You are on page 1of 31

BAB I PENDAHULUAN Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat berubah tergantung pada umur,

jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Dalam keadaan sehat, tubuh memiliki mekanisme keseimbangan atau homeostasis yang mengatur asupan dan pengeluaran air. Pada keadaan-keadaan di mana asupan air sangat berkurang sekali atau kehilangan air sangat berlebihan atau cepat, tubuh tidak bisa melakukan kompensasi dengan adekuat, sehingga seseorang jatuh dalam keadaan yang dinamakan dehidrasi. Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada perdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun perioperatif, dapat menyebabkan gangguan fisiologis yang berat. Jika gangguan tersebut tidak dikoreksi secara adekuat sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka resiko penderita menjadi lebih besar. Dengan terapi cairan, kebutuhan air dan elektrolit dapat terpenuhi. Selain itu, dalam keadaan tertentu terapi cairan dapat digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau dapat juga digunakan untuk menjaga keseimbangan asam-basa. eseimbangan cairan tubuh dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik, tekanan onkotik dan dan tekanan osmotik. !ekanan hidrostatik adalah tekanan yang mempengaruhi pergerakan air melalu kapiler. !ekanan onkotik atau tekanan osmotik koloid adalah tekanan yang mencegah pergerakan air. Albumin menghasilkan "#$ dari tekanan onkotik plasma sehingga bila albumin cukup pada cairan intra%askuler maka cairan tidak mudah masuk ke interstitial. &ila albumin rendah, maka tekanan hidrostatik akan meningkat dan tekanan onkotik akan menurun sehingga cairan intra%askuler didorong masuk ke interstitial.

'

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kompartemen Cairan Tubuh !ubuh manusia terdiri dari zat padat dan zat cair. Distribusi cairan tubuh manusia de(asa adalah )#$ zat padat dari berat badan, dan sisanya *#$ berupa zat cair.Air dalam tubuh berada di beberapa ruangan, yaitu intraseluler sebesar )#$ dan ekstraseluler sebesar +#$. ,airan ekstraseluler merupakan cairan yang terdapat di ruang interstitial sebesar '-$ dan plasma sebesar -$. !erdapap juga cairan transeluler .'-/$ &&0 yang terdiri dari 1,S, sino%ial, gastrointestinal dan intraorbital ,airan intraselular adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang de(asa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular .sekitar +2 liter rata- rata untuk de(asa laki-laki dengan berat badan sekitar 2# kilogram0, sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan intraselular. !abel '. Perubahan cairan tubuh total sesuai usia

Dikutip dari 3 4arner 56 3 Physiology and pathophysiology of the body fluid, St 1ouis, '7"'. 5osby.

,airan ekstraselular adalah cairan yang berada di luar sel. Jumlah relatif cairan ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar

setengah dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia ' tahun, jumlah cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari %olume total. 8ni sebanding dengan sekitar '- liter pada de(asa muda dengan berat rata-rata 2# kg. ,airan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar '''+ liter pada orang de(asa. ,airan limfe termasuk dalam %olume interstitial. 9elatif terhadap ukuran tubuh, %olume cairan intersisial adalah sekitar + kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang de(asa. ,airan intra%askular merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah .contohnya %olume plasma0. 9ata-rata %olume darah orang de(asa sekitar --* liter, dimana / liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet. ,airan transeluler merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sino%ial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan. Pada keadaan se(aktu, %olume cairan transeluler adalah sekitar ' liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari ruang transeluler. 4ambar '. Distribusi cairan tubuh

,airan !ranseluler '-/$ &&

Dikutip dari3 1yon 1ee. :luid and ;lectrolyte !herapy. <klahoma State =ni%ersity. +##*. http3>>member.tripod.com>?lyser>i%fs.htm

2.2. Peni aian !o ume Cairan Intra"a#$u ar Penilaian dan e%aluasi klinis %olume intra%ascular biasanya dapat dipercaya, sebab pengukuran %olume cairan kompartemen belum ada. @olume cairan intra%ascular dapat ditaksir dengan menggunakan pemeriksaan fisik atau laboratorium atau dengan bantuan monitoring hemodynamic yang canggih. 2.2.1. Pemeri%#aan &i#i% Pemeriksaan fisik preoperati%e adalah yang paling dapat dipercaya .!anda- tanda hypo%olemia meliputi turgor kulit, hidrasi selaput lendir, denyut nadi yang kuat, denyut jantung dan tekanan darah dan orthostatic berubah dari yang terlentang ke duduk atau posisi berdiri, dan mengukur pengeluaran urin. Selama operasi, denyut nadi yang kuat .radial atau dorsalis pedis0, pengeluaran urin, dan tanda tidak langsung, seperti respon tekanan darah ke tekanan %entilasi yang positi%e dan %asodilatasi atau efek inotropic negati%e dari anestesi, adalah yang paling sering digunakan. Pitting edema-presacral pada pasien yang tidur atau pada pretibial pada pasien yang dapat berjalan- peningkatan pengeluaran urin adalah tanda hyper%olemia pada pasien dengan dengan jantung, hepar, dan fungsi ginjal yang normal. 4ejala lanjut dari hyper%olemia yaitu tachycardia, pulmonary crackles, (heezing, cyanosis, dan frothy pulmonary secretion.

Table2. Tan'a(tan'a %ehi an)an $airan *h+po"o emia,. Tan'a(tan'a


5embran mukosa Sensorium Perubahan ortostatik 8n heart rate 8n blood pressure Produksi =rin Aadi sedikit berkurang Aormal>meningkat kurang meningkatB'##C>m

-.
kering Aormal

1/.
sangat kering 1ethargic ada

1-.
Parched <btunded 5arked B'-C>mD B'#mmEglF sangat kurang meningkatB'+# C>m

!ekanan darah
0 bpm1 beat# per minute

Aormal

sedikit menurun

menurun

Dikutip dari 3 5organ 4;, 5ikhail S5, 5urray J5. :luid 5anagement and !ransfusion in3 ,linical Anesthesiology. )th ed. Ae( Gork3 5c4ra(-Eill ,ompanyH +##*.

2.2.2. E"a ua#i Laboratorium &eberapa pengukuran laboratorium digunakan untuk menilai %olume intra%ascular dan ketercukupan perfusi.jaringan Pengukuran ini meliputi serial hematocrits, seperti pE darah arteri, berat jenis atau osmolalitas urin, konsentrasi klorida atau natrium dalam urin, Aatrium dalam darah, dan creatinin serum, ratio blood urea nitrogen .perbandingan &=A0. 8ni hanya intra%ascular secara tidak langsung pengukuran %olume selama dan sering tidak bisa dipercaya

operasi sebab dipengaruhi oleh beberapa %ariabel dan hasilnya sering terlambat. !anda-tanda laboratorium dari dehidrasi yaitu peningkatan hematocrit progresif acidosis metabolic yang progresif, berat jenis urin B'.#'#, Aatrium dalam urin I'# m;J>1, osmolalitas B)-# m<sm>kg, hypernatremia, dan ratio &=Ayang ditandai dengan . erly K &K0 atau -kreatinin B'#3'. !anda-tanda pada foto roentgen adalah meningkatnya %askularisasi paru dan interstitiel infiltrasi difus pada al%eolar adalah tanda-tanda dari o%erload cairan 2.2.2. Pen)u%uran Hemo'+nami$ 5onitoring ,@P diindikasikan pada pasien dengan jantung dan fungsi paru yang normal jika status %olume sukar untuk dinilai dengan alat lain atau jika diharapkan adanya perubahan yang cepat. Pembacaan ,@P harus diinterpretasikan nilai yang rendah.I - mm Eg0 mungkin normal kecuali jika ada tanda-tanda hypo%olemia. 1ebih dari itu, respon dari bolus cairan . +-# m10 yang ditandai dengan3 sedikit peningkatan . '-+ mm Eg0 merupakan indikasi penambahan cairan, sedangkan suatu peningkatan yang besar .B - mm Eg0 kebutuhan cairan cukup dan e%aluasi kembali status %olume cairan.. ,@P yang terbaca B'+ mmEg dipertimbangkan. hyper%olemia dalam disfungsi %entricular kanan, meningkatnya tekanan intrathorakal, atau penyakit pericardial restriktif.

5onitoring tekanan arteri Pulmonary dimungkinkan jika ,@P tidak berkorelasi dengan gejala klinis atau jika pasien mempunyai kelainan primer atau sekunder dari fungsi %entrikel kanan, kelainan fungsi tubuhH yang juga berhubungan dengan paru-paru atau penyakit pada %entrikel kiri. !eknik terbaru mengukur %olume %entrikel dengan transesophageal echocardiography atau oleh radioisotop dan lebih akurat tetapi belum banyak tersedia. 2.2. Cairan Intra"ena 2.2.1. Imp i%a#i K ini# Dari Pemi ihan Cairan A ternati3 !erapi cairan intra%ena meliputi infus kristaloid, koloid, atau kombinasi keduanya. 1arutan kristaloid adalah larutan aJuos dengan berat molekul rendah, dengan atau tanpa glukosa, sementara larutan koloid terdiri dari substansi dengan berat molekul besar seperti protein atau polimer glukosa besar. 1arutan koloid mempertahankan tekanan onkotik koloid plasma dan sebagian besar berada dalam intra%askular, sementara larutan kristaloid dengan cepat diseimbangkan dan didistribusikan di seluruh kompartemen cairan ekstraselular. Akan tetapi, penelitian yang mendalam telah gagal dalam menetapkan keunggulan di antara koloid dan kristaloid. !injauan sistemik mengenai perbandingan antara koloid dengan kristaloid dan albumin dengan kristaloid menunjukkan mortalitas yang tidak berubah berkaitan dengan penggunaan koloid, meski, kristaloid mungkin lebih unggul pada pasien dengan trauma multipel. 5eski kurangnya bukti yang menunjukkan penggunaan koloid pada perioperatif mempengaruhi mortalitas, 5oretti dkk melaporkan bah(a pasien yang diacak mendapat *$ hetastarch menunjukkan muntah postoperatif yang jarang dibanding kelompok yang mendapat 91 tanpa koloid. Sebagai tambahan, pemberian koloid nampaknya menjadi komponen esensial dalam strategi tatalaksana perioperatif yang menunjukkan perbaikan morbiditas setelah operasi kolon dan setelah operasi mayor. Aamun dapat diambil kesimpulan bah(a3

'.

ristaloid sama efektifnya dengan koloid untuk mengembalikan %olume intra%askular bila diberikan dengan jumlah yang cukup dengan perbandingan cairan darah 3 kristaloid, ' 3 /.

+. Penggantian kehilangan cairan intra%askular dengan menggunakan sejumlah cairan koloid setara dengan tiga sampai empat kali jumlah cairan kristaloid. /. Pasien yang menjalani operasi biasanya mengalami jumlah kehilangan cairan eCtraselular yang melebihi kehilangan cairan di intra%askular. ). ehilangan cairan intra%askular yang berat dapat diatasi dengan cepat dengan menggunakan cairan koloid. -. Pemberian kristaloid yang cepat dalam jumlah yang banyak .B)--10 dapat menyebabkan edema jaringan karena (aktu paruh cairan kristaloid dalam cairan intra%askuler adalah selama +#-/# menit. 2.2.2.Kri#ta oi' ristaloid dapat diberikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akan air dan elektrolit. ristaloid yang diberikan melalui infus sebagai suplemen cairan ekurangan %olume plasma untuk pemberian makan, atau untuk memba(a obat.

yang banyak dapat digantikan dengan koloid, tetapi dapat diberikan kristaloid dengan cepat, terutama ketika terjadi peningkatan kebocoran kapiler seperti sepsis. Pengganti cairan plasma dapat diberikan cairan saline. #,7$ hanya diberikan untuk mengganti kehilangan natrium. Pemberian cairan glukosa konsentrasi tinggi dapat diberikan untuk mencegah hypoglycaemia. 4lukosa -$ diberikan untuk memenuhi kebutuhan cairan. Setiap -#g>1 glukosa mengandung cairan isotonic tetapi hanya al>1. ehilangan cairan elektrolit jarang terjadi tapi dapat mengandung +## hiperkalsemia. ristaloid saline

terjadi pada keringat yang berlebihan, demam, hypertiroid, diabetes insipidus dan Potasium klorida juga termasuk cairan kristaloid yang harus diberikan pelan agar tidak menyebabkan fatal aritmia. Sedangkan &ikarbonat natrium dapat diberikan untuk koreksi dari acidosis metabolic pada gagal ginjal, alkalinisasi kandung kemih dan alkalinisasi darah.

,airan kristaloid merupakan cairan untuk resusitasi a(al pada pasien dengan syok hemoragik dan septic syok seperti pasien luka bakar, pasien dengan trauma kepala untuk menjaga tekanan perfusi otak, dan pasien dengan plasmaphersis dan reseksi hepar. Jika /-) 1 cairan kristaloid telah diberikan, dan respon hemodinamik tidak adekuat, cairan koloid dapat diberikan. ebanyakan jenis kehilangan cairan intraoperati%e adalah isotonik, maka yang biasa digunakan adalah replacement type solution, tersering adalah 9inger 1aktat. 6alaupun sedikit hypotonic, kira-kira '## m1 air per ' liter mengandung Aa serum '/# m;J>1, 9inger 1aktat mempunyai komposisi yang mirip dengan cairan eCtraselular dan paling sering dipakai sebagai larutan fisiologis. 1aktat yang ada didalam larutan ini dikon%ersi oleh hati sebagai bikarbonat. Jika larutan salin diberikan dalam jumlah besar, dapat menyebabkan dilutional acidosis hyperchloremic oleh karena Aa dan ,l yang tinggi .'-) m;J>103 konsentrasi bikarbonat plasma menurun dan konsentrasi ,lorida meningkat. 1arutan saline baik untuk alkalosis metabolic hipokloremik dan mengencerkan Packed 9ed ,ell untuk transfusi. 1arutan D-6 digunakan untuk megganti deficit air dan sebagai cairan pemeliharaan pada pasien dengan restriksi Aatrium. ,airan hipertonis /$ digunakan pada terapi hiponatremia simptomatik yang berat. ,airan / L 2,-$ disarankan dipakai untuk resusitasi pada pasien dengan syok hipo%olemik. ,airan ini diberikan lambat karena dapat menyebabkan hemolisis. !abel / 3 Jenis ,airan ristaloid
,airan -$ deCtrose in (ater .D-60 Aormal saline .AS0 D- N AS D- O AS D- AS 9inger laktat .910 D- 91 O AS /$ S -$S 2,-$ AaE,</ <smolaritas Eypo .+-/0 8so . /#"0 8so . /--0 Eypo .)/+0 Eypo .-"*0 8so . +2/0 Eypo .-+-0 Eypo .'-)0 Eypo .'#+*0 Eypo .'2'#0 Eypo .'2"*0 AaM .m;J>10 '-) /".22 '-) '/# '/# 22 -'/ "-"7/
M

.m;J>10 '-) /",22 '-) '#7 '#7 22 -'/ "--

"

Plasmalyte

8so . +7)0

')#

7"

Dikutip dari 3 5organ 4;, 5ikhail S5, 5urray J5. :luid 5anagement and !ransfusion in3 ,linical Anesthesiology. )th ed. Ae( Gork3 5c4ra(-Eill ,ompanyH +##*.

2.2.2. Ko oi' oloid mempunyai aktifitas osmotik dari molekul dengan berat jenis besar dari cairan koloid untuk menjaga cairan yang ada di intra%ascular. 6alaupun (aktu paruh dari cairan kristaloid dalam intra%ascular +#-/# menit, kebanyakan cairan koloid mempunyai (aktu paruh dalam intra%ascular /-* jam. @olume yang lebih kecil dari koloid diperlukan untuk resusitasi sedikit berefek menjadi edema. Pemeliharaan dari plasma Coloid Osmotik Pressure .,<P0 sangat berguna tidak seperti kristaloid, tapi koloid tidak mengandung faktor pembekuan atau sistem enzim plasma lainnya. &iasanya indikasi pemakaian cairan koloid adalah 3 '. 9esusitasi cairan pada pasien dengan deficit cairan intra%ascular yang berat . misal 3 syok hemoragik 0 sampai ada transfusi darah. +. 9esusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat atau keadaan dimana ehilangan protein dalam jumlah besar seperti luka bakar. Pada pasien luka bakar, koloid diberikan jika luka bakar B/#$ dari luas permukaan tubuh atau jika B /-) 1 larutan kristaloid telah diberikan lebih dari '"+) jam setelah trauma. &anyak klinisi juga memberikan cairan koloid berbarengan dengan cairan kristaloid ketika dibutuhkan cairan pengganti sebanyak /-) 1 sebelum dilakukan transfusi. Perlu diperhatikan bah(a cairan ini tersedia dalam normal saline .,l')--'-) m;J>10 dan dapat menyebabkan asidosis metabolik hiperkloremik. &eberapa klinisi menggunakan cairan koloid yang dikombinasi dengan kristaloid bila dibutuhkan cairan pengganti lebih dari /-) 1 untuk transfuse. Earus dicatat bah(a cairan ini adalah normal saline . ,l ')- L '-) m;J>1 0 dan dapat juga menyebabkan asidosis metabolic hiperkloremik. ,airan koloid berasal dari protein plasma atau polimer glukosa sintetik.

oloid yang berasal dari darah termasuk albumin . -$ dan +- $ 0 dan fraksi plasma protein . -$ 0. eduanya dipanaskan *# derajat selama '# jam untuk meminimalkan resiko dari hepatitis dan penyakit %irus lain. Jika permeabiltas membran masih utuh, koloid seperti albumin atau hydroCyethyl strach biasanya memperluas %olume plasma ketimbang %olume cairan interstitial. 1arutan koloid terkonsentrasi .contoh3 albumin +-$0 menimbulkan tekanan onkotik yang cukup untuk mentranslokasi %olume substansial dari %olume cairan interstitial ke %olume plasma. Perluasan %olume plasma yang tidak diikuti dengan perluasan %olume cairan interstitial menghasilkan keuntungan seperti kebutuhan cairan yang lebih sedikit, edema perifer dan pulmonal yang sedikit, dan menurunkan risiko kardiopulmonal dari mobilisasi cairan lanjut. oloid sintetik termasuk DeCtrose starches dan gelatin. 4elatin berhubungan dengan histamine mediated- allergic reaction dan tidak tersedia di =nited States.DeCtran terdiri dari DeCtran 2# . 5acrodeC 0 dan DeCtran )#, yang dapat meningkatkan aliran darah mikrosirkulasi dengan menurunkan %iskositas darah. Pada DeCtran juga ada efek antiplatelet. Pemberian melebihi +# ml>kg>hari dapat menyebabkan masa perdarahan memanjang .DeCtran )#0 dan gagal ginjal. DeCtran dapat juga bersifat antigenic dan anafilaktoid ringan dan berat dan ada reaksi anafilaksis. DeCtan ' . Promit 0 sama dengan DeCtran )# atau deCtran 2# untuk mencegah reaksi anafilaCis berat.Hbekerja seperti hapten dan mengikat setiap antibody deCtran di sirkulasi.

'#

!abel ). Jenis ,airan oloid

erugian dari plasma eCpander yaitu mahal dan dapat menimbulkan reaksi anafilaktik .(alau jarang0 dan dapat menyebabkan gangguan pada Pcross matchQ. &erdasarkan pembuatannya, terdapat + jenis larutan koloid3 a. oloid alami yaitu fraksi protein plasma -$ dan albumin manusia . - dan +,-$0.

''

Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta *#, selama '# jam untuk membunuh %irus hepatitis dan %irus lainnya. :raksi protein plasma selain mengandung albumin ."/$0 juga mengandung alfa globulin dan beta globulin. Prekallikrein activators (Hagemans factor fragments) seringkali terdapat dalam fraksi protein plasma dibandingkan dalam albumin. <leh sebab itu pemberian infus dengan fraksi protein plasma seringkali menimbulkan hipotensi dan kolaps kardio%askuler. b. oloid sintesis yaitu3 '. DeCtran3 DeCtran )# .9heomacrodeC0 dengan berat molekul )#.### dan DeCtran 2# .5acrodeC0 dengan berat molekul *#.###-2#.### diproduksi oleh bakteri Leuconostoc mesenteroides B yang tumbuh dalam media sukrosa. 6alaupun DeCtran 2# merupakan volume expander yang lebih baik dibandingkan dengan DeCtran )#, tetapi DeCtran )# mampu memperbaiki aliran darah le(at sirkulasi mikro karena dapat menurunkan kekentalan .%iskositas0 darah. Selain itu DeCtran mempunyai efek anti trombotik yang dapat mengurangi platelet adhesiveness, menekan akti%itas faktor @888, meningkatkan fibrinolisis dan melancarkan aliran darah. Pemberian DeCtran melebihi +# ml>kg&&>hari dapat mengganggu cross match, (aktu perdarahan memanjang .DeCtran )#0 dan gagal ginjal. DeCtran dapat menimbulkan reaksi anafilaktik yang dapat dicegah yaitu dengan memberikan DeCtran ' .Promit0 terlebih dahulu. +. EydroCylethyl Starch .Eeta starch0 !ersedia dalam larutan *$ dengan berat molekul '#.### L '.###.###, ratarata 2'.###, osmolaritas /'# m<sm>1, dan tekanan onkotik /# mmEg. 5olekulmolekul yang kecil akan dieliminasi oleh ginjal dan molekul besar dihancurkan pertama kali oleh amylase. Pemberian -## ml larutan ini pada orang normal akan dikeluarkan )*$ le(at urin dalam (aktu + hari dan sisanya *)$ dalam (aktu " hari. 1arutan koloid ini juga dapat menimbulkan reaksi anafilaktik dan dapat meningkatkan kadar serum amilase .(alau jarang0. Low molecullar weight

'+

EydroCylethyl starch .Penta-Starch0 mirip Eeta starch, mampu mengembangkan %olume plasma hingga ',- kali %olume yang diberikan dan berlangsung selama '+ jam. arena potensinya sebagai plasma %olume eCpander yang besar dengan toksisitas yang rendah dan tidak mengganggu koagulasi maka Penta starch dipilih sebagai koloid untuk resusitasi cairan pada penderita ga(at. 6alau hydroCyethyl starch, koloid sintetik yang paling sering digunakan, lebih murah dibanding albumin, dosis besarnya .melebihi +# m1>kg>hari0 dapat menimbulkan koagulopati. &aru-baru ini, formulasi hydroCyethyl starch terbaru diperkenalkan dan mengandung campuran yang berbeda dalam ukuran molekular dan terlarut dalam larutan garam dibanding saline #.7$. :ormulasi baru ini juga mengurangi risiko terjadinya koagulopati dan asidosis metabolik hiperkloremik. Akan tetapi, berat molekular yang lebih rendah dari formulasi hetastarch baru ini sedikit mempengaruhi terjadinya koagulopathy. Penyulingan lebih lanjut nampaknya kan terjadi dalam membedakan koloid yang secara klinis digunakan. /. 4elatin 1arutan koloid /,--)$ dalam alanced electrol!te dengan berat molekul rata-rata /-.### dibuat dari hidrolisa kolagen binatang. Ada / macam gelatin, yaitu3 - 5odified fluid gelatin .Plasmion dan Eemacell0 - =rea linked gelatin - <Cypoly gelatin 5erupakan plasma eCpanders dan banyak digunakan pada penderita ga(at. 6alaupun dapat menimbulkan reaksi anafilaktik .jarang0 terutama dari golongan urea linked gelatin. 2.2.4. Imp i%a#i In3u# Kri#ta oi' 'an Ko oi' pa'a Te%anan Intra%rania arena adanya membran kapiler otak, lood" rain arrier, yang impermeabel terhadap natrium, secara kasar merubah osmolalitas serum yang dihasilkan oleh perubahan serum natrium menimbulkan perubahan yang timbal balik pada cairan otak. Pada kelinci yang dibius, pengurangan osmolalitas plasma

'/

dari +7- m<sm>kg ke +"+ m<sm>kg .yang menurunkan tekanan osmotik plasma sampai +-# mmEg0 meningkatkan isi cairan kortikal dan tekanan intrakranialH sebaliknya, penurunan tekanan osmotik koloid dari +# ke 2 mmEg tidak menimbulkan perubahan yang signifikan pada semua %ariabel. emiripan independesi cairan otak dan tekanan intrakranial dengan tekanan osmotik koloid menunjukkan hipoalbumin yang memanjang dan pada he(an setelah iskemia otak bagian depan dan pada luka kriyogenik fokal. Sebaliknya, setelah perkusi cairan pada cedera otak, peningkatan tekanan onkotik koloid dengan hetastarch menurunkan cairan otak dibandingkan dengan pemberian infus saline #.7$. !abel -. euntungan dan erugian Pemberian ,airan 8ntra%ena oloid dengan ristaloid
LARUTAN
Ko oi'

KEUNTUNGAN
@olume infus yang lebih sedikit Pemanjangan peningkatan %olume plasma ;dema perifer yang lebih luas ;dema serebral yang jarang

KERUGIAN
&iaya lebih besar oagulopathy .deCtran B E;S0 ;dema paru .kebocoran kapiler0 Penurunan 1:4 Diuresis osmotik .berat molekular deCtran yang rendah0 Perbaikan hemodinamik yang transien ;dema perifer ;dema paru

Kri#ta oi'

&iaya lebih rendah Arus urin yang lebih banyak 5enggantikan cairan interstitial

E;S, hydroCyethyl starchH 1:4, 1aju :iltrasi 4lomerular Dikutip dari 3 &arash P4, ,ullen &:, Stoelting 9 , ,ahalan 5 , Stock 5,. Eandbook of clinical
anesthesia. *th ed. Philadelphia3 1ippincot (illiams and (ilkinsH +##73'*+

2.2.-. Imp i%a#i K ini# 'a am Pen)aturan Cairan Hipertoni# Pengganti cairan kristaloid dan koloid yang ideal haruslah murah, mampu meminimalkan kejadian edema perifer atau pulmonal, dapat menciptakan efek hemodinamik yang stabil, dan dapat bekerja efektif (alaupun diberikan dalam %olume yang kecil. ,airan hipertonis hipernatremia kelihatannya dapat memenuhi kriteria tersebut. !abel ). 9esusitasi cairan hipertonis 3 keuntungan dan kerugian

')

SOLUTION Hypertonic crystalloi

H+pertoni$ $r+#ta oi' p u# $o oi' *in $ompari#on to h+pertoni$ $r+#ta oi' a one,

ADVANTAGES 8neCpensi%e Promotes urinary flo( Small intestinal %olume 8mpro%ed myocardial contractility Arteriolar dilatation 9educed peripheral edema 1o(er intracranial pressure Sustained hemodynamic response 9educed subseJuent %olume reJuirements

DISADVANTAGES Eypertonicity Subdural hemorrhage !ransient effect

Added eCpense ,oagulopathy .deCtran B E;S0 <smotic diuresis 8mpaired crossmatch .deCtran0 Eypertonicity

Dikutip dari 3 &arash P4, ,ullen &:, Stoelting 9 . Eandbook of clinical anesthesia. -th ed. Philadelphia3 1ippincot 6illiams and 6ilkinsH +##*3 '"2.

Antusiasme penggunaan resusitasi hipertonis dipicu oleh kerja @elasco dkk yang dengan sukses menggunakan %olume kecil .* m1>kg0 dari 2,-$ saline hipertonis sebagai larutan resusitasi pada anjing dengan perdarahan berat. 1arutan hipertonis menimbulkan efek yang menguntungkan terhadap hemodinamik otak karena terdapat hubungan resiprokal antara osmolalitas plasma dan cairan otak. !ekanan intrakranial meningkat selama resusitasi syok hemoragik dengan larutan 9inger 1aktat, tetapi tetap tidak berubah bila 2,-$ saline diinfuskan dalam %olume yang cukup untuk memperbaiki hemodinamik sistemik. &agaimanapun, peningkatan tekanan intrakranial perlahan-lahan akan menghilang. Perlambatan dari peningkatan tekanan intrakranial dilaporkan setelah resusitasi hipertonis dari syok hipo%olemi disertai oleh lesi massa inrakranial. Sebagai tambahan, peningkatan hemodinamik sistemik dihasilkan oleh resusitasi hipertonis dalam (aktu singkat. Strategi untuk memanjangkan efek terapeutik selama /#-*# menit meliputi infus berlanjut dari cairan hipertonis, penggantian dengan darah atau cairan kon%ensional, atau penambahan koloid untuk resusitasi hipertonis. Selain perhatian terhadap disfungsi sistem saraf sentral karena hipotonisitas dan hiponatremia berkaitan dengan saline hipertonis, peningkatan

'-

akut natrium serum dari '-- m;J>1 menjadi '*# m;J>1 tidak menimbulkan gejala-gejala yang tampak pada pasien yang diresusitasi dengan saline hipertonis. +./.*. Kebutuhan Peme iharaan untu% Air1 Natrium1 'an Ka ium Pada de(asa yang sehat, air yang cukup dibutuhkan untuk menyeimbangkan gastrointestinal loss .'## - +## m1>hari0, insesi le loss .-##'.### m1>hari0 .setengah dari pernapasan dan setengah lagi dari kutaneous0, dan urinar! loss sebanyak '.### ml>hari. #rinar! loss yang melebihi '.### ml>hari menunjukkan respon fisiologis ekspansi cairan ekstraselular atau ketidakmampuan untuk menahan garam atau air. ebutuhan sehari-hari untuk natrium dan kalium adalah sebanyak 2m;J>1 dan )# m;J>1. Saat mengeluarkan urin sebanyak '####ml akan kehilangan kalium kurang lebih '# m;J>1. 5aka dari itu, indi%idu de(asa sehat dengan berat 2# kg memerlukan +.-## m1>hari air mengandung konsentrasi natrium /# m;J>1 dan konsentrasi kalium '- sampai +# m;J>1. Secara intraoperatif, cairan mengandung air bebas natrium .cotoh3 konsentrasi natrium I'/# m;J>10 jarang digunakan pada indi%idu de(asa, karena kebutuhan untuk mengganti kehilangan cairan isotonik dan risiko terjadinya hiponatremia postoperatif. !abel 2. ebutuhan Pemeliharaan ,airan Berat *%), 1(1/ 11(2/ 21(n mL5%)56am ) + ' mL5%)5hari '## -# +#

Dikutip dari 3 &arash P4, ,ullen &:, Stoelting 9 , ,ahalan 5 , Stock 5,. Eandbook of clinical
anesthesia. *th ed. Philadelphia3 1ippincot (illiams and (ilkinsH +##73'*#

Dahulu cairan intra%ena mengandung glukosa digunakan untuk mencegah terjadinya hipoglikemia dan membatasi katabolisme protein. Akan tetapi, karena adanya respon hiperglikemik yang berhubungan dengan stres bedah, hanya bayi dan pasien yang mendapat insulin atau obat-obatan yang mempengaruhi sintesis glukosa yang berisiko tinggi untuk terjadinya hipoglikemia. Eiperglikemia

'*

iatrogenik dapat membatasi efektifitas resusitasi cairan dengan menginduksi diuresis osmotic. 2.4. Kebutuhan Cairan Be'ah Kehi an)an $airan 'an e e%tro it. Pasien bedah memerlukan kebutuhan cairan pengganti dari %olume plasma dan %olume ekstraselular yang secara sekunder keluar melalui luka atau edema luka bakar, ascites, dan sekresi gastrointestinal. 1uka dan edema luka bakar dan cairan ascites merupakan cairan kaya protein dan mengandung elektrolit dengan konsentrasi yang serupa dengan plasma. 5eski sekresi gastrointestinal komposisinya sangat ber%ariasi, komposisi dari cairan pengganti tidak perlu serupa bila cairan ekstraselular masih adekuat dan fungsi renal serta kardio%askular masih normal. kalium, magnesium, phosphate0. ehilangan yang utama dari cairan gastrointestinal memerlukan elektrolit pengganti yang akurat .contoh3 ehilangan cairan gastrik yang kronik dapat menimbulkan alkalosis metabolik hipokloremik yang dapat dikoreksi dengan larutan saline #.7$H diare kronik dapat menimbulkan asidosis metabolik hiperkloremik yang dapat dicegah atau dikoreksi dengan infus yang mengandung bicarbonat atau lactate. &ila fungsi renal dan cardio%askular terganggu, cairan pengganti yang lebih tepat memerlukan pemeriksaan yang sering dari serum elektrolit. Perpin'ahan $airan #e ama pembe'ahan. Pemberian cairan pengganti intraoperatif harus mempertimbangkan akumulasi cairan ekstra%askular pada jaringan yang dimanipulasi pada pembedahan. 5aka dari itu, panduan telah dibuat untuk pemberian cairan pengganti pada prosedur pembedahan. 9umus paling sederhana digunakan untuk pemeliharaan cairan dan penggantian darah yang hilang, )-* m1>kg>jam untuk prosedur dengan trauma minimal, *-" m1>kg>jam dengan trauma sedang, dan "-'+ m1>kg>jam dengan trauma yang ekstrim. Akan tetapi, rumus untuk pemberian cairan pengganti pada intraoperatif akan didiskusikan kembali dan kemungkinan akan dirumuskan kembali dalam beberapa tahun ke depan. =ji klinik menunjukkan bah(a tatalaksana cairan perioperatif dapat mempengaruhi baik minor maupun mayor morbiditas dan

'2

pengaruh tersebut berkaitan dengan jenis operasi yang dilakukan dan jenis cairan yang digunakan. Gogendran dkk mengacak +## ASA 8-88, pasien bedah ra(at jalan yang mendapat +# m1>kg atau + m1>kg Plasmalyte bolus selama /# menit sebelum pembedahanH pasien yang mendapat dosis yang lebih tinggi mengurangi kehausan postoperasi, kekantukan, sakit kepala, dan muntah. Eolte dkk mengacak )" pasien ASA 8-88 yang menjalani laparoskopik, kolesistotomi, mendapat baik 'm1>kg ataupun )# m1>kg 91 intraoperatifH pemberian dosis yang lebih tinggi berhubungan dengan perbaikan fungsi paru dan kapasitas akti%itas postoperasi, mengurangi respon stres neurohumoral, dan perbaikan dalam muntah, perasaan sehat, kehausan, sakit kepala, kantuk, fatigue, dan fungsi keseimbangan. Sebaliknya, &randstrup dkk mengacak '2+ pasien bedah kolon elektif dengan tatalaksana cairan perioperatif restriktif atau talaksana cairan perioperatif standar dengan tujuan primer menjaga berat badan preoperatif pada kelompok dengan cairan restriktif. standar. elompok cairan restriktif menerima cairan perioperatif yang lebih sedikit dan mendapat I' kg kebalikan dari B/ kg pada kelompok terapi omplikasi postoperatif secara signifikan lebih sedikit pada kelompok omplikasi kardiopulmonal dan penyembuhan jaringan secara cairan restriktif.

signifikan juga berkurang dan berhubungan dengan restriksi cairan. 2.4.1. Cairan Perioperati3 4angguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor preoperatif, perioperatif dan postoperatif.'# :aktor-faktor preoperatif3 '. ondisi yang telah ada Diabetes mellitus, penyakit hepar, atau insufisiensi renal dapat diperburuk oleh stres akibat operasi. +. Prosedur diagnostik Arteriogram atau pyelogram intra%ena yang memerlukan marker intra%ena dapat menyebabkan ekskresi cairan dan elektrolit urin yang tidak normal karena efek diuresis osmotik.

'"

/. Pemberian obat Pemberian obat seperti steroid dan diuretik dapat mempengaruhi eksresi air dan elektrolit ). Preparasi bedah ;nema atau laksatif dapat menyebabkan peningkatan kehilangan air dan elekrolit dari traktus gastrointestinal. -. Penanganan medis terhadap kondisi yang telah ada *. 9estriksi cairan preoperatif Selama periode * jam restriksi cairan, pasien de(asa yang sehat kehilangan cairan sekitar /##--## m1. ehilangan cairan dapat meningkat jika pasien menderita demam atau adanya kehilangan abnormal cairan. 2. Defisit cairan yang telah ada sebelumnya Earus dikoreksi sebelum operasi untuk meminimalkan efek dari anestesi. :aktor Perioperatif3 '. 8nduksi anestesi Dapat menyebabkan terjadinya hipotensi pada pasien dengan hipo%olemia preoperatif karena hilangnya mekanisme kompensasi seperti takikardia dan %asokonstriksi. +. /. ). ehilangan darah yang abnormal ehilangan abnormal cairan ekstraselular ke third space .contohnya kehilangan cairan ekstraselular ke dinding dan lumen usus saat operasi0 ehilangan cairan akibat e%aporasi dari luka operasi .biasanya pada luka operasi yang besar dan prosedur operasi yang berkepanjangan. :aktor postoperatif3 '. Stres akibat operasi dan nyeri pasca operasi +. Peningkatan katabolisme jaringan /. Penurunan %olume sirkulasi yang efektif ). 9isiko atau adanya ileus postoperatif 4angguan cairan, elektrolit dan asam basa yang potensial terjadi perioperatif adalah 3

'7

'. Eiperkalemia +. Asidosis metabolik /. Alkalosis metabolik ). Asidosis respiratorik -. Alkalosis repiratorik !rauma, pembedahan dan anestesi akan menimbulkan perubahanperubahan pada keseimbangan air dan metabolisme yang dapat berlangsung sampai beberapa hari pasca trauma atau bedah. Perubahan-perubahan tersebut terutama sebagai akibat dari kerusakan sel di lokasi pembedahan, kehilangan dan perpindahan cairan baik lokal maupun umum, pengaruh puasa prabedah, selama pembedahan dan pascabedah, terjadi peningkatan metabolisme, kerusakan jaringan dan fase penyembuhan." Perubahan yang terjadi meliputi perubahanperubahan hormonal seperti3 '. adar adrenalin dan non adrenalin meningkat sampai hari ketiga pasca bedah atau trauma. Sekresi hormon monoamin ini kebih meningkat lagi bila pada penderita tampak tanda-tanda sepsi, syok, hipoksia dan ketakutan. +. adar glukagon dalam plasma juga meningkat yaitu gro(th hormone dan adrenocorticotropic hormone .A,!E0. !rauma atau stres akan merangsang hipotalamus sehingga dikeluarkan corticotropin releasing factor yang merangsang kelenjar pituitaria anterior untuk mensekresi A,!E. Peningkatan kadar A,!E dalam sirkulasi menyebabkan glukokortikoid plasma meningkat sehingga timbul hiperglikemia, glikolisis dan peninggian kadar asam lemak. ). adar hormon antidiuretik .ADE0 mengalami peningkatan yang berlangsung sampai hari ke +-) pasca bedah>trauma. 9espon dari trauma ini akan mengganggu pengaturan ADE yang dalam keadaan normal banyak dipengaruhi oleh osmolalitas cairan ekstraseluler. /. Sekresi hormon dari kelenjar pituitaria anterior juga mengalami peningkatan

+#

-. Akibat peningkatan A,!E, sekresi aldosteron juga meningkat. Setiap penurunan %olume darah atau cairan ektraseluler selalu menimbulkan rangsangan untuk pelepasan aldosteron. *. adar prolaktin juga meninggi terutama pada (anita dibandingkan dengan laki-laki. Derajat perubahan-perubahan tersebut di atas sangat ber%ariasi bagi setiap indi%idu tergantung dari beberapa faktor seperti rasa sakit dan kualitas analgesi, rasa takut dan sedasi yang diberikan, komplikasi penyulit pada pasca bedah>trauma .syok, perdarahan, hipoksia atau sepsis0, keadaan umum penderita, berat dan luasnya trauma. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan menjadi pegangan dalam pemberian cairan perioperatif, yaitu 3 '. ebutuhan normal cairan dan elektrolit harian <rang de(asa rata-rata membutuhkan cairan R /#-/- ml>kg&&>hari dan elektrolit utama AaMS'-+ mmol>kg&&>hari dan
M

S 'mmol>kg&&>hari.

ebutuhan tersebut merupakan pengganti cairan yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat .le(at kulit0 dan pengeluaran le(at paru atau dikenal dengan insensible (ater losses. ,airan yang hilang ini pada umumnya bersifat hipotonus .air lebih banyak dibandingkan elektrolit0. +. Defisit cairan dan elektrolit pra bedah Eal ini dapat timbul akibat dipuasakannya penderita terutama pada penderita bedah elektif .sektar *-'+ jam0, kehilangan cairan abnormal yang seringkali menyertai penyakit bedahnya .perdarahan, muntah, diare, diuresis berlebihan, translokasi cairan pada penderita dengan trauma0, kemungkinan meningkatnya insensible (ater loss akibat hiper%entilasi, demam dan berkeringat banyak. Sebaiknya kehilangan cairan pra bedah ini harus segera diganti sebelum dilakukan pembedahan. /. ehilangan cairan saat pembedahan a. Perdarahan

+'

Secara teoritis perdarahan dapat diukur dari 3 &otol penampung darah yang disambung dengan pipa penghisap darah .suction pump0 Dengan cara menimbang kasa yang digunakan sebelum dan setelah pembedahan. asa yang penuh darah .ukuran )C) cm0 mengandung R '# ml darah, sedangkan tampon besar .laparatomy pads0 dapat menyerap darah R '##-'# ml. Dalam prakteknya jumlah perdarahan selama pembedahan hanya bisa ditentukan berdasarkan kepada taksiran .perlu pengalaman banyak0 dan keadaan klinis penderita yang kadang-kadang dibantu dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit berulang-ulang .serial0. Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit lebih menunjukkan rasio plasma terhadap eritrosit daripada jumlah perdarahan. esulitan penaksiran akan bertambah bila pada luka operasi digunakan cairan pembilas .irigasi0 dan banyaknya darah yang mengenai kain penutup, meja operasi dan lantai kamar bedah. b. ehilangan cairan lainnya Pada setiap pembedahan selalu terjadi kehilangan cairan yang lebih menonjol dibandingkan perdarahan sebagai akibat adanya e%aporasi dan translokasi cairan internal. ehilangan cairan akibat penguapan .e%aporasi0 akan lebih banyak pada pembedahan dengan luka pembedahan yang luas dan lama. Sedangkan perpindahan cairan atau lebih dikenal istilah perpindahan ke ruang ketiga atau seJuestrasi secara masif dapat berakibat terjadi defisit cairan intra%askuler. Jaringan yang mengalami trauma, inflamasi atau infeksi dapat mengakibatkan seJuestrasi sejumlah cairan interstitial dan perpindahan cairan ke ruangan serosa .ascites0 atau ke lumen usus. Akibatnya jumlah cairan ion fungsional dalam ruang ekstraseluler meningkat. Pergeseran cairan yang terjadi tidak dapat dicegah dengan cara membatasi cairan dan dapat merugikan secara fungsional cairan dalam kompartemen ekstraseluler dan juga dapat merugikan fungsional cairan dalam ruang ekstraseluler. ). 4angguan fungsi ginjal

++

!rauma, pembedahan dan anestesia dapat mengakibatkan3 1aju :iltrasi 4lomerular .4:9 S 4lomerular :iltration 9ate0 menurun. 9eabsorbsi AaM di tubulus meningkat yang sebagian disebabkan oleh meningkatnya kadar aldosteron. 5eningkatnya kadar hormon anti diuretik .ADE0 menyebabkan terjadinya retensi air dan reabsorpsi AaM di duktus koligentes .collecting tubules0 meningkat. 4injal tidak mampu mengekskresikan Pfree (aterQ atau untuk menghasilkan urin hipotonis. 2.4.2. Pen))antian De3i#it Cairan Prabe'ah Defisit cairan karena persiapan pembedahan dan anestesi .puasa, la%ement0 harus diperhitungkan dan sedapat mungkin segera diganti pada masa pra-bedah sebelum induksi. Setelah dari sisa defisit yang masih ada diberikan pada jam pertama pembedahan, sedangkan sisanya diberikan pada jam kedua berikutnya. ehilangan cairan di ruang ;,: ini cukup diganti dengan ciran hipotonis seperti garam fisiologis, 9inger 1aktat dan DeCtrose. Pada penderita yang karena penyakitnya tidak mendapat nutrisi yang cukup maka sebaiknya diberikan nutrisi enteral atau parenteral lebih dini lagi. Penderita de(asa yang dipuasakan karena akan mengalami pembedahan .elektif0 harus mendapatkan penggantian cairan sebanyak + ml>kg&&>jam lama puasa. Defisit karena perdarahan atau kehilangan cairan .hipo%olemik, dehidrasi0 yang seringkali menyertai penyulit bedahnya harus segera diganti dengan melakukan resusitasi cairan atau rehidrasi sebelum induksi anestesi." 2.4.2. Terapi Cairan Se ama Pembe'ahan Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung berdasarkan kebutuhan dasar ditambah dengan kehilangan cairan akibat pembedahan .perdarahan, translokasi cairan dan penguapan atau e%aporasi0. Jenis cairan yang diberikan tergantung kepada prosedur pembedahannya dan jumlah darah yang hilang.

+/

'. Pembedahan yang tergolong kecil dan tidak terlalu traumatis misalnya bedah mata .ekstrasi, katarak0 cukup hanya diberikan cairan rumatan saja selama pembedahan. +. Pembedahan dengan trauma ringan misalnya3 appendektomi dapat diberikan cairan sebanyak + ml>kg&&>jam untuk kebutuhan dasar ditambah ) ml>kg&&>jam untuk pengganti akibat trauma pembedahan. !otal yang diberikan adalah * ml>kg&&>jam berupa cairan garam seimbang seperti 9inger 1aktat atau Aormosol-9. /. Pembedahan dengan trauma sedang diberikan cairan sebanyak + ml>kg&&>jam untuk kebutuhan dasar ditambah " ml>kg&&>jam untuk pembedahannya. !otal '# ml>kg&&>jam. ). Penggantian darah yang hilang ehilangan darah sampai sekitar +#$ ;&@ .;stimated &lood @olume0, akan menimbulkan gejala hipotensi, takikardi dan penurunan tekanan %ena sentral. ompensasi tubuh ini akan menurun pada seseorang yang akan mengalami pembiusan .anestesi0 sehingga gejala-gejala tersebut seringkali tidak begitu tampak karena depresi komponen %asoaktif. !abel ". Perkiraan %olume darah =mur Aeonatus Premature :ull-term 8nfants De(asa 1aki-laki Perempuan 7- m1> g "- m1> g "# m1> g 2- m1> g *- m1> g @olume Darah

Dikutip dari 3 5organ 4;, 5ikhail 5S, 5urray 5G. :luid management and transfusion. 8n3 ,linical anesthesiology. )th ed. =SA3 5c4ra(-Eill, +##*H *7*.

+)

6alaupun %olume cairan intra%askuler dapat dipertahankan dengan larutan kristaloid, pemberian transfusi darah tetap harus menjadi bahan pertimbangan berdasarkan3 a. eadaan umum penderita .kadar Eb dan hematokrit0 sebelum pembedahan b. Jumlah>penaksiran perdarahan yang terjadi c. Sumber perdarahan yang telah teratasi atau belum. d. f. eadaan hemodinamik .tensi dan nadi0 alau mungkin hasil serial pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit. g. =sia penderita Sebagai patokan kasar dalam pemberian transfusi darah3 - ' unit sel darah merah .P9, S Packed $ed Cell0 dapat menaikkan kadar hemoglobin sebesar 'gr$ dan hematokrit +-/$ pada de(asa. - !ransfusi '# cc>kg&& sel darah merah dapat menaikkan kadar hemoglobin /gr$. 5onitor organ-organ %ital dan diuresis, berikan cairan secukupnya sehingga diuresis R ' ml>kg&&>jam. 2.4.4. Terapi Cairan Pa#$abe'ah !erapi cairan pasca bedah ditujukan terutama pada hal-hal di ba(ah ini3 '. Pemenuhan kebutuhan dasar>harian air, elektrolit dan kalori>nutrisi. ebutuhan air untuk penderita di daerah tropis dalam keadaan basal sekitar R -# ml>kg&&>+) jam. Pada hari pertama pasca bedah tidak dianjurkan pemberian kalium karena adanya pelepasan kalium dari sel>jaringan yang rusak, proses katabolisme dan transfusi darah. Akibat stress pembedahan, akan dilepaskan aldosteron dan ADE yang cenderung menimbulkan retensi air dan natrium. <leh sebab itu, pada +-/ hari pasca bedah tidak perlu pemberian natrium. Penderita dengan keadaan umum baik dan trauma pembedahan minimum, pemberian karbohidrat '##-'-# mg>hari cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan kalori dan dapat menekan pemecahan protein sampai -#$ kadar albumin harus dipertahankan melebihi /,- gr$. Penggantian cairan pasca bedah cukup dengan e. Jumlah cairan kristaloid dan koloid yang telah diberikan

+-

cairan hipotonis dan bila perlu larutan garam isotonis. !erapi cairan ini berlangsung sampai penderita dapat minum dan makan. +. 5engganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah3 - Akibat demam, kebutuhan cairan meningkat sekitar '-$ setiap kenaikan 'T, suhu tubuh - Adanya pengeluaran cairan lambung melalui sonde lambung atau muntah. - Penderita dengan hiper%entilasi atau pernapasan melalui trakeostomi dan humidifikasi. /. 5elanjutkan penggantian defisit cairan pembedahan dan selama pembedahan yang belum selesai. &ila kadar hemoglobin kurang dari '# gr$, sebaiknya diberikan transfusi darah untuk memperbaiki daya angkut oksigen. ). oreksi terhadap gangguan keseimbangan yang disebabkan terapi cairan tersebut. 5onitoring organ-organ %ital dilanjutkan secara seksama meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, diuresis, tingkat kesadaran, diameter pupil, jalan nafas, frekuensi nafas, suhu tubuh dan (arna kulit. 2.-. Sho$% Shock adalah sindroma klinis akibat kegagalan sirkulasi dalam mencukupi kebutuhan oksigen jaringan tubuh. H+po"o emi$ #ho$% Penyebabnya adalah %olume intra%askuler berkurang akibat perdarahan, kehilangan cairan .diare, luka baker, muntah-muntah0. Pada kehilangan cairan akibat muntah-muntah, diare atau luka bakar, sering terjadi dehidrasi. !abel 7 3!anda linis Dehidrasi
Defisit Eemodinamik 9ingan /--$ !akikardi Aadi lemah 1idah kering Sedang *-"$ !akikardi Aadi sangat lemah @olume collapse Eipotensi ortostatik 1idah keriput &erat B'#$ !akikardi Aadi tak teraba Akral dingan Sianosis Atonia

Jaringan

+*

=rine SSP

!urgor turun Pekat 5engantuk

!urgor kurang Jumlah turun apatis

!urgor buruk <liguria koma

Dikutip dari 3 1eksana ;. !erapi ,airan dan ;lektrolit. Semarang 3 &agian Anestesi dan !erapi 8ntensif
:akultas edokteran =ni%ersitas Diponegoro.

!indakan '. !entukan defisit +. atasi shock 3 cairan infuse +# ml> g dalam ' jam, dapat diulang /. sisa deficit 3 - -#$ dalam " jam pertama - -#$ dalam '* jam berikutnya ,airannya 9inger laktat atau Aa,l #.7$. !elah rehidrasi bila urine #,--' ml> g&& Jika terjadi pada de(asa perdarahan B '-$ ;&@ perlu dilakukan transfuse darah, sedangkan pada bayi dan anak bila perdarahan B '#$ ;&@. sedangkan untuk koloid sebanyak jumlah darah yang hilang. !ransfuse dengan 3 '. 6hole &lood 3 .Eb U L Eb pasien0 C && C * +. Packed 9ed ,ell 3 .Eb U L Eb pasien0 C && C / 2.-.2. Car'io)eni$ Sho$% Penyebab cardiogenic shock adalah gangguan kontraktilitas miokardium. !erapi yang diberikan adalah pemberian cairan melalui infuse untuk memperbaiki sirkulasi dan pemberian obat inotropik. Pada keadaan tekanan darah sangat rendah, harus diberikan obat yang berefek inotropic dan %asopresor yaitu nor epinephrine sehingga dengan terapi tersebut dapat memperbaiki fungsi miokardium. 2.-.2. 7b#tru$ti"e #ho$% Penyebab obstructi%e shock adalah hambatan aliran darah menuju jantung .%enous return0 akibat tension pneumothoraC dan cardiac tamponade. Penderita perlu diberikan terapi untuk menghilangkan sumbatan melalui pemberian cairan &ila menggunakan cairan cristaloid, menggunakan / kali %olume darah yang hilang,

+2

kristaloid isotonic untuk mempertahankan %olume intra%ascular maupun melalui pembedahan.

2.-.4. Di#tributi"e Sho$% a. Anaphylactic Shock Pada penderita yang mengalami Anaphylactic Shock dapat dilakukan tindakan3 &aringkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi Adrenaline 3 de(asa #,/-#,- mg sc sedangkan anak #,#' mg>kg sc .larutan '3'###0 sehingga dapat meningkatkan kontraktilitas miokard, %asokontriksi %ascular, meningkatkan tekanan darah dan bronkodilatasi. Pasang infuse Aa,l #,#7$ ortikosteroid yaitu deCamethasone #,+ mg>kg i.%. bila terjadi bronkospasme dapat diberikan aminophyline --* mg>kg i.% bolus pelan dan dilanjutkan drips #,)-#,7 mg>kg>min b. Aeurogenic Shock Aeurogenic Shock sering terjadi pada cer%ical atau high thoracic spinal cord injury, dengan tanda klinisnya hipotensi disertai bradikardia serta gangguan neurologist paralysis flaksid dan refleks ekstrimitas hilang. Pada penderita ini dapat diberikan terapi %asopressor dan resusitasi cairan. c. Septic Shock Penyebab septic shock adalah sistemik inflammatory respons sindrom akibat infeksi. Pada septic shock terjadi %asoldilatasi akibat S@9 turun dan terjadi kebocoran kapiler difus akibat permeabilitas endothelial %ascular meningkat sehingga preload sangat turun dan perfusi menjadi buruk. Pasien dengan septic shock dapat diberikan terapi antibiotika, stabilkan hemodinamik dengan memberikan terapi cairan yang sesuai yaitu koloid dengan &5 sedang .'##.###-+##.### dalton0 seperti :85A E;S +## karena tergolong hyperdinamic shock, %asopresor dan inotropik, pemberian oksigen dan gamma @enin P.

+"

2.8. Sep#i# Sepsis adalah S89S akibat infeksi yang ditandai dengan3 temperature B /"#, atau I /*#,, heart rate B 7# kali> menit, 9espiratory rate B +# kali> menit atau Pa,<+ I /+, dan leukosit B '#.### cells>mm/ atau I )### cells>mm/. Pada pasien sepsis, dapat diberikan terapi 3 '. Antibiotik, sebaiknya sesuai kultur dan tes sensiti%itas +. Stabilkan hemodinamik yaitu a. terapi cairan, diberikan koloid dengan &5 sdang agar dapat memperlancar sirkulasi dan menyumbat kebocoran kapiler difus b. terapi %asopresor seperti norepinephrine, dopamine, epinephrine atau phenylepinephrine c. terapi inotropic yaitu dobutamin

+7

BAB III PENUTUP

!ubuh manusia terdiri dari zat padat dan zat cair. Distribusi cairan tubuh manusia de(asa adalah )#$ zat padat dari berat badan, dan sisanya *#$ berupa zat cair. Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dan kompartemen ekstraselular. intra%askular dan intersisial. !erapi cairan merupakan suatu tindakan pemberian air dan elektrolit dengan atau tanpa zat gizi kepada pasien-pasien yang mengalami dehidrasi dan tidak bisa dipenuhi oleh asupan oral biasa melalui minum atau makanan. !erapi cairan intra%ena meliputi infus kristaloid, koloid, atau kombinasi keduanya. !erapi cairan dapat diberikan dalam keadaan tertentu yang bertujuan untuk menyelamatkan ji(a pasien shock karena dehidrasi akut dan berat atau perdarahan, sepsis maupun pada pasien pembedahan. ompartemen ekstraselular dibagi menjadi cairan

/#

DA&TA9 PUSTAKA
'. +. 5organ 4;, 5ikhail S5, 5urray J5. :luid 5anagement and !ransfusion in3 ,linical Anesthesiology. )th ed. Ae( Gork3 5c4ra(-Eill ,ompanyH +##*. &arash P4, ,ullen &:, Stoelting 9 , ,ahalan 5 , Stock 5,. Eandbook of ,linical Anesthesia. *th ed. Philadelphia3 1ippincot (illiams and (ilkinsH +##73 '-7-*/. &arash P4, ,ullen &:, Stoelting 9 . Eandbook of clinical anesthesia. -th ed. Philadelphia3 1ippincot 6illiams and 6ilkinsH +##* ). ;zekiel 59. :lui and ;lectrolyte 5anagement . 8n 3 Eandbook of Anesthesiology. ;d +##)-+##-. ,alifornia3 ,urrent ,linical Strategies Publishing. -. Singer 5, 6ebb A5. :luids. 8n <Cford 3 handbook of ,ritical ,are. + nd ed. =nited States 3 <Cford =ni%ersity Press 8nc H +##- 3 '2/-"' *. 1eksana ;. !erapi ,airan dan ;lektrolit. Semarang 3 &agian Anestesi dan !erapi 8ntensif :akultas edokteran =ni%ersitas Diponegoro. 2. Eartanto 66. !erapi ,airan dan ;lektrolit Perioperatif. &agian farmakologi kinik dan terapeutik fakultas kedokteran uni%ersitas Padjajaran.+##2. VonlineW Vcited +#'' Jan +-WH a%ailable from =913 EGP;918A http3>>resources.unpad.ac.id>unpad-content>uploads>publikasiXdosen>,airan $+#dan$+#;lektrolit$+#Perioperatif+.pdf

/'

You might also like