You are on page 1of 11

Geologi Dinamik

Longsor
Budhi Kuswan Susilo, ST., MT.

10. LONGSOR

10.1 TERMINOLOGI LONGSOR Kenampakan permukaan bumi saat ini merupakan hasil dari berbagai interaksi berbagai proses internal bumi, jenis batuan yang tersingkap di permukaan, pengaruh pelapukan dan media penyebab erosi seperti air, es dan angin. Secara spesifik, perkembangan bentang alam (landscape) sangat tergantung dari penyebab erosi yang dominan. Pergerakan massa (mass movement) adalah salah satu penyebab yang sangat destruktif. Terdapat beberapa istilah yang maknanya sama seperti landslide, mass movement dan mass wasting. Landslide lebih dipakai oleh geolog untuk menjelaskan peristiwa longsor yang banyak memakan korban jiwa, kehilangan rumah, misalkan landslide yang disebabkan oleh gempabumi di Cina yang menyebabkan sekitar 1.000.000 orang meninggal pada tahun 1556 dan sekitar 7000 orang meninggal ketika longsor dan aliran lumpur (mudflow) menghancurkan Huaraz di Peru pada tahun 1941. Mass wasting memiliki makna sama dengan mass movement yakni pergerakan material yang menuruni lereng karena dipengaruhi langsung oleh gravitasi. Mass wasting ini penting sekali pada proses geologi karena terjadi pada berbagai waktu dan tempat. Banyak yang mengasosiasikan kejadian ini dengan lereng yang tidak stabil dan curam, dan ternyata kejadian ini dapat terjadi pula pada daerah yang landai (near-level land) bergantung pada kondisi geologinya. Pada bahasan selanjutnya beberapa istilah tersebut diatas kita sebut saja sebagai longsor untuk memudahkan dan tidak menjadikan bingung terhadap istilah yang ada.

10.2 FAKTOR PENYEBAB LONGSOR Ketika gaya gravitasi lebih besar dari resistensi lereng untuk bertahan, maka terjadilah longsor. Gaya penahan (resisting forces) yang membantu mengontrol kestabilan lereng meliputi kekuatan (strength) dan kohesi (cohession) material lereng, friksi antar butiran dan pendukung eksternal lereng lain. Faktor-faktor kolektif ini disebut sebagai shear strength.

Longsor

107

Berlawanan dengan shear strength adalah gaya gravitasi. Gravitasi diberikan secara vertikal, namun memiliki komponen yang paralel terhadap lereng, dan inilah sesungguhnya yang membuat ketidakstabilan (lihat gambar 10.1.). Sudut lereng yang besar memberikan komponen gravitasi yang bekerja menjadi lebih besar pula sehingga berbahaya dan dapat menyebabkan longsor. Sudut kecuraman lereng yang mampu mengontrol dan meniadakan keruntuhan disebut sebagai angle of repose. Pada sudut ini, gaya penahan mampu melakukan perlawanan terhadap gaya gravitasi. Untuk material yang tidak terkonsolidasi, angle of repose berkisar antara 25O 40O. Untuk lereng yang lebih curam dari 40O biasanya pada batuan padat yang tidak mengalami pelapukan.

Gambar 10.1. Kestabilan lereng sangat tergantung pada shear strength lereng yang meliputi kekuatan dan kohesivitas material lereng, friksi internal antar butiran dan daya dukung eksternal lereng (Monroe & Wicander, 1997). Semua lereng berada pada kondisi kesetimbangan dinamik (dynamic equilibrium) artinya bahwa lereng selalu menyesuaikan kesetimbangan terhadap kondisi terbaru. Ketika kita mendirikan bangunan dan jalan di daerah perbukitan, maka kesetimbangan lereng akan terjadi. Lereng kemudian melakukan penyesuaian yang mungkin saja menyebabkan terjadinya longsor untuk membentuk kondisi yang baru. Banyak faktor yang dapat menyebabkan longsor, yaitu perubahan tingkat kelerengan (slope gradient), pelemahan material lereng karena pelapukan (weathering), meningkatnya kandungan air (water content), perubahan pada vegetasi penutup lereng dan kelebihan pembebanan (overloading).
Longsor

108

10.2.1 Sudut Lereng Sudut lereng dapat menjadi penyebab utama longsor. Umumnya, lereng yang curam akan kurang stabil karenanya lereng yang curam akan memiliki kemungkinan longsor dibanding lereng yang landai. Sejumlah proses dapat menyebabkan lereng menjadi lebih terjal (oversteepen). Salah satu disebabkan oleh pemotongan pada bagian dasar lereng oleh aktivitas sungai atau aksi gelombang (lihat gambar 10.1.). Hal ini akan memindahkan dasar lereng (slopes base) dan meningkatkan sudut lereng. Aksi gelombang, terutama selama badai seringkali menghasilkan longsor sepanjang tepi pantai atau danau yang besar.

(A) (B) Gambar 10.2. Pemotongan oleh erosi sungai. (A) pemototongan bagian dasar lereng akan meningkatnya sudut lereng. (B) menyebabkan kehilangan kestabilan lereng.

Penggalian untuk jalan dan bangunan di perbukitan adalah penyebab utama kerusakan lereng (slope failure). Peningkatan lereng yang semakin terjal atau pemotongan bagian sisinya akan meningkatkan tegasan pada batuan atau tanah (soil) sehingga keseimbangan menjadi terganggu dan terjadilah longsor. Hal inilah yang menjelaskan seringnya terjadi longsor pada jalan-jalan di pegunungan (gambar 10.3.). 10.2.2 Pelapukan dan Iklim Longsor lebih sering terjadi pada material lereng yang lepas-lepas atau tidak terkonsolidasi dibandingkan dengan lapisan batuan dasar padat (solid bedrock). Segera setelah batuan padat tersingkap di permukaan bumi, pelapukan mulai memecah (disintegrate) dan mengubah komposisi (decompose) batuan. Dengan demikian, terjadi pengurangan shear strength dan peningkatan kerentanan (susceptibility) terhadap

Longsor

109

longsor. Semakin dalam zona pelapukan yang terbentuk, maka semakin besar kemungkinan terjadinya beberapa tipe longsor. Di daerah tropis, temperatur tinggi menyebabkan hujan sering terjadi sehingga menyebabkan pelapukan meluas hingga kedalaman beberapa puluh meter dan longsor yang berlangsung cepat biasanya terjadi pada zona pelapukan yang dalam.

(A)

(B)

(C)

Gambar 10. 3. (A) Pemotongan lereng akan mengganggu kesetimbangan lereng. (B) Pemindahan bagian lereng karena pemotongan menyebabkan pencuraman lereng. (C) Pemotongan tersebut menyebabkan terjadinya longsor (rockfall) hingga menutupi jalan. 10.2.3 Kandungan air Jumlah air di dalam batuan dan tanah mempengaruhi kestabilan lereng. Kuantitas air yang besar dari pencairan salju meningkatkan kemungkinan kerentanan lereng. Penambahan berat sejalan dengan penambahan air sudah cukup untuk

Longsor

110

menyebabkan longsor. Selanjutnya perkolasi air sepanjang material lereng membantu untuk mengurangi friksi antar butiran sehingga menunjukkan kehilangan kohesi. Contoh, lereng berkomposisi lempung kering akan cukup stabil, tetapi ketika basah maka dengan cepat akan kehilangan kohesivitas dan friksi internal sehingga menjadi sebab ketidakstabilan lereng. 10.2.4 Vegetasi Vegetasi berpengaruh terhadap kestabilan lereng. Air yang terserap dari turunnya hujan membuat vegetasi berperan dalam menjaga kejenuhan air (water saturation) pada material lereng yang jika hal sebaliknya terjadi maka akan kehilangan shear strength. Sistem akar tanaman juga menjaga kestabilan lereng dengan jalan mengikat partikel tanah bersama-sama dan mengikat tanah dengan batuan dasar. Rusaknya vegetasi karena aktivitas alam atau manusia menjadi penyebab longsor. Hujan yang deras menyebabkan tanah menjadi jenuh sehingga longsor besar dapat terjadi. Beberapa perbukitan di Selandia Baru sering terjadi longsor karena tanaman dengan akar yang dalam diganti dengan rerumputan yang mempunyai akar dangkal. Ketika hujan tiba, akar ini tidak mampu menahan lereng sehingga terjadi longsor. 10.2.5 Overloading Overloading (pembebanan berlebih) hampir selalu disebabkan oleh aktivitas manusia seperti penimbunan, pengisian dan penumpukan material. Dibawah kondisi alamiah, beban material disangga oleh kontak antar butir (grain-to-grain contact) sehingga menjaga kestabilan lereng. Penambahan beban yang disebabkan karena peningkatan tekanan air didalam material akan menurunkan shear strength lereng karena itulah terjadi pelemahan material lereng. 10.2.6 Geologi dan Kestabilan Lereng Hubungan antara topografi dan geologi suatu daerah sangatlah penting dalam menentukan kestabilan lereng. Jika batuan memiliki kemiringan kedudukan yang paralel dengan kelerengan, maka kemungkinan longsor lebih besar dari lereng dengan kedudukan batuan yang horizontal atau berlawanan arah terhadap kelerengan. Ketika kemiringan batuan searah dengan lereng, air mengalami perkolasi sepanjang bidangLongsor

111

bidang perlapisan sehingga menyebabkan menurunnya kohesivitas dan friksi antara satuan batuan yang berdampingan (lihat gambar 10.4a). Pada keadaan tertentu bila hadir lapisan batulempung, maka batuan ini dapat menjadi bidang gelincir ketika kondisinya basah. Walaupun batuan mempunyai kedudukan horizontal atau miring berlawanan dengan kelerengan, dapat saja rekahan memiliki arah yang sama dengan kelerengan. Air akan dapat bermigrasi melaluinya kemudian melapukkan dan memperbesar bukaan hingga beban berat dari lapisan diatasnya tidak sanggup lagi untuk ditahan dan terjadi longsor (lihar gambar 10.4b.).

Gambar 10.4. (a) Batuan dengan kedudukasn yang miring searah dengan kelerengan. (b) Rekahan miring searah dengan kelerengan.
Longsor

112

10.3 JENIS LONGSOR Longsor secara umumdibagi atas tiga tipe utama (Hamblin dan Christiansen, 1995), yaitu creep, debris flow dan landslide. Creep sangat lambat. Pergerakannya meliputi penyesuaian kembali partikel regolith secara individual. Debris flow adalah fenomena aliran dengan bidang gelincir tidak pasti sepanjang terjadinya pelongsoran. Landslide meliputi pergerakan massa batuan atau regolith sepanjang bidang yang pasti. Monroe dan Wicander (1997) membuat klasifikasi longsor dan kararteristiknya (lihat tabel 10.1.). Longsor dapat terjadi dalam satu jenis longsor, tetapi kadangkala terjadi longsor dengan kombinasi tipe yang berbeda. Lebih lanjut dijelaskan bahwa klasifikasi longsor secara umum didasarkan oleh tiga kriteria utama (lihat tabel 10.1.) yaitu (1) kecepatan pergerakan, (2) tipe pergerakan (terutama falling, sliding, atau flowing) dan (3) tipe material seperti batuan, tanah atau guguran batuan (debris).

Tabel 10.1. Klasifikasi longsor dan karakteristiknya (Monroe dan Wicander, 1997). Tipe Pergerakan Falls Pembagian Rockfall
(gambar 10.5.)

Karakteristik
Batuan berbagai ukuran berguguran dari steep cliffs, canyons dan jalan yang terpotong Pergerakan sepanjang permukaan retakan yang melengkung meliputi material tidak terkonsolidasi atau material terkonsolidasi lemah Pergerakan sepanjang permukaan planar Komposisi terdiri dari sedikitnya 50% partikel berukuran lanau dan lempung dengan kandungan air hingga 30% Mengandung partikel lebih besardan kandungan air lebih sedikit dibanding mudflow Material liatdan tebal, massa regolith basah berbentuk melidah (tongue shaped) Partikel lanau halus dan lempung yang jenuh air dan ketika terganggu oleh goncangan yang tiba-tiba, maka kohesivitasnya hilang dan mengalir seperti larutan. Sedimen permukaan jenuh air Pergerakan tanah dan batuan menuruni lereng Kombinasi berbagai tipe pergerakan yang berbeda

Kecepatan Pergerakan
Sangat cepat

Slump Slide
(gambar 10.6.)

Sangat lambat hingga sedang Cepat hingga sangat cepat Sangat cepat Cepat hingga sangat cepat Lambat hingga sedang Cepat hingga sangat cepat Lambat Lambat Lambat hingga sangat cepat

Rockslide
(gambar 10.7.)

Mudflow Debris flow


(gambar 10.8)

Earthflow Flow Quick clays Solifluction Creep


(gambar 10.9)

Complex movement

Longsor

113

Pergerakan massa cepat (rapid massmovement) meliputi pergerakan material yang nampak. Pergerakan demikian biasanya terjadi dengan mendadak dan material bergerak menuruni bukit dengan cepat. Pergerakan demikian sangat berpotensi membahayakan dan seringkali menimbulkan korban jiwa dan kerusakan kepemilikan seperti perumahan. Pergerakan massa lambat (slow mass movement) menunjukkan bahwa kecepatannya tidak terasa (imperceptible rate) sehingga hanya terasa bila ada akibat yang telah ditimbulkannya seperti miringnya pepohonan dan tiang listrik atau retaknya fondasi bangunan. Pergerakan ini memiliki kemampuan membawa material dengan volume sangat besar yang telah lapuk menuruni lereng.

Gambar 10.5. Rockfall hasil dari runtuhan sepanjang rekahan dan bidang perlapisan pada batuan. Kejadian ini sering terjadi pada daerah dengan lereng curam (Monroe & Wicander, 1997).

Gambar 10.6. Slump, material bergerak turun sepanjang bidang lengkung pada retakan sehingga blok mengalami rotasi turun. Slump umumnya terjadi pada material yang tidak atau kurang terkonsolidasi dan disebabkan oleh erosi sepanjang bagian dasar lereng (Monroe & Wicander, 1997).

Longsor

114

Gambar 10.7. Rock slides terjadi ketika material bergerak turun sepanjang bidang planar (Monroe & Wicander, 1997).

Gambar 10.8. Debris flow merupakan aliran cepat dari percampuran fragmen batuan, tanah, lumpur dan air. Proporsi terbesar biasanya lumpur dan air (Hamblin & Christiansen, 1995).

Gambar 10.9. Creep adalah pergerakan turun secara perlahan dari tanah dan fragmen batuan urai. Creep diekspresikan dengan pergeseran turun dari tiang pagar, jalan, tiang telepon, dan perlapisan batuan mengalami seretan turun pada bagian dekat permukaan (Hamblin & Christiansen, 1995).

Longsor

115

10.4 PENGENALAN DAN UPAYA MEMINIMALISIR AKIBAT LONGSOR Faktor yang sangat penting dalam mengeliminir dan meminimkan bahaya kerusakan yang ditimbulkan oleh longsor adalah dengan melakukan pemetaan geologi. Dengan cara inilah, longsor yang akan terjadi dapat segera dikenali dan dilakukan upaya untuk menghidarkan diri dari bahaya longsor tersebut. Dengan demikian, sebelum kegiatan konstruksi perlu diadakan penilaian terhadap kemungkinan bahaya longsor dan dilakukan berbagai tahapan untuk mengeliminasi dan meminimalkan bahaya tersebut. Pengenalan daerah dengan potensi kerusakan lereng yang tinggi penting dilakukan yakni dengan membuat penilaian terhadap bahaya yang akan terjadi seperti pengenalan gejala awal longsor. Tebing, rekahan terbuka, objekyang bergeser dan miring, permukaan bergelombang dan perubahan yang cepat pada vegetasi adalah beberapa kenampakan yang mengindikasikan gejala awal longsor atau daerah yang rentan terhadap kerusakan lereng.

EVALUASI MATERI 1. Jelaskan tentang faktor-faktor penyebab longsor! 2. Mengapa deforestation dapat menyebabkan ketidakstabilan lereng dan

mengakselerasi longsor? 3. Deskripsikan empat jenis longsor! 4. Bagaimanakan cara mengenali longsor jenis rayapan (creep) pada suatu lereng bukit? 5. Apakah penyebab rayapan? 6. Mengapa lereng merupakan sistem yang terbuka? 7. Apakah peran Iklim dan pelapukan terhadap longsor? 8. Apakah gaya yang mampu membuat kestabilan lereng tetap terjaga?

Longsor

116

You might also like