You are on page 1of 2

BAB I PENDAHULUAN

Trauma kepala merupakan penyebab utama kematian di berbagai negara di dunia, terutama pada kelompok usia di bawah 40 tahun. Di USA diperkirakan 1,6 % dari seluruh kunjungan di unit gawat darurat adalah kasus trauma kepala. Dijumpai 444 kasus baru setiap tahunnya per 100.000 penduduk. Secara keseluruhan setiap tahunnya diperkirakan sekitar 60.000 kematian diakibatkan trauma kepala serta 70.000 90.000 penderita akan mengalami gangguan neurologik permanen. Di negara berkembang seperti Indonesia, seiring dengan kemajuan teknologi dan pembangunan, frekuensi trauma kepala cenderung makin meningkat. Otak memiliki fungsi yang sangat banyak, yaitu dapat memberikan pengertian akan etiap hal yang terjadi disekeliling kita. melalui panca indera yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan rasa, otak menerima pesan yang sangat banyak diwaktu yang bersamaan. Otak juga mengontrol pikiran, ingatan dan cara berbicara, pergerakan ekstremitas, dan banyak fungsi organ yang terdapat ditubuh manusia. arm and leg movements, and the function of many organs within the body. Hal ini juga dapat menentukan bagaimana cara manusia dalam bertindak dalam menanggapi beberapa hal yang terjadi (seperti menulis ketika mengikuti ujian, kehilangan pekerjaan, lahirnya seorang bayi, merasa sakit, dan lain-lain). Dengan cara mengtur denyut jantung dan pernapasan. Otak merupakan salah satu struktur yang terorganisirThe brain is an organized structure, dibagi menjadi berbagai komponen yang berfungsi spesifik dan penting. Berat dari otak mengalami perubahan mulai dari lahir sampaimenginjak usia dewasa.waktu lahir, rata-rata berat otak sekitar 1 pon ( 5 ons), dan akan bertumbuh 0 sampai 2 pon selama masa kanak-kanak. Rata-rata berat otak wanita dewasa sekitar 2,7 pon, sedangkan berat otal laki-laki dewasa sekitar 3 pon.(AANS), Otak merupakan jaringan yang sangat lunak dan rentan terhadap kerusakan, walaupun masih dilindungi oleh tulang tengkorak. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan otak, seperti kelainan akibat kongenital, infeksi, trauma dan lainnya, dalam hal ini perdarahan kepala merupakan salah satu akibat dari penyebab kerusakan pada otak. Salah satu penegakkan diagnosis adalah melalui radiologi diagnosis seperti radiologi konvensional, CT Scan, dan MRI serta ada beberapa cara mendiagnosis bahkan dapat juga sebagai terapi seperti angiografi. Hadirnya modalitas imajing seperti CT scan telah merevolusi cara mengevaluasi diagnosa trauma kepala. Sebelum CT scan, plain foto skull umum dimintakan pada pasien kasus trauma kepala. Namun nilai prediktif dan efisiensi dari skull X-Ray sudah mulai dipertanyakan. Plain foto kepala memang dapat menunjukkan ada/tidaknya fraktur pada kepala. Akan tetapi pemeriksaan radiologi itu tidak adekuat untuk memprediksi adanya Cedera kepala intrakranial. Profesor Anne G. Osborn, ahli neuroradiologist dari

University of Utah School of Medicine, menyatakan 25-30% pasien trauma kepala tanpa fraktur ternyatamengalami cedera intrakranial yang berat. Di samping itu, waktu yang digunakan untuk plainfoto kepala, bisa jadi malah memperlambat diagnosa trauma intrakranial. Oleh karena itu CT scan telah menggantikan peranan plain foto kepala dan menjadi modalitas pilihan dalam menunjang diagnosa trauma kepala.2 Penelitian menunjukkan tindakan operasi pada trauma kepala berat dalam rentang waktu 4 jam pertama setelah kejadian, dapat menyelamatkan kurang lebih 70% pasien. Sebaliknya, tingkat mortalitas dapat naik sampai 90% bila tindakan intervensi dilakukan lebih dari 4 jam. Penegakan diagnosa trauma kepala diperoleh dengan pemeriksaan klinis awal yang diteliti dan tentu ditunjang oleh diagnosa imajing. Oleh karena itu, pemeriksaan radiologis pada trauma kepala yang penulis jadikan judul referat ini merupakan hal yang penting untuk dibahas lebih lanjut.

You might also like