/ek samping yang sangat banyak terhadap tubuh. Aeaksi ad2ersi akibat obat .A- dapat dikategorikan baik class specific atau drug specific, sebagai komplikasi jangka pendek atau jangka panjang atau berdasarkan sistim organ yang terlibat15.

38

>..

Pen&*&'&$ &n&&n Nu*!i i +&d& Infe$ i HIV 'iperkirakan 38,0 juta orang terin/eksi ),- di seluruh dunia. ,n/eksi ),-

menyebabkan menurunnya imunitas secara progresi/ yang mendorong ke arah .,'S. ),-1 dapat ditularkan dari orang ke orang melalui 3 rute E kontak seksual, transmisi ibu ke anak, dan transmisi melalui produk-produk darah seperti jarum suntik yang terpapar. !asting s"ndrole# berupa hilangnya Q1#9 berat badan secara tak sengaja, umum terjadi di antara dewasa yang terin/eksi ),- di negara-negara industri sebelum ditemukannya terapi antiretro2iral akti/ pada 1885. ?asting syndrome masih tinggi pre2alensinya pada dewasa terin/eksi ),- di ./rika Sub-sahara, .sia selatan, dan .sia tenggara pada situasi dengan terbatasnya akses terapi dengan antiretro2irus akti/. =utrisi yang buruk bisa memainkan peranan penting dalam progresi/itas penyakit ),- pada orang yang terin/eksi ),-. Selama in/eksi ),-, asupan nutrisi bisa disebabkan oleh anore$ia, penyakit "=S, dis/agia, dan odino/agia ;sakit menelan<. *andidiasis esophageal tidak jarang terjadi selama in/eksi ),- dan biasanya menyebabkan di/agia dan odino/agia. 5erkurangnya intake makanan dapat terjadi meskipun pada dewasa yang terin/eksi ),- asimtomatik dan telah dihubungkan dengan berkurangnya berat badan
35

secara signi/ikan. &ingginya proporsi secara wajar indi2idu yang terin/eksi ),- yang tidak mengkonsumsi paling tidak diet yang dianjurkan untuk 2itamin 5-kompleks, 2itamin D, dan seng, dan hal ini telah diusulkan bahwa diet yang dianjurkan harus lebih untuk orang-orang dengan in/eksi ),-. 'iare dan malabsorbsi lemak, karbohidrat, dan 2itamin 512 umumnya muncul pada semua stadium in/eksi ),-. 6alabsorbsi lemak umum terjadi selama in/eksi ),- dam dapat mengurangi absorpsi 2itamin larut lemak, seperti 2itamin . dan D. .tro/i 2ili jejunum dan duodenum dengan atau tanpa hyperplasia kriptus terjadi pada semua stadium penyakit ),-. 6eningkatnya permeabilitas usus dapat terjadi pada 1E0# dewasa terin/eksi ),- asimtomatik dan dapat meningkat dengan progresi penyakit ),-. Pre2alensi yang tinggi terjadinya de/isiensi mikronutrien telah dilaporkan pada beberapa kelompok yang beresiko terin/eksi ),-. 'e/esiensi -itamin . umum terjadi di antara wanita hamil yang terin/eksi ),- dan anak-anak pada negara berkembang. 5eberapa studi mengusulkan bahwa konsentrasi 2itamin " serum menjadi lebih rendah pada dewasa terin/eksi ),- dibandingkan orang sehat. 7uga terjadi penurunan le2el 2itamin 5(, 512, dan /olat. 'e/isiensi besi umum terjadi pada wanita hamil dengan ),-, wanita pengguna obat suntik, dan anak-anak. Aendahnya konsistensi selenium serum dan plasma dengan de/isiensi telah dilaporkan pada dewasa dengan ),-. =utrien dapat disertakan pada pathogenesis in/eksi ),- melalui peran mereka sebagai antioksidan dan perannya pada /ungsi imun. =utrient antioksidan seperti carotenoid, tocopherol, 2itamin ", dan selenium telah dilibatkan pada pathogenesis in/eksi ),- melalui interaksi nutrisi tersebut dengan oksigen reakti/ intermediate dan nuclear factor-$%& 'N($%&)# suatu protein promotor transkripsional yang disertakan pada respon in/lamasi dan /ase akut. =B-VW5 ikut dalam transkripsi ),--1. 'emikianlah, antioksidan bisa dengan potensial ikut serta dalam pathogenesis in/eksi ),- dalam e/eknya pada reacti2e o$ygen intermediates dan interaksi spesies oksigen reakti/ dengan =B-VW5, sehingga terjadi upregulasi dari ekspresi ),-. -itamin . memainkan peran penting pada pertumbuhan dan /ungsi sel & dan sel 5, respon antibody, dan pemeliharaan epitel mukosa, termasuk di dalamnya respiratori, gastrointestinal, dan traktus genitourinarius. Seng penting pada pertumbuhan, perkembangan, dan /ungsi netro/il, mkro/ag, sel =*, dan lim/osit & dan 5. Studi longitudinal mengusulkan bahwa de/isiensi mikronutrien yang terjadi dihubungkan dengan meningkatnya morbiditas dan mortilitas selam in/eksi ),-. Aendahnya kadar 2itamin . serum dan plasma dihubungkan dengan semakin cepatnya progresi ),-, meningkatnya mortalitas, dan pada anak, pertumbuhan gagal. &ingginya kadar 2itamin D menjadi .,'S
30

dihubungkan dengan rendahnya resiko progresi menjadi .,'S. Aesiko progresi menjadi .,'S bisa lebih tinggi dengan de/isiensi 2itamin 512 juga. Aendahnya seng dalam serum dihubungkan dengan berkurangnya /ungsi sekretori dari timus dan progresi penyakit ),-. Aendahnya konsentrasi selenium plasma dan serum dihubungkan dengan meningkatnya resiko menjadi .,'S dan tingginya mortalitas.

>.?

In*e!+!e*& i H& i' /.9/? Peme!i$ &&n H( Leu$o i* LED -& i' /@9> %2d' >>@@ 6@ mm2=&m No!m&' //9> ; />9> %!2d' 6.>@@#/5.>@@ @#/@ mm2=&m In*e!+!e*& i

$e&d&&n infe$ i2 inf'&m& i9 +!o*ein&emi&9 +e!d&!&-&n9 d&n e*e'&- &$*i8i*& *id&$ +e ifi$

P!o*ein *o*&' Limfo i* CD6> : &( o'u*e Limfo i* CD6: &( o'u* HIV R&+id *e Ku'*u! &+u &n *en%%o!o$&n Ku'*u! *in=&

>95 %2d' 1@5@ 1@5 e'2AL : Te!d&+&* ,&ndid& &'(i,&n e.,o'i non +&*-o%en d&n ,&ndid& 7:4 /6@@#/>@@ e'2AL B Po i*if HIV

VII. KESIMPULAN +aki-laki, 25 tahun menderita ),-%.,'S stadium 3 dengan in/eksi oportunistik candida albican.
31

VIII. DACTAR PUSTAKA 1. *umar -, "otran AS, Aobbins S+. 2## . &uku )*ar +atologi ,disi - volu e .. 7akartaE D4". 2. .nonim. 2##(. &uku )*ar Il u +en"akit /ala 'epartemen ,lmu Penyakit 'alam B*F,E 7akarta. 3. ,'.,. 2#1#. &uku )*ar Infeksi dan +ediatri Tropis ,disi II. 5adan penerbit ,'.,E 7akarta. 0. Bauci, .nthony S. 2##!. Harrison1s +rinciple of Internal 2edicine. .-th edition . Fnited StatesE 6c. 4raw )ill.
54 www.spiritia.or.id4

,disi IV 0ilid III . Pusat Penerbitan

(. .nonim. 188!. Ka us 3aku Kedokteran /orland ,disi 45. 7akartaE D4". . Bebryanti, ,ndah Sandy. 2#11. Infeksi 6portunistik 3usunan 3araf +usat +asien )I/3. 7akarta. !. .gustriadi, 1mmy dan ,da 5agus Sutha. 2##!. )spek +ul onologis Infeksi 6portunistik +ada Infeksi HIV7)I/3. 'alamE 7 Peny 'alam, -olume 8 =omor 3 September 2##!. 8. 5rooks, 4. B., 7anet S. 5. dan Stephen ..6. 2##!. 0a8et9# 2elnick : )delberg 2ikroiologi Kedokteran ,disi 4;. 7akartaE D4". 1#. 6urtiastutik, '. 2##!. &uku )*ar Infeksi 2enular 3eksual. DrlanggaE Surabaya. 11. ?idyani A, ,ndramaya '6. Infeksi +arasit pada +enderita Infeksi HIV. -ol 2 =o.1 .pril 2##8. +ada

32

12. B*F,. 2##!. 5uku .jar Parasitologi *edokteran edisi 0. 7akartaE 5alai Penerbit B*F,. 13. 4unung, , *omang, dkk. 5uku pegangan konselor ),- .,'S, 6ac/arlane 5urnet ,nstitute /or 6edical Aesearch and Public )ealth +imited, 2##3, www.burnet.internationalhealth.edu.au. 10. Shils 6D dkk. 2##(. 2odern Nutrition in Health and /isease, 1#th Ddition. 15. 4oodman dan 4ilmanKs. 2##!. 'asar Barmakologi &erapi edisi 1# 2olume 2. 7akartaE D4". 1(. ?idmann, Brances *. 1885. Tin*auan Klinis atas Hasil +e eriksaan <aboratoriu . Ddisi 8. D4". 1 . 4andasoebrata, A. 2## . +enuntun <aboratoriu Klinik. 7akartaE 'ian Aakyat.

33

You might also like