You are on page 1of 8

Obesitas Memperburuk Asma Bila penderita asma yang juga mengalami problem kegemukan atau obesitas sebaiknya waspada

karena sangat rentan dan akan sering dirawat di rumah sakit. Seperti dilaporkan riset dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology edisi September, penderita asma yang berbadan gemuk berisiko lima kali lebih besar mendapat perawatan di rumah sakit akibat serangan asma ketimbang penderita non obesitas. Indikasi ini merupakan hasil kajian !r. !a"id #. #osen dari $aiser %ermanente di %ortland, &regon, dan timnya terhadap '.''( pasien aktif asma berusia sediktinya () tahun. !alam menguji pengaruh obesitas terhadap asma, #osen memperhitungkan sejumlah faktor seperti merokok, konsumsi obat steroid oral dan penyakit gastric reflu*. !ibanding mereka yang beratnya normal, pasien yang obesitas tercatat +,, kali lipat cenderung memiliki pengendalian yang buruk saat terserang asma dan -,. kali cenderung memiliki sejarah dirawat di rumah sakit akibat asma. %esan penting dari penelitian ini kata penulis laporan riset, !r. #ichael Schat/ dari $aiser %ermanente San !iego #edical Center, adalah penderita asma yang obes harus dipantau secara hati hati karena sulit mengendalikan asma mereka, dan oleh sebab itu mereka cenderung dirawat di rumah sakit. 0$ompas1 #inggu, , September +2234 http566asmaalergi.blogspot.com6+2'26'26obesitas memperburuk asma.html Anak Gemuk dan Ngorok, Waspada Gangguan Pernafasan Anak gemuk dan ngorok saat sedang tidur7 #ulai sekarang, harus waspada. #ungkin saja, anak mengalami obstruktif sleep apnea 0&SA4 atau gangguan pernafasan yang muncul pada obesitas. 8&SA merupakan penyakit baru namun lama,8 ujar dr 9aksmi :ulandari Sp%, ahli spesialis paru ;S<, dr Soetomo Surabaya kepada wartawan di ruang paru ;S< dr Soetomo, Senin 0+=6'26+22,4.Anak >emuk dan ?gorok, :aspada >angguan %ernafasan #enurut 9aksmi, penyakit ini baru karena saat ini di Indonesia makin banyak orang yang mengalami obesitas. @etapi merupakan penyakit lama karena penyakit ini sudah ada sejak dulu khususnya di luar negeri yang banyak mempunyai warga yang bertubuh gemuk. &SA sendiri merupakan gangguan pernafasan yang muncul para penderita obesitas. 9ambat tapi pasti, pre"alensi &SA semakin lama semakin meningkat. Sejalan dengan berubahnya pola hidup ala barat. %enyakit itu mengakibatkan hipoksemia atau kekurangan oksigen akibat pangkal lidah jatuh ke belakang saat tidur ngorok. Sehingga mempersempit jalan nafas. Bila keadaan itu terus berlanjut, bisa mengakibatkan hipoksemia kronis yang tidak hanya merusak paru paru saja tetapi juga dapat merusak organ lain. Seperti, jantung, syaraf, otak dan lain lain. &SA bisa muncul sejak dini. Bahkan anak S! pun berpotensi mengidap &SA. Cara termudah menanganinya yakni, dengan mengatur letak tidur anak agar tidur ngorok. %osisi tidur anak bisa dimiringkan jika dalam keadaan terlentang saat anak mengalami ngorok. @etapi bila sudah parah, penanganannya menggunakan masker yang dialiri oksigen untuk memudahkan jalan nafas. @api, penanganan yang paling efektif adalah menurunkan berat badan si anak. $arena point utama dari &SA adalah penurunan berat badan itu sendiri. 0detiksurabaya1 Jumat, '+ !esember +2234 http566slim*press.blogspot.com6+2236'+6anak gemuk dan ngorok waspada gangguan.html

Penderita Obesitas Pun Mudah Terserang Asma %emilik bobot badan berlebih harus lebih mewaspadai kesehatannya. %emilik berat badan berlebih apalagi penderita obesitas berisiko diintai lebih banyak penyakit, salah satunya risiko mengalami sesak napas lebih tinggi. @ak hanya itu, para dokter di $anada juga merasa kesulitan mendiagnosis apakah mereka terserang asma atau paru paru karena penderita sering mengalami gejala hampir mirip. Sebuah penelitian dalam jurnal di $anada menyebutkan dokter tidak bisa memastikan ketika seorang penderita obesitas didiagnosa dibanding orang orang pada umumnya. @etapi penelitian telah menunjukkan bahwa masa lalu, spirometri, tes standar fungsi paru paru, tidak digunakan sesering yang seharusnya dalam mendiagnosis asma, kata !r Smita %akhale ;umah Sakit &ttawa di &ntario, $anada, yang mencetuskan penemuan baru. AAAsma harus didiagnosis berdasarkan gejala dan pengujian kedua paru fungsi dan ini pun bisa menjadi faktor dalam kesalahan diagnosa di studi ini. %akhale mengatakan pada ;euters Bealth pekan lalu meskipun, ia menambahkan, itu hanya spekulasi. %akhale juga menunjukkan bahwa orang dewasa obesitas beresiko tinggi mengalami gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan asma seperti gejala seperti sesak napas dan sesak dada. #ereka termasuk dalam golongan dengan tingkat kebugaran rendah, refluks asam dan penyakit jantung tinggi. %akhale mengatakan orang yang tahu betul mereka memiliki asma setelah keluar dari ruang gawat darurat atau klinik klinik medis, harus segera menjalani perawatan lebih lanjut dengan dokter utama. Agar, imbuhnya, mereka bisa mendapatkan pengujian atau tambahan e"aluasi, yang dapat mengungkap penyebab sebenarnya, bila seandainya itu bukan asma. %enelitian ini melibatkan -=. orang dewasa yang dipilih acak dari delapan kota di $anada yang telah didiagnosa mengidap asma. Sebagian besar dari mereka adalah obes julukan penderita obesaitas dan sisanya, bagian kecil berbobot badan normal. Secara keseluruhan, tes fungsi paru mengonfirmasi ,2 persen dari peserta didiagnosa memiliki asma. !ari jumlah tersebut baik pria dan wanita, masing masing, sudah pernah menjalani perawatan darurat terkait gangguan pernafasan dalam satu tahun terakhir. %eserta obesitas yang ternyata tidak memiliki asma, sebanyak +' persen, ternyata juga telah mencari pengobatan mendesak untuk gejala pernafasan pada tahun lalu. Sedangkan prosentase keluhan pernafasan dan gejala asma pada pria dan perempuan berbobot badan normal lebih kecil '2 persen. 0;epublika&nline1 Selasa, +2 Juli +2'2, '(5)( :IB http566www.republika.co.id6berita6gaya hidup6info sehat6'262,6+26'+))=3 penderita obesitas pun mudah terserang asma $omplikasi &besitas dan <saha %enanggulangannya A. Guntur Hermawan Laboratorium IlMu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta PEN AH!"!AN !ahulu, gemuk merupakan suatu kebanggaan dan merupakan kriteria untuk mengukur kesuburan dan kemakmuran suatu kehidupan, sehingga pada saat itu banyak orang berusaha menjadi gemuk dan mempertahankannya sesuai dengan status sosialnya. @etapi dalam perkembangan selanjutnya justru sebaliknya1 kegemukan, atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan peningkatan kematian. &besitas biasanya makin tinggi angka kejadiannya sesuai dengan peningkatan usia, kekerapan terjadi obesitas akan makin meningkat. !i Amerika Serikat, +2C laki laki dan -2C wanita usia pertengahan menderita obesitas. !i Indonsia belum ada penelitian kekerapan obesitas ini, tetapi dari studi pendahuluan proyek pencegahan penyakit jantung dan

pembuluh darah di Jakarta Selatan didapatkan suatu profit kekerapan obesitas sebesar '',(C, pria +,=C dan wanita '3,=C. %ada penelitian selanjutnya temyata obesitas sering me nimbulkan komplikasi berupa kelainan jantung, hipertensi, diabetes melitus, gangguan pernafasan dan pada usia lanjut sering menyebabkan kelainan sendi. :alaupun obesitas dapat menimbulkan berbagai penyulit tetapi masih bersifat re"ersibel, oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan pendekatan yang sesuai dan mengena terhadap problema masing masing penderita. #ATA$AN Banyak cara untuk menentukan apakah seseorang menderita obesitas atau tidak, yaitu dengan Inde* Broca, inde* massa tubuh, mengukur lipatan kulit trisep dan skapula dan berat badan relatif. !alam klinis cara yang paling banyak digunakan adalah menghitung berat badan relatif Jika hasilnya 5 D =2C 5 kurang dari normal =2C ''2C 5 normal ''2C '+2C 5 lebih dari normal '+2C '(2C 5 obesitas ringan '(2C '-2C 5 obesitas sedang E '-2C 5 obesitas berat %OMP"&%A$& O#E$&TA$ !alam berbagai penelitian telah diketahui bahwa obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya penyakit lain, misalnya sesak nafas6sistim pernafasan dan pada penderita usia lanjut sering terjadi osteoartrosis. Obesitas dan Hipertensi %enelitian tahun '=)= menunjukkan adanya hubungan lang sung antara hipertensi dengan berat badan yang berlebihan1 penelitian Framingham juga menemukan adanya kenaikan tekanan darah pada dewasa muda yang mempunyai berat badan lebih, namun masih banyak diperlukan informasi untuk men jelaskannya. Selain itu beberapa penelitian epidemiologi telah membuktikan pula adanya hubungan yang linier antara obesitas dan hipertensi1 hubungan kausalnya belum dapat diketahui dengan pasti, namun dalam pengamatan selanjutnya apabila penderita obesitas diturunkan berat badannya maka tekanan darahnya akan turun pula1 oleh karena itu timbul beberapa teori yang dikemukakan mengenai adanya hubungan tersebut, diantaranya yaitu 5 Mekanisme hemodinamik. Ale*ander dalam penelitiannya mendapatkan peningkatan "olume darah sekuncup dan "olume darah pada penderita obesitas bila dibandingkan dengan yang bukan obesitas. Juga terdapat peningkatan tahanan perifer pembuluh darah penderita obesitas normotensi bila dibandingkan dengan penderita yang bukan obesitas. Sehingga timbul pendapat bahwa peningkatan Cermin Dunia Kedokteran No. !, "##" $# "olume sekuncup, "olume darah dan peningkatan tahanan

perifer memegang peranan penting dalam terjadinya hipertensi pada obesitas. %ktivitas sara& sim'atis James dkk. menemukan pada penderita wanita obesitas yang diturunkan berat badannya ternyata terjadi juga penurunan tekanan darah dan denyut jantung serta pada pemeriksaan urinenya terdapat peningkatan sisa sisa metabolisme kateko lamin yaitu 5 - hidroksi ( metoksi mandelikasid, sehingga timbul pendapat bahwa peningkatan katekolamin merupakan akibat dari akti"itas saraf simpatis yang meningkat. (ndokrin #iller dkk. dalam penelitiannya mendapatkan adanya pening katan kadar insulin dan aldosteron dalam plasma penderita obesitas. Aldosteron akan mengurangi ekskresi ?a dalam glome ruli, begitu juga insulin pada percobaan binatang dengan jelas mengurangi pula sekresi ?a dalam glomeruli1 dalam beberapa hal keadaan ini diperkirakan juga terjadi pada manusia, sehingga adanya peningkatan insulin dan aldosteron akan menyebabkan retensi ?a dalam darah yang mengakibatkan terjadinya pe ningkatan "olume darah, yan) menyebabkan hipertensi. %ara peneliti tersebut di atas semua sepakat bahwa menurun kan berat badan akan menurunkan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung 0dikutip dari -4. Obesitas dan Pen'akit (antung &skemik %enelitian Framingham menunjukkan meningkatnya resiko kematian mendadak yang sangat menyolok baik pada pria ataupun wanita dengan obesitas. :anita obesitas mempunyai resiko '( kali lebih banyak mengalami kematian mendadak dan kesakitan dibandingkan dengan wanita yang tidak obesitas. !a hasil penelitian tersebut timbul dugaan apakah obesitas berpengaruh langsung terhadap terjadinyaarteriosklerosiskoro ner. %ada penelitian terhadap binatang yang dibuat obesitas ter nyata peningkatan terjadinya arteriosklerosis tidak dapat dibukti kan. Sehubungan dengan keadaan tersebut maka diadakan pengamatan pada penderita obesitas yang dengan pemeriksaan angiografi memperlihatkan sklerosis arteria koronaria, ternyata tidak terbukti pada pemeriksaan bedah mayat1 oleh karena itu arteriosklerosis tidak berhubungan dengan kenaikan berat badan. Ada pendapat bahwa obesitas tidak langsung menyebab kan terjadi arteriosklerosis koroner, tetapi hanya merupakan tambahan risiko terjadinya serangan penyakit jantung koroner. Skema hubungan antara obesitas dan penyakit jantung koroner 5 Obesitas dan iabetes Me)ittus &besitas ternyata juga mempengaruhi metabolisme tubuh manusia1 yang sangat menyolok dan sering terjadi adalah hubungan langsung antara obesitas dengan diabetes melitus.

%ada obesitas kemungkinan terkena diabetes melitus .+,= kali lebih sering bila dibandingkan yang tidak obesitas. !i Amerika telah dilaporkan pula bahwa penderita obesitas yang umumya +2 -) tahun mempunyai kecenderungan ter kena diabetes melitus (,3 kali lebih sering bila dibandingkan dengan penderita yang berat badannya normal. Sedangkan yang umurnya -) ,) tahun kecenderungan terjadinya diabetes melitus + kali lebih sering dari yang berat badannya normal. !ikemukakan pula bahwa penderita obesitas sering mengalami hiperglikemi tetapi dalam keadaan hiperinsulinisme1 keadaan ini mungkin karena adanya resistensi insulin yang meningkat atau kurang pekanya reseptor insulin terhadap adanya hiperglikemi. Ada pula yang mengatakan bahwa pada penderita obes diabetik, kelainan dasarnya adalah gangguan keseimbangan kinetik sekresi insulin. Sekresi insulin terlambat sehingga kadar glukosa darah tidak dapat dikontrol secara teratur dan terdapat peningkatan sekresi insulin sehingga cenderung terjadi hiper insulinisme yang disertai dengan peningkatan resistensi insulin. $ecuali itu, hiperglikemi dan hiperinsulinemi dapat pula disebabkan oleh karena kualitas insulin yang abnormal, adanya produk6 hormon yang bersi fat antagonis terhadap insulin atau berkurangnya jumlah reseptor yang sensitif pada membran sel. Obesitas dan Gangguan Pernafasan %ada penderita obesitas terdapat timbunan lemak pada rongga dada dan rongga perutnya sehingga akan menyebabkan gangguG an proses pernafasan1 oleh karena itu pada obesitas cenderung terjadi penurunan kapasitas pant yang akan mengakibatkan penurunan fungsi paru. $elainan ini bila dalam keadaan berat dengan tanda tanda somnolen dan hipo"entilasi disebut dengan Pi*k+i*kian syndrome. $eadaan ini akan menghilang bila penderita menurunkan berat badannya. Obesitas dan %e)ainan $endi Setiap peningkatan berat badan lebih dari normal akan me nimbulkan beban yang berlebihan pada sendi penyangga berat badan, dan ini cenderung menyebabkan trauma ringan tetapi terus menerus dan akan berakhir menjadi osteoartrosis 0&A4 baik primer ataupun sekunder. Hngel dalam penelitiannya atas populasi penduduk yang dibagi menjadi - grup, ternyata grup yang mempunyai berat badan berlebihan dengan umur makin tua cenderung lebih cepat menderita &A. Sendi yang terkena adalah sendi penyangga berat badan yaitu punggung, pangkal paha, lutut dan pergelangan kaki. PENATA"A%$ANAAN

%enatalaksanaan obesitas dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pengobatan dasardan pengobatan terhadap komplikasinya. Pengobatan asar ", !iet. !ianjurkan diet dengan rendah kalori tetapi cukup gi/i, ialah ') +2 kalori6kg.bb.,dengan komposisi +2C protein, .)C karbohidrat dan ')C lemak, komposisi tersebut mirip dengan komposisi diet B' dari Askandar. !iet yang tak la/im misalnya diet hanya dengan protein saja -ti)er diet,, diet tidak makan nasi sama sekali, pada saat sekarang ini tidak sesuai lagi. Cermin Dunia Kedokteran No. !, "##" ., &lah ;aga. !i samping mempercepat metabolisme, juga dapat membuat kondisi tubuh lebih segar dan dapat menambah estetika. &lah raga dimaksudkan agar jumlah kalori yang dikeluarkan tubuh lebih banyak daripada jumlah kalori yang masuk. !engan olah raga yang baik akan terjadi peningkatan metabolisme. $, &bat obatan. &bat obatan yang banyak digunakan untuk obesitas terdiri dari obat penahan nafsu makan di antaranya alah golongan amfetamin, obat yang meningkatkan6mempercepat metabo lisme tubuh misalnya preparat tiroid, obat pemacu keluarnya cairan tubuh misalnya diuretika1 pencahar. ?amun obat obat tersebut bila digunakan dalam jangka panjang akan menyebab kan efek samping sangat merugikan tubuh. &leh karena itu penggunaannya sebaiknya disertai kontrol ketat. /, %embedahan. &perasi 0e0uno1ileal by1'ass dilakukan memotong sebagian usus halus yang menyerap makanan, tetapi resikonya cukup besar sehingga hal tersebut harus dilakukan dengan indikasi yang cukup kuat, yaitu apabila obesitas tak dapat diobati dengan tindakan konser"atif &perasi pengambilan jaringan lemak 0adipektomi4, lebih cenderung bersifat estetika. Pengobatan terhadap komp)ikasi '4 Bipertensi %ada prinsipnya hampir semua peneliti dan para ahli ber pendapat bila berat badan ditumnkan maka tekanan darah akan turun dengan sendirinya. @etapi kadang kadang diperlukan juga pengobatan antihipertensi1 juga perlu diperhatikan apakah penderita obesitas menggunakan obat obat yang dapat

meningkatkan tekanan darahnya. +4 %enyakit Jantung Iskemik Seperti apa yang telah dibicarakan di atas, obesitas bukan merupakan penyebab langsung terjadinya penyakit jantung iskemik, tetapi hanya merupakan faktor resiko saja1 0lihat skema4 Apabila akti"itas fisik dijalankan dengan baik dan teratur maka kemungkinan terjadinya penyakit jantung iskemik akan berkurang. (4 !iabetes #elittus %enderita obes dengan diabetes melitus diberi diit rendah kalori yaitu ') +2 kalori6kg bb6hari. Selain itu sering didapat kan kurangnya sensiti"itas terhadap pemberian insulin tetapi responsif terhadap sulfonil urea. %emberian insulin harus dengan dosis yang lebih tinggi, kemudian ditumnkan secara perlahan lahan. Askandar 0'=324 menetapkan penumnan dosis tersebut sebesar + unit per kali, disertai peningkatan penggunaan &A! sampai adekuat. -4 &steoartrosis %ada obesitas dengan kelainan sendi 0&A4, tindakan utama adalah memberikan diet untuk menurunkan berat badan dengan tujuan mengurangi beban pada sendi penyangga berat badan1 bila nyeri sekali sebaiknya sendi diistirahatkan dan dilakukan fisioterapi, bila tak teratasi dapat diberikan obat obatan anti radang nonsteroid 0?SAI!4, kadang kadang dapat pula diberi kan steroid intra artikuler. *&NG%A$AN %enderita obesitas adalah penderita yang mempunyai berat badan lebih dari '+2C dari berat badan normal. Sering menderita komplikasi yang berupa hipertensi, penyakit jantung iskemik, diabetes melitus, sesak nafas, &A. %enatalaksanaannya pada dasarnya adalah menurunkan berat badan dengan cara diet rendah kalori, olah raga, obat obatan dan kadang kadang pembedahan. Sedang untuk komplikasi kadang kadang diperlukan obat anti hipertensi, untuk menghindari penyakit jantung iskemik dapat dilakukan dengan mengurangi ataupun menghilangkan faktor resikonya. <ntuk obes diabetes diberikan diet rendah kalori, insulin dari dosis yang adekuat ditmnkan dosisnya secara bertahap dan diberikan &A!. <ntuk &A dilakukan diet dan fisioterapi dan bila perlu dapat diberikan obat anti radang bukap steroid dan steroid intra artrikuler. %EP!$TA%AAN '. Cahill J>. &besity. In 5 #etabolism. Scientific American Inc. '=3). p. ' .. +.

Ian Itallie B@. Bealth implication of o"erweight and obesity in <nited States. Ann Intern #ed '=3)1 '2( 5 =3( 3. (. Sutedjo. &besitas, hubungannya dengan kesehatan jantung. Simposium sehari pengaruh kegemukan pada estetika tubuh, Jakarta '=33. -. !ustan B%. &besity and Bypertension.Ann Intern #ed '=3)1'2(5 '2-, =. ). Connor H9B. &besity, Arteriosclerosis and Artery !isease. Ann Intern #ed '=3)1 '2( 5 '2'2 3. .. Stallon ;A. Hpidemiology Studies of &besity. Ann Intern #ed '=3)1 '2( 5 '22( '2. ,. :atters $, Aucoin F. #anaging the obese diabetic 5 the "alue of !iamicron. @reating !iabetes an educational series. Ser"ier 9ab 9td. (. p. ) ,. 3. :allace S9. >out, %seudogout and &steoarthritis. In 5 >eriatric #edicine the @reatment of !isease in Hlderly. Barris ; 0ed.4 '=3+. p. '+' .. =. Askandar @j. !asar dasar pengobatan !iabetes #elittus. Simposium peng obatan dan perawatan melittus '=32. Bal ' ++. '2. !anfort H. !iet and &besity. Am J Clin ?utrition '=3). p. ) ,. ''. Bedi ;osmiati, :ardani B%. %enanggulangan kegemukan dengan obat obatan. $egemukan #asalah dan %engobatannya Jakarta1 F$<I '=3.. Bal. -) )+

You might also like