You are on page 1of 12

Review Paper

Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Pada PT. Bumi Resource Tbk.

Oleh: Auliya Zulfatillah Ayu Diar Sari M. Alvin Andoko Mukhyar Salsa Andiani 1106012533 1106003781 1106006884 1106003301 1106075805

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Statement of Authorship

Kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menyatakan dengan jelas menggunakannya. Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata Ajaran

: Tata Kelola Perusahaan (Corporate Govenance)

Judul Makalah/Tugas : Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Pada PT. Bumi Resource Tbk. Tanggal Dosen : 12 Maret 2014 : Yan Rahadian S.E., M.S.Ak/ Prof. Sidharta Utama, Ph.D., CFA

Nama NPM Tandatangan

: Auliya Zulfatillah : 1106012533 :

Nama NPM Tandatangan

: Ayu Diar Sari : 1106003781 :

Nama NPM Tandatangan

: M. Alvin Andoko : 1106006884 :

Nama NPM Tandatangan

: Mukhyar : 1106003301 :

Nama NPM Tandatangan

: Salsa Andiani : 1106075805 :

ii

Daftar Isi
Halaman Sampul .................................................................................................................. Statement of Authorship ..................................................................................................... i ii

Daftar Isi ................................................................................................................................ iii

Rangkuman Kasus Bumi Reousrces........................................................................................ 1 Analisis Kasus ......................................................................................................................... 3 1. Kaitan Claessens dengan corporate governance BUMI...................................................... 4 2. Kaitan Asas KNKG dengan corporate governance BUMI.................................................... 5 3. KEP-521/BL/2010 tentang transaksi material dan perubahan kegiatan usaha utama..................................................................................................................................... 6 4. Kaitan Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.I.1dengan RUPS BUMI....................................... 6 5. Kaitan OECD Principle II dengan corporate governance BUMI........................................... 7 6. Perbandingan RUPS Bank of Ayudhya dengan RUPS BUMI................................................ 8

Referensi ................................................................................................................................ 9

iii

Rangkuman Kasus Bumi Resources Group Bakrie melakukan transaksi dengan Vallar Plc, perusahaan pertambangan asal Inggris, pada November 2010. Pengambilalihan saham terjadi dengan penukaran kepemilikan Vallar Plc sebesar 90,1 juta (43 persen) dengan 5,2 miliar saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) di harga Rp2.500 per saham. Pada 11 April 2011, oleh Chairman Vallar, Plc. Indra U Bakrie bersama CoChairman Nathaniel Rothschild diumumkan bahwa Vallar plc berganti nama menjadi BUMI plc. Terhitung saat itu juga, BUMI PlcmemilikiasetKaltim Prima Coal, Arutmin, Berau Coal, danBumi Resources Mineral. Kemudian diketahui pemegang saham dari Bumi Plc adalah Bakrie Group, PT Borneo Lumbung Energy (BORN), Recapital, Rothschild, dan publik. Perseteruan dimulai ketika pada November 2011, Rothschild mengirim surat kepada Presiden Direktur Bumi Resources guna meminta penjelasan perseroan terkait empat hal. Pertama, jadwal yang jelas mengenai monetisasi (pencairan tunai) dari aset-aset pengembangan bisnis. Kedua, repatriasi dari dana yang ditempatkan pada pihak yang berelasi, yaitu Recapital, Bukit Mutiara, dan Chateau Asean Fund I. Ketiga, penjelasan tertulis dari kemajuan proses dari poin nomor 2. Dan keempat, penjelasan lebih detail dan transparan terkait semua transaksi nonbatu bara yang dilakukan BUMI. Intinya adalah Rothschild melihat semacam inefisiensi penggunaan dana perusahaan yang sebenarnya bisa digunakan untuk mengurangi utang. Pada Desember 2011, Bakrie justru menggaet taipan Indonesia lainnya, Samin Tan, untuk masuk ke Bumi Plc. Samin Tan, kala itu meminjam dana US$ 1 miliar kepada Standard Chartered dengan bunga 5,6% plus LIBOR. Jangka waktu pinjaman adalah selama 5 tahun. Hingga akhirnya, Samin Tan diangkat menjadi Chairman Bumi Plc menggantikan posisi Indra Bakrie, yang menjadi CoChairman. Adapun, Rothschild yang sebelumnya menjabat Co-Chairman terdepak ke posisi direktur non eksekutif. Atas kepemilikan Samin Tan, terdapat informasi bahwa investasinya di Bumi Plc yang semula 1 miliar dollar AS anjlok menjadi 140 jutaan dollar AS hanya dalam waktu sembilan bulan. Bumi Plc melakukan investigasi terhadap Bumi Resources dan Berau Coal Energy terkait posisi keuangan mereka. Manajemen Bumi Plc menyatakan akan menyelidiki kemungkinan penyelewengan keuangan pada Bumi Resources dan Berau Coal Energy. Pada hari yang sama, pasca tudingan penyelewengan keuangan di BUMI dan BRAU, Ari Hudaya Direktur Utama BUMI mundur dari posisi Non-Executive Director Bumi Plc. Gerah dengan tindakan ini, Bakrie Group bermaksud untuk cerai dengan menarik kembali saham BUMI dan BRAU dari Bumi Plc. Perseteruan berlanjut saat proses perceraian Bakrie-Rotschild mengalami masalah karena kedudukan Bumi Plc sebagai perusahaan yang berbasis di London tentu harus mengikuti tata cara dan hukum yang berlaku di sana. Lalu, objek yang diperebutkan adalah perusahaan yang berbadan 1

hukum dan beroperasi di Indonesia serta telah menjadi perusahaan publik. Hal ini menyebabkan hukum dan tata cara pengaturan perusahaan harus mengacu dan tunduk kepada hukum Indonesia dan setidaknya harus ada dua aturan yang harus dipenuhi, yakni aturan pasar modal mengenai penawaran tender atau yang lebih dikenal dengan tender offer, dan aturan yang terkait dengan sektor usaha. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) digelar pada 21 Februari 2013.Isinya tentang persetujuan atas proposal Bakrie untuk melakukan pemisahan Bumi Resources dengan Bumi Plc dengan 60% suara, sedangkan proposal dari Nat Rothschild mengenai pergantian direksi dan komisaris tidak disetujui. Selanjutnya pada tanggal 17 Desember 2013pukul 11.00 waktu London, diselenggarakan lagiRapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Bumi Plc yang menyepakati pemisahan Bumi Plc dengan Grup Bakrie dan PT.Bumi Resources Tbk (BUMI), perusahaan tambang batu baramilik Grup Bakrie. Perseroan dalam jangka pendek akan berfokus menciptakan nilai melalui pengembangan batu bara di Berau. Nick von Schirnding, Chief Executive Officer BumiP lc, mengatakan pemungutan suara kemarin memungkinkan perseroan untuk fokus menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham lewat konsentrasi usaha di Berau yang mengandung 23 juta ton batubara thermal. "Visi kami menjadi perusahaan batu bara tercatat di Inggris yang terkemuka dengan fokus pada pertumbuhan pasar Asia," katanya dalam siaran pers. Perseroan menanti penyelesaian pemisahan pada akhirJanuari 2014. Dengan asumsi rampungnya pemisahan, prioritas Bumi Plc yakni mengembalikan dana setidaknya US$400 juta kepada pemegang saham dan memperbarui susunan direksi yang mencakup penunjukan chairman independen baru. Perseroan juga akan meneruskkan rencana untuk menumbuhkan kinerja perseroan melalui pemangkasan biaya dan pengoptimalan produksi. Lima resolusi sudah disepakati dalam RUPS kemarin. Pertama, dokumen transaksi penjualan BUMI disetujui 91,1 % pemegang saham yang hadir RUPS. Resolusi kedua tentang transaksi penjualan BUMI untuk Rule 16 of the City Code disetujui 85,58 % pemegang saham. Resolusi ketiga, waiver oleh Panel atas pengambilalihan dan merger dari setiap kewajiban untuk membuat penawaran umum disetujui 85,02% pemegang saham. Resolusi keempat, masuknya perusahaan kedalam hubungan perjanjian disetujui 91,2% pemegang saham. Dan, resolusi kelima tentang perubahan nama perseroan menjadi Asia Resource Minerals Plc disetujui 99,93 % pemegang saham.

Analisis kasus Dari penjabaran kasus-kasus yang menimpa Bumi Resources dan Bumi Plc serta perseteruan antar stake holders ini dapat disimpulkan bahwa kedua perusahaan belum menjalankan GCG dengan baik. Masalah utama dari kasus ini terbagi menjadi 3 klasifikasi. Pertama, kasus pengalokasian sumberdaya dan dana yang dimiliki oleh Bumi resources dinilai tidak efektif dan efisien serta missallocated. Adanya dana yang dimiliki Bumi Resouces tidak dialokasikan untuk pembayaran hutang tetapi digunakan untuk keperluan lain yang bukan prioritas tanpa adanya transaparansi yang jelas atas pengalokasian dana. Sehingga pada akhirnya Rothschild meminta keterangan tertulis kepada pihak Bumi Resources yang menuntut akan transaparansi pemasukan dan pengalokasian dana. Disinilah terjadi agency problem dimana shareholders, terutama Rothschild, merasa manajemen Bumi Resources bertindak kurang profesional dan merugikan Bumi Plc serta stakeholders lainnya. Kedua, terdapat perebutan atas kontrol perusahan. Seperti dilibatkannya chairman baru yakni Samin Tan untuk menjadi chairman Bumi Plc, sementara Rothschild yang semula menjabat sebagai co-chairmal "ditendang" menajdi direktur non eksekutif. Perebutan kontrol ini pun di rasa timpang karena kecenderungan Samin Tan memihak Bakrie dan kurang bersikap netral. Hal ini semakin membuat Rothschild gerah sehingga ia membuat proposal pergantian direksi namun sayang tidak disetujui dalam RUPS. Hal ini diidentifikasi bahwa kontrol Rothschild masih "kalah" dibanding kekuatan kontrol dari Bakrie yang memiliki voting rights yang lebih besar bersama kroni-kroninya. Dalam indikasi lain, Rothschild dinilai memiliki startegi untuk mengambil alih industri strategis pertambangan tersebut dari tangan Indonesia. Namun, pihak Bakrie juga dinilai mempertahankan bisnisnya dengan cara yang kurang fair tanpa memperhatikan kepentingan dan hak-hak stakeholder lainnya. Ketiga adalah masalah tata kelola perusahaan. Penempatan dana Bumi Plc kepada related party yang seharusnya dialokasikan untuk pembayaran hutang kepada CIC yang jumlahnya relatif besar. Hal ini hanya menguntungkan "kroni" Bakrie saja sementara Rothschild dan pemegang saham lainnya, khususnya pemegang saham minoritas, dirugikan. Selain itu, struktur board di perusahaan ini berasal dari satu golongan saja dan mereka dianggap kurang memenuhi kepentingan stakeholders. Independensi dan profesionalisme direksi Bumi Resources ini juga dipertanyakan karena mereka dianggap kurang netral terutama Samin Tan sebagai chairman yang berada di kubu Bakrie. Isu utama yang diangkat dari masalah ini adalah kontrol atas perusahaan. Kontrol atas perusahaan seharusnya berdasarkan atas suara stakeholder dan dijalankan secara amanah oleh manajemen. Namun segala keputusan dan kebijakan ini tentunya memiliki hierarki dimana

kekuasaan tertinggi dipegang oleh RUPS. SOP yang dijalankan sudah sesuai dengan aturan yang berlaku, namun karena Bumi Resources ini bisa disebut sebagai perusahaan dengan struktur piramida dan crossholding. Struktur kepemilikan ini dikuasai oleh pemegang-pemegang saham utama dan memiliki voting rights yang besar. Sehingga keputusan dalam RUPS didominasi hanya pada pemegang saham utama yang cenderung satu suara, sementara hak-hak pemegang saham minoritas teredam atas kekuasaan pemegang saham mayoritas ini.Regulator pengambilalihan perusahaan di Inggris The Takeover Panel sudah berusaha untuk mengatur keadilan hak suara dalam RUPS dengan membatasi hak usara (voting) Grup Bakrie, Samin Tan, dan Recapital (Rosan Roeslani) di Bumi Plc menjadi hanya 29,9% dari seharusnya 50,3% karena dilnilai ketiga pihak tersebut cenderung satu suara. Namun hal tersebut berhasil disiasati oleh kelompok Bakrie dengan dijualnya saham Recapital ke 3 perusahaan lain yakni Flaming Luck Investment Ltd milik Hary Tanoe sebesar 1,6%, Avenue Luxembourg sebesar 7,3% dan Argyle Street Management Ltd sebesar 4%. Inilah strategi Bakrie dalam mempertahankan bisnisnya dan mentackle down dominasi Rothschild dalam perusahaan.

1. Kaitan Claessens dengan corporate governance BUMI Dalam jurnalnya, Claessens menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang berada di Asia Timur, termasuk Indonesia banyak berstruktur piramida dan cross holding. Walaupun di Indonesia cross holding dilarang namun pada praktikna cross holding ini tetap terjadi. Studi Cleassens juga menjelaskan bagaimana lingkungan bisnis yang ada di Asia Timur khususnya Indonesia dimana hakhak pemegang saham belum menjadi fokus utama, ditambah dengan maraknya korupsi, integritas yang masih minim dan peraturan berikut regulasi yang masih "bolong-bolong" dan kurang ditegakkan. Perlindungan atas hak-hak pemegang saham juga masih belum menjadi fokus utama dalam hukum, peraturan atau penegakkan kedua hal tersebut. Mayoritas perusahaan di Asia Timur memiliki block ownership atau kepemilikan perusahaan yang dimiliki kelompok tertentu saja, misalnya keluarga atau institusi. Hal ini menyebabkan interest dari kepemilikan ini membuat jalannya perusahaan kadang tidak mengindahkan hak-hak pemegang saham dikarenakan keputusankeputusan yang diambil tentunya akan didominasi oleh sekelompok pemilik atau pemegang saham tertentu. Inilah yang disebut degan voting rights yang melebihi cashflow rights. Kepemilikian keluarga ini akan memunculkan dominasi yang sangat kuat atas kontrol perusahaan sehingga terkadang hak-hak pemegang saham minoritas menjadi kurang dipentingkan, dimana hal ini dapat berujung dengan crony capitalism. Berkaitan dengan apa yang terjadi dalam kasus Bumi, para pemegang saham utama Bumi seakan-akan melakukan kolusi dengan mengontrol perusahaan secara dominan melalui RUPS.

Mengingat pemegang saham utama beradal dari kelompok yang sama dan cendering satu suara sehingga voting rights yang mereka miliki lebih dari cukup untuk mengambil kontrol besar terhadap perusahaan. Terbukti dangan berkomprominya Bakrie, Samin Tan serta Roeslan, yakni para pemegang saham utama yang memiliki voting rights yang besar dan mengontrol perusahaan sesuai dengan kepentingan mereka. Selain itu crossholding pun turut dimanfaatkan saat adanya tuntutan dari Inggris atas pengaturan hak suara yang akhirnya membatasi hak suara ketiga pihak ini. Siasat yang dijalankan adalah dijualnya saham Recapital ke 3 perusahaan lain yakni Flaming Luck Investment Ltd milik Hary Tanoe sebesar 1,6%, Avenue Luxembourg sebesar 7,3% dan Argyle Street Management Ltd sebesar 4%. Maka kontrol atas kelompok ini menjadi kuat kembali.

2. Kaitan Asas KNKG dengan corporate governance BUMI Asas utama yang menjadi fokus dalam BUMI Resource adalah prinsip pertama dan keempat serta kelima yakni transparansi, independensi, dan fairness. Terlihat bahwa pengalokasian dana perusahaan tidak di jelaskan detailnya secara transparan oleh manjamen. Maka munculah permahsalahan antar manajemen dengan pemegang saham. Kurang transparannya pengalokasian dana ini membuat shareholder, terutama shareholder minoritas menjadi mempertanyakan tata kelola perusahaan tersebut. Penggunaan dana secara sepihak dialokasikan untuk pihak berelasi bukan untuk pembayaran hutang seperti apa yang diingkan oleh beberapa shareholder minoritas. Informasi mengenai detail transaksi dana inipun tidak disampaikan secara jelas. Pada akhirnya, Rothschild mengirim surat kepada Presiden Direktur Bumi Resources guna meminta penjelasan perseroan terkait empat hal. Pertama, jadwal yang jelas mengenai monetisasi (pencairan tunai) dari aset-aset pengembangan bisnis. Kedua, repatriasi dari dana yang ditempatkan pada pihak yang berelasi, yaitu Recapital, Bukit Mutiara, dan Chateau Asean Fund I. Ketiga, penjelasan tertulis dari kemajuan proses dari poin nomor 2. Dan keempat, penjelasan lebih detail dan transparan terkait semua transaksi nonbatu bara yang dilakukan BUMI. Empat hal tersebut merupakan informasi yang relevan dan material yang seharusnya disampaikan dan mudah diakses oleh pemangku kepentingan. Fokus kedua adalah masalah independensi yang terlihat minim. Manajemen seakan-akan dilipih dan dikontrol oleh pemegang sahamutama yang memiliki dominasi tinggi sehingga peran manajemen menjadi tidak netral dan tidak idependen. Hal ini terbukti dengan peran Samin Tan sebagai chairman yang seperti mengendarai kepentingan-kepentingan bakrie. Fokus ketiga adalah asas kewajaran dan kesetaraan. Pemegang saham minoritas dalam perusahaan ini cenderung kurang diuntungkan mengingat begitu dominannya para pemengang saham utama yang memiliki satu suara yang sama. Walaupun hak suara minoritas sama, namun pemengan asaham utama memiliki hak voting yang sangat besar untuk menentukan keputusan-

keputusan dalam RUPS mengingat kemlompok pemegang saham utama tersebut memiliki kepentingan yang sama dan tentunya menyuarakan keputusan yang sama.

3. KEP-521/BL/2010 tentang transaksi material dan perubahankegiatan usaha utama Peraturan ini menjelaskan tentang transaksi material dan perubahan kegiatan usaha yang umumnya harus melalui kesepakatan RUPS. Transaksi material adalah transaksi-transaksi pembelian, penjualan, penyertaan saham, pembelian, penjualan, pengalihan, tukar menukar atas segmen usaha atau aset selain saham, sewa menyewa aset, pinjam meminjam dana, menjaminkan aset, memberikan jaminan perusahaan yang dimana jumlah dari transaksi ini memiliki nilai 20% atau lebih dari ekuitas perusahaan. Sementara kegiatan usaha utama adalah kegiatan usaha sesuai dengan yang tercantum dalam anggaran dasar. Untuk transaksi material dengan persentase 20%-50% tidak membutuhkan persetujuan dari RUPS. Namun, apabila transaksi berjumlah 50% atau lebih dari ekuitas perusahaan, maka sebelum adanya transaksi ini terlebih dahulu harus melewati kesepakatan RUPS sesuai proseur dan persyaratan yang telah ditetapkan. Perusahaan yang melakukan perubahan Kegiatan Usaha Utama wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan RUPS. Dalam agenda RUPS harus ada acara khusus mengenai pembahasan studi kelayakan tentang perubahan Kegiatan Usaha Utama perusahaan tersebut. Dengan adanya peraturan ini maka apabila Bumi resource melakukan transaksi material yang nilainya signifikan atau ingin merubah industri maka harus melewati prosedur RUPS.

4. Kaitan Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.I.1dengan RUPS BUMI Sidang RUPS-LB yang diselenggarakan oleh Bumi Resources selama tahun 2013 tidak berjalan dengan semestinya. Dari empat kali rapat digelar, tidak ada satupun yang mencapai kuorum. Hal Ini dapat menjadi cerminan buruk bagi perusahaan dalam melayani shareholders yang kemudian berimbas pada kepercayaan mereka terhadap perusahaan. Sorotan yang utama bagi Bumi Resources terkait penyelenggaraan RUPS-LB ialah adanya satu agenda di dalam RUPS-LB yang dicurigai sebagai penyebab enggannya shareholders untuk hadir sehingga berdampak tidak terpenuhinya kuorum. Agenda tersebut membahas tentang permintaan persetujuan untuk menjaminkan atau mengagunkan atau membebani dengan hak jaminan kebendaan atau mengalihkan sebagian besar atau seluruh aset/harta kekayaan perseroan yang dimiliki langsung atau tidak langsung kepada para krediturnya atau pihak lainnya, baik kreditur perseroan, kreditur dari anak perusahaan atau pihak lainnya. Untuk RUPS-LB yang digelar pada tanggal 10 Januari 2014, sebanyak 33,33 % pemegang saham hadir, sedangkan presentase kehadiran 6

yang dibutuhkan agar agenda tersebut mencapai kuorum adalah 60%. Sementara agenda yang sudah mencapai kuorum, yaitu terkait hal pelunasan utang ke CIC, diperoleh suara 97% setuju dari 33,33% jumlah pemegang saham yang hadir dalam RUPS. Kedua, dikabarkan bahwa sidang RUPS sebelum-sebelumnya seringkali molor dan pada saat itu tidak ada satu pun pihak manajamen Bumi Resource yang tampak. Lantas, menyebabkan banyak pemegang saham yang telah hadir dikecewakan. Oleh karenanya muncul indikasi bahwa terdapat perhatian yang kurang baik dari manajemen kepada pemegang saham. Agar rapat dapat berjalan dengan baik ada aturan yang harus lebih diperhatikan oleh Bumi Resources sebagaimana telah ditetapkan oleh Bapepam lewat Peraturan Nomor IX.I.1. Berhubungan dengan poin ke-1 yang berbunyi, RUPS hendaknya direncanakan dengan matang dalam menentukan tempat, waktu penyelenggaraan, prosedur serta agenda rapat, sesuai dengan Anggaran Dasar perseroan. Perencanaan yang baik serta sosialisasi lebih awal mengenai agenda kepada para pemegang sahamnya dapat membantu Bumi Resource memproyeksikan kemungkinan suksesnya penyelenggaraan RUPS. Lalu poin ke-2 yaitu, Dalam pelaksanaannya, sedapat mungkin menghindari adanya perubahan-perubahan tempat, waktu, dan agenda rapat yang dapat membingungkan para pemegang saham. Jika terdapat perubahan terkait RUPS yang akan digelar, Bumi Resources harus segera memberitahukan kepada para pemegang sahamnya sehingga tidak timbul hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi, bila mengikuti prosedur dan aturan secara seksama, Bumi Resource seharusnya bisa mengatur jadwal sidang RUPS dengan lebih serius kedepannya.

5. Kaitan OECD Principle II dengan corporate governance BUMI Topik utama yang dibahas di dalam OECD Principle II ialah menyangkut hak-hak pemegang saham dan fungsi-fungsi kepemilikan saham. Sebagai pemilik saham perusahaan, shareholders memiliki hak untuk melakukan transaksi atas saham dan juga hak lainnya, seperti, kemudahan dalam mendapat informasi perusahaan yang material dan relevan serta dapat berpartisipasi untuk memberi pengaruh kepada perusahaan melalui voting di dalam RUPS. Walaupun shareholders memiliki kemampuan untuk berpartisipasi dalam mengontrol perusahaan, pengendaliannya hanyalah sebatas hal-hal yang bersifat fundamental. Sementara, terkait keputusan strategis dan operasional tetap menjadi tanggung jawab direksi dan manajemen perusahaan. Bahasan OECD Principle II yang berhubungan dengan tata kelola Bumi Resources yaitu pertama, shareholder berhak mendapatkan informasi yang material dan relevan mengenai perusahaan. Terkait informasi perusahaan, Bumi Resource nampaknya tidak memberi informasi yang terperinci perihal pengalokasian dana perusahaan. Selain itu, penempatan dana untuk pihak berelasi tidak 7

sesuai dengan apa yang disuarakan oleh pemegang saham minoritas. Kejanggalan yang terdapat dalam transparansi pengalokasian dana ini yang kemudian membuat Rothschild, selaku direksi dan juga pemegang saham, meminta kejelasan kepada perusahaan Kedua, shareholdermemiliki kesempatan untuk berpartisipasi dengan leluasa dan mempunyai hak suara di dalam RUPS. Hal ini merupakan salah satu aspek di dalam OECD yang juga harus menjadi perhatian Bumi Resources. Karena seperti yang telah disinggung di dalam analisis singkat mengenai kasus, votingrights yang didominasi oleh kroni-kroni Bakrie Group menandakan bahwa direksi mempunyai kecenderungan untuk tidak memihak kepada kepentingan stakeholder melainkan hanya kepentingan satu golongan. 6. Perbandingan RUPS Bank of Ayudhya dengan RUPS BUMI Sebelum RUPS digelar, di dalam notifikasi bagi para pemegang sahamnya, Bank of Ayudhya mencantumkan agenda-agenda yang akan dibahas selama RUPS. Selain itu perusahaan juga menampilkan rekap dari hasil RUPS yang lalu. Rekap tersebut diantaranya memberi informasi mengenai kinerja perusahaan pada setahun terakhir, data terkait orang-orang yang dinominasikan sebagai pengganti direktur yang saat ini menjabat dan definisi independent director, gaji direksi, serta data terkait auditor dan rincian pembayarannya. Sedangkan Bumi Resource, dalam notifikasinya, menyajikan agenda yang akan dibicarakan dalam RUPS. Kemudian memberikan rekap hasil RUPS yang lalu di saat RUPS telah digelar. Perbedaan lain yang ditremukan yaitu mengenai pemilihan direksi bagi Bumi Resources dan Bank of Ayudhya. Disebutkan dalam agendanya bahwa Bumi Resources membahas tentang perubahan pengurus perseroan sedangkan Bank of Ayudhya menyampaikan hal tersebut sebagai pertimbangan perubahan direksi.

Referensi Muhammad Al Azhari. 30 Desember 2013. Bumi Resources Buys 3 Smaller Coal Miners Through Debt Deals. Sumber: http://www.thejakartaglobe.com/business/bumi-resources-buys-3-smaller-coalminers-through-debt-deals/ (Diakses pada 10 Maret 2014, pukul 16.00 WIB) Jesse Riseborough. 15 Januari 2014. Bakrie Group Requests New Delay to $501 Million London Exit Deal. Sumber: http://www.businessweek.com/news/2014-01-15/bakrie-group-seeks-fresh-delay-to501-million-london-exit-deal (Diakses pada 10 Maret 2014, pukul 16.00 WIB) Gustidha Budiartie. 14 februari 2013. Rothschild Yakin Bakrie Gentar Hadapi RUPS Bumi. Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2013/02/14/088461321/Rothschild-Yakin-Bakrie-Gentar-HadapiRUPS-Bumi (Diakses pada 10 Maret 2014, pukul 16.00 WIB) Alex Macdonald and Ian Walker. 19 Februari 2014. Asia Resource Split Deal Delayed as Bakrie Group Unable to Raise Finance. Sumber: http://online.wsj.com/news/articles/SB1000142405270230491 4204579392791102370478 (Diunduh pada 10 Maret 2014, pukul 16.00 WIB) Edwin Sinaga. 21 Februari 2013. Menyikapi perseteruan Bakrie Group-Rothschild. Sumber: http://ekbis.sindonews.com/read/2013/02/21/39/720015/menyikapi-perseteruan-bakrie-grouprothschild (Diakses pada 10 Maret 2014, pukul 16.00 WIB)

You might also like