You are on page 1of 2

Aceh Pasca MoU Vs Aceh Menjelang Pemilu

Kejadian gempa bumi dan tsunami 2004 beberapa tahun yang lalu membawa berita baik terhadap perdamaian di Aceh, karena GAM dan Pemerintah Republik Indonesia mengadakan suatu proses yang disebut dengan gencatan senjata / cease of fire, proses gencatan senjata ini disambut baik oleh kedua belah pihak, sehingga proses menuju ke arah perdamaian pun kian dipupuk dan selang beberapa bulan kemudian perjanjian damai pun segera ditindaklanjuti dan disepakati sehingga menghasilkan suatu Memorandam of Understanding (MoU) di Helsinki, Finlandia yang sering kita dengar dan kita sebut dengan nama MoU Helsinki atau nota kesepahaman Helsinki yang menghasilkan beberapa keputusan yang harus dihormati dan dilaksanakan bersama-sama demi kemaslahatan masyarakat Aceh. Setelah MoU ini diteken maka para pimpinan elite GAM mulai pulang kampung halaman satu per satu yang kebanyakan sudah berpindah warga negara. Elite GAM tersebut seperti pimpinan GAM Almarhum Wali Nanggroe Dr. Muhammad Hasan Ditiro, LLM yang sudah lama merantau dan mengasingkan diri ke luar negeri selama puluhan tahun, kemudian yang lainnya seperti Gubernur Aceh sekarang Doto Zaini Abdullah, Wali Nanggroe Sekarang Yang Mulia Malik Mahmud, Ketua DPRA sekarang Hasbi Abdullah, Bakhtiar Abdullah, Nur Djuli, Dll ikut pulang kampung serta kombatan di Aceh pun ikut turun gunung. Kepulangan mereka ke Aceh disambut dengan hangat oleh masyarakat Aceh, karena sudah lama sekali masyarakat tidak pernah melihat mereka di Aceh. Gayung bersambut, pertandingan olah raga pun dimainkan oleh kedua pihak yang bertikai selama konflik dalam masa damai dengan penuh rasa keakraban, dan pemotongan senjata di Blang Padang dan beberapa tempat lainnya di Aceh pun dilaksanakan oleh AMM dibawah pimpinan Pieter Cornelis Feith yang berkebangsaan Belanda. Sejak saat itu Aceh sangat aman, sejahtera dan damai, dan proses damai tersebut rupanya tidak bertahan lama, karena sekarang banyak sekali terjadi keributan disana-sini, pembakaran disana-sini, penembakan disana-sini, penculikan disana-sini berdasarkan berita-berita yang kita baca di koran-koran. Perselisihan sekarang yang terjadi justru kita sering mendengar oleh partai lokal, dimana kita sering mendengar Partai Aceh (PA) Pimpinan Mualem dan Partai Nasional Aceh (PNA) Punya Tungku Agam saling berselisih paham, kedua partai ini merupakan partai bentukan mantan kombatan yang diamanatkan dalam MoU Helsinki bahwa boleh ada partai lokal di Aceh, dan pemimpinnya juga berasal dari mantan kombatan yang mempunyai jabatan tinggi di AGAM dulu, misalnya hari ini kita mendengar adanya posko PA dibakar, kemudian besok kita mendengar posko PNA di bakar, kita dengar mobil PA di bakar, kita dengar mobil PNA di bakar dan partai lain juga kena getahnya yang tidak kita ketahui oleh perbuatan siapa, dan selalu kita menyebutnya dengan nama OTK.

Saya berharap kepada pihak-pihak yang selalu tidak ingin melihat Aceh tertib, aman, sejahtera agar dapat segera meninggalkan perbuatan yang sangat tidak terpuji ini, malulah kita kepada Allah SWT sebagai pencipta kita, Allah SWT saja memaafkan hamba-Nya yang melakukan taubat, apalagi kita sebagai manusia yang harus selalu menjaga Hablumminannash sesama juga harus dapat memaafkan dengan meninggalkan segala perbuatan yang tidak di ridhai oleh Allah SWT. Pemilu tidak lama lagi hanya tinggal hitungan hari saja, marilah kita membangun Aceh yang lebih bermartabat menuju negeri Baidatun Thoyyibatun Warabbun Ghafur dengan memilih pemimpin kita sesuai dengan yang kita harapkan yang dapat membawa perubahan Aceh ke arah yang lebih bagus.

Musliyadi musliyadi@yahoo.com Warga Banda Aceh

You might also like