You are on page 1of 34

1

LAPORAN KASUS IPD DENGUE FEVER

Oleh

Muhibuddin Perwira Negara 208.121.0020

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2013

DAFTAR ISI

BAB I Status Pasien ..................................................................................................................... 1 BAB II Identifikasi Fungsi Dalam Keluarga .............................................................................. 11 BAB III Identifikasi Faktor Kesehatan ....................................................................................... 16 BAB IV Daftar Masalah.............................................................................................................. 19 BAB V Tinjauan Pustaka ............................................................................................................ 20 BAB VI Penutup ......................................................................................................................... 31

BAB I STATUS PASIEN

Klinik Dokter Keluarga FK UNISMA Berkas Pembinaan Keluarga RS Islam Unisma STATUS PENDERITA A. IDENTITAS PENDERITA Nama Usia Jenis Kelamin Pendidikan Agama Alamat Status Perkawinan Suku Bangsa Tanggal Periksa : Sdr. A : 19 tahun : Laki- laki : Mahasiswa : Islam

No. Berkas : No. RM Nama KK : :

: Tlogo Indah 16 B, Kec. Lowokwaru, Malang : Belum Menikah :: 3 Februari 2013

B. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama 2. Keluhan Tambahan : Badan tidak enak, nyeri pada persendian : Batuk pilek, sariawan, demam naik turun,pusing, muntah

muntah, mual, nyeri perut 3. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke IGD rumah sakit islam malang dengan keluhan meriang meriang pada persendian terutama pada semua persendian ekstremitas. Selain itu

pasien mengeluh batuk/pilek sejak satu hari yang lalu, batuk berdahak warna kuning. pasien mengeluhkan pusing disertai muntah sebanyak 2 kali, muntah diawali dengan perasaan mual sebelumnya. Muntah merupakan cairan berwarna putih. Nyeri perut drasakan pada bagian ulu hati. Demam juga dirasakan pasien naik turun sudah 2 hari yang lalu, naik terutama pada malam hari.

4. Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat sakit serupa b. Riwayat Mondok c. Riwayat sakit gula d. Riwayat penyakit jantung e. Riwayat hipertensi f. Riwayat sakit kejang g. Riwayat alergi obat h. Riwayat alergi makanan i. Riwayat asma j. Riwayat penyakit kulit k. Riwayat penyakit saluran cerna l. Riwayat penyakit lain 5. Riwayat Penyakit Keluarga a. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa b. Riwayat hipertensi c. Riwayat sakit gula d. Riwayat asma e. Riwayat alergi obat f. Riwayat alergi makanan g. Riwayat penyakit jantung 6. Riwayat Pengobatan Parasetamol 7. Riwayat Kebiasaan a. Riwayat merokok b. Riwayat minum alkohol : (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : disangkal : (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (-) : (-)

c. Riwayat minum kopi d. Riwayat olahraga e. Riwayat pengisian waktu luang f. Konsumsi obat/jamu

: (-) : (-) : (-) : (-)

8. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien merupakan Mahasiswa yang masih menerima uang dari orang tua. Tiap bulannya mendapatkan dari orang tua sebanyak 2 juta.

9. Riwayat Gizi Pasien makan biasanya makan tidak menentu, tetapi biasanya 2 kali sehari dengan lauk ayam atau ikan.

C. ANAMNESIS SISTEM a. Kulit: kulit gatal (-) b. Kepala: nyeri kepala (-), benjolan (-) c. Mata: Mata cowong (+/+) d. Hidung: tersumbat (-/-), mimisan (-/-) e. Telinga: nyeri (-/-), berdengung (-/-), cairan (-/-) f. Mulut:Sariawan (+) g. Tenggorokan: nyeri telan (-), serak (-), dahak (-) h. Pernafasan: sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-) i. Kardiovaskuler: berdebar-debar (-) j. Gastrointestinal: mual (+), muntah (+), diare (-), nyeri perut (+). k. Genitourinaria: Nyeri pada saat BAK, Kencing tidak tuntas (-) l. Neurologik: kejang (-), lumpuh (-), kaki kesemutan (-) m. Psikiatrik: emosi stabil (-), mudah marah (-) n. Muskuluskeletal: Meriang pada semua sendi, o. Ekstremitas atas dan ekstremitas bawah: bengkak (-), sakit (-), ujung jari tangan dingin (-), telapak tangan pucat (-), badan terasa lemah (-)

D. PEMERIKSAAN FISIK 1. 2. Keadaan umum: Kesan sakit ringan, kesadaran compos mentis ( GCS E4V5M6) Tanda Vital BB TB BMI Tensi Nadi RR Suhu : - kg : :: 100/70 : 68 x/menit :: 37,60 C.

3.

Kulit Putih, Sianosis (-), pucat (-), petechie (-)

4.

Kepala Inspeksi: Bentuk mesocephal, luka (-), nodula (-)

5.

Mata Conjunctiva anemis (-/-), Mata cowong (-/-), sklera ikterik ( -/-)

6.

Hidung Secret ( -- ), epistaksis ( -- )

7.

Mulut Bibir pucat (-), lidah kotor (-), mukosa mulut dan lidah kering (-), Stomatitis (+)

8.

Telinga Nyeri tekan mastoid ( -- ), secret ( -- ),

9.

Tenggorokan Tonsil membesar ( --), pharing hiperemis (+)

10. Leher Trakea di tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe ( - ) 11. Thoraks` Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-)

Cor : I : iktus kordis tak tampak P : iktus kordis tak kuat angkat P : Batas kiri atas: SIC II linea para sternalis sinistra Batas kanan atas: SIC II linea para sternalis dekstra Batas kiri bawah: SIC V medial linea medio clavicularis sinistra Batas kanan bawah: SIC IV linea para sternalis dekstra A : BJ I-II intensitas normal, regular, bising

PULMO I : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri P : P : fremitus raba kanan sama dengan kiri sonor/sonor Sonor Sonor Sonor A : suara dasar vesikular + + + Sonor Sonor + + wheezing -

suara tambahan: Ronkhi 12. Abdomen Inspeksi: Flat Palpasi: Supel, Nyeri tekan (-)

Perkusi: Hipertinpani, meteorismus (+), turgor kulit menurun lambat (-), Pembesaran Spleen (-), Pembesaran liver (-) Auskultasi: bising usus meningkat (+)

13. System collumna vertebralis Inspeksi: deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-) Palpasi: nyeri tekan (-) Perkusi : NKCV (-) 14. Ekstremitas: palmar eritema (-) Akral dingin (-) Oedema (-) -

Pemeriksaan Torniquet test (+) 15. System genetalia: dalam batas normal 16. Pemeriksaan neurologis Kesadaran: GCS E4V5M6 Fungsi luhur: dalam batas normal Fungsi vegetatif: dalam batas normal E. PEMERIKSAAN PENUNJANG 3 Februari 2013 a. Darah Lengkap Item Pemeriksaan Hemoglobin Lekosit LED Tombosit PCV/HCT Eritrosit Hitung jenis Eosinofil Hitung jenis Basofil Hitung jenis N.Stab Hasil Pemeriksaan 15,7 3.400 118.000 49 5,67 1 5 Nilai Normal 12 - 16 4 - 10 2 - 20 150 - 400 37 - 48 (4,0 5,5 ) 13 01 26 Satuan g/dl Ribu/mm3 mm/jam Ribu/mm3 % Juta/mm3

Hitung jenis N. Segmen Hitung jenis lymphosit Hitung Jenis Monosit

41 34 19

50 - 70 20 - 40 28

b. Uji Widal : Parathypi OA = 1/80 Parathypi OB = 1/80 F. RESUME Pasien datang ke IGD rumah sakit islam malang dengan keluhan meriang meriang pada persendian terutama pada semua persendian ekstremitas. Selain itu pasien mengeluh batuk/pilek sejak satu hari yang lalu, batuk berdahak warna kuning. pasien mengeluhkan pusing disertai muntah, muntah diawali dengan perasaan mual sebelumnya. Muntah merupakan cairan berwarna putih. Nyeri perut drasakan pada bagian epigastrium. Demam juga dirasakan pasien naik turun sudah 2 hari yang lalu, naik terutama pada malam hari. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tidak didapatkan konjugtiva anemis ataupun ikterik (-) pada mata, stomatitis (+) pada mulut, hiperemia faring (+), meteorismus (+) dan bising usus meningkat (+) pada abdomen Dari pemeriksaan Lab didapatkan Leukopenia, trombositopenia, hematokrit meningkat, Basofil meningkat, Neutrofil segment menurun, dan monosit meningkat. G. DIAGNOSIS WDx : Dengue Fever DDx : 1. Thypoid Fever 2. Dengue Hemorragik Fever 3. Chikungunya 4. Malaria

H. DIAGNOSIS HOLISTIK 1. Diagnosis dari segi biologis Dengue Fever

2. Diagnosis dari segi psikologis Hubungan Sdr.A dengan kedua orangtuanya berjalan harmonis, saling mendukung, saling memperhatikan dan saling pengertian.

3. Diagnosis dari segi sosial Keluarga ini tidak memiliki kedudukan sosial tertentu di masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Keluarga ini aktif dalam mengikuti beberapa kegiatan dilingkungannya seperti pengajian, dll.

I. PENATALAKSANAAN 1. NON MEDIKAMENTOSA a. KIE Edukasi pasien tentang pentingnya menjaga pola makan Edukasi keluarga pasien mengenai pentingnya menjaga kesehatan Edukasi keluarga tentang Dengue fever (pencegahan recurrent, komplikasi dan prognosis) b. Bedrest Tirah baring bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya seperti makan, minum, mandi, buang air besar dan buang air kecil akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan. c. Diet Makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum pasien. Diet yang dibutuhkan adalah diet yang tidak mengganggu saluran pencernaan pasien. Makanan lunak merupakan pilihan yang tepat pada pasien ini, mengingat komplikasi diare darah yang bisa terjadi pada pasien Dengue fever.

2. MEDIKAMENTOSA 1. Infus: Ringer Asetat 20 tetes/menit

2. Injeksi : Ondansentron 8mg 1 x 1 3. Peroral : Cefadroxyl 2 x1 Sanmol 3x1 4 Februari 2013 S O : Mencret (-), mimisan (-), pusing (-) : KU Vital sign : Cukup, agak lemas : Suhu : 36,40C RR Abdomen : Nadi :84 Tensi:100/70

: meteorismus +.

Pemeriksaan Penunjang : a) Darah Lengkap Item Pemeriksaan Hemoglobin Lekosit LED Tombosit PCV/HCT Eritrosit Hitung jenis Eosinofil Hitung jenis Basofil Hitung jenis N.Stab Hitung jenis N. Segmen Hitung jenis lymphosit Hitung Jenis Monosit Hasil Pemeriksaan 15,0 4.000 126.000 47,5 5,51 1 3 32 50 14 Nilai Normal 12 16 4 - 10 2 - 20 150 - 400 37 - 48 (4,0 5,5 ) 1-3 0-1 2-6 50 - 70 20 - 40 2-8 Satuan g/dl Ribu/mm3 mm/jam Ribu/mm3 % Juta/mm3

A P

: Dengue Fever : Terapi 1. Infus: Ringer Asetat : Gelofusal. 2:1 30 tetes/menit 2. Injeksi :

10

Ranitidin 2x1 amp Ondansetron 8mg 1 x 1 amp 3. Peroral: Cefadroxyl 500 2 x 1 Sanmol 3 x 1 Trifed 3 x1 Methylprednisolon 4 mg 3x1 5 Februari 2013 S O : Pusing (-), mencret (-), batuk dahak warna kuning. : Vital sign : Suhu : 35,80C RR C/P Hr 80 kali Abdomen : Supel, meteorismus (+) A P : Dengue Fever : Planning diagnostik : DL ulang besok 4. Infus : Ringer asetat : Gelafusal . 2 : 1. 30 tetes/menit :Nadi :84 Tensi:110/70

5. Injeksi : Ondansentron 8 mg 1x1 amp Ranitidin 2x1 amp 6. Peroral : Cefadroxyl 500 2x1 Sanmol 3x1 Trifed 3x1 Metylprednisolon 4mg 3x1 J. PLANNING DIAGNOSIS 1. IgG dan IgM spesifik 2. Hapusan Darah Malaria

K. KOMPLIKASI Renjatan, Perdarahan L. PROGNOSIS Bonam

11

BAB II IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI DALAM KELUARGA

A.

FUNGSI HOLISTIK 1. FUNGSI BIOLOGIS Keluarga ini terdiri dari suami-istri (Tn.H dan Ny. A) dengan 4 orang anak. Sdr.A menyangkal adanya penyakit jantung dan hipertensi pada keluarganya, Sdr.A Juga menyangkal adanya penyakit Diabetes mellitus pada keluarganya. 2. FUNGSI PSIKOLOGIS Hubungan semua anggota keluarga berjalan harmonis, saling mendukung, saling memperhatikan dan saling pengertian. 3. FUNGSI SOSIAL Keluarga ini tidak memiliki kedudukan sosial tertentu di masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Keluarga ini aktif dalam mengikuti beberapa kegiatan dilingkungannya seperti pengajian, dll.

Kesimpulan : Fungsi Holistik keluarga Sdr.A Baik. B. a. FUNGSI FISIOLOGIS DENGAN ALAT APGAR SCORE Adaptation

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain. b. Partnership

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut c. Growth

Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut

12

d.

Affection

Menggambarkan hubungan ksih saying dan interaksi antar anggota keluarga e. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5= kurang, 6-7 cukup dan 810 adalah baik. Dimana score untuk masing-masing kategori adalah: 2 : sering 1 : kadang-kadang 0 : jarang/tidak sama sekali

Tabel 2.1 APGAR score Sdr.A A.P.G.A.R. Sdr A Terhadap Keluarga A P Sering /selalu Kadang Jarang/ -kadang tidak

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Sdr.A, APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut : Adaptation : adanya dukungan dari keluarga dalam menghadapi masalah (Score : 2). Partnership : Komunikasi Sdr.A dengan keluarga terjalin baik (Score : 2).

13

Growth : Sdr.A selalu mengungkapkan keinginannya kepada keluarga dan keluarga selalu menerima dan mendukung keinginannya. (Score : 2 ). Affection : Kasih sayang yang terjalin antara Sdr. A dengan keluarga terjalin baik (Score : 2) Resolve : Sdr. A dan keluarga selalu menghabiskan waktu bersama, komunikasi berjalan dengan lancar sehingga hubungan Sdr. A dengan keluarga yang terjalin sangat baik (Score : 2) Total APGAR score Sdr.A : 10 (baik) Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Sdr.A baik C. FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREEM Fungsi patologis dari keluarga dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M. Tabel 2.4. S.C.R.E.E.M Keluarga Sdr. A Sumber Membina hubungan yang baik antar keluarga dan dengan tetangga sekitarnya. Keluarga Sdr.A aktif dalam kegiatan kemasyarakatan seperti arisan, PKK, kerja bakti, dll. Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acaraacara yang bersifat hajatan, sunatan, dll Dalam keluarga ini pemahaman agama tidak begitu baik. Keluarga ini jarang melakukan shalat 5 waktu, mengikuti kegiatan keagamaan yang lain serta tidak melakukan hal yang menyimpang dari norma agama seperti minum alkohol. Status ekonomi keluarga ini tergolong cukup. Kebutuhan primer maupun sekunder dapat tercukupi. Latar belakang pendidikan lulusan SMA ( Sekolah Menengah Atas), dengan peringkat memuaskan 10 Patologis

Social

Culture

Religious

Economic Educational

_ _

14

besar di kelasnya. Medical Bila sakit keluarga Sdr.A pergi ke Puskesmas terdekat, Sdr.A sering apabila memiliki masalah kesehatan merujuk ke keluarganya yang dokter. _

Kesimpulan : Tidak didapatkan fungsi patologis pada Keluarga Sdr.A. D. GENOGRAM KELUARGA

Diagram 2.1 Genogram Keluarga Sdr.A

Keterangan diagram: : Laki-laki : Perempuan : Penderita Dengue Fever

Kesimpulan: demam tifoid tidak ditemukan pada anggota keluarga lainnya.

15

E.

INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA Diagram 2.2 Pola interaksi keluarga


Sdr.D

Tn. H

Ny.A

Sdr.A

Keterangan: : hubungan baik : Pasien : laki-laki : perempuan

Kesimpulan: Hubungan antar anggota keluarga terjalin baik.

16

BAB III IDENTIFIKASI FAKTOR KESEHATAN


IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

I.

IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NONPERILAKU KELUARGA

A. Faktor Perilaku Rumah a) Pengetahuan Pengetahuan Sdr.A terhadap kesehatan sudah baik, Sdr.A tahu bahwa menjaga status gizi itu sangat diperlukan untuk menjaga kekebalan tubuh agar tetap prima. Pengethauan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan rumah Sdr.A sudah sangat baik, Dimana saudara A sudah mengerti rumah yang kotor dapat menimbulkan penyakit.

b) Sikap Sikap Sdr.A terhadap kesehatan masih kurang walaupun pengetahuannya sudah baik.Dimana aplikasi dari pengetahuan tentang kesehatannya masih sangat kurang. Dimana pada faktanya lingkungan rumah dan pola makan Sdr.A sangat buruk.

c) Tindakan Tindakan Sdr.A terhadap kesehatan masih kurang dimana Sdr dan teman temannya cendrung tidak langsung ke pelayanan medis yang berkompeten malah menunggu sampai keluhan semakin dirasa sangat berat.

Kesimpulan : Faktor perilaku keluarga Ny.A berpengaruh terhadap kesehatan An B, dimana faktor perilaku sikap dan tindakanlah yang cendrung menjadi permasalahan kesehatan An.B.

B. Faktor Non Perilaku Faktor Non Perilaku yang mempengaruhi kesehatan masyarakat adalah lingkungan hidup. lingkungan hidup adalah segala sesuatu baik benda maupun keadaan yang berada

17

di sekitar manusia, yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia dan masyarakat yaitu lingkungan biologi, lingkungan fisik, lingkungan ekonomi dan lingkungan sosial. a) Lingkungan Sdr.A tinggal di perkotaan yang cukup baik kebersihannya. b) Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit dan puskesmas sangat terjangkau dari rumah keluaga Sdr.A c) Keturunan Tidak ada faktor keturunan yang mempengaruhi penyakit Sdr.A. Kesimpulan : faktor non-perilaku Sdr A tidak berpengaruh terhadap kesehatan Sdr A

Diagram 3.1 Faktor Perilaku dan Non Perilaku Faktor Perilaku


Sikap: Tidak peduli terhadap kebersihan dan kesehatan Tindakan: Kebiasaan menunda pnyakit sampe keadaan memburuk

Faktor Non Perilaku: Lingkungan: + Pelayanan Kesehatan : Keturunan: -

Keterangan: : Faktor perilaku : Faktor non-perilaku

Sdr.A

II. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH Kondisi rumah baik. Rumah memiliki dinding permanen, disemen dan dicat. Ruang tamu berlantai ubin dengan atap menggunakan genting dan terpasang eternity. Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 WC, 1 dapur, dan 1 tempat cucian. Kesan rumah agak kotor, dengan WC yang jarang dibersihkan, terlihat dari air di bak yang agak kotor.

18

Rumah pasien berdampingan dengan tetangga. Saluran pembuangan limbah di got. Sumber air berasal dari PDAM. III. DENAH RUMAH

2.50 m Kamar Tidur II

8.00 m 2.50 m Kamar Tidur I

5.00 m

Dapur 5.00 m

Ruang tamu dan ruang keluarga 5.00 m

Cucian

WC

19

BAB IV DAFTAR MASALAH


A. MASALAH MEDIS 1. Dengue Fever B. MASALAH NON MEDIS 1. Sdr.A yang tidak terlalu peduli terhadap kebersihan dan kesehatan 2. Sdr.A cendrung memiliki kebiasaan menahan sampai gejala memburuk baru mencari pertolongan medis. 3. Lingkungan rumah Sdr.A yang kotor

C. DIAGRAM PERMASALAHAN KELUARGA Sikap Sdr.Ayang tidak peduli kepada kebersihan.dan kesehatan

SdrA Kebiasaan Menahan Sakit Lingkungan rumah yang kotor Dengue Fever

20

BAB V Tinjauan Pustaka


2.1 Demam Berdarah Dengue 2.1.1 Pengertian Demam berdarah dengue merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus serta memenuhi kriteria WHO untuk demam berdarah dengue (DBD). 2.1.2 Diagnosis Kriteria diagnosis WHO 1997 untuk DBD harus memenuhi: Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut ini: o Uji torniquet positif (>20 petekie dalam 2,54 cm2 o Petekie,ekimosis, atau purpura o Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan, atau tempat lain o Hematemesis atau melena Trombositopenia (<100.000/mm3) Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage: o Hematokrit meningkat >20% dibanding hematokrit rata rata pda usia, jenis kelamin, dan populasi sama. o Hematokrit turun hingga >20% dari hematokrit awal, setelah pemberian cairan o Terdapat efusi pleura, efusi perikard, asites, dan hipoproteinemia

21

2.1.3

Derajat I : Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas, manifestasi perdarahan hanya berupa uji torniquet positif dan/atau
mudah memar

II III

: Derajat I disertai perdarahan spontan : Terdapat kegagalan sirkulasi :nadi cepat dan lemah atau hipotensi, disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah.

IV

: Renjatan : tekanan darah dan nadi tidak teratur DBD derajat III dan IV digolongkan dalam sindrom renjatan dengue

2.1.4

Terapi

2.1.4.1 Non Farmakologis Tirah baring, makanan lunak 2.1.4.2 Farmakologis Simptomatis: antipiretik parasetamol bila demam Tatalaksana terinci dapat dilihat pada lampiran protokol tatalaksana DBD Koloid/plasma ekspander pada DBD stadium III dan IV bila diperlukan Panduan pelayanan medik PAPDI o Transfusi trombosit dan komponen darah sesuai indikasi o Pertimbangkan heparinisasi pada DBD stadium III atau IV dengan koagulasi intravaskular diseminata 2.1.5 Komplikasi Renjatan, perdarahan, KID 2.1.6 Prognosis Bonam 2.2 Malaria Malaria merupakan penakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium falsiparumi, Plasmmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan ditularkan melalu gigitan anopheles. 2.2.1 Diagnosa Anamnesis : Riwayat demam intermiten atau terus menerus atau terus menerus, riwayat dari atau pergi ke daerah endemik malaria, trias malaria

22

(keadaan mengigil yang diikuti dengan demam dan kemudian timbul keringat yang banyak; pada daerah endeik malaria trias malaria mungkin tidak ada, diare dapat merupakan gejala utama). Pemeriksaan Fisik: Konjungiva pucat, sklera ikterik, Splenomegali Laboratorium : Sediaan darah tebal dan tipis ditemukan plasmodium, serologi malaria (+) (sebagai penunjang). Malaria berat: ditemukannya P.falciparum dalam stadium aseksual disertai satu atau lebih gejala berikut: 1. Malaria serebral: koma dalam yang tak dapat /sulit dibangunkan dan bukan disebabkan oleh penyakit lain 2. Anemia berat (normositik) pada keadaan hitung parasit >10.000/ul;(Hb <5 g/dl atau hematokrit < 15%) 3. Gagal ginjal akut (urin <400 ml/24 jam pada orang dewasa, atau <12 ml/kgBB pada anak anak setelah dilakukan rehidrasi disertai kreatinin >3mg/dl) 4. Edema paru/acute respiratory distress syndome (ARDS) 5. Hipoglikemia (gula darah <40mg/dl) 6. Gagal sirkulasi atau syok (tekanan sistolik<70mmHg, disertai keringat dingin atau perbedaan temperatur kulit-mukosa >10C) 7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna, dan/atau disertai gangguan koagulasi intravaskuar. 8. Kejang berulang lebih dari 2 kali dalam 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia 9. Asidemia (pH 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mEq/l) 10. Hemoglobinuria makroskopik oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena efek samping obat antimalaria pada pasien dengan definisi G6PD). 11. Diagnosis pasca-kematian dengan ditemukannya P.falciparum yang padat pada pembuluh darah kapiler jaringan otak.

Beberapa keadaan yang juga digolongkan sebagai malaria berat sesuai dengan gambaran klinis daerah setempat:

23

1. Gangguan kesadaran 2. Kelemahan otot tanpa kelainan neurologis (tak bisa duduk/jalan) 3. Hiperparasitemia > 5% pada daerah hipoendemik atau daerah tak stabil malaria. 4. Ikterus (bilirubin >3mg/dl) 5. Hiperpireksia (suhu rektal>400C). 2.2.2 Diagnosa banding Infeksi virus, demam tifoid toksik, hepatitis fulminan, leptospirosis, ensefalitis 2.2.3 Pemeriksaan penunjang Darah tebal dan tipis malaria, serologi malaria, DPL, tes fungsi ginjal, tes fungsi hati, gula darah, UL, AGD, elektrolit hemostasis, rontgen toraks, EKG 2.2.4 Terapi

2.2.4.1 Infeksi P.vivax atau P.ovale a. Daerah sensitif kloroquin: Kloroquin basa 150 mg: Hari I: 4 tablet + 2 tablet (6 jam kemudian) Hari II dan III: 2 tabet atau Hari I dan II:4 tablet Hari III : 2 tablet Tetapi radikal: ditambah primakuin 1x15 mg selama 14 hari Bila gagal dengan terapi kloroquin, kina sulfat 3 x 400 600 mg/hari selama 7 hari.

b. Daerah resisten kloroquin Kina 3 x 400 600 mg selama 7 hari Terapi radikal: dtambah primaquin 1 x 15mg selama 14 hari. 2.2.4.2 Infeksi P.falciparum ringan/sedang, infeksi campur P.falciparum dan P.vivax Artemisin Hari I : 4 tablet (200mg) Hari II : 4 tablet (200mg)

24

Hari III: 4 tablet (200mg) Amodiaquin Hari I : 4 tablet (600mg) Hari II : 4 tablet (600mg) Hari III: 2 tablet

2.2.4.3 Malaria Berat Artesunate iv/im 2,4 mg/kgBB diberikan pada jam ke-0,12,24, dilanjutkan satu kali per hari. Drip kina HCl 500 mg (10mg/kgBB) daam 250-500 ml D5% diberikan dalam 6-8jam (maksimum 2000 mg) dengan pemantauan EKG dan kadar gula darah tiap 8 12 jam sampai pasien dapat minum obat per oral atau sampai hitung parasit malaria sesuai target (total pemberian parental dan peroral selama 7 hari dengan dosis peroral 10mg/kg BB/24 jam diberikan 3 kali sehari Pengobatan dengan kina dapat dikombinasikan dengan tetrasiklin 94 mg/kgBB diberikan 4 kali sehari atau doksisiklin 3 mg/kgBB sekali sehari

2.3 Demam Typhoid 2.3.1 Pengertian Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella partatyphi (Rani, 2006). 2.3.2 Diagnosis Anamnesis: Demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap (kontinyu) atau remiten pada minggu kedua. Demam terutama sore/ malam hari, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi, atau diare. Pemeriksaan fisik: febris, kesadaran berkabut, bradikardia relatif (peningkatan suhu 10 C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8x/menit), lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah , serta tremor),

25

hepatomegali, splenomegali, nyeri abdomen, roseolae (jarang pada orang indonesia) Laboratorium: dapat ditemukan lekopeni, leukositosis, atau leukosit normal, aneosinofilia, limfopenia, peningkatan LED, anemia ringan,

trombositopenia, gangguan fungsi hati. Kultur darah (biakan empedu) positif atau peningkatan titer uji Widal > 4 kali lipat setelah satu minggu memastikan diagnosis. Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Uji Widal tunggal dengan titer antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas menyokong diagnosis (Rani, 2006).

2.3.3

Terapi

Nonfarmakologis : tirah baring, makanan lunak rendah serat Farmakologis : Simtomatis Antimikroba o Pilihan utama : Kloramfenikol 4 x 500 mg sampai dengan 7 hari bebas demam. o Alternatif lain : Tiamfenikol 4 x 500 mg (komplikasi hematologi lebih rendah dinbandingkan kloramfenikol). Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2 minggu Ampisilin dan amoksisilin 50 150 mg/kg BB selama 2 minggu Sefalosporin generasi III : yang terbukti efektif adalah Seftriakson 3- 4 gram dalam dekstrosa 100 cc selama jam per-infus sekali sehari, selama 3 5 hari. Dapat pula diberikan sefotaksim 2-3 x 1 gram, sefoperazon 2 x1 gram Fluorokuinolon (demam umumnya lisis pada hari III atau menjelang hari IV) Norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari Siprofloksasin 2 x 500 mg/ hari selama 6 hari Ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari

26

Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari Fleroksasin 400 mg/ hari selama 7 hari

Kombinasi antibiotik hanya diindikasikan pada toksik tifoid, peritonitis, atau perforasi, renjatan septik Steroid hanya diindikasikan pada toksik tifoid atau demam tifoid yang mengalami renjatan septik dengan dosis 3 x 5 mg (Rani, 2006). 2.3.4 Komplikasi

2.3.4.1 Intestinal Perdarahan intestinal, perforasi usus, ileus paralitik, penkreatitis (Rani, 2006).

2.3.4.2 Ekstra Intestinal Kardiovaskular (kegagalan sirkulasi perifer, miokarditis, trombosis, trombofleibitis), hematologik (anemia hemolitik, trombositopenia, KID), paru (pneumonia, empiema, pleuritis), hepatobilier (hepatitis, kolesistitis), ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis), tulang (osteomielitis, periostitis, spondilitis, artritis), neuropsikiatrik (toksik tifoid) (Rani, 2006).

2.3.4.3 Syok Hipovolemik Keadaan dehidrasi yang tidak teratasi akibat pengeluaran cairan berlebih pada saat muntah dan diare mengakibatkan jumlah cairan dalam pembuluh darah semakin berkurang dan dapat menyebabkan keadaaan syok hipovolemik yang berujung kepada kematian (Rani, 2006).

2.3.5

Prognosis Baik. Bila penyakit berat, pengobatan terlambat/tidak adekuat atau ada

komplikasi berat, prognosis meragukan/buruk (Rani, 2006).

27

2.4 Dehidrasi 2.4.1 2.4.2 Tanda dan Gejala Kehilangan berat badan (%) Kesan dan kondisi umum, Haus, sadar, bayi dan anak kecil gelisah Haus, gelisah, atau latergis tetapi iritabel bila dipegang atau mengantuk Biasanya sadar, kuatir;ekstremitas dingin, Anak besar dan dewasa Haus, sadar, gelisah Haus, sadar, hipotensi postural lembap, sianotik, kulit jari tangan dan kaki berkerut;kejang otot. Kecepatan Nadi Radial dan tekanan normal Respirasi Fontanella anterior Normal Dalam, mungkin cepat Cekung Sangat Cekung Dalam dan cepat Cepat dan lemah Cepat, sangat lemah, kadang ridak teraba Mengantuk;ekstremitas lemas, dingin, sianotik, lembab, bisa koma 3-5 6-9 10 atau lebih Penilaian klinis Beratnya dehidrasi Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat Jenis Dehidrasi Dehidrasi hipotonik atau hiponatremik terjadi bila kadar natrium serum kurang dari 130 mEq/L Dehidrasi isonatremik atau isotonik terjadi bila kadar natrium serum 130 150 mEq/L Dehidrasi Hipertonik atau hipernatremik bila kadar natrium serum lebih dari 150 mEq/L

Normal

28

Tekanan darah sistolik

Normal atau Normal rendah;hipotensi ortosatik Cubitan segera kembali Normal ada Cubitan kembali perlahan Cekung Tidak ada atau berkurang kering Jumlah berkurang dan pekat

Rrendah, mungkin tidak terukur

Elastisitas Kulit Mata Air mata Membrana mukosa Keluaran kencing Pengisian kembali kapiler Perkiraan defisit cairan

Cubitan tidak segera kembali

Sangat Cekung Tidak ada

lembab

Sangat kering

Normal

Anuria/Oliguria berat

Normal

2 detik

>3 detik

30-50

60 -90

100au lebih

2.4.3

Terapi cairan dehidrasi

2.4.3.1 Dehidrasi ringan Pasien dengan dehidrasi ringan dianjurkan untuk melanjutkan diet sesuai umur dan minum secara adequat. Rehidrasi per Oral sebaiknya di dianjurkan pada pasien. Pasien anak anak rehidrasi per oral (5mL atau 1 sendok teh) setiap 5 menit. Perkiraan jumlah cairan yang diganti 10 mL/kg berat badan untuk setiap BAB cair dan 2 mL/kg berat badan untuk setiap episode muntah. Pasien dengan dehidrasi ringan tidak diindikasikan untuk rawat inap. Akan tetapi, perlu melakukan evaluasi follow up terhadap pasien yang rawat jalan dalam 48 jam, dengan instruksi kembali secepatnya apabila dibutuhkan.

29

2.4.3.2 Dehidrasi Sedang Pasien dengan dehidrasi sedang dianjurkan dalam beberapa literatur

menggunakan rehidrasi per Oral dibandingkan terapi cairan intravena terkait dengan outcome yang sama dengan komplikasi yang lebih minimal. Akan tetapi, anak harus kooperatif dan mempunyai caregiver yang mampu melakukan rehidrasi peroral dengan benar. Dengan rehidrasi per oral yang dianjurkan adalah 50 100 mL/kg berat badan selama 2-4 jam, ulangi lagi dengan 5 mL setiap menit. Jika anak bisa menerima jumlah asupan tersebut dan meminta cairan lebih banyak lagi., banyaknya cairan dapat diberikan secara berthahap. Ketika dehidrasi telah dikoreksi, orang tua harus diajari cara penanganan dehidrasi di rumah apabila diare dan muntah lagi. Anak yang gagal rehidrasi per oral sebaiknya diberikan bolus (20mL/kg) cairan isotonik secara inravena. Hal ini mungkin diikuti dengan 2 kali terapi rumatan. Setelah beberapa jam berikutnya, pasien boleh kembali ke rehidrasi per oral jika pasien mentolerirnya. Kriteria rawat inap diperuntukan pada anak dengan dehidrasi sedang yang tidak dapat diberikan cairan secara per oral . selain itu juga rawat inap diperlukan untuk mengatasi penyebab dehidrasi.

2.4.3.3 Dehidrasi Berat Pasien dengan dehidrasi berat harus diberikan cairan bolus isotonik intravena (20-60 mL/kg) secara bolus. Jika tidak ada perbaikan curiga adanya penyebab lain shock (sepsis, perdarahan, penyakit jantung). Sebagai tambahan berikan vasopressor dan lakukan monitoring khusus, seperti Bladder catheter, central venous pressure, dan saturasi oksigen. Ketika vital sign telah dikoreksi mulai terapi rumatan. Untuk awal 2 kali terapi rumatan harus adequat. Kebutuhan harian untuk terapi rumatan dapat dihitung sebgai berikut: Jika berat pasien kurang dari 10 kg, berikan 100 mL/kg/hari Jika berat pasien kurang dari 20 tahun, berikan 1000 mL/hari ditambah 50 mL/kg/hari untuk setiap kilogram 10 dan 20 kg.

30

Jika berat pasien lebih dari 20 kg, berikan 1500 mL/hari, ditambah 20 mL/kg/hari untuk setiap kilogram lebih dari 20 kg

31

BAB VI PENUTUP

5.1. Kesimpulan Holistik Diagnosa Sdr.A adalah Dengue fever, kondisi keluarga dari Sdr.A merupakan keluarga yang harmonis, status ekonomi cukup, pendidikan Mahasiwa, lingkungan rumah buruk dan merupakan anggota masyarakat biasa dalam kehidupan

kemasyarakatan yang mengikuti beberapa kegiatan di lingkungannya. 1. Diagnosis dari segi biologis Dengue fever

2. Diagnosis dari segi psikologis Hubungan keluarga Sdr.A saling mendukung, saling memperhatikan dan saling pengertian 3. Diagnosis dari segi sosial Keluarga Sdr.A hanya sebagai anggota masyarakat biasa yang aktif dalam beberapa kegiatan dilingkungannya. 5.2. Saran Komprehensif Sdr.A perlu diberikan edukasi pentingnya menjaga kesehatan dan menghindari faktor penyebab terjadinya Dengue fever yaitu dengan cara melakukan: A. Promotif Edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar untuk menghindari berbagai penyakit, serta pentingya menjaga pola makan teratur dan cukup gizi. B. Preventif Memberikan edukasi tentang bagaimana cara menghindari terjadinya Dengue fever, seperti melakukan 3M. C. Kuratif Mengkonsumsi obat yang telah diresepkan sesuai dosis hingga selesai.

32

You might also like