You are on page 1of 8

PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA

KARENA KOSMETIK



OLEH
IMAM BUDI PUTRA



DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU
RSUP. H. ADAM MALIK
MEDAN
2008

Imam Budi Putra : Penyakit Kulit Akibat Kerja Karena Kosmetik, 2008
USU e-Repository 2008
PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA
KARENA KOSMETIK

Pendahuluan
Kosmetik merupakan bahan topikal yang digunakan untuk memperbaiki
penampilan seseorang, beberapa kosmetik dapat bersifat terapeutik, serta dapat
memperbaiki "self - image". Apabila didalamnya terkandung bahan - bahan seperti
garam aluminium (misalnya pada perspirant) ataupun para aminobenzoic acid
(PABA) yang didapatkan pada tabir surya, maka diklasifikasikan sebagai obat obat
over the - counter (OTC), meskipun perbedaan antara kosmetik dan obat - obat OTC
tidaklah jelas. Apabila didefinisikan maka kosmetik bukanlah bahan yang dapat
mempengaruhi struktur atau fungsi kulit, namun bahan yang dioleskan, disemprotkan,
ditaburkan, dipercikkan, dengan maksud untuk lebih bersih, lebih indah dalam
penampilan.
1,2
Keuntungan emosional, psikologik dan sosiologik dalam memperbaiki
penampilan dari kulit, rambut dan kuku harus diimbangi dengan resiko yang harus
diterima, termasuk akibat samping ataupun reaksi yang tidak diinginkan, meskipun
relatif aman. Beberapa reaksi yang tidak diinginkan antara lain : rasa terbakar, iritasi,
kontak alergik, fotoalergik / fototoksik, akne, urtikaria kontak, hiper dan hipo
pigmentasik, elainanp adar ambut dan kuku.
2

Kelompok - kelompok yang terkena kelainan tersebut diatas, tentunya mereka
yang terlibat langsung dengan penggunaan / pemakaian misalnya pekerja pabrik
kosmetik, pengguna kosmetika dan cosmetologist, termasuk pekerja salon :
"beauticians"," hair stylist"/ "hair dresser" dan manicurist/nail artist.
2


Penata Rambut
Dermatitis Kontak (DK) pada tangan merupakan hal utama yang diperhatikan
pada penyakit kulit akibat kerja untuk penata rambut. Hal utama yang harus
diperhatikan orang yang akan menjadi seorang penata rambut berijazah adalah
perlunya pelajaran mengenai gambaran biologikal dan patohsiologi dari kulit kepala
Imam Budi Putra : Penyakit Kulit Akibat Kerja Karena Kosmetik, 2008
USU e-Repository 2008
dan rambut, unsur kimia dari bahan yang akan digunakan, serta teknik dan seni dalam
mencuci rambut, memberi kondisioner pada rambut, memotong, mengeriting, menata
rambut dan mewarnai rambut (shampooing, conditioning cutting, wavin, styling dan
coloring).
1,2
Kebalikan dengan beberapa industri yang lokasinya tertentu (regional), maka
penata rambut dapat dijumpai dimana-mana (universal) dan semua dokter yang
merawat penyakit kulit akibat kerja akan dijumpai pada pekerja ini. Penata Rambut
dan Ahli Kosmetik Nasional di Amerika Serikat menemukan bahwa dari 405
responden yang mengalami dermatitis, lebih dari 50% diantaranya mengalami
dermatitis yang disebabkan oleh shampo, larutan pengeriting permanen dan pewarna
rambut.Dari 203 penata rambut yang mengalami dermatitis, 6 2 diantaranya datang
berobat ke dermatologist dan 20 diantaranya mengalami dermatitis kronis. Seperti
halnya dermatitis pada tangan (hand dermatitis) yang diinduksi oleh pekerja, maka
adanya riwayat dermatitis atopi (DA) membuat seorang individu lebih beresiko
terkena dermatitis. Dengan demikian maka penata rambut merupakan salah satu
pekerjaan yang tidak baik untuk orang dengan riwayat atopi.
1,3,4
Pencuci rambut merupakan orang yang memiliki resiko yang besar untuk
mengalami dermatitis kontak iritan (DKI). Keadaan ini membuat berkembangnya
dermatitis kontak alergik (DKA) dan dermatitis kronis sehingga membuat penyakit
tersebut tetap selalu ada dimasa uren datang. Kemungkinan terjadinya dermatitis
kronis harus diperhatikan bahwa pada penata rambut yang berpengalaman sekalipun.
Walaupun dapat menolong tetapi terapi topikal, menjauhi alergen dan menggunakan
sarung tangan tidak dapat menghilangkan penyakit tersebut.
1,2,3

Penyebab DKA yang paling sering, pada penata rambut adalah p-
phenylenediamine (PPD) yang terdapat pada pewarna rambut permanen, glyceryl
thioglycolate pada larutan pengeriting rambut permanen, bahan kimia karet pada
sarung tangan, nikel pada peralatan kerja dan ammononium persulfate pada pemudar
warna rambut (bleaching).
1
Suatu penelitian pada 100 orang penata rambut yang menderita ekzema pada
tangan oleh J ames dan Calnan menunjukkan bahwa 23 orang diantara penderita
Imam Budi Putra : Penyakit Kulit Akibat Kerja Karena Kosmetik, 2008
USU e-Repository 2008
DKA. Dari 100 orang tersebut, 16 diantaranya menderita DA yang disertai DKI.
Elergen yang paling sering adalah PPD yang menyebabkan DKA pada 12 orang
penata rambut, sedangkan 10 orang diantaranya bereaksi terhadap ammonium
thioglycolate. Karena patch-test debgab ammonium thioglycolate sulit dilakukan
maka 10 kasus ini mungkin lebih meruakan reaksi iritan dibandingkan, DKA. Hanya
5 individu yang sensitif terhadap sarung tangan karet yang mereka pakai.
r

Calnal dan Schuster menjumpai beberapa penata rambut menderita urtikaria
dan dermatitis sekunder terhadap ammonium persulfate yang dijumpai pada pemutih
rambut( hair bleaching). Pemutih rambut kebanyakan berisi hydrogen peroxide yang
berfungsi untuk menghancurkan pigmen rambut. Ammonium hidroxide ditambahkan
ke dalamnya untuk mengaktivasi kerja hydrogen peroxide. Kombinasi pemutih
hydrogen peroxide-ammonium atau pottasium sulfate. Urtikaria kontak dan reaksi
anafilaktik yang berat dapat terjadi pada beberapa pasien. Dengan demikian uji
dengan ammonium persulfate harus dilakukan secara berkelanjutan. Kellet dan Beck
menjumpai bahwa ammonium persulfate berhubungan dengan sensitizer yang sering
terjadi pada penata rambut. Penggunaan petrolatum dengan konsentrasi 1% dalam
laruan aqueous dapat menimbulkan reaksi positif pada 12 orang dari 49 orang penata
rambut, dimana hanya 1 orang dari 118 subyek kontrol yang mengalami reaksi
positif. Sampel elegen harus diganti tiap 6 bulan karena bahan tersebut dapat
terdegradasi.
l

Wahhberg meneliti 35 orang penata rambut yang menderita eksema pada
tangan dan menemukan bahwa 29 orang diantaranya memiliki hasil patchtest yang
positif sebagai respon terhadap substansi dasar yang dijumpai pada sampel standar
atau pada produk disalon mereka atau keduanya. Dari individu ini, 14 orang
diantaranya mengalami reaksi terhadap nikel, 9 orang bereaksi terdapat pewarna
rambut dan 10 orang bereaksi terhadap bahan kimia pada karet. Prevalensi alergi
nikel yang tinggi mungkin disebabkan karena mereka selalu bekerja pada tempat
yang basah, yang kemudian dikombinasikan dengan penggunaan alat-alat yang
mengandung nikel seperti gunting, jepit rambut, rol rambut dan batang pengeriting
rambut.
l

Imam Budi Putra : Penyakit Kulit Akibat Kerja Karena Kosmetik, 2008
USU e-Repository 2008
Saat Marks dan Cronin meneliti 60 orang penata rambut di Inggris yang
menderita dermatitis tangan (hand dermatits), dijumpai 70% diantaranya merniliki
hasil patch-test yang positif, sebagai respon terhadap sedikitnya 1 alergen dan makin
lama durasi eksemanya maka makin besar kemungkinan sensitivitasnva.
l

Klinik dermatitis kontak St.J ohn punya pengalaman yang mirip dengan yang
lainnya. Dari 84 orang penata rambut yang diuji, 48 orang diantaranya memiliki
reaksi patch-test yang positif. Penyebab DKA yang paling sering adalah pewarna
rambut ; hal ini sesuai pada 27 individu (32%). Pewarna yang diuji adalah p-
Phenylenediamine (PPD), p-toluenediamine dan orthonitropara phenylenediamine.
Ammonium sulfate menyebabkan reaksi positif pada 15 individu dan dapat berupa
iritan atau alergi. Nikel sulfate menyebabkan 16 reaksi positif dan bahan kimia karet
rnenyebakan 2 reaksi positif.
1

Cronin dan Kullavanijaya meneliti 107 pekerja pada salon penata rambut yang
besar di pusat pertokoan London. Dari 33 orang penata rambut junior, 30 orang
diantaranya menderita dermatitis iritan pada tangan yang disebabkan karena mereka
sering mencuci rambut dan akan menghilang bila tingkat pencucian rambut pada
pelatihan tersebut telah selesai. Hanya 1 dari 25 orang penata rambut tersebut (bukan
pencuci rarnbut) yang mengalam diermatitis.
1

Hannuksela dan Hassi meneliti 30 orang penata rambut wanita di salon salon
kecil dan 2 orang pemangkas rambut. Mereka menemukan bahwa 12 subyek
menderita dermatitis tangan : 3 orang DKA dan 1 orang dermatitis terhadap PPD dan
2 orang terhadap nikel.
l

Melihat dari penelitian-penelitian ini dan penelitian lain yang dilakukan baru-
baru ini pada penata rambut, maka diambil kesimpulan umum sebagai berikut :
(1). Penata rambut mempunyai resiko yang nyata untuk terjadinya dermatitis tangan
yang diinduksi pekerjaan, terutama pada penata rambut yang memiliki riwayat DA;
(2). Alergen yang tersedia pada peralatan patch-test standar dapat menyediakan
sesuatu seri penyaring (screening series) yang baik untuk penata rambut, dengan
pengecualian pada glyceryl thiogly-colate dan ammonium persulfate; (3). Urtikaria
kontak terjadi sebagai respon terhadap lateks, ammonium persulfate dan produk
Imam Budi Putra : Penyakit Kulit Akibat Kerja Karena Kosmetik, 2008
USU e-Repository 2008
penataan rambut yang lainnya; (4). Bila dermatitis terjadi maka perlu untuk
mengurangi keparahannya dan secepat mungkin menghilangkannya untuk mencegah
berkembangnya penyakit tersebut sehingga dapat mempengaruhi kegiatan sehari-hari
orang tersebut.
l

Pencegahan dan penatalaksanaan dermatitis tangan pada penata rambut dapat
menjadi sulit. Van der Walle menyarankan beberapa cara pencegahan yaitu antara
lain : (1). Tidak sering melakukan pencucian rambut; (2) Sering menggunakan
pelembab; (3). Pakai sarung tangan vinyl yang disposable (sekali pakai) bila mencuci,
memutihkan dan mewarnai rambut; (a). Hindari peralatan dan perhiasan dari nikel,
dan (5). J agalah agar tempat bekerja bersih dan rapi. Bila dermatitis kontak terjadi
maka lakukan identifikasi bahan kimia yang menjadi penyebab dan menghindari
paparan, yang merupakan solusi yang paling sering dilakukan namun tidaklah selalu
mudah.
l

Berkaitan dengan hal tersebut sebaiknya program preventif perlu dimulai pada
awal pelatihan untuk rnencegah terjadinya dermatitis kontak iritan, maupun
dermatitis kontak alergika, yang umumnya akan terjadi setelah beberapa tahun.
Penentuan adanya diagnosis alergi yang pasti sangat penting untuk menghindari
timbulnya dermatitis tangan dan kelanjutan kerja. Umumnya reaksi disebabkan
adanya kosmetik yang masih melekat pada kulit setelah aplikasi ("stay-on" / " leave-
on"). Prognosis dari dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) tergantung pada riwayat
sebelum timbulnya dermatitis tangan dan pekerjaannya sepanjang hari. Apabila
memungkinkan, maka uji tempel dengan standar alergen untuk hair dresser
merupakan alat skrining utama serta untuk evaluasi ilmiah. Prognosis penyakit kulit
akibat kerja (PKAK) pada hairdresser sangat tergantung dari riwayat adanya
dermatitis tangan serta kerja yang berkelanjutan dalam suasana basah yang dilakukan
Sepanjang hari.
2

Perawat Kuku (Manicurist) dan Seniman Kuku (Nail Artist)
Perawat kuku adalah seorang ahli kosmetik yang memiliki spesialisas dalam
bidang merawat kuku-kuku jari tangan dan jari kaki. Mereka membentuk, mengukir,
Imam Budi Putra : Penyakit Kulit Akibat Kerja Karena Kosmetik, 2008
USU e-Repository 2008
membersihkan, menggosok lempeng kuku, dan menempelkan dan menempelkan
kuku palsu. Tidak ada survey epidemologikal penyakit kulit akibat kerja pada
perawat kuku, dan hanya beberapa kasus yang pernah dilaporkan. Membersihkan
kuku dengan air sabun dan mengangkat enemel dengan suatu larutan campuran,
membuat perawat kuku dapat terpapar dengan iritan primer. Sensitisasi dapat terjadi,
seperti yang pernah diiaporkan pada perawat kuku yang menderita DKA pada tangan
kanan yang terjadi secara sekunder terhadap batang orangewood yang digunakan
untuk mengangkat kutikula. Sensitisasi dapat terjadi sebagai hasil pemaparan
terhadap toluene sulfonamide formaldehyde resin pada pewarna kuku, lem
cyanoacrylic yang digunakan untuk menempel kuku dan untuk melengketkan kuku
palsu, dan acrylic monomer yang digunakan untuk membentuk kuku buatan. Toluene
sulfonamide formal dehyde resin kelihatannya lebih menjadi masalah bagi para
pelanggan dibanding perawat kuku. Sepertinya yang lebih sering menyebabkan DKA
diantara perawat kuku adalah acrylic monomer pada kuku pahatan dan lem
cyanoacrylic yang digunakan untuk memperbaiki lempeng kuku yang patah dan
untuk menempelkan lempeng kuku plastik yang sudah dibentuk. Suatu gambaran
kasus tersebut adalah seorang perawat kuku di klinik patch-test Hershey yang di ukir
dengan menggunakan plastik acrylic. Patch-test menunjukkan reaksi yang positif
terhadap monomer metacrylate multipel, dan bila berhenti dari pekerjaannya sebagai
perawat kuku maka dermatitisnya akan hilang. Seorang perawat kuku yang lainnya
menderita dermatitis tangan selama delapan bulan. Dia dilatih sebagai penata rambut
dan perawat kuku, tapi kemudian tugasnya terbatas pada merawat dan memperindah
kuku. Pekerjaannya mencakup semua fungsi rutin seorang perawat kuku, termasuk
memakaikan kuku palsu dan juga menempelkan kuku dengan menggunakan lem
cyenoacrylate. Walaupun sudah menggunakan steroid topikal dan sistemik, namun
dermatitis tangannya tetap menyebabkan dia kehilangan pekerjaannya. Dermatitis
tangannya tetap masih ada walaupun d ia sudah dua bulan berhenti dari pekerjaannya
di salon. Setelah dilakukan tes terbuka yang hasil positif terhadap lem cyanoacrylic,
baru dia menyadari bahwa walaupun dia sudah berhenti bekerja namun dia masih
memakai kuku palsu pada jarinya sendiri secara kontinyu 2 atau 3 kali seminggu
Imam Budi Putra : Penyakit Kulit Akibat Kerja Karena Kosmetik, 2008
USU e-Repository 2008
Imam Budi Putra : Penyakit Kulit Akibat Kerja Karena Kosmetik, 2008
USU e-Repository 2008
dengan menggunakan lem tersebut. Dia memperoleh hasil patch-test yang negatif
terhadap metacrylate monomer dan terhadap toluene sulfonamide formaldehyde resin
1,2
Bila perawat kuku yang kira-kira akan di patch-test, maka diperlukan
beberapa bahan kimia tambahan disamping alergen standar. Alegen tersebut antara
lain : toluene sulfonamide, lem cyanoacrylic dan acrylic monomer untuk screening
sensitivitas terhadap kuku palsu. 5 acrylate telah diidentifikasi sebagai alergen pada
screening untuk reaksi terhadap kuku palsu, yaitu ; ethyl acrylate, 2-hydroxi ethyl
acrylate, ethylen glycol dimetacrytlate, ethyl a cyanoacrylic dan triethylene glycol
diacrylate. J ika screening terhadap produk acrylic monomer memberikan hasil yang
negatif maka terlebih lanjut harus dilakukan dengan preparat kuku lain yang lebih
spesifik karena mungkin dapat terjadi reaktifitas saling total diantara bahan-bahan
kimia tersebut.
1

Wangi - Wangian (Fragrence)
Parfum merupakan campuran kompleks dari bahan wangi-wangian yang
bersifat organik (diderivasi dari bahan-bahan yang berasal dari hewani atau t umbuh-
tumbuhan) dan bahan sintetik. Banyak dari bahan kimia aromatik ini digunakan
wangi-wangian dan pemberi rasa. Sebaga contoh seperti misalnya cinnamic aldehyde
yang biasanya di jumpai pada parfum, pewangi ruangan detergen, sabun dan pasta
gigi, juga digunakan pada minuman ringan, permen dan permen karet dan es krim.
Penelitian prospektif terhadap reaksi kosmetik yang dilakukan oleh Grup Deermatitis
Kontak Amerika Utara (North America Contact Dermatitis Group : NACDG)
mengidentifikasikan bahwa wangi-wangian merupakan penyebab utama DKA. Hal
ini juga dikonfirmasikan oleh yang lain. Walaupun fotodermatitis, urtikaaaria kontak,
iritasi dan depigmentasi kadang-kadang terjadi, namun reaksi yang paling sering
terjadi adalah DKA. Konsentrasi wangi-wangian maksimum yang diperbolehkan
dalam berbagai produk yaitu sebagai berikut : parfum untuk masker kurang dari atau
sama dengan 0,1% ; kosmetik 0,5% ; cologne 4,0%; toilet water 5,0% dan parfum
20%. Beberapa grup telah dibentuk untuk mengevaluasi keamanan bahan wangi

You might also like