Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
DEDEH
04/180706/EKU/0102
INTISARI
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan IQ, prestasi belajar pada siswa
gondok dan tidak gondok di daerah endemic GAKY berat.
Cara Penelitian : rancangan cross-sectional dengan subjek penelitian siswa kelas 4,5
dan 6 yang tinggal di kecamatan Cangkringan, untuk mengetahui grade gondok
dilakukan palpasi oleh 3 orang palpator. Intelegensi dengan cara mengambil data
sekunder skor IQ yang sudah dilakukan oleh lembaga psikologi dengan metoda CFIT
skala 2B. Prestasi belajar diukur dengan memberikan ulangan untuk pelajaran IPA,
IPS dan Matematika. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan chi-square
pada program SPSS for Window 11,5.
Hasil : dari seluruh subjek yang diteliti ( 39 ), siswa yang menderita gondok dengan
grade 1 sebanyak 28 siswa dan yang tidak gondok sebanyak 11 orang.Siswa gondok
yang memiliki IQ diatas rata-rata sebanyak 39,28%, sedangkan sisa yang tidak
gondok yang memiliki IQ diatas rata-rata hamper seimbang yaitu (36,36%). Tidak ada
hubungan antara IQ dengan status gondok (p = 0,870). Prestasi belajar siswa yang
tidak gondok berada diatas rata-rata sebanyak (63,64%) sedangkan pada siswa
gondok ( 42,86%).Tidak terdapat hubungan antara Prestasi belajar dengan status
gondok (p = 0,243).Terdapat hubungan antara IQ dan prestasi belajar dengan (p =
0,0014). Faktor pendukung prestasi belajar berupa bimbingan belajar di rumah dan
kelengkapan buku tidak berhubungan dengan IQ dan prestasi belajar siswa, kesukaan
terhadap mata pelajaran IPA dan IPS tidak berhubungan dengan IQ dan prestasi
tetapi kesukaan terhadap matematika memiliki hubungan dengan IQ dan prestasi dan
matematika merupakan mata pelajaran yang banyak disukai oleh siswa.
Kesimpulan : tidak ada hubungan antara gondok dengan IQ dan prestasi belajar.
Tidak ada hubungan antara factor pendukung prestasi belajar dan ada hubungan
antara prestasi belajar dengan IQ serta ada hubungan antara kesukaan siswa
terhadap mata pelajaran matematika dengan IQ dan prestasi.
PENDAHULUAN
Kekurangan Iodium sebagai zat gizi yang banyak sekali perannya dalam tubuh
dapat menyebabkan anak-anak mengalami penurunan dalam tingkat kesegaran
jasmani, emosi, tingkat intelegensi dan prestasi belajar. Penduduk yang tinggal di
daerah endemik akan mengalami defisit IQ sebesar 13,5 point dibanding dengan
penduduk yang tinggal di daerah yang cukup iodium.
METODE PENELITIAN
Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4 ,5 dan 6 SD Pangukrejo di kecamatan
Cangkringan kabupaten Sleman Yogyakarta, sedangkan jumlah sampel dalam
penelitian ini sama dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 39 siswa meliputi siswa
kelas 4, 5 dan 6.
3
HASIL PENELITIAN
Subjek penelitian terdiri dari 23 siswa laki-laki, 64,28% dari jumlah tersebut
menderita gondok, sedangkan dari 16 siswa perempuan yang menjadi subjek
35,72% yang menderita gondok. Siswa laki-laki lebih banyak yang menderita gondok
daripada siswa perempuan. Hasil uji chi-square tidak ada hubungan antara
pembesaran kelenjar gondok dengan jenis kelamin siswa SD dengan nilai p = 0,282
(p > 0,05).
Dari total 28 siswa yang menderita gondok, terdapat 17 (60.72%) siswa gondok
yang memliliki IQ normal dan 11 (39.28%) siswa gondok yang memiliki IQ diatas rata-
rata. Pada 11 siswa yang tidak menderita gondok terdapat 7 ( 63.64%) siswa memiliki
IQ normal dan 4 ( 36.36%) yang memiliki IQ diatas rata-rata. Hasil uji chi-square tidak
terdapat hubungan antara IQ dengan status gondok dengan nilai p= 0,870.
Dari tabel diatas tampak bahwa prestasi belajar pada siswa yang menderita
gondok terdapat 16 ( 57.14%) ada di bawah rata-rata, sedangkan pada anak yang tidak
gondok terdapat 7(63.64%) siswa yang memiliki prestasi belajar diatas rata-rata. Hasil
uji chi-square tidak terdapat hubungan antara Prestasi belajar dengan status gondok
dengan nilai p = 0,243.
Setelah melihat hasil rata-rata IQ dan prestasi pada siswa kelas 4, 5 dan 6
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tidak hubungan antara IQ dan prestasi pada
anak gondok dengan yang tidak menderita gondok dengan nilai p > 0,05 yaitu 0,870
untuk IQ dan p >0.254 untuk prestasi belajar. Dengan uji beda dipeoleh juga bawa tidak
ada perbedaan IQ dan prestasi belajar dengan status gondok siswa.
5
Faktor pendukung lain yang diperoleh bahwa siswa mendapat bimbingan belajar di
rumah oleh orang tuanya baik oleh ibu atau oleh ayahnya, namun masih ada siswa yang
belajar di rumah tanpa bimbingan ayah/ibu tetapi belajar secara mandiri. Mayoritas siswa
memiliki fasilitas buku yang lengkap karena fihak sekolah menyediakan sarana buku untuk
masing-masing siswa dari bantuan.
7
Faktor pendukung tentang kesukaan siswa terhadap mata pelajaran dan kaitannya
dengan IQ dan prestasi belajar dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Dari 22 siswa yang menyukai mata pelajaran IPA terdapat 12 siswa yang memiliki
prestasi dibawah rata-rata dan 10 siswa memiliki prestasi diatas rata-rata , sedangkan IQ
siswa yang menyukai IPA dalam kategoi normal sebanyak 15 siswa dan 7 siswa yang
memiliki nilai IQ diatas rata-rata. Dari hasil analisa statistik dengan chi-square dan korelasi
tidak terdapat hubungan antara kelompok siswa yang menyukai mata pelajaran IPA
dengan IQ dan prestasi belajar karena p > 0,05 yaitu 0,095 .
Tabel 9. Kesukaan terhadap IPS
Prestasidibawah rata2 Prestasidiatas rata-rata Jumlah
IQ normal 4 (26,66%) 6 (40%) 10 (66,66%)
IQ diatas rata-rata 2 (13,34%) 3 (20%) 5 (33,34%)
6 (40%) 9 (60%) 15 (100%)
Dari 15 siswa yang menyukai mata pelajaran IPS terdapat 4 siswa yang
memiliki prestasi dibawah rata-rata dan 6 siswa memiliki prestasi diatas rata-rata ,
sedangkan IQ siswa yang menyukai IPS dalam kategoi normal sebanyak 4 siswa dan 2
siswa yang memiliki nilai IQ diatas rata-rata. Dari hasil analisa statistik dengan chi-square
dan korelasi tidak terdapat hubungan antara kesukaan siswa terhadap mata pelajaran IPS
dengan IQ dan prestasi belajar karena p = 1.
8
Dari 25 siswa yang menyukai mata pelajaran Matematika terdapat 11 siswa yang
memiliki prestasi dibawah rata-rata dan 4 siswa memiliki prestasi diatas rata-rata ,
sedangkan IQ siswa yang menyukai Matematika dalam kategoi normal sebanyak 2 siswa
dan 8 siswa yang memiliki nilai IQ diatas rata-rata. Dari hasil analisa statistik dengan chi-
square dan korelasi terdapat hubungan yang signifikan antara kesukaan siswa terhadap
mata pelajaran matematika dengan IQ dan prestasi belajar dengan p = 0,005 dengan
kekuatan hubungan yang sedang r = 0.523.
Pembahasan
Test Intelegensi dengan metoda CFIT skala 2 bentuk B yang dalam hal ini
mengungkapkan kemampuan umum (faktor G) yaitu mengukur kemampuan mengingat,
mempersepsi, kecepatan, penalaran, pemahaman, berhitung, komunikasi dan persepsi
mengenai ruang . Test ini menggunakan waktu 12,5 menit sebanyak 46 item. Alat test
sudah memiliki validitas yang tinggi dan pelaksana test adalah para psikolog yang sudah
kompeten di bidangnya, tetapi IQ merupakan suatu hal pengukuran yang juga
dipengaruhi oleh kesalahan-kesalahan dalam pengukuran. Secara umum siswa kelas
4,5 dan 6 SD Pangukrejo masuk dalam kategori kecerdasan rata-rata atau normal.
oleh peneliti sehingga faktor subyektifitas tidak terjadi. Prestasi belajar pada anak yang
tidak gondok memiliki presentasi yang cukup tinggi yaitu 63.63%, sedangkan pada anak
yang menderita gondok terdapat 57.14% anak yang memiliki prestasi di bawah rata-rata.
Hasil uji chi-square dan t-test antara IQ, Prestasi belajar dan gondok pada siswa
dalam penelitian ini tidak terdapat perbedaaan yang bermakna, hal ini dihubungkan
dengan perjalanan terjadinya kekurangan gizi terhadap perkembangan intelegensi, bila
seseorang anak baru mengalami kekurangan gizi setelah masa perkembangan otak yang
pesat, maka gangguan perkembangan intelegensi tidak terjadi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hal tersebut tidak digali secara mendalam dalam penelitian ini karena
rancangan penelitian berupa cross sectional.
Perbedaan angka IQ yang diperoleh dari test intelegensi yang dijalani pada
waktu berbeda tidak selalu menjadi bukti adanya perubahan IQ , perbedaan yang terjadi
dapat dikembalikan penyebabnya pada keterbatasan tes IQ yang dipergunakan,
kekurangfahaman subjek terhadap tes sewaktu dikenai tes atau tidak adanya motivasi
subjek dalam menjawab (Azwar, 2004).
Dari penelitian yang dilakukan Erasmus (2003) juga menyatakan tidak ada
perbedaan bermakna penambahan IQ point antara kelompok yang diberi suplementasi
yodium selama 4 bulan, kemudian hasil penelitian oleh Dhini Anden di Palangkaraya
pada tahun 2003 juga memberikan hasil yang tidak berbeda pada intelegensi dan
prestasi belajar pada anak stunted dan non stunted.
Test IQ yang sudah dilakukan oleh tenaga ahli di bidangnya banyak dipengaruhi
oleh faktor internal siswa seperti motivasi mengerjakan test IQ , suasana psikologis yang
kurang mendukung dan dapat terjadi karena siswa kurang faham terhadap instruksi test.
Menurut Bambang Hartono dalam penelitiannya tentang Perkembangan fetus dalam
kondisi defisiensi Yodium dan cukup yodium tahun 2001 dingkapkan, bila derajat
defisiensinya lebih ringan, seperti yang banyak dialami oleh penduduk yang tinggal di
daerah defisiensi yodium, mereka menderita gangguan fungsi kognitif dan psikomotor
dalam derajat yang lebih ringan, yaitu dalam derajat ringan sampai dengan sedang.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mereka memiliki kapasitas mental yang
subnormal, gangguan-gangguan keseimbangan, kecekatan, ketrampilan, koordinasi
10
visuomotorik, perseptual, fungsi verbal, daya ingat, kecepatan reaksi, serta terganggunya
pengolahan informasi di otak. Penemuan-penemuan ini sebagian besar dilakukan melalui
riset pada anak usia sekolah. Bagaimana patogenesisnya, masih belum jelas benar.
Lemahnya hubungan antara IQ dan prestasi belajar pada penelitian ini dapat
disebabkan karena jumlah sampelnya yang relatif sedikit atau mungkin juga karena
banyak faktor yang dapat mempengaruhi kedua hal diatas tidak diamati dalam penelitian
ini. Telah banyak dikemukakan bahwa IQ dan prestasi merupakan dua ukuran yang
cukup ada keterikatan dan tidak dapat dilihat saling lepas meskipun sebagai 2 dimensi
yang berbeda dari fungsi kognitif, sedangkan yang diramalkan mengalami gangguan
taraf kecerdasan adalah penderita gondok yang berat. Pada penelitian ini siswa gondok
yang menjadi subjek penelitian memiliki gondok grade 1 dan tidak ada yang menderita
gondok grade 2 . Sejalan dengan penelitian terakhir di kecamatan Cangkringan pada
tahun 2005 oleh Jefi Hamamah bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara IQ
dan prestasi belajar antara siswa gondok dan tidak gondok.
Hubungan antara kesukaan siswa terhadap mata pelajaran IPA dan IPS tidak
berhubungan dengan prestasi belajar dan IQ , tetapi memiliki hubungan yang signifikan
pada kesukaan siswa terhadap mata pelajaran matematika. Siswa yang memiliki tingkat
kecerdasan yang relatif lebih tinggi akan lebih mudah menangkap dan mencerna
pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolah dibandingkan dengan anak-anak yang
memiliki tingkat kecerdasan lebih rendah. Siswa yang memiliki intelegensi tinggi tentu
akan lebih mudah dalam menyesuaikan diri dengan situasi sekolah dan mengerjakan
tugas-tugas sekolah dengan hasil yang lebih baik. Pada umumnya, apa yang dicapai
oleh tes prestasi adalah semacam estimasi mengenai posisi relatif (relative standing)
atau jenjang urutan individu menurut tingkat kemampuan atau tingkat performansinya
pada suatu tugas yang kadang-kadang tidak dibatasi dengan jelas (Azwar, 2005).
11
Penelitian Ning tahun 2000 mendapatkan bahwa prestasi matematika anak sekolah
dasar di tiga daerah endemik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Test prestasi lebih mengukur kawasan kognitif mengenai fungsi fikir atau aspek
intelektualitas disamping kawasan afektif yang berkenaan dengan minat dan sikap dan
kawasan psikomotor mengenai aspek keterampilan motorik. Prestasi belajar matematika
mengukur kawasan kognitif pada siswa sehingga memberikan gambaran yang
berhubungan dengan performance IQ dan prestasi belajar. Test intelegensi memberi
gambaran mengenai kelemahan dan kekuatan di berbagai bidang yang dimiliki
seseorang diantara teman sekelompoknya, akan tetapi tidak benar untuk mengatakan
bahwa tes dapat memberikan gambaran keseluruhan mengenai seseorang. Banyak
deskripsi individu yang hanya dapat digali melalui observasi dan cara-cara
pengungkapan yang lain, masih banyak aspek psikologis dalam diri manusia yang masih
belum mampu diungkapkan oleh tes dan oleh instrumen buatan manusia (Azwar,2004).
Kesimpulan
1. Tidak ada hubungan antara intelegensi dan prestasi pada anak gondok dan yang
tidak menderita gondok
2. Terdapat hubungan antara intelegensi dan prestasi belajar pada seluruh siswa
3. Tidak terdapat hubungan antara faktor kesukaan siswa terhadap pelajaran IPA dan
IPS dengan intelegensi dan prestasi belajar
4. Terdapat hubungan antara kesukaan siswa terhadap mata pelajaran matematika
dengan intelegensi dan prestasi belajar
5. Prevalensi gondok anak sekolah di SD Pangukrejo sudah tinggi , ini sejalan
dengan angka prevelensi GAKY di Kecamatan Cangkringan yang sudah termasuk
endemik berat.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Tama. 2003.
Hetzel,B.S. , Dunn, J.T., Stanbury,J.B. The Prevention and Control of Iodine Deficiency
Disorder. Amsterdam: Elsevier, 1987
Khomsan.Ali. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta. 2004.
Kristianti & Yayi. Gondok dan Kecerdasan Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Ngablak,
Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Berita Kedokteran Masyarakat, 1990. VI
930 : 235-37.
Irawan.P.W. Kesulitan Belajar dan Gangguan Bicara . 1991. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang
Lehninger, A.L., 1982. Dasar - Dasar Biokimia. Thena Wijaya, M., 1982
Murray, Robert K.. Biokimia Harper. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. 2003
Saparinah,Sadli. Intelegensi bakat dan Test IQ. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia,
Jakarta.1991.