Professional Documents
Culture Documents
(qallada)
(yuqollidu)
(taqldan). Yang
mengandung arti mengalungi, menghiasi, meniru, menyerahkan, dan mengikuti. Ulama ushul fiqh
mendefinisikan taqlid penerimaan perkataan seseorang sedangkan engkau tidak mengetahui dari mana
asal kata itu.
Menurut Muhammad Rasyid Ridha, taqlid ialah mengikuti pandapat orang lain yang dianggap
terhormat dalam masyarakat serta dipercaya tentang suatu hukum agama Islam tanpa memperhatikan
benar atau salahnya, baik atau buruknya, manfaat atau mudlarat hukum itu.
Sedangkan menurut istilah taqlid adalah mengikuti perkataan (pendapat) yang tidak ada
hujjahnya atau tidak mengetahui darimana sumber atau dasar perkataan(pendapat) itu. ketika
seseorang mengikuti orang lain tanpa dalil yang jelas, baik dalam hal ibadah, maupun dalam hal adat
istiadat. Baik yang diikuti itu masih hidup, atau pun sudah mati. Baik kepada orang tua maupun nenek
moyang, hal seperti itulah yang disebut dengan taqlid buta. Sifat inilah yang disandang oleh orang-orang
kafir dan dungu, dari dahulu kala hingga pada zaman kita sekarang ini, dimana mereka menjalankan
ibadah mereka sehari-hari berdasarkan taqlid buta dan mengikuti perbuatan nenek-nenek moyang
mereka yang tidak mempunyai dalil dan argumen sama sekali. Allah swt berfirman:
-O)4 1g~ N_ W-ON)l4>- .4`
44O^ +.- W-O7~ 4 7):44^
.4` 4L^OE^ gO^OU4N
.4^47.4-47 O4 ]~E
-74.4-47 ]OUu4C 6*^OE-
4 4p4-;_4C ^_
170. dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak),
tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka
akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?". (Q.S 2:170)
Hukum Taqlid
Dalam menghukumi taqlid menurut para ulama terdapat 3 macam hukum: Pertama, Taqlid yang
diharamkan, kedua, Taqlid yang diwajibkan, dan ketiga, Taqlid yang dibolehkan.
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 22
Taqlid yang diharamkan.
Ulama sepakat haram melakukan taqlid ini. Taqlid ini ada tiga macam :
a. Taqlid semata-mata mengikuti adat kebiasaan atau pendapat nenek moyang atau orang dahulu kala
yang bertentangan dengan al Qur`an Hadits.
b. Taqlid kepada orang yang tidak diketahui bahwa dia pantas diambil perkataannya.
c. Taqlid kepada perkataan atau pendapat seseorang, sedangkan yang bertaqlid mengetahui bahwa
perkataan atau pendapat itu salah.
Taqlid yang dibolehkan
Adalah taqlidnya seorang yang sudah mengerahkan usahanya untuk ittiba kepada apa yang diturunkan
Allah swt. Hanya saja sebagian darinya tersembunyi bagi orang tersebut sehingg dia taqlid kepada orang
yang lebih berilmu darinya, maka yang seperti ini adalah terpuji dan tidak tencela, dia mendapat pahala
dan tidak berdosa. Taqlid ini sifatnya sementara. Misalnya taqlid sebagian mujtahid kepada mujtahid
lain, karena tidak ditemukan dalil yang kuat untuk pemecahan suatu persoalan. Termasuk taqlidnya
orang awam kepada ulama.
Ulama muta-akhirin dalam kaitan bertaqlid kepada imam, membagi kelompok masyarakat kedalam dua
golongan:
a. Golongan awan atau orang yang berpendidikan wajib bertaqlid kepada salah satu pendapat dari
keempat madzhab.
b. Golongan yang memenuhi syarat-syarat berijtihad, sehingga tidak dibenarkan bertaqlid kepada
ulama-ulama.
Golongan awam harus mengikuti pendapat seseorang tanpa mengetahui sama sekali dasar pendapat itu
(taqlid dalam pengertian bahasa).
Syaikhul Islam lbnu Taimiyah berkata, Adapun orang yang mampu ijtihad apakah dibolehkan baginya
taqlid? ini adalah hal yang diperselisihkan, dan yang shahih adalah dibolehkan ketika dia dalam keadaan
tidak mampu berijtihad entah karena dalil-dalil (dan pendapat yang berbeda) sama-sama kuat atau
karena sempitnya waktu untuk berijtihad atau karena tidak nampak dalil baginya
Taqlid yang diwajibkan
Adalah taqlid kepada orang yang perkataannya dijadikan sebagai dasar hujjah, yaitu perkataan dan
perbuatan Rasulullah saw. Juga apa yang dikatakan oleh lbnul Qayyim: Sesungguhnya Allah swt telah
memerintahkan agar bertanya kepada Ahlu Dzikr, dan Adz-Dzikr adalah al-Quran dan al-Hadis yang
Allah swt perintahkan agar para istri Nabi-Nya selalu mengingatnya sebagaimana dalam firman-Nya:
]O^O-4 4` _OUuNC O)
O}:g>ONO+ ;}g` ge4C-47 *.-
gOE-:g4^-4 _ Ep) -.- ]~E
OgC -OO)lE= ^@j
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 23
34. dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan Hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya
Allah adalah Maha lembut lagi Maha mengetahui. (Q.S 33:34)
lnilah Adz-Dzikr yang Allah swt perintahkan agar kita selalu ittiba(mengikuti) kepadanya, dan Allah swt
perintahkan orang yang tidak memiliki ilmu agar bertanya kepada ahlinya. Inilah yang wajib atas setiap
orang agar bertanya kepada ahli ilmu tentang Adz-Dzikr yang Allah swt turunkan kepada Rasul-Nya agar
ahli ilmu ini memberitahukan kepadanya. Kalau dia sudah diberitahu tentang Adz-Dzikr ini maka tidak
boleh baginya kecuali ittiba kepadanya.
Taqlid yang Berkembang
Taqlid yang berkembang sekarang, khususnya di Indonesia ialah taqlid kepada buku, bukan taqlid kepada imam-
imam mujtahid yang terkenal ( Imam Abu Hanifah, Malik bin Anas, As Syafi`i, dan Hambali).
Jamaludin al Qosini (w. 1332 H) : segala perkataan atau pendapat dalam suatu madzhab itu tidak dapat dipandang
sebagai madzhab tersebut, tetapi hanya dapat dipandang sebagai pendapat atau perkataan dari orang yang
mengatakan perkataan itu.
Taqlid kepada yang mengaku bertaqlid kepada imam mujtahid yang terkenal, sambil menyisipkan pendapatnya
sendiri yang ditulis dalam kitab-kitabnya. Taqlid yang seperti ini tidak dibolehkan oleh Ad Dahlawi, Ibnu Abdil Bar,
Al Jauzi dan sebagainya.
Pendapat Imam Madzhab tentang Taqlid
a. Imam Abu Hanifah (80-150 H)
Beliau merupakan cikal bakal ulama fiqh. Beliau mengharamkan orang mengikuti fatwa jika orang itu
tidak mengetahui dalil dari fatwa itu.
b. Imam Malik bin Anas (93-179 H)
Beliau melarang seseorang bertaqlid kepada seseorang walaupun orang itu adalah orang terpandang
atau mempunyai kelebihan. Setiap perkataan atau pendapat yang sampai kepada kita harus diteliti lebih
dahulu sebelum diamalkan.
c. Imam asy Syafi`i (150-204 H)
Beliau murid Imam Malik. Beliau mengatakan bahwa beliau akan meninggalkan pendapatnya pada
setiap saat ia mengetahui bahwa pendapatnya itu tidak sesuai dengan hadits Nabi SAW.
d. Imam Hambali (164-241 H)
Beliau melarang bertaqlid kepada imam manapun, dan menyuruh orang agar mengikuti semua yang
berasal dari Nabi SAW dan para sahabatnya. Sedang yang berasal dari tabi`in dan orang-orang
sesudahnya agar diselidiki lebih dahulu. Mana yang benar diikuti dan mana yang salah ditinggalkan.
Allah swt telah mencela tiga macam taqlid ini melalui ayat-ayat-Nya diantaranya,
4 W-EO7~ ^^) .4^;E}4
4^47.4-47 -O>4N lOE`q ^^)4
-O>4N g-@O-47 4p4-;_G` ^gg
ElgEOE4 .4` 4LUEcO }g`
El)Ul~ O) lO4CO~ }g)` OCO^^ )
4~ .E-O4O^N` ^^) .4^;E}4
4^47.4-47 -O>4N lOE`q ^^)4
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 24
-O>4N g-@O-47 ]4^G` ^g@
~ O4 7+-^O_ OEu-) Og`
<>E_4 gO^OU4N 747.4-47 W
W-EO7~ ^^) .E) +UcOq
gO) 4pNOgE ^gj
22. bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya Kami mendapati bapak-bapak Kami menganut suatu agama, dan
Sesungguhnya Kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka".
23. dan Demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri,
melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya Kami mendapati bapak- bapak
Kami menganut suatu agama dan Sesungguhnya Kami adalah pengikut jejak-jejak mereka".
24. (Rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan mengikutinya juga) Sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang
lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?" mereka menjawab:
"Sesungguhnya Kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya." (QS. az-Zukhruf[43] : 22-
24)
L. MANUSIA
Makhluk Allah yang diberi beban oleh Allah dan mengikuti aturan Allah. Proses penciptaan
manusia sesuai dengan sunatullah.
Wujud Manusia :
1. Fisik
2. Non-Fisik : 1. Ruh atau Roh Kehidupan
2. Qolbun atau hati sanubari
3. Jiwa atau Nafsun
4. Akal atau Nalar
Tujuan Penciptaan (Al-Baqarah:21)
1. Mengabdikan diri (ibadah) kepada Allah
2. Peran Hidup : Khalifah di Bumi
Peringatan bagi manusia yang masih hidup :
"Segala macam perbuatan kita akan dibalas, sebagai manusia kita harus berhati-hati."
Esensi Kehidupan Manusia
1. Ujian (Al-Ankabut:2-3) dan (Al-Kahfi:7-8)
=UOEO +EEL- p W-EO74O^NC
p W-EO7O4C E44`-47 -4
4pONL4^NC ^g ;4 EL4
4g~-.- }g` )_)U:~ W O}EUu4OU
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 25
+.- -g~-.- W-O~E=
O}EUu4O4 4-)O^- ^@
2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka
tidak diuji lagi?
3. dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-Ankabut: 2-3)
^^) E4UEE_ 4` O>4N ^O-
LOE4C)e E= -4OUlE4g g
}=O;O 1EE4N ^_ ^^)4
4pOUgE 4` OgOU4 -4Og=
-eNON_ ^g
7. Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka
siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
8. dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi
tandus. (Al-Kahfi:7-8)
2. Bentuk Ujian Menyenangkan - Mulia
Menyakitkan/menyedihkan - Hina
Sifat Manusia
1. Baik
2. Buruk : Keluh kesah, tergesa-gesa, suka membantah, ingkar, tidak mensyukuri nikmat Allah,
putus asa, lupa kepada Allah
Golongan Manusia
1. Orang yang beruntung
2. Orang yang merugi
M. AKHLAKUL KARIMAH
Terimnologi : yang tertanam dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa
menimbulkan pertimbangan atau spontan atauk kebiasaan.
Akhlak dibagi menjadi dua:
1. Akhlakul Karimah (Baik)
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 26
Didasari karena Allah, akhlak baik belum tentu dimaksud akhlakul karimah apabila niatnya hanya
dikarenakan sosial, yang dimaksud akhlakul karimah didasari karena Allah. Dasar hukumnya yaitu Al-
Qur'an atau Al-Hadist, sumber dari Allah, sifatnya mutlak (berlaku dimanapun), aspek yang dinilai : baik
atau buruk, suri tauladan : kepada Rasul, tujuan : Ridho Allah.
2. Akhlakul Mazmummah
Didasari oleh nafsu, bersumber dari manusia, sifatnya : relatif, aspek yang dinilai : baik dan
buruk, suri tauladan : siapa saja, Tujuan : tidak jelas.
Pentingnya Berakhlakul Karimah
1. Bisa memotivasi diri untuk selalu berbuat baik
2. Menimbulkan hasil yang baik
Kepada Siapa kita Berakhlak ?
1. Allah SWT
Menurunkan Agama islam bukti cinta Allah kepada kita bersyukurlah atas apa yang pernah Allah
berikan. Cara berakhlak kepada Allah :
- Beriman - Ikhlas
- Islam - Mengesakan Allah
- Ikhsan - Berdo'a
- Ta'at - Dzikir
- Taubat - Tawadhu
- Sabar - Tadharu
- Syukur - Ridho
- Ibadah - Istiqomah
2. Kepada Rasul
- Iman - Bershalawat
- Ta'at - Cinta
- Mengikuti Sunnahnya
3. Kepada Diri Sendiri
- Menjaga iman - Menjaga kebersihan
- Meningkatkan kesehatan roh dan jasmani - Menjauhi sifat buruk
- Menuntut ilmu
4. Akhlak Terhadap Al-Qur'an
a. Menerima (mempelajari) : - Memahami
- Apa sebab Allah turunkan Al-Qur'an ?
Untuk menyelamatkan manusia
- Apa tujuannya ? Menyelamatkan manusia
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 27
- Apa isi Al-Qur'an ? Petunjuk dan pemisah antara yang
baik dengan yang buruk
b. Menerima
5. Akhlak Terhadap Manusia
a. Terhadap Diri Sendiri :
- Memelihara atau meningkatkan iman dan taqwa terhadap Allah
- Mengendalikan diri
- Mencari Ilmu pengetahuan
- Menghindari atau jauh dosa
- Jauhi perbuatan yang merusak badan
- Hindari marah dan sombong atau riya atau sum'ah
b. Terhadap Orang lain atau Sesama :
- Berbuat baik terhadap sesama
- Bersilaturahmi
Kewajiban Muslim Terhadap Muslim yang Lain
1. Mengucapkan salam bila bertemu
2. Bila di undang datanglah
3. Bila orang minta dinasehati, nasehatilah
4. Bila bersin ucapkan alhamdulillah
5. Apabila ada yang sakit, tengoklah
6. Apabila ada yang meninggal; mandikan, kafani, mensholatkan, menguburkan, mendo'akan.
N. TAUBAT
Kembali ke jalan Islam, menurut etimologi yaitu kembali, sedangkan menurut terminologi
kembali dari jalan yang dapat mendekatkan kepada setan
Rukun dan Syarat Taubat
1. Rukun Pertama
- Ilmu dan iman
- Hukum dan keutamaan taubat
- Wajib
- Waktu Taubat
2. Rukun Kedua
- Dosa :
- Dosa Besar : Syirik, meninggalkan shalat, menyakiti orang tua, berzinah, mabuk, judi,
korupsi
- Dosa Kecil
- Pintu-pintu Dosa :
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 28
- Dari Badan : - Lahiriah
- Batiniah
- Pembagian Dosa : - Sifat Rubudiyyah
- Sifat Syhaitaniah
- Sifat Bahimiyah (binatang)
3. Rukun Ketiga
- Menyesal
4. Rukun Ke-empat
Kembali kejalan Allah menjalankan segala perintah Allah, menjauhi segala larangannya sampai
mati. Langkah-langkahnya yaitu:
a. Istighfar atau minta ampun
b. Melaksanakan
~4 ge4Lg`uUg =};__^4C ;}g`
O}g-@O= =};E^44
O}_E_NO 4 -glNC O}_44[C)e
) 4` 4OE_ E_u4g` W 4^)O;4O^4
O}g-@OC _O>4N O}jgjON1N_ W 4
-glNC O}_44[C)e )
;)_gON+lg u ;)_j*.4-47
u g7.4-47 ;)_g-ON+ u
;)_j*.E4 u g7.E4
;)_g-ON+ u O})_g^4Ou=) u
/j_4 ;)_g^4Ou=) u /j_4
O})_g>4OE= u O})_j*.=O)e u
4` ;eU4` O}_NLEuC j
--g)l+- )OOEN Ojq
gO4Oe"- =}g` ~E}@O- j
^g]C- -g~-.-
W-NOE_;4C _O>4N g4OO4N
g7.=Og)4- W 4 4^)O;EC
O})_)UN_O) =UuNOg 4` 4-g^C7
}g` O})_g4[C)e _ W-EO+O>4 O)
*.- 1g- 4OGC ]ONLg`u^-
u7+UE ]O)U^> ^@
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 29
31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan
janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-
saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka,
atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah
mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An Nuur: 31)
Allah Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang
Allah menyifati diri-Nya di dalam Al Quran bahwa Dia Maha pengampun lagi Maha Penyayang hampir
mendekati 100 kali. Allah berjanji mengaruniakan nikmat taubat kepada hamba-hambaNya di dalam
sekian banyak ayat yang mulia. Allah taala berfirman,
+.-4 C@ONC p =O+-4C :^OU4
C@ONC4 -g~-.- 4pON)l+-4C
g4OOgO- p W-OU1g` E^14`
V1g4N ^g_
27. dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya
kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran). (QS. An Nisaa: 27)
Allah taala juga berfirman,
O4 N;_ *.- 7^OU4
+O+4uO4O4 Ep4 -.- R-O>
N7:EO ^
10. dan andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan (andaikata) Allah bukan Penerima taubat
lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan mengalami kesulitan-kesulitan). (QS. An Nuur: 10)
7O OUu E) O)
7cO+^ _ p) W-O+^O7> 4-)U=
+O^^) 4p~ --)E=g -4OOEN
^g)
25. Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, Maka Sesungguhnya
Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat. (QS. Al Israa: 25)
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Seandainya kalian berbuat dosa sehingga
tumpukan dosa itu setinggi langit kemudian kalian benar-benar bertaubat, niscaya Allah akan menerima
taubat kalian. (Shahih Ibnu Majah)
O. IBADAH
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 30
Secara bahasa ibadah bermakna perendahan diri dan ketundukan (Lihat Fath al-Majid Syarh Kitab at-
Tauhid, hal. 17, at-Tauhid al-Muyassar, hal. 53).
Oleh sebab itu orang arab menyebut jalan yang biasa dilalui orang dengan istilah thariq muabbad (Lihat
Tafsir al-Quran al-Azhim *1/34+)). Yaitu jalan yang telah dihinakan, karena telah banyak diinjak-injak
oleh telapak kaki manusia (Lihat al-Irsyad ila Shahih al-Itiqad, hal. 34). Sehingga, ibadah bisa diartikan
dengan perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan (Lihat at-Tanbihat al-Mukhtasharah Syarh al-
Wajibat, hal. 28).
Secara terminologi, ada beberapa definisi yang diberikan oleh para ulama tentang makna ibadah, yang
pada hakikatnya semua definsi itu saling melengkapi. Di antaranya mereka menjelaskan bahwa ibadah
adalah ketaatan kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya yang disampaikan melalui
lisan para rasul-Nya (Lihat Fath al-Majid Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 17). Syaikh as-Sadi rahimahullah juga
menerangkan bahwa ibadah itu mencakup ketundukan dalam melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi larangan-larangan-Nya, serta membenarkan berita yang dikabarkan-Nya (lihat Taisir al-Karim
ar-Rahman, hal. 45)
Ibnu Juraij rahimahullah mengatakan bahwa ibadah kepada Allah artinya adalah mengenal Allah (Lihat
Tafsir al-Quran al-Azhim *7/327+). Yang dimaksud mengenal Allah di sini adalah mentauhidkan Allah.
Sebagaimana disebutkan dalam riwayat tentang perintah Nabi shallallahu alaihi wa sallam kepada
Muadz sebelum keberangkatannya ke Yaman. Beliau bersabda, .. Hendaklah yang pertama kali kamu
ajak kepada mereka adalah supaya mereka beribadah kepada Allah azza wa jalla -dalam riwayat lain
disebutkan untuk mentauhidkan Allah-, kemudian apabila mereka sudah mengenal Allah (HR. Bukhari
dan Muslim, lihat Syarh Nawawi [2/49] cet. Dar Ibnul Haitsam, lihat pula Shahih Bukhari cet. Maktabah
al-Iman, tahun 1423 H, hal. 203 dan 1467. Lihat juga Fath al-Majid Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 80 cet. Dar
al-Hadits tahun 1423 H)
Sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa ibadah adalah puncak perendahan diri yang dibarengi
dengan puncak kecintaan. Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Menurut pengertian syariat ibadah
itu adalah suatu ungkapan yang memadukan antara kesempurnaan rasa cinta, ketundukan, dan rasa
takut. (Tafsir al-Quran al-Azhim *1/34+). Syaikh Shalih al-Fauzan berkata, Sebagian ulama
mendefinisikan ibadah sebagai kesempurnaan rasa cinta yang disertai kesempurnaan sikap tunduk.
(lihat al-Irsyad ila Shahih al-Itiqad, hal. 34).
Syaikh Shalih al-Fauzan menegaskan, Ibadah yang diperintahkan itu harus mengandung unsur
perendahan diri dan kecintaan. Ibadah ini mengandung tiga pilar; cinta, harap, dan takut. Ketiga unsur
ini harus berpadu. Barangsiapa yang hanya bergantung kepada salah satu unsur saja maka dia belum
dianggap beribadah kepada Allah dengan sebenarnya. Beribadah kepada Allah dengan modal cinta saja,
maka ini adalah metode kaum Sufi. Beribadah kepada-Nya dengan modal rasa harap semata, maka ini
adalah metode kaum Murjiah. Adapun beribadah kepada-Nya dengan modal rasa takut belaka, maka ini
adalah jalannya kaum Khawarij. (al-Irsyad ila Shahih al-Itiqad, hal. 35)
Ibadah juga diartikan dengan tauhid. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang dibawakan oleh
Imam Ibnu Katsir dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhuma mengenai maksud firman Allah (yang artinya),
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 31
Wahai umat manusia, beribadahlah kepada Rabb kalian. (QS. al-Baqarah: 21). Beliau menjelaskan,
Artinya tauhidkanlah Rabb kalian (Tafsir al-Quran al-Azhim *1/75+)
Di dalam kitabnya al-Ubudiyah (Lihat al-Ubudiyah, hal. 6 cet. Maktabah al-Balagh, tahun 1425 H),
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan bahwa ibadah adalah segala sesuatu yang
dicintai dan diridhai Allah, berupa perkataan atau perbuatan, yang tampak maupun yang tersembunyi
(Lihat Mawaizh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, karya Syaikh Shalih Ahmad asy-Syami, hal. 54 cet. al-
Maktab al-Islami tahun 1423 H). Dari sini, maka ibadah itu mencakup perkara hati/batin dan juga
perkara lahiriyah. Sehingga seluruh ajaran agama itu telah tercakup dalam istilah ibadah (Lihat al-Irsyad
ila Shahih al-Itiqad, hal. 34).
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menerangkan di dalam Syarh Tsalatsat al-Ushul
(Lihat Syarh Tsalatsat al-Ushul, hal. 23 cet. Dar al-Kutub al-Ilmiyah tahun 1424 H) bahwa pengertian
ibadah bisa dirangkum sebagai berikut; suatu bentuk perendahan diri kepada Allah yang dilandasi
dengan rasa cinta dan pengagungan dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi
larangan-larangan-Nya sebagaimana yang dituntunkan dalam syariat-Nya.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan, Ibadah dibangun di atas dua
perkara; cinta dan pengagungan. Dengan rasa cinta maka seorang akan berjuang menggapai keridhaan
sesembahannya (Allah). Dengan pengagungan maka seorang akan menjauhi dari terjerumus dalam
kedurhakaan kepada-Nya. Karena kamu mengagungkan-Nya maka kamu pun merasa takut kepada-Nya.
Dan karena kamu mencintai-Nya, maka kamu pun berharap dan mencari keridhaan-Nya. (lihat asy-
Syarh al-Mumti ala Zaad al-Mustaqni *1/9+ cet. Muassasah Aasam, tahun 1416 H).
Dari pengertian-pengertian di atas paling tidak kita dapat menarik satu kesimpulan penting bahwa
sesungguhnya ibadah itu ditegakkan di atas rasa cinta dan pengagungan. Rasa cinta akan melahirkan
harapan dan tunduk kepada perintah-Nya, sedangkan pengagungan akan menumbuhkan rasa takut dan
mematuhi larangan-larangan-Nya. Selain itu, kita juga bisa mengerti bahwa pelaksanaan ibadah tidak
bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus mengikuti tuntunan para rasul alaihimush sholatu
was salam. Dalam konteks sekarang, maka kita semua harus mengikuti petunjuk dan ajaran Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, nabi dan rasul yang terakhir.
Ibadah/amalan akan menjadi benar dan diterima di sisi Allah jika memenuhi 2 syarat; ikhlas dan ittiba
(Lihat Mazhahiru Dhafil Aqidah fi Hadzal Ashr wa Thuruqu Ilajiha, oleh Syaikh Dr. Shalih al-Fauzan
hafizhahullah, hal. 10 cet. Kunuz Isybiliya, tahun 1430 H. Sebagian ulama menambahkan syarat ketiga
yaitu aqidah yang benar, sebagaimana disampaikan oleh Syaikh Zaid bin Hadi al-Madkhali dalam Abraz
al-Fawaid Syarh Arba al-Qawaid).
Ikhlas artinya ibadah itu hanya diperuntukkan kepada Allah dan tidak dipersekutukan dengan selain-Nya.
Ini merupakan kandungan dari syahadat laa ilaaha illallaah. Lawan dari ikhlas adalah syirik, riya dan
sumah. Riya adalah beribadah karena ingin dilihat orang, sedangkan sumah adalah beribadah karena
ingin didengar orang. Ittiba maksudnya adalah setia dengan tuntunan/sunnah Nabi shallallahu alaihi
wa sallam, tidak mereka-reka tata cara ibadah yang tidak ada tuntunannya. Ini merupakan kandungan
dari syahadat anna Muhammadar rasulullah. Lawan dari ittiba adalah ibtida atau membuat bidah
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 32
(Silahkan baca al-Bidah, Dhawabithuha wa Atsaruha as-Sayyi fi al-Ummah, oleh Syaikh Dr. Ali bin
Muhammad Nashir al-Faqihi hafizhahullah, cet. Jamiah al-Islamiyah bil Madinah al-Munawwarah).
Allah taala berfirman (yang artinya), Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabb-nya
hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabb-nya
dengan sesuatu apapun. (QS. al-Kahfi: 110). Imam Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan bahwa amal
salih ialah amalan yang sesuai dengan syariat Allah, sedangkan tidak mempersekutukan Allah
maksudnya adalah amalan yang diniatkan untuk mencari wajah Allah, inilah dua rukun amal yang akan
diterima di sisi-Nya (lihat Tafsir al-Quran al-Azhim *5/154+ Baca juga al-Qawaid wa al-Ushul aj-Jamiah
wa al-Furuq wa at-Taqasim al-Badiah an-Nafiah karya Syaikh as-Sadi rahimahullah, hal. 40-42 cet. Dar
al-Wathan tahun 1422 H).
Sebagaimana orang yang tidak ikhlas amalannya tidak diterima, demikian pula orang yang tidak ittiba -
alias berbuat bidah- maka amalannya pun tidak diterima. Apalagi orang yang beribadah tanpa
keikhlasan dan tanpa ittiba (Lihat Bahjat al-Qulub al-Abrar wa Qurratu Uyun al-Akhyar Syarh Jawami
al-Akhbar karya Syaikh as-Sadi rahimahullah, hal. 14 cet. Darul Kutub al-Ilmiyah, tahun 1423 H). Oleh
sebab itu para ulama, di antaranya Fudhail bin Iyadh rahimahullah menafsirkan bahwa yang dimaksud
ahsanu amalan (amal yang terbaik) dalam surat al-Mulk [ayat 2] sebagai amalan yang paling ikhlas dan
paling benar (Lihat al-Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 93).
Ikhlas jika dikerjakan karena Allah, sedangkan benar jika dikerjakan dengan mengikuti sunnah/ajaran
Nabi (Lihat Jami al-Ulum wa al-Hikam, karya Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah, hal. 19 cet. Dar al-
Hadits, tahun 1418 H). Bukan dengan cara-cara bidah. Bidah adalah tata cara beragama yang diada-
adakan dan menyaingi syariat, dimaksudkan dengannya untuk berlebih-lebihan dalam ibadah kepada
Allah taala (lihat al-Bidah, Dhawabithuha wa Atsaruha as-Sayyi fi al-Ummah, hal. 13). Hal ini
memberikan pelajaran berharga kepada kita bahwa syariat Islam ini mengatur niat dan cara. Niat yang
baik juga harus diwujudkan dengan cara dan sarana yang baik pula (Lihat pula Ighatsat al-Lahfan min
Mashaid asy-Syaithan, karya Ibnul Qayyim rahimahullah, hal. 16 cet. Dar Thaibah, tahun 1426 H). Islam
tidak mengenal kaidah ala Yahudi; tujuan menghalalkan segala cara.
Dengan demikian untuk beribadah dengan baik, seorang muslim harus memadukan antara shihhatil
irodah (ketulusan niat) dengan shihhatul fahm (kelurusan pemahaman). Oleh sebab itu Ibnul Qayyim
rahimahullah menyatakan bahwa kedua hal tadi -shihhatul irodah dan shihhatul fahm- merupakan
anugrah dan nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba. Ketulusan niat terwujud di
dalam tauhid dan keikhlasan, sedangkan kelurusan pemahaman terwujud dalam ittiba kepada sunnah.
Sehingga amat wajar jika para ulama sangat menekankan kedua pokok yang agung ini. Sampai-sampai
diriwayatkan bahwa Imam Ahmad rahimahullah pernah berdoa, Allahumma ahyinaa alal islam, wa
amitnaa alas sunnah. Artinya: Ya Allah, hidupkanlah kami di atas islam (tauhid), dan matikanlah kami
di atas Sunnah.
P. HUBUNGAN ISLAM DENGAN ALAM, BUDAYA, TEKNOLOGI DAN SENI
Hubungan Islam dan Budaya
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 33
Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara agama ( termasuk Islam ) dengan budaya, kita
perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini : mengapa manusia cenderung memelihara
kebudayaan, dari manakah desakan yang menggerakkan manusia untuk berkarya, berpikir dan bertindak
? Apakah yang mendorong mereka untuk selalu merubah alam dan lingkungan ini menjadi lebih baik ?
Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk berbudaya merupakan dinamik
ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya sadar insani yang berupa ilmu, tata hukum, tatanegara,
kesenian, dan filsafat tak lain daripada proses realisasidiri dari roh ilahi. Sebaliknya sebagian ahli,
seperti Pater Jan Bakker, dalam bukunya Filsafat Kebudayaan menyatakan bahwa tidak ada
hubungannya antara agama dan budaya, karena menurutnya, bahwa agama merupakan keyakinan
hidup rohaninya pemeluknya, sebagai jawaban atas panggilan ilahi. Keyakinan ini disebut Iman, dan
Iman merupakan pemberian dari Tuhan, sedang kebudayaan merupakan karya manusia. Sehingga
keduanya tidak bisa ditemukan. Adapun menurut para ahli Antropologi, sebagaimana yang diungkapkan
oleh Drs. Heddy S. A. Putra, MA bahwa agama merupakan salah satu unsur kebudayaan. Hal itu, karena
para ahli Antropologi mengatakan bahwa manusia mempunyai akal-pikiran dan mempunyai sistem
pengetahuan yang digunakan untuk menafsirkan berbagai gejala serta simbol-simbol agama.
Pemahaman manusia sangat terbatas dan tidak mampu mencapai hakekat dari ayat-ayat dalam kitab
suci masing- masing agama. Mereka hanya dapat menafsirkan ayat-ayat suci tersebut sesuai dengan
kemampuan yang ada.
Di sinilah, , bahwa agama telah menjadi hasil kebudayaan manusia. Berbagai tingkah laku keagamaan,
masih menurut ahli antropogi,bukanlah diatur oleh ayat- ayat dari kitab suci, melainkan oleh interpretasi
mereka terhadap ayat-ayat suci tersebut.
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa para ahli kebudayaan mempunyai pendapat yang
berbeda di dalam memandang hubungan antara agama dan kebudayaan. Kelompok pertama
menganggap bahwa Agama merupakan sumber kebudayaaan atau dengan kata lain bahwa kebudayaan
merupakan bentuk nyata dari agama itu sendiri. Pendapat ini diwakili olehHegel. Kelompok kedua, yang
di wakili oleh Pater Jan Bakker, menganggap bahwa kebudayaan tidak ada hubungannya sama sekali
dengan agama. Dan kelompok ketiga, yeng menganggap bahwa agama merupakan bagian dari
kebudayaan itu sendiri.
Untuk melihat manusia dan kebudayaannya, Islam tidaklah memandangnya dari satu sisi saja. Islam
memandang bahwa manusia mempunyai dua unsur penting, yaitu unsur tanah dan unsur ruh yang
ditiupkan Allah kedalam tubuhnya. Ini sangat terlihat jelas di dalam firman Allah Qs As Sajdah 7-9 : (
Allah)-lah Yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menciptakan keturunannya dari
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 34
saripati air yan hina ( air mani ). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam ( tubuh )-nya
roh ( ciptaan)-Nya
Selain menciptakan manusia, Allah swt juga menciptakan makhluk yang bernama Malaikat, yang hanya
mampu mengerjakan perbuatan baik saja, karena diciptakan dari unsur cahaya. Dan juga menciptakan
Syetan atau Iblis yang hanya bisa berbuat jahat , karena diciptkan dari api. Sedangkan manusia,
sebagaimana tersebut di atas, merupakan gabungan dari unsur dua makhluk tersebut.
Dalam suatu hadits disebutkan bahwa manusia ini mempunyai dua pembisik ; pembisik dari
malaikat , sebagi aplikasi dari unsur ruh yang ditiupkan Allah, dan pembisik dari syetan, sebagai aplikasi
dari unsur tanah. Kedua unsur yang terdapat dalam tubuh manusia tersebut, saling bertentangan dan
tarik menarik. Ketika manusia melakukan kebajikan dan perbuatan baik, maka unsur malaikatlah yang
menang, sebaliknya ketika manusia berbuat asusila, bermaksiat dan membuat kerusakan di muka bumi
ini, maka unsur syetanlah yang menang. Oleh karena itu, selain memberikan bekal, kemauan dan
kemampuan yang berupa pendengaran, penglihatan dan hati, Allah juga memberikan petunjuk dan
pedoman, agar manusia mampu menggunakan kenikmatan tersebut untuk beribadat dan berbuat baik
di muka bumi ini.
Allah telah memberikan kepada manusia sebuah kemampuan dan kebebasan untuk berkarya,
berpikir dan menciptakan suatu kebudayaan. Di sini, Islam mengakui bahwa budaya merupakan hasil
karya manusia. Sedang agama adalah pemberian Allah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Yaitu
suatu pemberian Allah kepada manusia untuk mengarahkan dan membimbing karya-karya manusia agar
bermanfaat, berkemajuan, mempunyai nilai positif dan mengangkat harkat manusia. Islam mengajarkan
kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu menggunakan pikiran yang diberikan
Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia.
Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk berbudaya . Dan dalam
satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Sampai disini, mungkin bisa
dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama. Teori seperti ini, nampaknya lebih dekat
dengan apa yang dinyatakan Hegeldi atas.
Sikap Islam terhadap Kebudayaan
Islam, sebagaimana telah diterangkan di atas, datang untuk mengatur dan membimbing
masyarakat menuju kepada kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang
untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang
bersamaan Islam menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang yang tidak
bermanfaat dan membawa madlarat di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu meluruskan dan
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 35
membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan
berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.
Prinsip semacam ini, sebenarnya telah menjiwai isi Undang-undang Dasar Negara Indonesia,
pasal 32, walaupun secara praktik dan perinciannya terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat
menyolok. Dalam penjelasan UUD pasal 32, disebutkan : Usaha kebudayaan harus menuju ke arah
kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing
yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi
derajat kemanusiaan bangsa Idonesia .
Dari situ, Islam telah membagi budaya menjadi tiga macam :
Pertama : Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam.
Dalam kaidah fiqh disebutkan : al adatu muhakkamatun artinya bahwa adat istiadat dan kebiasaan
suatu masyarakat, yang merupakan bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam
penentuan hukum. Tetapi yang perlu dicatat, bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang
belum ada ketentuannya dalam syareat, seperti ; kadar besar kecilnya mahar dalam pernikahan, di
dalam masyarakat Aceh, umpamanya, keluarga wanita biasanya, menentukan jumlah mas kawin sekitar
50-100 gram emas. Dalam Islam budaya itu syah-syah saja, karena Islam tidak menentukan besar
kecilnya mahar yang harus diberikan kepada wanita. Menentukan bentuk bangunan Masjid, dibolehkan
memakai arsitektur Persia, ataupun arsitektur Jawa yang berbentuk Joglo.
Untuk hal-hal yang sudah ditetapkan ketentuan dan kreterianya di dalam Islam, maka adat
istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat tidak boleh dijadikan standar hukum. Sebagai contoh adalah
apa yang di tulis olehAhmad Baaso dalam sebuah harian yang menyatakan bahwa menikah antar agama
adalah dibolehkan dalam Islam dengan dalil al adatu muhakkamatun karena nikah antar agama sudah
menjadi budaya suatu masyarakat, maka dibolehkan dengan dasar kaidah di atas. Pernyataan seperti itu
tidak benar, karena Islam telah menetapkan bahwa seorang wanita muslimah tidak diperkenankan
menikah dengan seorang kafir.
Kedua : Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam , kemudian di rekonstruksi
sehingga menjadi Islami.Contoh yang paling jelas, adalah tradisi Jahiliyah yang melakukan ibadah haji
dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran Islam , seperti lafadh talbiyah yang sarat dengan
kesyirikan, thowaf di Kabah dengan telanjang. Islam datang untuk meronstruksi budaya tersebut,
menjadi bentuk Ibadah yang telah ditetapkan aturan-aturannya. Contoh lain adalah kebudayaan Arab
untuk melantukan syair-syair Jahiliyah. Oleh Islam kebudayaan tersebut tetap dipertahankan, tetapi
direkonstruksi isinya agar sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 36
Ketiga: Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam.
Seperti, budaya ngaben yang dilakukan oleh masyarakat Bali. Yaitu upacara pembakaran mayat yang
diselenggarakan dalam suasana yang meriah dan gegap gempita, dan secara besar-besaran. Ini
dilakukan sebagai bentuk penyempurnaan bagi orang yang meninggal supaya kembali kepada
penciptanya. Upacara semacam ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Hal yang sama juga
dilakukan oleh masyarakat Kalimantan Tengah dengan budaya tiwah , sebuah upacara pembakaran
mayat. Bedanya, dalam tiwah ini dilakukan pemakaman jenazah yang berbentuk perahu lesung lebih
dahulu. Kemudian kalau sudah tiba masanya, jenazah tersebut akan digali lagi untuk dibakar. Upacara ini
berlangsung sampai seminggu atau lebih. Pihak penyelenggara harus menyediakan makanan dan
minuman dalam jumlah yang besar , karena disaksikan oleh para penduduk dari desa-desa dalam daerah
yang luas. Di daerah Toraja, untuk memakamkan orang yan meninggal, juga memerlukan biaya yang
besar. Biaya tersebut digunakan untuk untuk mengadakan hewan kurban yang berupa kerbau. Lain lagi
yang dilakukan oleh masyarakat Cilacap, Jawa tengah. Mereka mempunyai budaya Tumpeng Rosulan
, yaitu berupa makanan yang dipersembahkan kepada Rosul Allah dan tumpeng lain yang
dipersembahkan kepada Nyai Roro Kidul yang menurut masyarakat setempat merupakan penguasa
Lautan selatan ( Samudra Hindia ).
Hal-hal di atas merupakan sebagian contoh kebudayaan yang bertentangan dengan ajaran
Islam, sehingga umat Islam tidak dibolehkan mengikutinya. Islam melarangnya, karena kebudayaan
seperti itu merupakan kebudayaan yang tidak mengarah kepada kemajuan adab, dan persatuan, serta
tidak mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia, sebaliknya justru merupakan kebudayaan
yang menurunkan derajat kemanusiaan. Karena mengandung ajaran yang menghambur-hamburkan
harta untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan menghinakan manusia yang sudah meninggal dunia.
Dalam hal ini al Kamal Ibnu al Himam, salah satu ulama besar madzhab hanafi mengatakan :
Sesungguhnya nash-nash syareat jauh lebih kuat daripada tradisi masyarakat, karena tradisi masyarakat
bisa saja berupa kebatilan yang telah disepakati, seperti apa yang dilakukan sebagian masyarakat kita
hari ini, yang mempunyai tradisi meletakkan lilin dan lampu-lampu di kuburan khusus pada malam-
malam lebaran. Sedang nash syareat, setelah terbukti ke-autentikannya, maka tidak mungkin
mengandung sebuah kebatilan. Dan karena tradisi, hanyalah mengikat masyarakat yang menyakininya,
sedang nash syareat mengikat manusia secara keseluruhan., maka nash jauh lebih kuat. Dan juga,
karena tradisi dibolehkan melalui perantara nash, sebagaimana yang tersebut dalam hadits : apa yang
dinyatakan oleh kaum muslimin baik, maka sesuatu itu baik
Dari situ, jelas bahwa apa yang dinyatakan oleh Dr. Abdul Hadi WM, dosen di Fakultas Falsafah dan
Peradaban Universitas Paramadina, Jakarta, bahwa Islam tidak boleh memusuhi atau merombak kultur
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 37
lokal, tapi harus memposisikannya sebagai ayat-ayat Tuhan di dunia ini atau fikih tidak memadai untuk
memahami seni, adalah tidak benar. Wallahu alam
Q. PERAN MANUSIA
1. Yaitu sebagai abdhin atau hamba
2. Sebagai khalifah
R. PERKEMBANGAN DAKWAH ISLAM DI INDONESIA
Pendahuluan
Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang dimanifestasikan
dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara
teratur untuk mempengaruhi cara cara berfikir, kepekaan dalam merasakan lingkungan, cara bersikap,
dan bertindak manusia, baik secara individual maupun sosial dalam rangka mengusahakan terwujudnya
ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu. Secara umum eksistensi
dakwah Islam senantiasa bersentuhan dan berhubungan dengan kenyataan yang mengitarinya.
Mempelajari sejarah dakwah pada dasarnya adalah mempelajai sunnatullah yang terjadi pada
dakwah dalam rentang waktu yang panjang. Dengan adanya sejarah dakwah dan mempelajarinya, maka
akan membantu untuk menentukan sikap dalam berdakwah dengan bercermin dari sejarah, mengetahui
kemajuan dan kemunduran dakwah dari masa ke masa, mengetahui sejauh mana dakwah Islam telah
berhasil menciptakan relitas sosiokultural baru, dan memprediksi peran islam di masa mendatang dalam
rangka penataan kehidupan masyarakat baru.
Sejarah dakwah Islam di Indonesia menjadi topik penting bagi perkembangan dakwah Islam
Indonesia saat ini. Pola perkembangan dakwah di Indonesia melalui beberapa fase penting.
Dakwah Islam sebelum masa penjajahan (masa para wali)
Di abad 13 Masehi berdirilah kerajaan-kerajaan Islam diberbagai penjuru di Nusantara. Yang
merupakan moment kebangkitan kekuatan politik umat khususnya didaerah Jawa ketika kerajaan
Majapahit berangsur-angsur turun kewibawaannya karena konflik internal. Hal ini dimanfaatkan oleh
Sunan Kalijaga yang membina di wilayah tersebut bersama Raden Fatah yang merupaka keturunan raja-
raja Majapahit untuk mendirikan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yaitu kerajaan Demak.
Bersamaan dengan itu mulai bermunculan pula kerajaan-kerajaan Islam yang lainnya, walaupun masih
bersifat lokal. Pada abad 13 Masehi ada fenoma yang disebut dengan Wali Songo yaitu ulama-ulama
yang menyebarkan dakwah di Indonesia. Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses
Islamisasinya melalui beberapa saluran antara lain:
a) Perdagangan
b) Pernikahan
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 38
c) Pendidikan (pesantren)
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang asli dari akar budaya indonesia, dan juga adopsi dan
adaptasi hasanah kebudayaan pra Islam yang tidak keluar dari nilai-nilai Islam yang dapat dimanfaatkan
dalam penyebaran Islam. Ini membuktikan Islam sangat menghargai budaya setempat selama tidak
bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
d) Seni dan budaya
Saat itu media tontonan yang sangat terkenal pada masyarakat jawa kkhususnya yaitu wayang.
Wali Songo menggunakan wayang sebagai media dakwah dengan sebelumnya mewarnai wayang
tersebut dengan nilai-nilai Islam. Yang menjadi ciri pengaruh Islam dalam pewayangan diajarkannya
egaliterialisme yaitu kesamaan derajat manusia di hadapan Allah dengan dimasukannya tokoh-tokoh
punakawam seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Para Wali juga menggubah lagu-lagu tradisional
(daerah) dalam langgam Islami, ini berarti nasyid sudah ada di Indonesia ini sejak jaman para wali.
Dalam upacara-upacara adat juga diberikan nilai-nilai Islam.
e) Tasawwuf
Kenyatan sejarah bahwa ada tarikat-tarikat di Indonesia yang menjadi jaringan penyebaran
agama Islam.
Dakwah pada masa penjajahan (pesantren dan organisasi Islam)
Dalam literature yang beredar dan menjadi arus besar sejarah, masuknya Islam ke Indonesia
selalu diidentikkan dengan penyebaran agama oleh Arab, Persia, ataupun Gujarat. Namun ada
penemuan lain yang menyatakan bahwa Islam Nusantara tidak hanya berasal dari wilayah India dan
Timur Tengah, akan tetapi juga dari Cina, tepatnya Yunan.
Penyebaran bermula dalam pergaulan dagang antara muslim Yunan dengan penduduk
Nusantara. Pada kesempatan itu terjadilah asimilasi budaya lokal dan agama Islam yang salah satunya
berasal dari Daratan Cina. Diawali saat armada Tiongkok Dinasti Ming yang pertama kali masuk
Nusantara melalui Palembang tahun 1407. Saat itu mereka mengusir perompak dari Hokkian Cina yang
telah lama bersarang disana. Kemudian Laksamana Cheng Ho membentuk Kerajaan Islam di Palembang.
Meskipun merupakan kerajaan yang lebh dahulu didirika, namun dalam perjalanan sejarah justru
Kerajaan Demak yang lebih dikenal dalam masyarakat.
Dengan banyaknya penduduk pribumi yang masuk Islam, terbentuklah pemerintahan-
pemerintahan Islam. Hubungan dengan kaum muslimin dari pusat dunia Islam-pun menjadi semakin
erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin erat. Yang terbesar dalah dari Hadramaut,
Yaman.
Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai
daerah di nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke-17 dan
18 Masehi. Hal ini disebabkan karena kaum muslimin nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 39
penjajahan dan dampak dari peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis yang isinya melarang untuk
berhubungan dagang dengan dunia luar.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin
nusantara, namun disisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Sebagian besar kaum
muslimin mengalami pencampuran akidah dengan tradisi pra-Islam.
Pada masa ini semangat dakwah banyak diwarnai dengan jihad melawan kaum kolonial, namun
terdapat dua pola dakwah yang dikembangkan pada masa ini, yaitu:
>Masa Penjajahan (Pesantren dan Organisasi Islam)
a. Pesatren
Pesantren berubah fungsi dari lembaga pendidikan menjadi a centre of anti-Ducth (pusat
pembangkit anti belanda). Setiap perlawanan bersenjata terhadap penjajah Belanda tidak terlepas dari
dari hubungan pesantren. Dalam abad ke-19 terdapat empat perang besar dari hasil perjuangan para
santri, diantaranya :
Perang Cirebon (1802-1806)
Perang Diponegoro (1825-1830)
Perang Padri (1821-1838)
Perang di Aceh(1873-1908)
b. Organisasi Islam
Para ulama menggerakkan masyarakat melalui pendidikan dan mendorong untuk memulihkan
kembali ekonomi dan perdagangan. Kebangkitan Islam semakin berkembang dengan membentuk
organisasi sosial keagamaan.
Organisasi Islam pertama adalah SDI (Serikat Dagang Islam) di tahun 1905 dan merupakan cikal
bakal pertumbuhan nasionalis yang dipelopori kaum pelajar. Pada perkembangannya SDI berubah
menjadi SI (Sarikat Islam) dan menjadi pola dakwah baru yang berupa pembentukan organisasi Islam
secara modern dalam sejarah bangsa Indonesia. Dari sinilah mulai muncul organisasi-organisasi Islam
lain di Indonesia seperti, muhammadiyah (1905), persatuan Islam (Persis) di tahun 1920, Nahdlatul
Ulama (NU) tahun 1926, dan Persatuan Tasbiyah Indonesia tahun 1930. Pada masa pendudukan Jepang
lahir Masyumi yang merupakan organisasi Islam bercorak politik yang memberikan kontribusi terhadap
perkembangan umat Islam. Dalam Masyumi terkumpul berbagai kalangan dari elemen organisasi islam.
>Masa Kemerdekaan
Menilik perjalanan sejarah, dakwah Islam pada masa penjajahan ini berpusat dan berkonsentrasi
dalam upaya jihad dan mengusir penjajah. Umat Islam memiliki peran yang besar dalam proses
kemerdekaan, bahkan setelah merdekapun jihad masi menjadi PR yang wajib diselesaikan meski dalam
bentuk yang berbeda. Sudah bukan lagi jihad peperangan dengan bentuk fisik namun jihad dalam
bentuk perang ideology.
Dakwah pada masa Orde Baru dan Reformasi
Pada fase ini proses dakwah (Islamisasi) di Indonesia mempunyai ciri terjadinya globalisasi
informasi dengan pengaruh-pengaruh gerakan Islam internasional secara efektif yang akan membangun
kekuatan Islam lebih utuh yang meliputi segala dimensinya. Sebenarnya kalau saja Indonesia tidak
terjajah maka proses Islamisasi di Indonesia akan berlangsung dengan damai karena bersifat kultural
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 40
dan membangun kekuatan secara struktural. Hal ini karena awalnya masuknya Islam yang secara
manusiawi, dapat membangun martabat masyarakat yang sebagian besar kaum sudra (kelompok
struktur masyarakat terendah pada masa kerajaan) dan membangun ekonomi masyarakat. Sejarah
membuktikan bahwa kota-kota pelabuhan (pusat perdagangan) yang merupakan kota-kota yang
perekonomiannya berkembang baik adalah kota-kota muslim. Dengan kata lain Islam di Indonesia bila
tidak terjadi penjajahan akan merupakan wilayah Islam yang terbesar dan terkuat. Walaupun demikian
Allah mentakdirkan di Indonesia merupakan jumlah peduduk muslim terbesar di dunia, tetapi masih
menjadi tanda Tanya besar apakah kualitasnya sebanding dengan kuantitasnya.
S. NIKAH
Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga dapat berarti Ijab
Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan oleh kata-kata
yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai peraturan yang diwajibkan oleh Islam.
Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula juga dapat
diartikan sebagai pernikahan, Allahs.w.t. menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan
mengharamkan zina.
Hikmah Pernikahan
Cara yang halal dan suci untuk menyalurkan nafsu syahwat melalui ini selain lewat perzinahan, pelacuran, dan
lain sebagainya yang dibenci Allah dan amat merugikan.
Untuk memperoleh ketenangan hidup, kasih sayang dan ketenteraman
Memelihara kesucian diri
Melaksanakan tuntutan syariat
Membuat keturunan yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Sebagai media pendidikan: Islam begitu teliti dalam menyediakan lingkungan yang sehat untuk membesarkan
anak-anak. Anak-anak yang dibesarkan tanpa orangtua akan memudahkan untuk membuat sang anak
terjerumus dalam kegiatan tidak bermoral. Oleh karena itu, institusi kekeluargaan yang direkomendasikan Islam
terlihat tidak terlalu sulit serta sesuai sebagai petunjuk dan pedoman pada anak-anak
Mewujudkan kerjasama dan tanggungjawab
Dapat mengeratkan silaturahim
Penyebab haramnya sebuah pernikahan
Perempuan yang diharamkan menikah oleh laki-laki disebabkan karena keturunannya (haram selamanya) serta
dijelaskan dalam surah an-Nisa: Ayat 23 yang berbunyi, Diharamkan kepada kamu menikahi ibumu, anakmu,
saudaramu, anak saudara perempuan bagi saudara laki-laki, dan anak saudara perempuan bagi saudara
perempuan.:
Ibu
Nenek dari ibu maupun bapak
Anak perempuan & keturunannya
Saudara perempuan segaris atau satu bapak atau satu ibu
Anak perempuan kepada saudara lelaki mahupun perempuan, yaitu semua anak saudara perempuan
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 41
Perempuan yang diharamkan menikah oleh laki-laki disebabkan oleh susuan ialah:
Ibu susuan
Nenek dari saudara ibu susuan
Saudara perempuan susuan
Anak perempuan kepada saudara susuan laki-laki atau perempuan
Sepupu dari ibu susuan atau bapak susuan
Perempuan muhrim bagi laki-laki karena persemendaan ialah:
Ibu mertua
Ibu tiri
Nenek tiri
Menantu perempuan
Anak tiri perempuan dan keturunannya
Adik ipar perempuan dan keturunannya
Sepupu dari saudara istri
Anak saudara perempuan dari istri dan keturunannya
Peminangan
Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan perempuan untuk melangsungkan
pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh kedua pihak. Meminangmerupakan adat kebiasaan masyarakat
Melayu yang telah dihalalkan oleh Islam. Peminangan juga merupakan awal proses pernikahan. Hukum peminangan
adalah harus dan hendaknya bukan dari istri orang, bukan saudara sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan tunangan
orang. Pemberian seperti cincin kepada wanita semasa peminangan merupakan tanda ikatan pertunangan. Apabila
terjadi ingkar janji yang disebabkan oleh sang laki-laki, pemberian tidak perlu dikembalikan dan jika disebabkan oleh
wanita, maka hendaknya dikembalikan, namun persetujuan hendaknya dibuat semasa peminangan dilakukan.
Melihat calon suami dan calon istri adalah sunat, karena tidak mau penyesalan terjadi setelah berumahtangga.
Anggota yang diperbolehkan untuk dilihat untuk seorang wanita ialah wajah dan kedua tangannya saja.
Hadist Rasullullah mengenai kebenaran untuk melihat tunangan dan meminang:
"Abu Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-laki yang hendak menikah dengan
seorang perempuan: "Apakah kamu telah melihatnya?jawabnya tidak(kata lelaki itu kepada
Rasullullah).Pergilah untuk melihatnya supaya pernikahan kamu terjamin kekekalan." (Hadis Riwayat Tarmizi
dan Nasai)
Hadis Rasullullah mengenai larangan meminang wanita yang telah bertunangan:
"Daripada Ibnu Umar RA bahawa Rasullullah SAW telah bersabda: "Kamu tidak boleh meminang tunangan
saudara kamu sehingga pada akhirnya dia membuat ketetapan untuk memutuskannya". (Hadis Riwayat
Bukhari dan Muslim(Asy-Syaikhan))
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 42
Nikah
Rukun nikah
Pengantin laki-laki
Pengantin perempuan
Wali
Dua orang saksi laki-laki
Mahar
Ijab dan kabul (akad nikah)
Syarat calon suami
Islam
Laki-laki yang tertentu
Bukan lelaki muhrim dengan calon istri
Mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut
Bukan dalam ihram haji atau umroh
Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu
Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah dijadikan istri
Syarat bakal istri
Islam
Perempuan yang tertentu
Bukan perempuan muhrim dengan calon suami
Bukan seorang banci
Akil Baligh
Bukan dalam ihram haji atau umroh
Tidak dalam iddah
Bukan istri orang
Syarat wali
Islam, bukan kafir dan murtad
Lelaki dan bukannya perempuan
Telah pubertas
Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
Bukan dalam ihram haji atau umroh
Tidak fasik
Tidak cacat akal pikiran, gila, terlalu tua dan sebagainya
Merdeka
Tidak dibatasi kebebasannya ketimbang membelanjakan hartanya
Sebaiknya calon istri perlu memastikan syarat WAJIB menjadi wali. Jika syarat-syarat wali terpenuhi seperti di atas
maka sahlah sebuah pernikahan itu.Sebagai seorang mukmin yang sejati, kita hendaklah menitik beratkan hal-hal
yag wajib seperti ini.Jika tidak, kita hanya akan dianggap hidup dalam berzinahan selamanya.
Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 43
Jenis-jenis wali
Wali mujbir: Wali dari bapaknya sendiri atau kakek dari bapa yang mempunyai hak mewalikan pernikahan anak
perempuannya atau cucu perempuannya dengan persetujuannya (sebaiknya perlu mendapatkan kerelaan calon
istri yang hendak dinikahkan)
Wali aqrab: Wali terdekat yang telah memenuhi syarat yang layak dan berhak menjadi wali
Wali abad: Wali yang sedikit mengikuti susunan yang layak menjadi wali, jikalau wali aqrab berkenaan tidak
ada. Wali abad ini akan digantikan oleh wali abad lain dan begitulah seterusnya mengikut susunan tersebut jika
tidak ada yang terdekat lagi.
Wali raja/hakim: Wali yang diberi hak atau ditunjuk oleh pemerintah atau pihak berkuasa pada negeri tersebut
oleh orang yang telah dilantik menjalankan tugas ini dengan sebab-sebab tertentu
Syarat-syarat saksi
Sekurang-kurangya dua orang
Islam
Berakal
Telah pubertas
Laki-laki
Memahami isi lafal ijab dan qobul
Dapat mendengar, melihat dan berbicara
Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak terlalu banyak melakukan dosa-dosa kecil)
Merdeka
Syarat ijab
Pernikahan nikah ini hendaklah tepat
Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran
Diucapkan oleh wali atau wakilnya
Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(nikah kontrak atau pernikahan (ikatan suami istri) yang sah
dalam tempo tertentu seperti yang dijanjikan dalam persetujuan nikah muataah)
Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafalkan)
Contoh bacaan Ijab:Wali/wakil Wali berkata kepada calon suami:"Aku nikahkan Anda dengan Diana Binti Daniel
dengan mas kawin berupa seperangkap alat salat dibayar tunai".
Syarat qobul
Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab
Tidak ada perkataan sindiran
Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)
Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(seperti nikah kontrak)
Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu qobul dilafalkan)
Menyebut nama calon istri
Tidak ditambahkan dengan perkataan lain
Contoh sebutan qabul(akan dilafazkan oleh bakal suami):"Aku terima nikahnya dengan Diana Binti Daniel dengan
mas kawin berupa seperangkap alat salat dibayar tunai" ATAU "Aku terima Diana Binti Daniel sebagai istriku".