You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat penting.

Di dalam dunia paendidikan, belajar merupakan aktivitas pokok dalam

penyelenggaraan proses belajar mengajar. Melalui belajar seseorang dapat mengerti berbagai ilmu, memahami konsep-konsep baru, ataupun mengalami perubahan tingkah laku. Keberhasilan proses belajar dan pembelajaran salah satunya ditentukan oleh pemahaman seorang pendidik terhadap teori belajar. Menurut Gage dan Berliner (1984) salah satu fungsi dari teori belajar adalah fungsi rekomendatif, yang artinya teori belajar sebagai ilmu terapan, tidak hanya memberikan wawasan konseptual tentang fenomena belajar-pembelajaran, tetapi dapat membantu memberikan rekomendasi untuk praktik pembelajaran. Meskipun rekomendasi tersebut berupa rambu-rambu umum dan tidak spesifik tertuju pada permasalahan yang dihadapi pendidik, tetapi saran dan pertimbangan rekomendatif yang diajukan diharapkan tetap dapat dijadikan pedoman bagi pendidik untuk mengambil keputusan instruksionalnya. Banyak teori belajar yang menginspirasi dan mendasari lahirnya macam-macam strategi pembelajaran, seperti teori behaviorisme, teori kognitivisme, dan teori konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme atau behavioristik merupakan teori yang berpandangan bahwa belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Oleh karena itu teori belajar behavioristik penting untuk dipahami oleh seorang pendidik.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa pertanyaan yang terkait dengan teori belajar behavioristik, yaitu: 1. Apa hakikat dari teori belajar behavioristik? 2. Apa kelebihan dan kekurangan teori belajar behavioristik? 3. Bagaimana cara menerapkan teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran? Tujuan Penulisan Makalah Berangkat dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan ini adalah untuk: 1. Mengetahui hakikat teori belajar behavioristik. 2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar behavioristik. 3. Mengetahui cara menerapkan teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran.

BAB II PEMBAHASAN Hakikat Teori Belajar Behavioristik Dalam kehidupan sehari-hari sering terdengar banyak hal mengenai belajar. Belajar mempunyai definisi berbeda-beda menurut para ahli. Berikut definisi belajar dari beberapa ahli: 1. Daryanto (2010:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 2. Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. 3. Slameto (2010:2) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 4. Fathurrohman dan Sutikno (2010:6) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. 5. Syah (2010:90) menyatakan bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. 6. Uno (2011:15) mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku seseorang setelah mempelajari suatu objek (pengetahuan, sikap, atau keterampilan) tertentu. 9. Yamin (2007:168) mengatakan belajar merupakan perubahan perilaku seseorang melalui latihan dan pengalaman, seseorang belajar tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang datang dari dalam dirinya atau oleh stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan, akan tetapi merupakan

interaksi timbal balik dari determinan-determinan individu dan determinandeterminan lingkungan. 10. Hamalik (2011:27) mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. 11. Purwanto (2011:38) menyatakan bahwa belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilaku. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat dikemukan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sekitar. Selanjutnya muncul istilah teori belajar. Dalam perkembangannya, teori belajar memiliki beberapa fungsi, antara lain: o Mensistematikkan penemuan o Melahirkan hipotesis o Membuat prediksi dan memberikan penjelasan tentang apa yang akan diajarkan, bagaimana mengajarkannya, apa yang akan dipelajari, dan apa yang memuaskan siswa Sedangkan manfaat teori belajar untuk guru antara lain: Sebagai pedoman / landasan bagi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran Membantu guru dalam memahami bagaimana siswa belajar Membantu guru untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien Membantu guru dalam merancang dan merencanakan proses pembelajaran Menjadi panduan guru dalam mengelola kelas Membantu guru dalam mengevaluasi / menilai proses pembelajaran, sikap guru serta hasil belajar yang telah dicapai Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan pada siswa agar siswa dapat mencapai prestasi optimal dan kesuksesan belajar Membantu guru dalam membangun karakter pada diri siswa

Hal hal yang harus diketahui dalam teori belajar : 1. Konsep dasar teori tersebut beserta ciri-ciri dan persyaratan yang melingkupinya 2. Bagaimana sikap dan peran guru dalam proses pembelajaran jika teori tersebut diterapkan 3. Faktor-faktor lingkungan (fasilitas, alat, suasana) apa yang perlu diupayakan untuk mendorong proses pembelajaran 4. Tahapan apa saja yang harus dilakukan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran 5. Apa yang harus dilakukan siswa dalam proses belajarnya Behavioristik adalah teori perkembangan perilaku yang dapat diukur, diamati, dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan. Pendidikan behavioristik merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan dasar-dasar pemahaman dalam bidang subjek dan manajemen kelas. Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Ciri dari teori belajar behavioristik antara lain: Mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar. Guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.

Dalam hal konsep pembelajaran, prosesnya cenderung pasif. Pelajar menggunakan tingkat keterampilan. pengolahan rendah untuk memahami materi. Dan material sering terisolasi dari konteks dunia nyata atau situasi. Di bawah ini merupakan tokoh-tokoh yang mendukung teori belajar behavioristik. Ivan P. Pavlov Pavlov (1927) mengembangkan teori conditioning dengan melakukan percobaan terhadap anjing. Dalam percobaan ini, anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan. Edwin Guthrie Guthrie berpendapat bahwa tingkah laku manusia dapat diubah. Dia juga menjelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut. Guthrie juga mengemukakan tiga metode pengubahan tingkah laku, yaitu: metode respon bertentangan, metode membosankan, dan metode mengubah lingkungan. Skinner Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting dalan belajar. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini terdiri dari enam konsep, yaitu: a. Penguatan positif dan negative. b. Shapping, proses pembentukan tingkah laku yang semakin mendekati tingkah laku yang diharapkan.

c. Pendekatan suksesif, proses pembentukan tingkah laku yang menggunakan penguatan pada saat yang tepat, sehingga respon sesuai dengan yang diisyaratkan. d. Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari ditiadakannya penguatan. e. Chaining of Response, respon dan stimulus yang berangkaian satu sama lain. f. Jadwal penguatan, variasi pemberian penguatan: rasio tetap dan bervariasi, interval tetap dan bervariasi.

Thorndike Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasiasosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori connectionism. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasi terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum: a. Hukum kesiapan (Law of Readiness), kesiapan seseorang dalam melakukan sesuatu hal mempengaruhi hasil akhirnya. b. Hukum latihan, jika respons terhadap stimulus diulang-ulang maka akan memperkuat hubungan keduanya. c. Hukum akibat, hubungan stimulus respon diperkuat apabila akibatnya memuaskan, berlaku juga sebaliknya.

Clark Hull Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam

seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya. Watson (Aliran Behavioris Murni) Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon yang berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Kajian Watson tentang belajar sangat berorientasi pada pengalaman empirik yaitu sejauh yang dapat diukur dan diamati. Gagne Gagne membagi proses kelangsungan belajar dalam empat fase utama, yaitu: 1. Fase Receiving the stimulus situation (apprehending), merupakan fase

seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. 2. Fase Stage of Acquition, pada fase ini seseorang akan dapat memperoleh

suatu kesanggupan yang belum diperoleh sebelumnya dengan menghubunghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya. 3. Fase storage /retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang

disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang. 4. Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil

kembali informasi yang ada dalam memori.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik Kekurangan Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti katakata kasar, ejekan, jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa. Kelebihan Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, dan daya tahan. Contoh : Percakapan bahasa asing, mengetik, menari, berenang, dan olahraga. Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian. Dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam proses belajar mengajar, siswa dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para siswa. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar siswa diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat unobservable kurang dijangkau dalam proses evaluasi.

Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi siswa untuk berkreasi,

bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya siswa kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka. Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai

kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa (Degeng, 2006). Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas mimetic, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila siswa menjawab secara benar sesuai dengan

10

keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual. Berdasarkan penjelasan di atas, langkah-langkah pembelajaran sesuai teori belajar behavioristik seperti di bawah ini: 1) Menentukan tujuan pembelajaran 2) Menganalisis lingkungan kelas 3) Menentukan materi pelajaran 4) Memecah materi menjadi bagian kecil-kecil (pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik, dsb) 5) Menyajikan materi pelajaran 6) Memberi stimulus 7) Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa. 8) Memberikan penguatan/reinforcement ataupun hukuman 9) Memberikan stimulus baru 10) Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa 11) Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman 12) Evaluasi hasil belajar

Adapun lebih jelasnya peranan guru antara lain: Menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap (modul, instruksi dll). Tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat diikuti contoh-contoh yang dilakukan sendiri / simulasi). Memberikan bahan pelajaran yang sederhana dan menuju kompleks. Membagi tujuan pembelajaran dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu. Melakukan pembelajaran yang berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Segera memperbaiki kesalahan.

11

Melakukan pengulangan dan latihan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Memberikan penguatan positif pada perilaku yang diinginkan dan memberikan penghargaan negatif pada perilaku yang kurang sesuai. Mengevaluasi atau menilai berdasarkan perilaku yang tampak.

Peran siswa: Berlaku (doing) sesuai instruksi. Meniru perilaku yang dicontohkan. Mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan (positifdiulangi, negatifdihilangkan). Berlatih melalui pengulangan dan pembiasaan. Menguasai keterampilan dasar sebagai persyaratan penguasaan ketrampilan selanjutnya.

12

BAB III PENUTUP Kesimpulan 1. Behavioristik adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. 2. Kelebihan teori belajar behavioristik yaitu cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, dan daya tahan. Sedangkan kekurangannya adalah pembelajaran siswa berpusat pada guru, bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur. 3. Cara penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran yaitu dengan menentukan tujuan pembelajaran, menganalisis lingkungan kelas, menentukan materi pelajaran, memecah materi menjadi bagian kecil-kecil, menyajikan materi pelajaran, memberi stimulus, mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa, memberikan penguatan ataupun hukuman, memberikan stimulus baru, mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa, memberikan penguatan lanjutan atau hukuman, kemudian evaluasi hasil belajar.

13

DAFTAR PUSTAKA Andriyan, S. 2013. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar, (Online), (http://superiandriyan.blogspot.com/2013/02/kelebihan-dan-kekurangan-teoribelajar.html, diakses 2 September 2013). Harland, Randy. 2013. Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran, (Online), (http://randhard.wordpress.com/ruang-admin/tugaskuliah/teori-belajar-behavioristik-dan-penerapannya-dalam-pembelajaran/, diakses 2 September 2013). Haryanto. 2010. Teori Belajar Behaviorisme, (Online), (http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-behaviorisme/, diakses 2 September 2013). Purba, O. 2013. PsycholinguisticTeori Stimulus & Respon, (Online), (http://edukasi.kompasiana.com/2013/07/03/psycholinguistic-teori-stimulusrespon-573955.html, diakses 2 September 2013). http://immbkpgsdpgpaud.files.wordpress.com/2012/06/teori-belajar-behavioristikpenerapannya-dalam-pembelajaran.ppt. http://www.scribd.com/doc/117533392/Bab-IV-Teori-Belajar-PP

14

You might also like