Professional Documents
Culture Documents
Daratan
a. Dataran Rendah
Secara umum, dataran rendah diidentifikasikan sebagai relief daratan yang mempunyai ketinggian antara 0 - 400 m. Bentuk muka bumi berupa dataran rendah digambarkan dengan menggunakan simbol area berwarna hijau. Pewarnaan hijau tersebut dapat dipecah lagi menjadi beberapa tingkatan warna, misalnya warna hijau untuk ketinggian antara 0 - 100 m dan warna hijau muda untuk ketinggian antara 100 - 400 m. Pada peta topografi, dataran rendah dicirikan dengan penggambaran garis kontur yang jarang. b. Dataran Tinggi Dataran tinggi diidentifikasikan sebagai relief daratan yang air relatif laut. landai Dataran dengan tinggi ketinggian antara 400 - 1.000 meter dari permukaan digambarkan dengan menggunakan simbol area berwarna kuning atau cokelat muda. Pada peta topografi, penggambaran dataran tinggi digambarkan dengan garis kontur yang agak jarang, namun memiliki angka penunjuk kontur yang besar (antara 400 1.000 meter). c. Kawasan Pegunungan atau Perbukitan Kawasan pegunungan sebagai atau perbukitan yang diidentifikasikan daratan
memiliki kemiringan lereng yang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan dataran dan mempunyai ketinggian di atas 1.000 meter. Karena kemiringan lerengnya yang relatif besar, maka kawasan ini bila digambarkan dengan peta kontur akan memiliki garisgaris kontur yang relatif rapat satu sama lain. Adapun pada peta umum, kawasan ini digambarkan dengan simbol area berwarna cokelat. d. Rawa, Danau, dan Waduk Rawa merupakan wilayah daratan yang digenangi air, biasanya berada di dataran rendah atau di daerah pantai. Adapun danau adalah daratan luas yang digenangi air, sedangkan waduk adalah danau buatan. Keduanya tinggi. biasanya peta, terletak danau di dan dataran waduk Pada
digambarkan dengan simbol area berwarna biru, sedangkan rawa digambarkan dengan simbol area berwarna hijau dengan garis putus-putus. Relief Permukaan Laut
e. Sungai Sungai merupakan jalur atau penampang yang dilalui oleh air dari hulu ke hilir. Pada umumnya, sungai memiliki mata air atau berhulu di kawasan pegunungan atau dataran tinggi dan bermuara di lautan. Pada peta, aliran sungai digambarkan dengan garis yang berkelok-kelok berwarna biru. Sementara itu, pada peta kontur, sungai digambarkan dengan garis yang memotong pola kontur dengan arah kontur membelok ke arah hulu. f. Gunung Gunung merupakan bentuk relief muka bumi yang menonjol. Pada umumnya, memiliki ketinggian di atas 1.000 meter. Dalam peta, gunung digambarkan dengan simbol segitiga berwarna merah untuk gunung aktif dan segitiga berwarna hitam untuk gunung mati (tidak aktif). g. Kota/Permukiman dan Jalan Suatu bentuk oleh permukiman letak hanya ditunjukkan ibukotanya.
Berdasarkan hierarki kota, penggambaran letak ibukota digambarkan dengan simbol berikut ini. Adapun budidaya jalan yang merupakan hasil dengan manusia digambarkan
menggunakan simbol garis berwarna hitam atau merah. Besar kecilnya jalan (kelas jalan) juga dibedakan berdasarkan tingkat ketebalan garis pada peta. Pada peta-peta umum tertentu, terdapat simbol area berwarna kelabu untuk menunjukkan kawasan puncak gunung atau pegunungan bersalju serta warna cokelat cerah (terkadang berbintik-bintik) untuk menunjukkan daerah gurun.
Lautan
Berbeda dengan relief daratan yang mudah digambarkan karena dapat terlihat dari atas, muka relief lautan relatif lebih sulit ditentukan. Pada umumnya, lautan digambarkan dengan simbol area berwarna biru. Seperti juga halnya dengan wilayah daratan, penggambaran warna tersebut juga dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan warna berikut ini. Pada beberapa peta terdapat warna biru gelap untuk menunjukkan letak suatu palung dan warna putih kelabu untuk menunjukkan perairan es. Terkadang juga terdapat tanda 4.255, artinya laut tersebut mempunyai kedalaman 4.255 meter.
1. Landas kontinen (continental shelf), yaitu wilayah laut yang dangkal di sepanjang pantai dengan kedalaman kurang dari 200 meter, dengan kemiringan kira-kira 8,4 %. Landas kontinen merupakan, dasar laut dangkal di sepanjang pantai dan menjadi bagian dari daratan. Contohnya Landas Kontinental Benua Eropa Barat sepanjang 250 km ke arah barat. Dangkalan sahul yang merupakan bagian dari benua Australia dan Pulau Irian, landas kontinen dari Siberia ke arah laut Artetik sejauh 100 km, dan Dangkalan Sunda yang merupakan bagian dari Benua Asia yang terletak antara Pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatra. 2. Lereng benua (continental slope), merupakan kelanjutan dari continental shelf dengan kemiringan antara 4 % sampai 6 %. Kedalaman lereng benua lebih dari 200 meter. 3. Dasar Samudra (ocean floor), meliputi: a. Deep Sea Plain, yaitu dataran dasar laut dalam dengan kedalaman lebih dari 1000 meter. b. The Deep, yaitu dasar laut yang terdalam yang berbentuk palung laut (trog).
Pada ocean floor terdapat relief bentukan antara lain: 1. Gunung laut, yaitu gunung yang kakinya di dasar laut sedangkan badan puncaknya muncul ke atas permukaan laut dan merupakan sebuah pulau. Contoh: gunung Krakatau. 2. Seamount, yaitu gunung di dasar laut dengan lereng yang curam dan berpuncak runcing serta kemungkinan mempunya tinggi sampai 1 km atau lebih tetapi tidak sampai kepermukaan laut. Contoh: St. Helena, Azores da Ascension di laut Atlantik. 3. Guyot, yaitu gunung di dasar laut yang bentuknya serupa dengan seamount tetapi bagian puncaknya datar. Banyak terdapat di lautan Pasifik.
4. Punggung laut (ridge), yaitu punggung pegunungan yang ada di dasar laut. Contoh: punggung laut Sibolga. 5. Ambang laut (drempel), yaitu pegunungan di dasar laut yang terletak diantara dua laut dalam. Contoh: ambang laut sulu, ambang laut sulawesi. 6. Lubuk laut (basin), yaitu dasar laut yang bentuknya bulat cekung yang terjadi karena ingresi. Contoh: lubuk laut sulu, lubuk laut sulawesi.
7. Palung laut (trog), yaitu lembah yang dalam dan memanjang di dasar laut terjadi karena ingresi. Contoh: Palung Sunda, Palung Mindanao, Palung Mariana.
menjulang tinggi dan bersamaan dengan itu terbentuk samudera Hindia (Indonseia) yang dalam. Proses Terbentuknya Samudera Samudera dapat terbentuk dengan dua cara : a. Pergeseran vertikal yaitu samudera India dimana kerak bumi menggeser kebawah dan sebagai imbangnya bagian sisi lain menggeser keatas menjadi daratan tinggi atau gunung Himalaya. b. Tertarik oleh benda alam semesta lain dengan gaya sentripetal sehingga bagian bumi itu terlepas menjadi planet yaitu bulan, maka terbentuk samudera pasifik. Berdasarkan penelitian batuannya, maka batu-batuan dibulan sama dengan batubatuan pada dasar samudera pasifik yakni Sillisium Magnesium. PEMBENTUKAN RELIEF BUMI Berbagai teori telah dikemukakan para pakar untuk meyakinkan bahwa bumi ini selalu mengalami proses, namun banyak orang yang menyangsikan kebenarannya. Barulah setelah tahun 1960 an terjadi revolusi pemikiran yang menguatkan pendapat bahwa bumi dalam keadaan labil dengan bukti-bukti yang dapat dipercaya. a. Teori kontraksi oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852), mereka berpendapat bahwa kulit bumi mengalami pengerutan, karena bagian dalamnya mengalami pendinginan. Dengan demikian maka permukaan bumi menjadi tidak rata (keriput). b. Teori LaurasiaGondwana oleh Eduard Zuess (1884) dan Frank B.Taylor (1910). Mereka berpendapat bahwa dikedua kutub bumi masing-masing terdapat benua, di utara ada benua Laurasia dan di selatan ada benua Gondwana. Kedua benua tersebut bergerak kearah ekuator secara perlahan dan berbenturan, mengakibatkannya pecah-pecah dan membentuk seperti sekarang ini, ada gerakan vertical ke atas membentuk pegunungan dan ada gerakan vertical ke bawah membentuk lembah-lembah. c. Teori pergeseran benua oleh Alfred Wegener (1915). Dalam teorinya Wegener mengemukakan bahwa dibumi ini pada awalnya hanya ada satu benua, yaitu Pangeae. Akibat gerak sentrifugal saat bumi berotasi, benua tersebut menjadi retak-retak dan gerakannya makin lama makin lebar dan akhirnya pecah seperti bentuk sekarang ini. d. Teori Konveksi oleh Harry H. Hess (1962). Dalam teorinya mengemukakan bahwa ada aliran konveksi yang merambat ke dalam kerak bumi yg menyebabkan batuan kerak bumi menjadi lunak dan permukaan bumi menjadi tidak rata. e. Teori Pergeseran Dasar Laut oleh Robert Diesz. Dalam teorinya mengemukakan bahwa terjadi pergeseran dasar laut dari arah punggung dasar laut kedua sisinya, makin jauh dari punggungan dasar laut makin tua umurnya. Hal ini berarti arahnya dari punggungan dasar laut. Contohnya, punggungan dasar laut tersebut adalah MidAtlantic Ridge. Relief Permukaan Laut
f.
Teori Lempeng Tektonik Oleh Mc. Kenzie dan Robert Parker (1967). Mereka mengatakan bahwa lapisan batuan (lithosfer) mengapung diatas lapisan astenosfer. Lempeng-lempeng besar dibagi-bagi lagi atas beberapa lempeng yg kecil. Pergerakan dua lempeng tektonik ada beberapa kemungkinan (1) kecepatan sama tinggi, (2) kecepatan tinggi dan yg satu lambat, dan (3) sama-sama rendah. Akibat dari keragaman pergerakan, maka akan menimbulkan bentukan permukaan bumi yg berbeda-beda.
Gaya tektonik yg bekerja dari dalam bumi menyebabkan pengaruh yg nyata di permukaan bumi. Secara garis besar, gaya tektonik dibedakan atas tektonik epirogenesa dan tektonik orogenesa. Tektonik epirogenesa adalah suatu gerakan vertikal yang lambat dan meliputi daerah yg luas. Bila gerakannya merupakan penurunan disebut epirogenesa positif, sedangkan bila gerakannya merupakan pengangkatan disebut epirogenesa negative. Tektonik orogenesa adalah suatu gerakan vertikal yg meliputi daerah yg sempit. Gerakan ini akan membentuk pegunungan. Disamping gerakan-gerakan tersebut diatas, ada gerakan lainnya yg disebut pelengkungan (warping), pelipatan (fold), retakan (joint) dan patahan (fault). Gerakan vertikal yg tidak merata disuatu daerah bebatuan sedimen akan menghasilkan perubahan struktur lapisan yang semula relative horizontal menjadi melengkung ke bawah menghasilkan bentuk cekungan (basin), yg melengkung ke atas menghasilkan bentuk kubah (dome). Gerakan vertikal semacam ini disebut warping. Struktur batuan akan mengalami pelipatan (fold) bila mendapatkan tekanan yg lemah tetapi berlangsung dalam waktu yg lama. Besarnya tekanan masih dibawah titik patah batuan, sehingga masih dapat dinetralisir oleh keelastisan batuan. Bagian puncak lipatan kecil-kecil lagi, demikian pula di bagian lembahnya. Puncak lipatan utama disebut antiklinorium dan lembahnya disebut antiklinal dan sinklinal. Struktur yg terbentuk karena pengaruh gaya regangan, adalah batuan yg retak-retak namun masih bersambung. Jadi gayanya tegak lurus pada bidang permukaan retakan, mengarah ke kedua arah yg berlawanan. Biasanya terjadi pada batuan yg rapuh sehingga dengan tenaga kecil saja sudah membuatnya retak-retak (joint). Patahan (fault) terjadi karena tekanan yg kuat dan berlangsung sangat cepat serta melampaui titik patah batuan. Batuan tidak hanya retak-retak, tetapi sudah terpisah satu sama lain. Daerah sepanjang patahan umumnya merupakan daerah pusat gempa bumi karena selalu mengalami pergeseran batuan. Beberapa istilah sehubungan dengan bentukan patahan antara lain : 1. Graben (slenk), merupakan tanah turun yg terbentuk antara dua patahan blok batuan di tengah kedua patahan mengalami penurunan. 2. Horst, berupa tanah naik yg terbentuk antara dua patahan dimana blok batuan di tengah kedua patahan mengalami pengangkatan.
3. Fault Scarp (cliff), dinding terjal yg dihasilkan oleh patahan dimana salah satu blok bergeser ke atas/ bawah , menjadi lebih tinggi/rendah. Sering kali fault scarp tidak tampak lagi, karena telah mengalami erosi. Tenaga Endogen dan Eksogen
Tenaga Endogen
Tenaga endogen adalah tenaga yg berasal dari dalam bumi yg menyebabkan perubahan pada kulit bumi. Tenaga endogen ini sifatnya membentuk permukaan bumi menjadi tidak rata. Mungkin saja di suatu daerah dulunya permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit atau pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah atau jurang. Secara umum tenaga endogen dibagi dalam tiga jenis yaitu tektonisme, vulkanisme, dan seisma atau gempa.
Tektonisme
Tektonisme adalah tenaga yg berasal dari dalam bumi yg menyebabkan terjadinya dislokasi (perubahan letak) patahan dan retakan pada kulit bumi dan batuan. Berdasarkan jenis gerakan dan luas wilayah yg mempengaruhinya, tenaga tektonik dapat dibedakan atas gerak orogenesa dan epirogenesa. Gerak orogenesa adalah gerakan tenaga endogen yg relative cepat dan meliputi daerah yg relative sempit. Gerakan ini menyebabkan terbentuknya pegunungan. Contohnya terbentuknya deretan lipatan pegunungan muda Sirkum Pasifik. Sedangkan gerak epirogenesa adalah kebalikan ari gerak orogenesa. Gerakan ini sangat lambat, dan meliputi areal yg sangat luas.
Bila permukaaan bumi bergerak turun, sehingga permukaan laut tampak seolah-olah naik, maka gerak epirogenesa disebut gerak epirogenesa positif. Contohnya terjadi di pantai Timor dan pantai Skandinavia. Sebaliknya gerak epirogenesa negative terjadi apabila permukaan bumi naik, sehingga tampak seolah-olah permukaan air laut turun. Contohnya terjadi di telu Hudson.
Vulkanisme
Vulkanisme adalah semua gejala yg terjadi akibat adanya aktivitas magma. Bagaimana terjadinya vulkanisme? Vulkanisme sebenarnya merupakan akibat dari kegiatan tektonisme. Kegiatan tektonisme ini akan mengakibatkan retakan-retakan pada permukaan bumi yg menyebabkan aliran lava dari bagian dalam litosfer ke lapisan atasnya bahkan sampai ke permukaan bumi. Kegiatan magma itulah yg dinamakan vulkanisme. Hasilnya dapat dilihat pada gunung berapi.
Seisme (gempa)
Gempa bumi bisa terjadi siang atau malam hari, dan bisa menimbulkan petaka yg hebat, misalnya menyebabkan tanah longsor, bangunan roboh, banjir, gelombang pasang, bahkan bisa menelan korban jiwa.Sesungguhnya gempa terjadi akibat getaran bumi yg disebabkan oleh kekuatan dari dalam bumi. Bagaimana getaran itu terjadi? Kerak bumi ini merupakan lempengan yg kaku. Di daerah yg labil, lapisan litosfer ini mengalami perubahan letak. Misalnya di satu bagian terangkat ke atas, sedangkan dibagian sebelahnya menurun atau bertahan pada kedudukannya. Pelengkungan pada perbatasan antara dua bagian yg bergeser ini menimbulkan ketegangan yg lama-kelamaan akan patah secara mendadak. Patahan yg mendadak itulah yg menimbulkan getaran gempa. Berdasarkan peristiwa yg menimbulkannya, gempa dibagi menjadi gempa tektonik, gempa vulkanik, dan gempa runtuhan: 1. Gempa tektonik merupakan jenis gempa yg terkuat dan bisa meliputi wilayah yg luas. Gempa ini merupakan akibat dari gerakan gempa tektonik yaitu patahan atau retakan. 2. Gempa vulkanik yaitu gempa yg terjadi sebelum atau pada saat gunung berapi meletus. Gempa ini hanya terasa di daerah sekitar gunung berapi, sehingga tidak begitu kuat jika dibandingkan dengan gempa tektonik. 3. Gempa runtuhan yaitu gempa yg terjadi akibat runtuhnya atap gua yg terdapat di dalam litosfer, seperti gua kapur atau terowongan tambang. Gempa ini relative lemah dan hanya terasa di sekitar tempat runtuhan terjadi. Masih banyak penggolongan jenis gempa. Misalnya berdasarkan bentuk episentrumnya, dibedakan menjadi 2 macam, yaitu gempa linier dan gempa sentral. Gempa linier yaitu episentrumnya berupa garis. Sedangkan gempa sentral yaitu episentrumnya berbentuk suatu titik. Berdasarkan letak kedalamannya hiposentrum dibedakan menjadi 3 macam gempa, yaitu gempa dalam, gempa intermediet (menengah), dan gempa dangkal. Relief Permukaan Laut
Berdasarkan jarak episentrumnya, gempa dibedakan menjadi 3 macam, yaitu gempa setempat, gempa jauh,dan gempa sangat jauh. Berdasarkan episentrumnya, gempa dibedakan menjadi gempa laut dan gempa darat.
Tenaga Eksogen
Tenaga eksogen adalah kebalikan dari tenaga endogen, yaitu tenaga yg berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Secara umum tenaga eksogen berasal dari 3 sumber, yaitu: 1. Atmosfere, yaitu perubahan suhu dan angin 2. Air, yaitu bisa berupa aliran air, siraman hujan, hempasan gelombang laut, gletser dan sebagainya. 3. Organisme, yaitu berupa jasad renik, tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia.
Vulkanisme
Semua gejala didalam bumi sebagai akibat adanya aktivitas magma disebut vulkanisme. Magma adalah batuan cair pijar bertemperatur tinggi yg terdapat didalam kulit bumi, terjadi dari berbagai mineral dan gas yg terlarut didalamnya. Magma terjadi akibat adanya tekanan didalam bumi yg amat besar, walaupun suhunya cukup tinggi, tetapi batuan tetap padat. Jika terjadi pengurangan tekanan, misalnya adanya retakan, tekanannya pun akan menurun sehingga batuan tadi menjadi cair pijar atau disebut magma. Jika gerakan magma tetap dibawah permukaan bumi disebut intrusi magma. Sedangkan magma yg bergerak dan mencapai ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma. Ekstrusi magma inilah yg menyebabkan gunung api atau disebut juga vulkan. Secara rinci, adanya intrusi magma (atau disebut plutonisme) menghasilkan bermacammacam bentuk, yaitu:
1. Batolit adalah batuan beku yg terbentuk didalam dapur magma, sebagai akibat penurunan suhu yg sangat lambat. 2. Lakolit adalah magma yg menyusup diantara lapisan batuan, yg menyebabkan lapisan batuan diatasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata. 3. Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yg tipis menyusup diantara lapisan batuan. 4. Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisanlapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng. 5. Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil. 6. Diatrema adalah batuan yg mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi. Secara umum ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu: 1. Ekstrusi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau patahan memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi. Misalnya Gunung Api Laki di Eslandia, dan deretan gunung api di Jawa Tengah dan Jawa Timur. 2. Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi, sehingga magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu. Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yg luasnya mencapai 10.000km persegi. 3. Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran magma) dan membentuk gunung-gunung yg terpisah. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung Vecusius, dan lain-lain. Berdasarkan sifat erupsi dan bahan yg dikeluarkannya, ada 3 macam gunung berapi sentral, yaitu: 1. Gunung api perisai. Gunung api ini terjadi karena magma yg keluar sangat encer. Magma yg encer ini akan mengalir ke segala arah sehingga membentuk lereng sangat landai. Ini berarti gunung ini tidak menjulang tinggi tetapi melebar. Contohnya: Gunung Maona Loa dan Maona Kea di kepulauan Hawaii. 2. Gunung api maar. Gunung api ini terjadi akibat adanya letusan eksplosif. Bahan yg dikeluarkan relatif sedikit. Karena sumber magmanya sangat dangkal dan sempit. Gunung api ini biasanya tidak tinggi, dan terdiri dari timbunan bahan padat (efflata). Di bekas kawahnya seperti sebuah cekungan yg kadang-kadang terisi air dan tidak mustahil menjadi sebuah danau. Mialnya Danau Klakah di Lamongan atau Danau Eifel di Prancis. 3. Gunung api strato. Gunung api ini terjadi akibat erupsi campuran antara eksplosif dan efusif yg bergantian secara terus menerus. Hal ini disebabkan lerengnya berlapis-lapis dan terdiri bermacam-macam batuan. Gunung api inilah yg paling Relief Permukaan Laut
banyak ditemukan didunia termasuk di Indonesia. Misalnya gunung Merapi, Semeru, Merbabu, Kelud, dan lain-lain. Gejala Pasca Vulkanis Saat gunung berapi meletus, memuntahkan bahan material dari perut bumi ke permukaan bumi, bahan yg dikeluarkan gunung api yg meletus bisa mengeluarkan wujud padat, wujud cair, dan wujud gas. Wujud padat seperti: batu besar, batu kecil, pasir, abu, dan batu apung. Wujud cair bisa berupa lava (aliran magma ke permukaan bumi dengan suhu tinggi) dan lahar panas (lumpur panas campuran lava dan air). Sedangkan wujud gas bisa berupa gas belerang, gas nitrogen, gas asam arang, dan uap air. Gunung api yg dinyatakan mati bukan berarti hilang seluruh kegiatannya. Di sini magma dalam periode pendinginan, masih tetap menunjukkan sisa kegiatannya. Kegiatan itu sering disebut gejala pasca vulkanis. Pasca vulkanis ini dapat dibedakan dalam beberapa bentuk gejala antara lain sumber gas, sumber air panas, sumber air mineral (mahdani), dan geyser.