You are on page 1of 43

Aditya Hendra Wijaya "122.12.

007" | Tugas Resume Agama Islam 1



A. DINUL ISLAM
Kata dinul islam berasal dari bahasa arab : dan .yang mengandung 2 makna, yaitu
a. Secara Etimologi/lugoh adalah selamat/sejahtera dan menyerahkan diri/patuh.
b. Secara istilah/terminologi adalah Agama yang berasal dari allah yang di bawa oleh nabi Muhammad
SAW,untuk di sampaikan kepada seluruh umat manusia agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Dasar pengertian ini sesuai dengan Firman Allah SWT :
Ep) -g].- E4gN *.-
OUce"- 4`4 E-U4u=-
-g~-.- W-O>q =U4-^- )
}g` gu4 4` N-47.~E}
OUg^- O^4 _E4uO4 }4`4
O'4C ge4C4*) *.- ]) -.-
7C)O= =Og4^- ^_
Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah
diberi Al Kitab[Al-Qur'an] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang
ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya.
adapun hadistnya yaitu :
Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik maka allah memberikan kepadanya
kefahaman Agama (HR Bukhori).
Agama dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Samawi (Langit) : Yahudi, Nasrani, Islam.
b. Ardhi (Bumi) : Budha, Hindu, Animisme, Dinamisme, d.l.l
B. DASAR HUKUM ISLAM
1. Al-Qur'an
2. Al-Hadist
3. Ijma/Qiyas.
Syariat Islam (Arab: Syariat Islamiyyah) adalah hukum atau peraturan Islam
yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariat Islam juga
berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut Islam, syariat Islam
merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan
dunia ini.


Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 2


Apa itu Al-Qur'an? Al-Baqarah ayat 1-6.
.- ^ ElgO CU4-:^-
=UuC4O O gOOg O O1- =}1+Ug
^g 4g~-.- 4pONLg`uNC
jU^O4^) 4pONONC4
E_OUO- 44 _4L^~Ee4O
4pOgLNC ^@ 4g~-.-4
4pONLg`uNC .Eg 4@O^q El^O)
.4`4 4@O^q }g` El)Ul~
jE4O=E)4 N 4pONLg~ONC ^j
Elj^q _O>4N O1- }g)`
)_)O W Elj^q4 N-
]O)U^^- ^) Ep) -g~-.-
W-NOEE v7.-4OEc )_^1U4
_>OEO^47 u -OOL>
4pONLg`uNC ^g
1. Alif laam miin[10].
2. Kitab[11] (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],
3. (yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat[15], dan menafkahkan
sebahagian rezki[16] yang Kami anugerahkan kepada mereka.
4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab
yang telah diturunkan sebelummu[17], serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat[18].
5. mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang
beruntung[19].
6. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri
peringatan, mereka tidak juga akan beriman.

[10] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif
laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahli-ahli tafsir ada yang
menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan
ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama
surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian
Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu
diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak
percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka
cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 3

[11] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al
Quran diperintahkan untuk ditulis.
[12] Takwa Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan
menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
[13] Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. tanda-
tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.
[14] Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. percaya kepada yang ghjaib yaitu,
mengi'tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada
dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat dan
sebagainya.
[15] Shalat menurut bahasa 'Arab: doa. menurut istilah syara' ialah ibadat yang sudah dikenal, yang
dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan
kerendahan diri kepada Allah. mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan
melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti
khusu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.
[16] Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan
sebagian dari harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh agama
memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.
[17] Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah Kitab-Kitab yang diturunkan
sebelum Al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Quran yang
diturunkan kepada Para rasul. Allah menurunkan kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu
kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada rasul.
[18] Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. akhirat lawan dunia.
kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah
benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.
[19] Ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah sesudah
mengusahakannya.
"Kitab suci Allah (Qallamullah) yang memberi/menjadi hidayah bagi semua manusia yang
bertaqwa."
Adapun ciri orang bertaqwa yaitu :
1. Orang yang memercayai/meyakini kepada hal yang ghaib. (Tidak terlihat)
Ghaib : - Wajib dipercaya (Allah, Malaikat, Hari akhir, Surga, Neraka, Iblis/Jin.
2. Mendirikan Shalat.
3. Menginfaqkan (menggunakan nikmat Allah untuk Allah)
4. Percaya kepada kitab-kitab Allah.

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 4

5. Meyakini hari akhir. (yakin terhadap akhirat)



AGAMA
C. Allah
Allah (Bahasa Arab: ; Bahasa Inggris: God) adalah nama zat yang Mahasempurna, Maha-
berkuasa, Maha-mengetahui, dan Maha-Penyanyang; yang berhak disembah oleh seluruh manusia.
"Pikirkanlah kamu semua ciptaan Allah (makhluk), tetapi jangan sekali-kali memikirkan dzat
Allah. Sesungguhnya pikiranmu tidak akan sampai ke sana".
Siapakah Allah? Allah adalah Khalid, Rabul Alamin. Dimanakah Allah Sesungguhnya? Dialah
yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di atas Arsy dia
mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari
langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Hadid :4). Seperti apakah Allah itu? Tidak dapat
dikhayalkan.
D. Makhluk
Makhluk adalah sebuah kata serapan dari bahasa Arab yang berarti "yang diciptakan", sebagai
lawan kata Kholik "yang menciptakan." Secara umum, kata ini merujuk pada organisme hidup yang
diciptakan oleh Tuhan. Adapun makhluk dibagi menjadi dua yaitu :
Makhluk riil : "Makhluk hidup nyata" (biasa disebut "makhluk hidup" saja) yang telah diketahui,
misalnya: manusia, hewan, tumbuhan dan sel.
" . Dan kamu lihat bumi ini (awalnya) kering, kemudian apabila Kami turunkan air (hujan) di
atasnya, hiduplah bumi itu, dan suburlah (tanahnya), dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah." (QS.22:5).
Makhluk hidup gaib (atau 'makhluk gaib' saja) yang disebut-sebut dalam Al-Qur'an, yaitu:
malaikat, jin, syaitan dan iblis. Mereka itulah makhluk yang masih berbentuk "ruh" (bentuk
paling sederhana dari segala makhluk-Nya), karena ruh para makhluk gaib itu dianggap tidak
memiliki sifat untuk menyatu dengan tubuh wadah. Namun ada pula anggapan lain, bahwa
tubuh mereka adalah materi 'terkecil'.
4`4 e^UE= O}_^- "^e"-4
) p+lu4Og ^)g

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 5

Artinya : dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
E. Al-Qur'an
Al-qur'an adalah qalam Allah yang diturunkan untuk menyelamatkan manusia. adapun fungsi
dari Al-qur;an yaitu:
1. Petunjuk (Huda)
2. Sumber Hukum Islma yang pertama
3. Sebagai korektor kitab-kitab yang lalu
4. Menjelaskan kekuasaan Allah, keadilan, kebenaran, d.l.l
Sejarah Al-Qur'an
Al-Qur'an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan secara adil,
objektif dan tidak memihak. Dengan demikian tradisi sains Islam sepenuhnya mengambil inspirasi dari
Al-Qur'an, sehingga umat Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekati
landasan penanggalan astronomis.
Penurunan Al-Qur'an
Al-Qur'an tidak turun sekaligus, ayat-ayat al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22
tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode
Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah
SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah
yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu
ini disebut surat Madaniyah. Ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab
suatu atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan disebut Asbabun Nuzul (Sebab-sebab Turunnya (suatu
ayat).
Penulisan Al-Qur'an
Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) ayat-ayat al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi
Muhammad. Kemudian transformasinya menjadi teks yang sudah dibundel menjadi satu seperti yang
dijumpai saat ini, telah dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.
Masa Nabi Muhammad
Pada masa ketika Nabi Muhammad masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk
menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin
Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media
penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun
kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung
menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.
Masa Khulafaur Rasyidin

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 6

Pemerintahan Abu Bakar
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal
dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah
yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas
meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di
antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksanaan
tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu
mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga
wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya
mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafshah yang juga istri Nabi Muhammad.
Pemerintahan Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara
pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang
berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil
kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis
dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara
penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standardisasi ini, seluruh
mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar).
Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam
pada masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:
Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman.
Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas
persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya
mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at
orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia
menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi
perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."
Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan
bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat. Demikianlah selanjutnya Utsman
mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman
memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-
Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan
memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut,
hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka. Setelah
mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke
Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).
F. Hadist

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 7

Hadits (ejaan KBBI: Hadis, Bahasa Arab: dengarkan (bantuaninfo), transliterasi: Al-
Hadts), adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW
yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadits dijadikan sumber hukum Islam selain al-Qur'an yang mana
kedudukannya hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.
Hadits secara harfiah berarti "berbicara", "perkataan" atau "percakapan". Dalam terminologi
Islam istilah hadits berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi
Muhammad SAW.
Menurut istilah ulama ahli hadits, hadits yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad
SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapannya (Arab: taqrr), sifat jasmani atau sifat akhlak,
perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi (Arab: bi'tsah) dan terkadang juga sebelumnya, sehingga arti
hadits di sini semakna dengan sunnah.
Kata hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka
pada saat ini bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi
Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum.
Hadist dari segi hukum dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Syar'iyah atau menjadi sumber dasar hukum.
2. Ghair Syar'iyah atau tidak menjadi sumber dasar hukum.
Adapun komponen hadist sebagai berikut :
1. Matar (isi/redaksi)
2. Sanad (Sandaran)
3. Rawi (Periwayat)
Jenis-jenis Hadist :
1. Hadist Qauliyah : Sebuah berita dari perkataan Rasul.
2. Hadist Fi'diyah : Sebuah berita dari perbuatan Rasul.
3. Hadist Taqririyah : Sebuah berita yang tidak menyuruh dan tidak melarang.
Kwalitas hadist dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Shahih : Hadits Shahih, yakni hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yang
adil lagi dhabith dari rawi yang sama hingga akhir sanad, terhindar dari syadz dan cacat.
5 syarat Hadits Shahih:
Sanadnya bersambung, artinya setiap rawi bersambung secara langsung dengan rawi
sesudahnya dari rawi pertama hingga rawi terakhir.
Rawi adil, artinya seorang muslim, baligh, berakal, terhindar dari sebab-sebab kefasikan
dan hal-hal yang menurunkan kehormatan.

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 8

Rawi dhabith, artinya bagus hafalannya, bukan pelupa, banyak ragu-ragu, atau banyak
salah (tangkap).
Terhindar dari syadz (kejanggalan), artinya tidak mengandung kontradiksi dengan
riwayat yang lebih kuat.
Terhindar dari illah (cacat), artinya sebab tersembunyi yang dapat menggugurkan
kesahihahnnya.
Shahih Li Ghairihi, yakni Hadits Hasan Lidzatihi yang memiliki sanad lain yang sama kualitasnya
atau lebih kuat sehingga meningkatkan status hadis menjadi Shahih Lighairihi (sahih karena
lainnya).
Kitab-kitab Hadits Sahih adalah:
Kitab khusus Hadits Shahih, Shahih Bukhari dan Muslim.
Kitab-kitab lain yang memuat Hadits Shahih.
2. Hasan
Hadits Hasan adalah Hadis yang sanadnya bersambung diriwayatkan oleh rawi yang adil
tapi kurang kuat hafalannya, terhindar dari syadz dan illah.
Hadits Hasan Lighairihi, adalah Hadis Dhaif yang memiliki berbagai sanad yang saling
menguatkan satu dengan lainnya, asalakan sebab kedhaifannya bukan karena
buruknya hafalannya, atau terputus sanadnya, atau rawi yang majhul (tidak dikenal),
fasik, atau pendusta.
Hadits Hasan dipopulerkan oleh Imam Tirmidzi (w. 279 H). Sebelumnya digolongkan
kepada Hadis Dhaif yang diterima.
Perkataan Imam Tirmidzi Hadits Hasan Shahih, artinya bahwa Hadits tersebut memiliki
2 Sanad, yang satu berkualitas Shahih dan yang lain berstatus Hasan.
Perkataan Imam Abu Dawud (w. 275 H) Hadits Shalih mencakup Shahih dan Hasan.
Sumber Hadits Hasan banyak terdapat dalam kitab Sunan Empat, Musnad Ahmad, dll.
Hadis Shahih dan Hadis Hasan merupakan Hujjah dalam agama, baik dalam Ushul
maupun Furu.
3. Dhaif
Hadits Dhaif, adalah Hadis yang tidak memenuhi persyratan Shahih dan Hasan.
Sebab kedhaifan Hadits terkait 2 faktor:
1. Faktor ketidakbersambungan sanad.

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 9

Urutannya: Mudhal, munqathi. Muallaq, mudallas, dan mursal.

2. Faktor selain ketidakbersambungan sanad. Urutannya : Maudhu, Matruk, Mathruh, Mudraj,
Maqlub, Munkar, Muallal, Syadz, Mudhtarib, Mushahhaf.
Dhaif karena faktor sanad tak bersambung
Mudhal, adalah Hadits yang sanadnya putus pada 2 rawi secara berturut-turut.
Munqathi, adalah Hadits yang sand putus pada 1 rawi, asal tidak menyerupai muallaq,
mudhal, atau mursal.
Muallaq, adalah Hadits yang dibunag sandnya pada awal sanad satu rawi atau lebih secara
berturut-turut.
Mudallas, yakni Hadits yang diriwayatkan rawi dengan cara menyembunyikan seorang rawi
lemah pada sanad untuk membuat kesan baik pada sanad.
Mursal, yakni Hadits yang sanadnya terputus pada sanad sahabat. Artinya tabiin
meriwayatkan langsung dari Rasulullah SAW.
Dhaif karena faktor lain
Hadits maudhu, adalah Hadits yang dibuat-buat dan dipalsukan atas nama Rasul saw
atau sahabat, atau tabiin. Tapi jika digunakan secara umum berarti Hadits palsu yang
disandarkan kepada Nabi saw.
Cara mengetahui Hadits palsu:
1. Bertentangan dengan akal sehat dan tidak mungkin ditakwil, atau bertentangan dengan
fakta sejarah dan eksperimen yang pasti.
2. Bertentangan dengan petunjuk makna ayat al-Quran yang qathiy (pasti), atau hadis
mutawatir, atau pengetahuan agama yang sudah pasti, aksioma (al-malum min al-din bi al-
dharurah).
3. Hadis tentang perkara yang besar tapi hanya diriwiyatkan seorang saja.
4. Memberikan siksa yang sangat berat dengan dosa yang remeh, tapi memberikan pahala yang
sangat besar dengan amal yang remeh.
5. Pemalsu mengakui perbuatannya.
6. Pemalsu memberikan statement yang mirip pengakuan.
7. Perawi dikenal sebagai pembohong.
8. Ada indikasi rawi adalah pemalsu hadis, seperti pengikut sekte Rafidhah yang dikenal
mengkultuskan Ali ra.
9. Bahasanya kasar dan maknya tak berisi.
10. Melakukan penelitian hadis secara mendalam.

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 10

4. Qudsi
Firman Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Lalu disebarkan dengan
redaksinya sendiri (Shahih). Terdapat 100 hadist


Persamaan Al-Qur'an dengan Hadist :
Sumber Hukum Tujuan
Al-Qur'an Untuk menyelamatkan manusia
Hadist Untuk menyelamatkan manusia
Perbedaan Al-Qur'an dengan Hadist :
Sumber Shahih Pembukuan Sumber Hukum
Al-Qur'an Allah Pasti (Mutlak) Ustman Bin Affan 1
Hadist Nabi Relative Abad ke-2 2
Hubungan Antar Al-Qur'an Dengan Hadist
Al-Hadist Sebagai tafsir dari Al-Qur'an
G. IJTIHAD
PENGERTIAN IJTIHAD ( ) adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh atau mencurahkan
segala kemampuan (jahada). Jadi, menurut bahasa, ijtihad ialah berusaha untuk berupaya atau berusaha
yang bersungguh-sungguh., yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha
mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis
dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang. Namun pada perkembangan
selanjutnya, diputuskan bahwa ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam.
Menurut Dr. Wahbah az Zuhaili, ijtihad adalah perbuatan istimbath hukum syari`at dari segi
dalil-dalilnya yang terperinci di dalam syari`at.
Imam al Ghazali, mendefinisikan ijtihad dengan usaha sungguh-sungguh dari seorang mujtahid
dalam rangka mengetahui hukum-hukum syari`at.
Sedangkan menurut Imam Syafi`i, arti sempit ijtihad adalah qiyas.
TUJUAN IJTIHAD adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam
beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu.
JENIS-JENIS IJTIHAD

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 11

ijma'
Ijma' artinya sepakat yakni sepakat para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama
berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Adalah sepakat bersama yang
dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil dari
ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti
seluruh umat.

Ijma dalam istilah ahli ushul
Ijma dalam istilah ahli ushul adalah sepakat semua para mujtahid dari kaum muslimin dalam suatu masa
setelah wafat Rasul Saw atas hukum syara'
Adapun rukun ijma dalam definisi di atas adalah adanya sepakat para mujtahid kaum muslimin dalam
suatu masa atas hukum syara .
Kesepakatan itu dapat dikelompokan menjadi empat hal:
1. Tidak cukup ijma dikeluarkan oleh seorang mujtahid apabila keberadaanya hanya seorang (mujtahid)
saja di suatu masa. Karena kesepakatan dilakukan lebih dari satu orang, pendapatnya disepakati antara
satu dengan yang lain.
2. Adanya kesepakatan sesama para mujtahid atas hukum syara dalam suatu masalah, dengan melihat
negeri, jenis dan kelompok mereka. Andai yang disepakati atas hukum syara hanya para mujtahid
haramain, para mujtahid Irak saja, Hijaz saja, mujtahid ahlu Sunnah, Mujtahid ahli Syiah, maka secara
syara kesepakatan khusus ini tidak disebut Ijma. Karena ijma tidak terbentuk kecuali dengan
kesepakatan umum dari seluruh mujtahid di dunia Islam dalam suatu masa.
3. Hendaknya kesepakatan mereka dimulai setiap pendapat salah seorang mereka dengan pendapat
yang jelas apakah dengan dalam bentuk perkataan, fatwa atau perbuatan.
4. Kesepakatan itu terwujudkan atas hukum kepada semua para mujtahid. Jika sebagian besar mereka
sepakat maka tidak membatalkan kespekatan yang banyak secara ijma sekalipun jumlah yang berbeda
sedikit dan jumlah yang sepakat lebih banyak maka tidak menjadikan kesepakatan yang banyak itu
hujjah syari yang pasti dan mengikat.
Kehujjahan Ijma
Apabila rukun ijma yang empat hal di atas telah terpenuhi dengan menghitung seluruh permasalahan
hukum pasca kematian Nabi Saw dari seluruh mujtahid kaum muslimin walau dengan perbedaan negeri,
jenis dan kelompok mereka yang diketahui hukumnya. Perihal ini, nampak setiap mujtahid
mengemukakan pendapat hukumnya dengan jelas baik dengan perkataan maupun perbuatan baik
secara kolompok maupun individu.

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 12

Selanjutnya mereka mensepakati masalah hukum tersebut, kemudian hukum itu disepakati menjadi
aturan syari yang wajib diikuti dan tidak mungkin menghindarinya. Lebih lanjut, para mujtahid tidak
boleh menjadikan hukum masalah ini (yang sudah disepakati) garapan ijtihad, karena hukumnya sudah
ditetapkan secara ijma dengan hukum syari yang qathi dan tidak dapat dihapus (dinasakh).Dasar-dasar
Hukum Ijtihad :
1. Persitiwa ketika Nabi Muhammad SAW menyuruh Muadz bin Jabbal


Syarat Ijtihad :
1. Orang yang beriman kepada Allah SWT
2. Adil, cermat, teliti dan bijaksana, berakhlakul kharimah
3. Menguasai bahasa Arab dan tata bahasa
4. Menguasai pengetahuan agama (Al-Qur'an dan Hadist)
5. Mengetahui Ijtihad para ulama terdahulu
Masalah yang Diijtihadkan
Persoalan baru yang belum pernah terjadi dimasa lampu, sedangkan hukumnya perlu dijelaskan.
Sifat atau Hasil Ijtihad
1. Sementara atau tidak mutlak
2. Bersifat lokal (tempat tertentu)
3. Berlaku untuk sebagian orang atau seluruhnya
Macam Ijtihad Dari Segi Pelakunya
1. Ijtihad Perorangan (Fardhi)
2. Ijtihad Kelompok (Ijma)
Macam Ijtihad dati Segi Bentuk
Untuk menjelaskan hukum yang ada
Mengungkap secara cermat hakekat hukum itu dalam kaitannya dengan kenyataan
Memberi batasan pada hukum itu
H. QIYASH (MENGUKUR)
Qiyas artinya menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara yang
baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya
dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 13

sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa
sebelumnya
Beberapa definisi qiys (analogi)
1. Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada cabangnya, berdasarkan titik persamaan di
antara keduanya.
2. Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui suatu persamaan di antaranya.
3. Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di dalam [Al-Qur'an] atau [Hadis]
dengan kasus baru yang memiliki persamaan sebab (iladh).
Qiyas menurut ulama ushul adalah menerangkan sesuatu yang tidak ada nashnya dalam Al Quran dan
hadits dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash.
Mereka juga membuat definisi lain, Qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya
dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan illat hukum.
Dengan demikian qiyas itu penerapan hukum analogi terhadap hukum sesuatu yang serupa karena
prinsip persamaan illat akan melahirkan hukum yang sama pula.
Berhubung qiyas merupakan aktivitas akal, maka beberapa ulama berselisih faham dengan ulama
jumhur. Pandangan ulama mengenai qiyas ini terbagi menjadi tiga kelompok:
1. Kelompok jumhur, mereka menggunakan qiyas sebagai dasar hukum pada hal-hal yang tidak jelas
nashnya baik dalam Al Quran, hadits, pendapat shahabt maupun ijma ulama.
2. Mazhab Zhahiriyah dan Syiah Imamiyah, mereka sama sekali tidak menggunakan qiyas. Mazhab
Zhahiri tidak mengakui adalanya illat nash dan tidak berusaha mengetahui sasaran dan tujuan nash
termasuk menyingkap alasan-alasannya guna menetapkan suatu kepastian hukum yang sesuai dengan
illat. Sebaliknya, mereka menetapkan hukum hanya dari teks nash semata.
3. Kelompok yang lebih memperluas pemakaian qiyas, yang berusaha berbagai hal karena persamaan
illat. Bahkan dalam kondisi dan masalah tertentu, kelompok ini menerapkan qiyas sebagai pentakhsih
dari keumuman dalil Al Quran dan hadits.
Kehujjahan Qiyas
Jumhur ulama kaum muslimin sepakat bahwa qiyas merupakan hujjah syari dan termasuk sumber
hukum yang keempat dari sumber hukum yang lain. Apabila tidak terdapat hukum dalam suatu masalah
baik dengan nash ataupun ijma dan yang kemudian ditetapkan hukumnya dengan cara analogi dengan
persamaan illat maka berlakulah hukum qiyas dan selanjutnya menjadi hukum syari.
Diantara ayat Al Quran yang dijadikan dalil dasar hukum qiyas adalah firman Allah:
4O- -Og~-.- E4Ou= 4g~-.-
W-NOEE ;}g` u- U4-^- }g`

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 14

g-@O4Cg1 E )O;O4^- _ 4`
+[E4 p W-ON_NO^C W W-EOOL4
_^^ _+-Eg^E` g++OONO =}g)`
*.- N_> +.- ;}g` +^OEO
W-O+lO4-^4 W 4EO~4 O) NjgjOU~
=U;NOO- _ 4pO+@O^C7 gONO+
jgguC) OguC4
4-gLg`u^- W-+O4;N
Ojq^4C @O=- ^g
2. Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat
pengusiran yang pertama[1463]. kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa
benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada
mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati
mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang
mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan.

[1463] Yang dimaksud dengan ahli kitab ialah orang-orang Yahudi Bani Nadhir, merekalah yang mula-mula
dikumpulkan untuk diusir keluar dari Madinah.
Og^4C 4g~-.- W-EON44`-47
W-ONOgC -.- W-ONOgC4
4OcO- Ojq4 jO- 7Lg` W
p) u7+;N4O4L> O) 7/E* +1NO
O) *.- OcO-4 p) u7+47
4pONLg`u> *.) gO4O^-4
@O=E- _ ElgO OOE= }=O;O4
ECj> ^)_
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian
jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Ayat di atas menjadi dasar hukum qiyas, sebab maksud dari ungkapan kembali kepada Allah
dan Rasul (dalam masalah khilafiyah), tiada lain adalah perintah supaya menyelidiki tanda-tanda
kecenderungan, apa yang sesungguhnya yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Hal ini dapat diperoleh
dengan mencari illat hukum, yang dinamakan qiyas.
Rukun Qiyas
Qiyas memiliki rukun yang terdiri dari empat hal:
1. Asal (pokok), yaitu apa yang terdapat dalam hukum nashnya. Disebut dengan al-maqis alaihi.
2. Fara (cabang), yaitu sesuatu yang belum terdapat nash hukumnya, disebut pula al-maqs.

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 15

3. Hukm al-asal, yaitu hukum syari yang terdapat dalam dalam nash dalam hukum asalnya. Yang
kemudian menjadi ketetapan hukum untuk fara.
4. Illat, adalah sifat yang didasarkan atas hukum asal atau dasar qiyas yang dibangun atasnya.
I. ISTIHSAN
Mencari kebaikan yang tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah.
Beberapa definisi Istihsn
1. Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fqih (ahli fikih), hanya karena dia merasa hal itu adalah
benar.
2. Argumentasi dalam pikiran seorang fqih tanpa bisa diekspresikan secara lisan olehnya
3. Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang banyak.
4. Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.
5. Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara yang ada sebelumnya.

Maslahah murshalah
Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskhnya dengan pertimbangan kepentingan
hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan menghindari kemudharatan.
Sududz Dzariah
Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentinagn umat.
Istishab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnya.
Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat
selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan

MUJTAHID DAN SYARAT-SYARATNYA
Mujtahid ialah orang yang berijtihad. Membicarakan syarat-syarat mujtahid berarti juga
membicarakan syarat-syarat ijtihad.
Imam al Ghazali menyatakan mujtahid mempunyai dua syarat :
- Mengetahui dan menguasai ilmu syara, mampu melihat yang zhanni di dalam hal-hal yang syara dan
mendahulukan yang wajib.
- Adil, menjauhi segala maksiat yang mencari sifat dan sikap keadilan (`adalah).
Menurut Asy Syathibi, seseorang dapat diterima sebagai mujtahid apabila mempunyai dua sifat :
- Mengerti dan paham akan tujuan syari`at dengan sepenuhnya, sempurna dan menyeluruh.

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 16

- Mampu melakukan istimbath berdasarkan faham dan pengertian terhadap tujuan-tujuan syari`at
tersebut.
Menurut Dr. Wahbah az Zuhaili mujtahid mempunyai dua syarat yaitu Mengetahui apa yang ada pada
Tuhan dan mengetahui/percaya adanya Rasul & apa yang dibawanya juga mukjizat-mukjizat ayat-ayat-
Nya.
Al-Syatibi berpendapat bahwa mujtahid hendaknya sekurang-kurangnya memiliki tiga syarat:
Syarat pertama, memiliki pengetahuan stentang Al Quran, tentang Sunnah, tentang masalah Ijma
sebelumnya.
Syarat kedua, memiliki pengetahuan tentang ushul fikih.
Syarat ketiga, Menguasai ilmu bahasa.
Selain itu, al-Syatibi menambahkan syarat selain yang disebut di atas, yaitu memiliki pengetahuan
tentang maqasid al-Syariah (tujuan syariat). Oleh karena itu seorang mujtahid dituntut untuk memahami
maqasid al-Syariah. Menurut Syatibi, seseorang tidak dapat mencapai tingkatan mujtahid kecuali
menguasai dua hal: pertama, ia harus mampu memahami maqasid al-syariah secara sempurna, kedua ia
harus memiliki kemampuan menarik kandungan hukum berdasarkan pengetahuan dan pemahamannya
atas maqasid al-Syariah.
TINGKATAN MUJTAHID
1. Mujtahid mutlaq, yaitu seorang mujtahid yang mampu memberikan fatwa dan pendapatnya dengan
tidak terikat kepada madzhab apapun. Contohnya Maliki, Hambali, Syafi`i, Hanafi, Ibnu Hazhim dan lain-
lain.
2. Mujtahid muntasib, yaitu orang yang mempunyai syarat-syarat untuk berijtihad, tetapi ia
menggabungkan diri kepada suatu madzhab dengan mengikuti jalan yang ditempuh oleh imam madzhab
tersebut.
MACAM-MACAM IJTIHAD
Dr. ad Dualibi, sebagaimana dikatakan Dr. Wahbah (h. 594), membagi ijtihad kepada tiga macam;
Al Ijtihadul Bayani, yaitu menjelaskan (bayan) hukum-hukum syari`ah dari nash-nash syar`i.
Al Ijtihadul Qiyasi, yaitu meletakkan (wadl`an) hukum-hukum syari`ah untuk kejadian/peristiwa yang
tidak terdapat dalam al Qur`an dan Sunnah, dengan jalan menggunakan qiyas atas apa yang terdapat
dalam nash-nash hukum syar`i.
Al Ijtihadul Isthishlahi, yaitu meletakkan hukum-hukum syari`ah untuk kejadian/peristiwa yang terjadi
yang tidak terdapat dalam al Qur`an dan Sunnah menggunakan ar-ra`yu yang disandarkan atas
isthishlah.
J. ITTIBA

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 17

"Menerima perkataan orang lain dan kamu mengetahui dasar hukumnya." (Q.S An-Nahl:43)
.4`4 4LUEcO ;g` El)U:~ )
L~E}jO /^O-^ jgO) _
W-EOU4*O u- @O^g]~.- p)
+-47 4pO+u> ^j@
43. dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka;
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan[828] jika kamu tidak mengetahui,

[828] Yakni: orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang Nabi dan kitab-kitab.
Menurut bahasa Ittiba berasal dari bahasa arab adalah mashdar (kata bentukan) dari kata ittabaa
( )yang berarti mengikuti. Ada beberapa kalimat yang semakna dengannya diantaranya iqtifa
( )(menelusuri jejak), qudwah( ) (bersuri teladan) dan uswah( ) (berpanutan). Dikatakan
mengikuti sesuatu jika berjalan mengikuti jejaknya dan mengiringinya. Dan kata ini berkisar pada makna
menyusul, mencari, mengikuti, meneladani dan mencontoh.
Sedangkan menurut istilah ittiba adalah mengikuti pendapat seseorang baik itu ulama atau yang lainnya
dengan didasari pengetahuan dalil yang dipakai oleh ulama tersebut. Ibnu Khuwaizi Mandad
mengatakan : "Setiap orang yang engkau ikuti dengan hujjah dan dalil padanya, maka engkau adalah
muttabi(orang yang mengikuti).
Menurut ulama ushul, ittiba` adalah mengikuti atau menuruti semua yang diperintahkan, yang dilarang,
dan dibenarkan Rasulullah SAW. Dengan kata lain ialah melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam sesuai
dengan yang dikerjakan Nabi Muhammad SAW.
Definisi lainnya, ittiba` ialah menerima pendapat seseorang sedangkan yang menerima itu mengetahui
dari mana atau asal pendapat itu. Ittiba` ditetapkan berdasarkan hujjah atau nash. Ittiba` adalah lawan
taqlid.
2. Macam-Macam Ittiba`
a. Ittiba` kepada Allah dan Rasul-Nya
b. Ittiba` kepada selain Allah dan Rasul-Nya
Ulama berbeda pendapat, ada yang membolehkan ada yang tidak membolehkan. Imam Ahmad bin
Hanbal menyatakan bahwa ittiba` itu hanya dibolehkan kepada Allah, Rasul, dan para sahabat saja, tidak
boleh kepada yang lain.
Pendapat yang lain membolehkan berittiba` kepada para ulama yang dapat dikatagorikan sebagai ulama
waratsatul anbiyaa (ulama pewaris para Nabi).
3. Tujuan Ittiba`

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 18

Dengan adanya ittiba` diharapkan agar setiap kaum muslimin, sekalipun ia orang awam, ia dapat
mengamalkan ajaran agama Islam dengan penuh keyakinan pengertian, tanpa diselimuti keraguan
sedikitpun. Suatu ibadah atau amal jika dilakukan dengan penuh keyakinan akan menimbulkan
keikhlasan dan kekhusukan. Keikhlasan dan kekhusukan merupakan syarat sahnya suatu ibadah atau
amal yang dikerjakan.
Ittiba
Kepada siapa kita wajib ittiba?
Dari penjelasan diatas bisa kita simpulkan bahwa yang berhak kita berittiba kepadanya adalah mereka
yang pendapatnya didasari dengan dalil yang jelas, dalam hal ini Rasulullah saw adalah orang yang paling
berhak kita ikuti hal itu sebagaimana Allah swt berfirman,
;- 4p~E 7 O) Oc4O *.-
NE4Ocq O4L=OEO }Eg 4p~E
W-ON_O4C -.- 4O4O^-4
4O=E- 4OEO4 -.- -LOOgVE ^g
21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab[33]:21).
Dalam ayat lain Allah swt berfirman:
.E` 47. +.- _O>4N g).Oc4O
;}g` u- O4O^- *+ OcOUg4
Og~).4 _O.O^- _OE4-41^-4
-=OE^-4 ^-4
O):OO- O. 4pO74C .1 4u-4
g7.41g4^N- 7Lg` _ .4`4
N7>-47 NOcO- +7ONC 4`4
7Og4+ +Ou44N W-O_4^ _
W-OE>-4 -.- W Ep) -.- CgE-
g^- ^_
7. apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari
penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu.
apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. (QS. Al-Hasyr[59]: 7).
Imam Ahmad bin Hanbal menyatakan: Ittiba adalah seseorang mengikuti apa yang datang dari
Rasulullah saw dan para shahabatnya.
Ittiba kepada Nabi saw dalam keyakinan akan terwujud dengan meyakini apa yang diyakini oleh
Nabi saw sesuai dengan bagaimana beliau meyakininya apakah merupakan kewajiban, kebidahan

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 19

ataukah merupakan pondasi dasar agama atau yang membatalkannya atau yang merusak
kesempurnaannya dst dengan alasan karena beliau saw meyakininya.
Ittiba kepada Nabi saw dalam perkataan akan terwujud dengan melaksanakan kandungan dan
makna-makna yang ada padanya. Bukan dengan mengulang-ulang lafadz dan nashnya saja. Sebagai
contoh sabda beliau saw:
Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat..(HR. Bukhori).
Ittiba kepadanya adalah dengan melaksanakan shalat seperti shalat beliau.
Sedangkan ittiba kepada Nabi saw di dalam perkara-perkara yang ditinggalkan adalah dengan meninggalkan
perkara-perkara yang beliau tinggalkan, yaitu perkara-perkara yang tidak disyariatkan. Sesuai dengan tatacara dan
ketentuan Nabi saw di dalam meninggalkannya, dengan alasan karena beliau saw meninggalkannya. Dan ini adalah
batasan yang sama dengan batasan ittiba di dalam perbuatan.
Hukum Ittiba
Seorang muslim wajib ittiba kepada Rasulullah saw dengan menempuh jalan yang beliau tempuh dan melakukan
apa yang beliau lakukan. Begitu banyak ayat al-Quran yang memerintahkan setiap muslim agar selalu ittiba
kepada Rasulullah saw di antaranya firman Allah swt.
~ W-ONOgC -.- [OcO-4 W
p) W-O-4O> Ep) -.- OUg47
4jOg^- ^@g
32. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang kafir".(QS. Ali lmran[3]: 32).
Dalam ayat lain Allah swt berfirman:
Og^4C 4g~-.- W-ONL4`-47
W-ON`g-> 4u-4 +OE4C *.-
g).Oc4O4 W W-OE>-4 -.- _
Ep) -.- 77OgE- 7)U4 ^
1. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya[1407] dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

[1407] Maksudnya orang-orang mukmin tidak boleh menetapkan sesuatu hukum, sebelum ada ketetapan dari Allah
dan RasulNya. (QS. al-Hujurat[49]:1).
Kedudukan Ittiba Dalam Islam
Ittiba' kepada Rasulullah saw mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam, bahkan
merupakan salah satu pintu seseorang dapat masuk Islam. Berikut ini akan disebutkan beberapa
kedudukan penting yang ditempati oleh ittiba', di antaranya adalah:

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 20

Pertama, Ittiba' kepada Rasulullah saw adalah salah satu syarat diterima amal. Sebagaimana para ulama
telah sepakat bahwa syarat diterimanya ibadah ada dua:
1. Mengikhlaskan niat ibadah hanya untuk Allah swt semata.
2. Harus mengikuti dan serupa dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw.
Ibnu 'Ajlan mengatakan: "Tidak sah suatu amalan melainkan dengan tiga perkara: taqwa kepada Allah
swt, niat yang baik (ikhlas) dan ishabah (sesuai dan mengikuti sunnah Rasul)." Maka barangsiapa
mengerjakan suatu amal dengan didasari ikhlas karena Allah swt semata dan serupa dengan sunnah
Rasulullah saw, niscaya amal itu akan diterima oleh Allah swt. Akan tetapi kalau hilang salah satu dari
dua syarat tersebut, maka amal itu akan tertolak dan tidak diterima oleh Allah swt. Hal inilah yang sering
luput dari pengetahuan banyak orang. Mereka hanya memperhatikan satu sisi saja dan tidak
memperdulikan yang lainnya. Oleh karena itu sering kita dengar mereka mengucapkan: "yang penting
niatnya, kalau niatnya baik, maka amalnya baik."
Kedua, Ittiba' merupakan bukti kebenaran cinta seseorang kepada Allah swt dan Rasul-Nya.
Allah swt berfirman:
~ p) +L7 4pOcl> -.-
Og^ON)lE> N7l):NC +.-
Og^4C4 7 74O+^O +.-4
EOOEN _OgOO ^@
31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran[3]: 31).
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan ucapannya: "Ayat yang mulia ini sebagai hakim bagi setiap orang yang
mengaku cinta kepada Allah swt, akan tetapi tidak mengikuti sunnah Muhammad saw. Karena orang yang seperti ini
berarti dusta dalam pengakuan cintanya kepada Allah swt sampai dia ittiba' kepada syari'at agama Nabi Muhammad
saw dalam segala ucapan dan tindak tanduknya."


Ketiga, Ittiba' adalah sifat yang utama wali-wali Allah swt
Ibnu Taimiyah dalam kitabnya menjelaskan panjang lebar perbedaan antara waliyullah dan wali syaitan,
diantaranya beliau menjelaskan tentang wali Allah swt dengan ucapannya: "Tidak boleh dikatakan wali
Allah swt kecuali orang yang beriman kepada Rasulullah saw dan syari'at yang dibawanya serta ittiba'
kepadanya baik lahir maupun batin. Barangsiapa mengaku cinta kepada Allah swt dan mengaku sebagai
wali Allah swt, tetapi dia tidak ittiba' kepada Rasul-Nya, berarti dia berdusta. Bahkan kalau dia
menentang Rasul-Nya, dia termasuk musuh Allah swt dan sebagai wali syaitan."
Imam Ibnu Abil 'Izzi Al-Hanafi berkata: "Pada hakikatnya yang dinamakan karamah itu adalah
kemampuan untuk senantiasa istiqamah di atas al-haq, karena Allah swt tidak memuliakan hamba-Nya
dengan suatu karamah yang lebih besar dari taufiq-Nya yang diberikan kepada hamba itu untuk
senantiasa menyerupai apa yang dicintai dan diridhai-Nya yaitu istiqamah di dalam mentaati Allah swt

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 21

dan Rasul-Nya dan ber-wala kepada wali-wali Allah swt serta bara' dari musuh-musuh-Nya." Mereka
itulah wali-wali Allah swt sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
]) 47.41gu *.- +OOE=
)_^1U4 4 - ]O+^4O^4 ^gg
62. Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. (QS. Yunus[10]: 62).
K. TAQLID
"Mengikuti perkataan orang lain tetapi kamu tidak tahu. Orangnya disebut Mukhalid."
Secara bahasa taqlid berasal dari kata

(qallada)

(yuqollidu)

(taqldan). Yang
mengandung arti mengalungi, menghiasi, meniru, menyerahkan, dan mengikuti. Ulama ushul fiqh
mendefinisikan taqlid penerimaan perkataan seseorang sedangkan engkau tidak mengetahui dari mana
asal kata itu.
Menurut Muhammad Rasyid Ridha, taqlid ialah mengikuti pandapat orang lain yang dianggap
terhormat dalam masyarakat serta dipercaya tentang suatu hukum agama Islam tanpa memperhatikan
benar atau salahnya, baik atau buruknya, manfaat atau mudlarat hukum itu.
Sedangkan menurut istilah taqlid adalah mengikuti perkataan (pendapat) yang tidak ada
hujjahnya atau tidak mengetahui darimana sumber atau dasar perkataan(pendapat) itu. ketika
seseorang mengikuti orang lain tanpa dalil yang jelas, baik dalam hal ibadah, maupun dalam hal adat
istiadat. Baik yang diikuti itu masih hidup, atau pun sudah mati. Baik kepada orang tua maupun nenek
moyang, hal seperti itulah yang disebut dengan taqlid buta. Sifat inilah yang disandang oleh orang-orang
kafir dan dungu, dari dahulu kala hingga pada zaman kita sekarang ini, dimana mereka menjalankan
ibadah mereka sehari-hari berdasarkan taqlid buta dan mengikuti perbuatan nenek-nenek moyang
mereka yang tidak mempunyai dalil dan argumen sama sekali. Allah swt berfirman:
-O)4 1g~ N_ W-ON)l4>- .4`
44O^ +.- W-O7~ 4 7):44^
.4` 4L^OE^ gO^OU4N
.4^47.4-47 O4 ]~E
-74.4-47 ]OUu4C 6*^OE-
4 4p4-;_4C ^_
170. dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak),
tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka
akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?". (Q.S 2:170)
Hukum Taqlid
Dalam menghukumi taqlid menurut para ulama terdapat 3 macam hukum: Pertama, Taqlid yang
diharamkan, kedua, Taqlid yang diwajibkan, dan ketiga, Taqlid yang dibolehkan.

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 22

Taqlid yang diharamkan.
Ulama sepakat haram melakukan taqlid ini. Taqlid ini ada tiga macam :
a. Taqlid semata-mata mengikuti adat kebiasaan atau pendapat nenek moyang atau orang dahulu kala
yang bertentangan dengan al Qur`an Hadits.
b. Taqlid kepada orang yang tidak diketahui bahwa dia pantas diambil perkataannya.
c. Taqlid kepada perkataan atau pendapat seseorang, sedangkan yang bertaqlid mengetahui bahwa
perkataan atau pendapat itu salah.
Taqlid yang dibolehkan
Adalah taqlidnya seorang yang sudah mengerahkan usahanya untuk ittiba kepada apa yang diturunkan
Allah swt. Hanya saja sebagian darinya tersembunyi bagi orang tersebut sehingg dia taqlid kepada orang
yang lebih berilmu darinya, maka yang seperti ini adalah terpuji dan tidak tencela, dia mendapat pahala
dan tidak berdosa. Taqlid ini sifatnya sementara. Misalnya taqlid sebagian mujtahid kepada mujtahid
lain, karena tidak ditemukan dalil yang kuat untuk pemecahan suatu persoalan. Termasuk taqlidnya
orang awam kepada ulama.
Ulama muta-akhirin dalam kaitan bertaqlid kepada imam, membagi kelompok masyarakat kedalam dua
golongan:
a. Golongan awan atau orang yang berpendidikan wajib bertaqlid kepada salah satu pendapat dari
keempat madzhab.
b. Golongan yang memenuhi syarat-syarat berijtihad, sehingga tidak dibenarkan bertaqlid kepada
ulama-ulama.
Golongan awam harus mengikuti pendapat seseorang tanpa mengetahui sama sekali dasar pendapat itu
(taqlid dalam pengertian bahasa).
Syaikhul Islam lbnu Taimiyah berkata, Adapun orang yang mampu ijtihad apakah dibolehkan baginya
taqlid? ini adalah hal yang diperselisihkan, dan yang shahih adalah dibolehkan ketika dia dalam keadaan
tidak mampu berijtihad entah karena dalil-dalil (dan pendapat yang berbeda) sama-sama kuat atau
karena sempitnya waktu untuk berijtihad atau karena tidak nampak dalil baginya
Taqlid yang diwajibkan
Adalah taqlid kepada orang yang perkataannya dijadikan sebagai dasar hujjah, yaitu perkataan dan
perbuatan Rasulullah saw. Juga apa yang dikatakan oleh lbnul Qayyim: Sesungguhnya Allah swt telah
memerintahkan agar bertanya kepada Ahlu Dzikr, dan Adz-Dzikr adalah al-Quran dan al-Hadis yang
Allah swt perintahkan agar para istri Nabi-Nya selalu mengingatnya sebagaimana dalam firman-Nya:
]O^O-4 4` _OUuNC O)
O}:g>ONO+ ;}g` ge4C-47 *.-
gOE-:g4^-4 _ Ep) -.- ]~E
OgC -OO)lE= ^@j

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 23

34. dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan Hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya
Allah adalah Maha lembut lagi Maha mengetahui. (Q.S 33:34)
lnilah Adz-Dzikr yang Allah swt perintahkan agar kita selalu ittiba(mengikuti) kepadanya, dan Allah swt
perintahkan orang yang tidak memiliki ilmu agar bertanya kepada ahlinya. Inilah yang wajib atas setiap
orang agar bertanya kepada ahli ilmu tentang Adz-Dzikr yang Allah swt turunkan kepada Rasul-Nya agar
ahli ilmu ini memberitahukan kepadanya. Kalau dia sudah diberitahu tentang Adz-Dzikr ini maka tidak
boleh baginya kecuali ittiba kepadanya.
Taqlid yang Berkembang
Taqlid yang berkembang sekarang, khususnya di Indonesia ialah taqlid kepada buku, bukan taqlid kepada imam-
imam mujtahid yang terkenal ( Imam Abu Hanifah, Malik bin Anas, As Syafi`i, dan Hambali).
Jamaludin al Qosini (w. 1332 H) : segala perkataan atau pendapat dalam suatu madzhab itu tidak dapat dipandang
sebagai madzhab tersebut, tetapi hanya dapat dipandang sebagai pendapat atau perkataan dari orang yang
mengatakan perkataan itu.
Taqlid kepada yang mengaku bertaqlid kepada imam mujtahid yang terkenal, sambil menyisipkan pendapatnya
sendiri yang ditulis dalam kitab-kitabnya. Taqlid yang seperti ini tidak dibolehkan oleh Ad Dahlawi, Ibnu Abdil Bar,
Al Jauzi dan sebagainya.
Pendapat Imam Madzhab tentang Taqlid
a. Imam Abu Hanifah (80-150 H)
Beliau merupakan cikal bakal ulama fiqh. Beliau mengharamkan orang mengikuti fatwa jika orang itu
tidak mengetahui dalil dari fatwa itu.
b. Imam Malik bin Anas (93-179 H)
Beliau melarang seseorang bertaqlid kepada seseorang walaupun orang itu adalah orang terpandang
atau mempunyai kelebihan. Setiap perkataan atau pendapat yang sampai kepada kita harus diteliti lebih
dahulu sebelum diamalkan.
c. Imam asy Syafi`i (150-204 H)
Beliau murid Imam Malik. Beliau mengatakan bahwa beliau akan meninggalkan pendapatnya pada
setiap saat ia mengetahui bahwa pendapatnya itu tidak sesuai dengan hadits Nabi SAW.
d. Imam Hambali (164-241 H)
Beliau melarang bertaqlid kepada imam manapun, dan menyuruh orang agar mengikuti semua yang
berasal dari Nabi SAW dan para sahabatnya. Sedang yang berasal dari tabi`in dan orang-orang
sesudahnya agar diselidiki lebih dahulu. Mana yang benar diikuti dan mana yang salah ditinggalkan.
Allah swt telah mencela tiga macam taqlid ini melalui ayat-ayat-Nya diantaranya,
4 W-EO7~ ^^) .4^;E}4
4^47.4-47 -O>4N lOE`q ^^)4
-O>4N g-@O-47 4p4-;_G` ^gg
ElgEOE4 .4` 4LUEcO }g`
El)Ul~ O) lO4CO~ }g)` OCO^^ )
4~ .E-O4O^N` ^^) .4^;E}4
4^47.4-47 -O>4N lOE`q ^^)4

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 24

-O>4N g-@O-47 ]4^G` ^g@
~ O4 7+-^O_ OEu-) Og`
<>E_4 gO^OU4N 747.4-47 W
W-EO7~ ^^) .E) +UcOq
gO) 4pNOgE ^gj
22. bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya Kami mendapati bapak-bapak Kami menganut suatu agama, dan
Sesungguhnya Kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka".
23. dan Demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri,
melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya Kami mendapati bapak- bapak
Kami menganut suatu agama dan Sesungguhnya Kami adalah pengikut jejak-jejak mereka".
24. (Rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan mengikutinya juga) Sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang
lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?" mereka menjawab:
"Sesungguhnya Kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya." (QS. az-Zukhruf[43] : 22-
24)
L. MANUSIA
Makhluk Allah yang diberi beban oleh Allah dan mengikuti aturan Allah. Proses penciptaan
manusia sesuai dengan sunatullah.
Wujud Manusia :
1. Fisik
2. Non-Fisik : 1. Ruh atau Roh Kehidupan
2. Qolbun atau hati sanubari
3. Jiwa atau Nafsun
4. Akal atau Nalar
Tujuan Penciptaan (Al-Baqarah:21)
1. Mengabdikan diri (ibadah) kepada Allah
2. Peran Hidup : Khalifah di Bumi

Peringatan bagi manusia yang masih hidup :
"Segala macam perbuatan kita akan dibalas, sebagai manusia kita harus berhati-hati."
Esensi Kehidupan Manusia
1. Ujian (Al-Ankabut:2-3) dan (Al-Kahfi:7-8)
=UOEO +EEL- p W-EO74O^NC
p W-EO7O4C E44`-47 -4
4pONL4^NC ^g ;4 EL4
4g~-.- }g` )_)U:~ W O}EUu4OU

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 25

+.- -g~-.- W-O~E=
O}EUu4O4 4-)O^- ^@
2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka
tidak diuji lagi?
3. dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-Ankabut: 2-3)

^^) E4UEE_ 4` O>4N ^O-
LOE4C)e E= -4OUlE4g g
}=O;O 1EE4N ^_ ^^)4
4pOUgE 4` OgOU4 -4Og=
-eNON_ ^g
7. Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka
siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
8. dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi
tandus. (Al-Kahfi:7-8)


2. Bentuk Ujian Menyenangkan - Mulia
Menyakitkan/menyedihkan - Hina
Sifat Manusia
1. Baik
2. Buruk : Keluh kesah, tergesa-gesa, suka membantah, ingkar, tidak mensyukuri nikmat Allah,
putus asa, lupa kepada Allah
Golongan Manusia
1. Orang yang beruntung
2. Orang yang merugi



M. AKHLAKUL KARIMAH
Terimnologi : yang tertanam dalam jiwa dan dari padanya timbul perbuatan yang mudah tanpa
menimbulkan pertimbangan atau spontan atauk kebiasaan.
Akhlak dibagi menjadi dua:
1. Akhlakul Karimah (Baik)

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 26

Didasari karena Allah, akhlak baik belum tentu dimaksud akhlakul karimah apabila niatnya hanya
dikarenakan sosial, yang dimaksud akhlakul karimah didasari karena Allah. Dasar hukumnya yaitu Al-
Qur'an atau Al-Hadist, sumber dari Allah, sifatnya mutlak (berlaku dimanapun), aspek yang dinilai : baik
atau buruk, suri tauladan : kepada Rasul, tujuan : Ridho Allah.
2. Akhlakul Mazmummah
Didasari oleh nafsu, bersumber dari manusia, sifatnya : relatif, aspek yang dinilai : baik dan
buruk, suri tauladan : siapa saja, Tujuan : tidak jelas.
Pentingnya Berakhlakul Karimah
1. Bisa memotivasi diri untuk selalu berbuat baik
2. Menimbulkan hasil yang baik
Kepada Siapa kita Berakhlak ?
1. Allah SWT
Menurunkan Agama islam bukti cinta Allah kepada kita bersyukurlah atas apa yang pernah Allah
berikan. Cara berakhlak kepada Allah :
- Beriman - Ikhlas
- Islam - Mengesakan Allah
- Ikhsan - Berdo'a
- Ta'at - Dzikir
- Taubat - Tawadhu
- Sabar - Tadharu
- Syukur - Ridho
- Ibadah - Istiqomah
2. Kepada Rasul
- Iman - Bershalawat
- Ta'at - Cinta
- Mengikuti Sunnahnya

3. Kepada Diri Sendiri
- Menjaga iman - Menjaga kebersihan
- Meningkatkan kesehatan roh dan jasmani - Menjauhi sifat buruk
- Menuntut ilmu
4. Akhlak Terhadap Al-Qur'an
a. Menerima (mempelajari) : - Memahami
- Apa sebab Allah turunkan Al-Qur'an ?
Untuk menyelamatkan manusia
- Apa tujuannya ? Menyelamatkan manusia

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 27

- Apa isi Al-Qur'an ? Petunjuk dan pemisah antara yang
baik dengan yang buruk
b. Menerima
5. Akhlak Terhadap Manusia
a. Terhadap Diri Sendiri :
- Memelihara atau meningkatkan iman dan taqwa terhadap Allah
- Mengendalikan diri
- Mencari Ilmu pengetahuan
- Menghindari atau jauh dosa
- Jauhi perbuatan yang merusak badan
- Hindari marah dan sombong atau riya atau sum'ah
b. Terhadap Orang lain atau Sesama :
- Berbuat baik terhadap sesama
- Bersilaturahmi
Kewajiban Muslim Terhadap Muslim yang Lain
1. Mengucapkan salam bila bertemu
2. Bila di undang datanglah
3. Bila orang minta dinasehati, nasehatilah
4. Bila bersin ucapkan alhamdulillah
5. Apabila ada yang sakit, tengoklah
6. Apabila ada yang meninggal; mandikan, kafani, mensholatkan, menguburkan, mendo'akan.
N. TAUBAT
Kembali ke jalan Islam, menurut etimologi yaitu kembali, sedangkan menurut terminologi
kembali dari jalan yang dapat mendekatkan kepada setan
Rukun dan Syarat Taubat
1. Rukun Pertama
- Ilmu dan iman
- Hukum dan keutamaan taubat
- Wajib
- Waktu Taubat
2. Rukun Kedua
- Dosa :
- Dosa Besar : Syirik, meninggalkan shalat, menyakiti orang tua, berzinah, mabuk, judi,
korupsi
- Dosa Kecil
- Pintu-pintu Dosa :

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 28

- Dari Badan : - Lahiriah
- Batiniah
- Pembagian Dosa : - Sifat Rubudiyyah
- Sifat Syhaitaniah
- Sifat Bahimiyah (binatang)
3. Rukun Ketiga
- Menyesal
4. Rukun Ke-empat
Kembali kejalan Allah menjalankan segala perintah Allah, menjauhi segala larangannya sampai
mati. Langkah-langkahnya yaitu:
a. Istighfar atau minta ampun
b. Melaksanakan
~4 ge4Lg`uUg =};__^4C ;}g`
O}g-@O= =};E^44
O}_E_NO 4 -glNC O}_44[C)e
) 4` 4OE_ E_u4g` W 4^)O;4O^4
O}g-@OC _O>4N O}jgjON1N_ W 4
-glNC O}_44[C)e )
;)_gON+lg u ;)_j*.4-47
u g7.4-47 ;)_g-ON+ u
;)_j*.E4 u g7.E4
;)_g-ON+ u O})_g^4Ou=) u
/j_4 ;)_g^4Ou=) u /j_4
O})_g>4OE= u O})_j*.=O)e u
4` ;eU4` O}_NLEuC j
--g)l+- )OOEN Ojq
gO4Oe"- =}g` ~E}@O- j
^g]C- -g~-.-
W-NOE_;4C _O>4N g4OO4N
g7.=Og)4- W 4 4^)O;EC
O})_)UN_O) =UuNOg 4` 4-g^C7
}g` O})_g4[C)e _ W-EO+O>4 O)
*.- 1g- 4OGC ]ONLg`u^-
u7+UE ]O)U^> ^@

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 29

31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan
janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-
saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka,
atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah
mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An Nuur: 31)
Allah Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang
Allah menyifati diri-Nya di dalam Al Quran bahwa Dia Maha pengampun lagi Maha Penyayang hampir
mendekati 100 kali. Allah berjanji mengaruniakan nikmat taubat kepada hamba-hambaNya di dalam
sekian banyak ayat yang mulia. Allah taala berfirman,
+.-4 C@ONC p =O+-4C :^OU4
C@ONC4 -g~-.- 4pON)l+-4C
g4OOgO- p W-OU1g` E^14`
V1g4N ^g_
27. dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya
kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran). (QS. An Nisaa: 27)
Allah taala juga berfirman,
O4 N;_ *.- 7^OU4
+O+4uO4O4 Ep4 -.- R-O>
N7:EO ^
10. dan andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan (andaikata) Allah bukan Penerima taubat
lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan mengalami kesulitan-kesulitan). (QS. An Nuur: 10)
7O OUu E) O)
7cO+^ _ p) W-O+^O7> 4-)U=
+O^^) 4p~ --)E=g -4OOEN
^g)
25. Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, Maka Sesungguhnya
Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat. (QS. Al Israa: 25)
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Seandainya kalian berbuat dosa sehingga
tumpukan dosa itu setinggi langit kemudian kalian benar-benar bertaubat, niscaya Allah akan menerima
taubat kalian. (Shahih Ibnu Majah)
O. IBADAH

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 30

Secara bahasa ibadah bermakna perendahan diri dan ketundukan (Lihat Fath al-Majid Syarh Kitab at-
Tauhid, hal. 17, at-Tauhid al-Muyassar, hal. 53).
Oleh sebab itu orang arab menyebut jalan yang biasa dilalui orang dengan istilah thariq muabbad (Lihat
Tafsir al-Quran al-Azhim *1/34+)). Yaitu jalan yang telah dihinakan, karena telah banyak diinjak-injak
oleh telapak kaki manusia (Lihat al-Irsyad ila Shahih al-Itiqad, hal. 34). Sehingga, ibadah bisa diartikan
dengan perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan (Lihat at-Tanbihat al-Mukhtasharah Syarh al-
Wajibat, hal. 28).
Secara terminologi, ada beberapa definisi yang diberikan oleh para ulama tentang makna ibadah, yang
pada hakikatnya semua definsi itu saling melengkapi. Di antaranya mereka menjelaskan bahwa ibadah
adalah ketaatan kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya yang disampaikan melalui
lisan para rasul-Nya (Lihat Fath al-Majid Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 17). Syaikh as-Sadi rahimahullah juga
menerangkan bahwa ibadah itu mencakup ketundukan dalam melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi larangan-larangan-Nya, serta membenarkan berita yang dikabarkan-Nya (lihat Taisir al-Karim
ar-Rahman, hal. 45)
Ibnu Juraij rahimahullah mengatakan bahwa ibadah kepada Allah artinya adalah mengenal Allah (Lihat
Tafsir al-Quran al-Azhim *7/327+). Yang dimaksud mengenal Allah di sini adalah mentauhidkan Allah.
Sebagaimana disebutkan dalam riwayat tentang perintah Nabi shallallahu alaihi wa sallam kepada
Muadz sebelum keberangkatannya ke Yaman. Beliau bersabda, .. Hendaklah yang pertama kali kamu
ajak kepada mereka adalah supaya mereka beribadah kepada Allah azza wa jalla -dalam riwayat lain
disebutkan untuk mentauhidkan Allah-, kemudian apabila mereka sudah mengenal Allah (HR. Bukhari
dan Muslim, lihat Syarh Nawawi [2/49] cet. Dar Ibnul Haitsam, lihat pula Shahih Bukhari cet. Maktabah
al-Iman, tahun 1423 H, hal. 203 dan 1467. Lihat juga Fath al-Majid Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 80 cet. Dar
al-Hadits tahun 1423 H)
Sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa ibadah adalah puncak perendahan diri yang dibarengi
dengan puncak kecintaan. Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Menurut pengertian syariat ibadah
itu adalah suatu ungkapan yang memadukan antara kesempurnaan rasa cinta, ketundukan, dan rasa
takut. (Tafsir al-Quran al-Azhim *1/34+). Syaikh Shalih al-Fauzan berkata, Sebagian ulama
mendefinisikan ibadah sebagai kesempurnaan rasa cinta yang disertai kesempurnaan sikap tunduk.
(lihat al-Irsyad ila Shahih al-Itiqad, hal. 34).
Syaikh Shalih al-Fauzan menegaskan, Ibadah yang diperintahkan itu harus mengandung unsur
perendahan diri dan kecintaan. Ibadah ini mengandung tiga pilar; cinta, harap, dan takut. Ketiga unsur
ini harus berpadu. Barangsiapa yang hanya bergantung kepada salah satu unsur saja maka dia belum
dianggap beribadah kepada Allah dengan sebenarnya. Beribadah kepada Allah dengan modal cinta saja,
maka ini adalah metode kaum Sufi. Beribadah kepada-Nya dengan modal rasa harap semata, maka ini
adalah metode kaum Murjiah. Adapun beribadah kepada-Nya dengan modal rasa takut belaka, maka ini
adalah jalannya kaum Khawarij. (al-Irsyad ila Shahih al-Itiqad, hal. 35)
Ibadah juga diartikan dengan tauhid. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang dibawakan oleh
Imam Ibnu Katsir dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhuma mengenai maksud firman Allah (yang artinya),

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 31

Wahai umat manusia, beribadahlah kepada Rabb kalian. (QS. al-Baqarah: 21). Beliau menjelaskan,
Artinya tauhidkanlah Rabb kalian (Tafsir al-Quran al-Azhim *1/75+)
Di dalam kitabnya al-Ubudiyah (Lihat al-Ubudiyah, hal. 6 cet. Maktabah al-Balagh, tahun 1425 H),
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan bahwa ibadah adalah segala sesuatu yang
dicintai dan diridhai Allah, berupa perkataan atau perbuatan, yang tampak maupun yang tersembunyi
(Lihat Mawaizh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, karya Syaikh Shalih Ahmad asy-Syami, hal. 54 cet. al-
Maktab al-Islami tahun 1423 H). Dari sini, maka ibadah itu mencakup perkara hati/batin dan juga
perkara lahiriyah. Sehingga seluruh ajaran agama itu telah tercakup dalam istilah ibadah (Lihat al-Irsyad
ila Shahih al-Itiqad, hal. 34).
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menerangkan di dalam Syarh Tsalatsat al-Ushul
(Lihat Syarh Tsalatsat al-Ushul, hal. 23 cet. Dar al-Kutub al-Ilmiyah tahun 1424 H) bahwa pengertian
ibadah bisa dirangkum sebagai berikut; suatu bentuk perendahan diri kepada Allah yang dilandasi
dengan rasa cinta dan pengagungan dengan cara melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi
larangan-larangan-Nya sebagaimana yang dituntunkan dalam syariat-Nya.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan, Ibadah dibangun di atas dua
perkara; cinta dan pengagungan. Dengan rasa cinta maka seorang akan berjuang menggapai keridhaan
sesembahannya (Allah). Dengan pengagungan maka seorang akan menjauhi dari terjerumus dalam
kedurhakaan kepada-Nya. Karena kamu mengagungkan-Nya maka kamu pun merasa takut kepada-Nya.
Dan karena kamu mencintai-Nya, maka kamu pun berharap dan mencari keridhaan-Nya. (lihat asy-
Syarh al-Mumti ala Zaad al-Mustaqni *1/9+ cet. Muassasah Aasam, tahun 1416 H).
Dari pengertian-pengertian di atas paling tidak kita dapat menarik satu kesimpulan penting bahwa
sesungguhnya ibadah itu ditegakkan di atas rasa cinta dan pengagungan. Rasa cinta akan melahirkan
harapan dan tunduk kepada perintah-Nya, sedangkan pengagungan akan menumbuhkan rasa takut dan
mematuhi larangan-larangan-Nya. Selain itu, kita juga bisa mengerti bahwa pelaksanaan ibadah tidak
bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus mengikuti tuntunan para rasul alaihimush sholatu
was salam. Dalam konteks sekarang, maka kita semua harus mengikuti petunjuk dan ajaran Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, nabi dan rasul yang terakhir.
Ibadah/amalan akan menjadi benar dan diterima di sisi Allah jika memenuhi 2 syarat; ikhlas dan ittiba
(Lihat Mazhahiru Dhafil Aqidah fi Hadzal Ashr wa Thuruqu Ilajiha, oleh Syaikh Dr. Shalih al-Fauzan
hafizhahullah, hal. 10 cet. Kunuz Isybiliya, tahun 1430 H. Sebagian ulama menambahkan syarat ketiga
yaitu aqidah yang benar, sebagaimana disampaikan oleh Syaikh Zaid bin Hadi al-Madkhali dalam Abraz
al-Fawaid Syarh Arba al-Qawaid).
Ikhlas artinya ibadah itu hanya diperuntukkan kepada Allah dan tidak dipersekutukan dengan selain-Nya.
Ini merupakan kandungan dari syahadat laa ilaaha illallaah. Lawan dari ikhlas adalah syirik, riya dan
sumah. Riya adalah beribadah karena ingin dilihat orang, sedangkan sumah adalah beribadah karena
ingin didengar orang. Ittiba maksudnya adalah setia dengan tuntunan/sunnah Nabi shallallahu alaihi
wa sallam, tidak mereka-reka tata cara ibadah yang tidak ada tuntunannya. Ini merupakan kandungan
dari syahadat anna Muhammadar rasulullah. Lawan dari ittiba adalah ibtida atau membuat bidah

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 32

(Silahkan baca al-Bidah, Dhawabithuha wa Atsaruha as-Sayyi fi al-Ummah, oleh Syaikh Dr. Ali bin
Muhammad Nashir al-Faqihi hafizhahullah, cet. Jamiah al-Islamiyah bil Madinah al-Munawwarah).
Allah taala berfirman (yang artinya), Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabb-nya
hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabb-nya
dengan sesuatu apapun. (QS. al-Kahfi: 110). Imam Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan bahwa amal
salih ialah amalan yang sesuai dengan syariat Allah, sedangkan tidak mempersekutukan Allah
maksudnya adalah amalan yang diniatkan untuk mencari wajah Allah, inilah dua rukun amal yang akan
diterima di sisi-Nya (lihat Tafsir al-Quran al-Azhim *5/154+ Baca juga al-Qawaid wa al-Ushul aj-Jamiah
wa al-Furuq wa at-Taqasim al-Badiah an-Nafiah karya Syaikh as-Sadi rahimahullah, hal. 40-42 cet. Dar
al-Wathan tahun 1422 H).
Sebagaimana orang yang tidak ikhlas amalannya tidak diterima, demikian pula orang yang tidak ittiba -
alias berbuat bidah- maka amalannya pun tidak diterima. Apalagi orang yang beribadah tanpa
keikhlasan dan tanpa ittiba (Lihat Bahjat al-Qulub al-Abrar wa Qurratu Uyun al-Akhyar Syarh Jawami
al-Akhbar karya Syaikh as-Sadi rahimahullah, hal. 14 cet. Darul Kutub al-Ilmiyah, tahun 1423 H). Oleh
sebab itu para ulama, di antaranya Fudhail bin Iyadh rahimahullah menafsirkan bahwa yang dimaksud
ahsanu amalan (amal yang terbaik) dalam surat al-Mulk [ayat 2] sebagai amalan yang paling ikhlas dan
paling benar (Lihat al-Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 93).
Ikhlas jika dikerjakan karena Allah, sedangkan benar jika dikerjakan dengan mengikuti sunnah/ajaran
Nabi (Lihat Jami al-Ulum wa al-Hikam, karya Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah, hal. 19 cet. Dar al-
Hadits, tahun 1418 H). Bukan dengan cara-cara bidah. Bidah adalah tata cara beragama yang diada-
adakan dan menyaingi syariat, dimaksudkan dengannya untuk berlebih-lebihan dalam ibadah kepada
Allah taala (lihat al-Bidah, Dhawabithuha wa Atsaruha as-Sayyi fi al-Ummah, hal. 13). Hal ini
memberikan pelajaran berharga kepada kita bahwa syariat Islam ini mengatur niat dan cara. Niat yang
baik juga harus diwujudkan dengan cara dan sarana yang baik pula (Lihat pula Ighatsat al-Lahfan min
Mashaid asy-Syaithan, karya Ibnul Qayyim rahimahullah, hal. 16 cet. Dar Thaibah, tahun 1426 H). Islam
tidak mengenal kaidah ala Yahudi; tujuan menghalalkan segala cara.
Dengan demikian untuk beribadah dengan baik, seorang muslim harus memadukan antara shihhatil
irodah (ketulusan niat) dengan shihhatul fahm (kelurusan pemahaman). Oleh sebab itu Ibnul Qayyim
rahimahullah menyatakan bahwa kedua hal tadi -shihhatul irodah dan shihhatul fahm- merupakan
anugrah dan nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba. Ketulusan niat terwujud di
dalam tauhid dan keikhlasan, sedangkan kelurusan pemahaman terwujud dalam ittiba kepada sunnah.
Sehingga amat wajar jika para ulama sangat menekankan kedua pokok yang agung ini. Sampai-sampai
diriwayatkan bahwa Imam Ahmad rahimahullah pernah berdoa, Allahumma ahyinaa alal islam, wa
amitnaa alas sunnah. Artinya: Ya Allah, hidupkanlah kami di atas islam (tauhid), dan matikanlah kami
di atas Sunnah.
P. HUBUNGAN ISLAM DENGAN ALAM, BUDAYA, TEKNOLOGI DAN SENI
Hubungan Islam dan Budaya

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 33

Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara agama ( termasuk Islam ) dengan budaya, kita
perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini : mengapa manusia cenderung memelihara
kebudayaan, dari manakah desakan yang menggerakkan manusia untuk berkarya, berpikir dan bertindak
? Apakah yang mendorong mereka untuk selalu merubah alam dan lingkungan ini menjadi lebih baik ?
Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk berbudaya merupakan dinamik
ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya sadar insani yang berupa ilmu, tata hukum, tatanegara,
kesenian, dan filsafat tak lain daripada proses realisasidiri dari roh ilahi. Sebaliknya sebagian ahli,
seperti Pater Jan Bakker, dalam bukunya Filsafat Kebudayaan menyatakan bahwa tidak ada
hubungannya antara agama dan budaya, karena menurutnya, bahwa agama merupakan keyakinan
hidup rohaninya pemeluknya, sebagai jawaban atas panggilan ilahi. Keyakinan ini disebut Iman, dan
Iman merupakan pemberian dari Tuhan, sedang kebudayaan merupakan karya manusia. Sehingga
keduanya tidak bisa ditemukan. Adapun menurut para ahli Antropologi, sebagaimana yang diungkapkan
oleh Drs. Heddy S. A. Putra, MA bahwa agama merupakan salah satu unsur kebudayaan. Hal itu, karena
para ahli Antropologi mengatakan bahwa manusia mempunyai akal-pikiran dan mempunyai sistem
pengetahuan yang digunakan untuk menafsirkan berbagai gejala serta simbol-simbol agama.
Pemahaman manusia sangat terbatas dan tidak mampu mencapai hakekat dari ayat-ayat dalam kitab
suci masing- masing agama. Mereka hanya dapat menafsirkan ayat-ayat suci tersebut sesuai dengan
kemampuan yang ada.
Di sinilah, , bahwa agama telah menjadi hasil kebudayaan manusia. Berbagai tingkah laku keagamaan,
masih menurut ahli antropogi,bukanlah diatur oleh ayat- ayat dari kitab suci, melainkan oleh interpretasi
mereka terhadap ayat-ayat suci tersebut.
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa para ahli kebudayaan mempunyai pendapat yang
berbeda di dalam memandang hubungan antara agama dan kebudayaan. Kelompok pertama
menganggap bahwa Agama merupakan sumber kebudayaaan atau dengan kata lain bahwa kebudayaan
merupakan bentuk nyata dari agama itu sendiri. Pendapat ini diwakili olehHegel. Kelompok kedua, yang
di wakili oleh Pater Jan Bakker, menganggap bahwa kebudayaan tidak ada hubungannya sama sekali
dengan agama. Dan kelompok ketiga, yeng menganggap bahwa agama merupakan bagian dari
kebudayaan itu sendiri.
Untuk melihat manusia dan kebudayaannya, Islam tidaklah memandangnya dari satu sisi saja. Islam
memandang bahwa manusia mempunyai dua unsur penting, yaitu unsur tanah dan unsur ruh yang
ditiupkan Allah kedalam tubuhnya. Ini sangat terlihat jelas di dalam firman Allah Qs As Sajdah 7-9 : (
Allah)-lah Yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menciptakan keturunannya dari

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 34

saripati air yan hina ( air mani ). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam ( tubuh )-nya
roh ( ciptaan)-Nya
Selain menciptakan manusia, Allah swt juga menciptakan makhluk yang bernama Malaikat, yang hanya
mampu mengerjakan perbuatan baik saja, karena diciptakan dari unsur cahaya. Dan juga menciptakan
Syetan atau Iblis yang hanya bisa berbuat jahat , karena diciptkan dari api. Sedangkan manusia,
sebagaimana tersebut di atas, merupakan gabungan dari unsur dua makhluk tersebut.
Dalam suatu hadits disebutkan bahwa manusia ini mempunyai dua pembisik ; pembisik dari
malaikat , sebagi aplikasi dari unsur ruh yang ditiupkan Allah, dan pembisik dari syetan, sebagai aplikasi
dari unsur tanah. Kedua unsur yang terdapat dalam tubuh manusia tersebut, saling bertentangan dan
tarik menarik. Ketika manusia melakukan kebajikan dan perbuatan baik, maka unsur malaikatlah yang
menang, sebaliknya ketika manusia berbuat asusila, bermaksiat dan membuat kerusakan di muka bumi
ini, maka unsur syetanlah yang menang. Oleh karena itu, selain memberikan bekal, kemauan dan
kemampuan yang berupa pendengaran, penglihatan dan hati, Allah juga memberikan petunjuk dan
pedoman, agar manusia mampu menggunakan kenikmatan tersebut untuk beribadat dan berbuat baik
di muka bumi ini.
Allah telah memberikan kepada manusia sebuah kemampuan dan kebebasan untuk berkarya,
berpikir dan menciptakan suatu kebudayaan. Di sini, Islam mengakui bahwa budaya merupakan hasil
karya manusia. Sedang agama adalah pemberian Allah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Yaitu
suatu pemberian Allah kepada manusia untuk mengarahkan dan membimbing karya-karya manusia agar
bermanfaat, berkemajuan, mempunyai nilai positif dan mengangkat harkat manusia. Islam mengajarkan
kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu menggunakan pikiran yang diberikan
Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia.
Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk berbudaya . Dan dalam
satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Sampai disini, mungkin bisa
dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama. Teori seperti ini, nampaknya lebih dekat
dengan apa yang dinyatakan Hegeldi atas.
Sikap Islam terhadap Kebudayaan
Islam, sebagaimana telah diterangkan di atas, datang untuk mengatur dan membimbing
masyarakat menuju kepada kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang
untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang
bersamaan Islam menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang yang tidak
bermanfaat dan membawa madlarat di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu meluruskan dan

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 35

membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan
berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.
Prinsip semacam ini, sebenarnya telah menjiwai isi Undang-undang Dasar Negara Indonesia,
pasal 32, walaupun secara praktik dan perinciannya terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat
menyolok. Dalam penjelasan UUD pasal 32, disebutkan : Usaha kebudayaan harus menuju ke arah
kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing
yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi
derajat kemanusiaan bangsa Idonesia .
Dari situ, Islam telah membagi budaya menjadi tiga macam :
Pertama : Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam.
Dalam kaidah fiqh disebutkan : al adatu muhakkamatun artinya bahwa adat istiadat dan kebiasaan
suatu masyarakat, yang merupakan bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam
penentuan hukum. Tetapi yang perlu dicatat, bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang
belum ada ketentuannya dalam syareat, seperti ; kadar besar kecilnya mahar dalam pernikahan, di
dalam masyarakat Aceh, umpamanya, keluarga wanita biasanya, menentukan jumlah mas kawin sekitar
50-100 gram emas. Dalam Islam budaya itu syah-syah saja, karena Islam tidak menentukan besar
kecilnya mahar yang harus diberikan kepada wanita. Menentukan bentuk bangunan Masjid, dibolehkan
memakai arsitektur Persia, ataupun arsitektur Jawa yang berbentuk Joglo.
Untuk hal-hal yang sudah ditetapkan ketentuan dan kreterianya di dalam Islam, maka adat
istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat tidak boleh dijadikan standar hukum. Sebagai contoh adalah
apa yang di tulis olehAhmad Baaso dalam sebuah harian yang menyatakan bahwa menikah antar agama
adalah dibolehkan dalam Islam dengan dalil al adatu muhakkamatun karena nikah antar agama sudah
menjadi budaya suatu masyarakat, maka dibolehkan dengan dasar kaidah di atas. Pernyataan seperti itu
tidak benar, karena Islam telah menetapkan bahwa seorang wanita muslimah tidak diperkenankan
menikah dengan seorang kafir.
Kedua : Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam , kemudian di rekonstruksi
sehingga menjadi Islami.Contoh yang paling jelas, adalah tradisi Jahiliyah yang melakukan ibadah haji
dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran Islam , seperti lafadh talbiyah yang sarat dengan
kesyirikan, thowaf di Kabah dengan telanjang. Islam datang untuk meronstruksi budaya tersebut,
menjadi bentuk Ibadah yang telah ditetapkan aturan-aturannya. Contoh lain adalah kebudayaan Arab
untuk melantukan syair-syair Jahiliyah. Oleh Islam kebudayaan tersebut tetap dipertahankan, tetapi
direkonstruksi isinya agar sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 36

Ketiga: Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam.
Seperti, budaya ngaben yang dilakukan oleh masyarakat Bali. Yaitu upacara pembakaran mayat yang
diselenggarakan dalam suasana yang meriah dan gegap gempita, dan secara besar-besaran. Ini
dilakukan sebagai bentuk penyempurnaan bagi orang yang meninggal supaya kembali kepada
penciptanya. Upacara semacam ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Hal yang sama juga
dilakukan oleh masyarakat Kalimantan Tengah dengan budaya tiwah , sebuah upacara pembakaran
mayat. Bedanya, dalam tiwah ini dilakukan pemakaman jenazah yang berbentuk perahu lesung lebih
dahulu. Kemudian kalau sudah tiba masanya, jenazah tersebut akan digali lagi untuk dibakar. Upacara ini
berlangsung sampai seminggu atau lebih. Pihak penyelenggara harus menyediakan makanan dan
minuman dalam jumlah yang besar , karena disaksikan oleh para penduduk dari desa-desa dalam daerah
yang luas. Di daerah Toraja, untuk memakamkan orang yan meninggal, juga memerlukan biaya yang
besar. Biaya tersebut digunakan untuk untuk mengadakan hewan kurban yang berupa kerbau. Lain lagi
yang dilakukan oleh masyarakat Cilacap, Jawa tengah. Mereka mempunyai budaya Tumpeng Rosulan
, yaitu berupa makanan yang dipersembahkan kepada Rosul Allah dan tumpeng lain yang
dipersembahkan kepada Nyai Roro Kidul yang menurut masyarakat setempat merupakan penguasa
Lautan selatan ( Samudra Hindia ).
Hal-hal di atas merupakan sebagian contoh kebudayaan yang bertentangan dengan ajaran
Islam, sehingga umat Islam tidak dibolehkan mengikutinya. Islam melarangnya, karena kebudayaan
seperti itu merupakan kebudayaan yang tidak mengarah kepada kemajuan adab, dan persatuan, serta
tidak mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia, sebaliknya justru merupakan kebudayaan
yang menurunkan derajat kemanusiaan. Karena mengandung ajaran yang menghambur-hamburkan
harta untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan menghinakan manusia yang sudah meninggal dunia.
Dalam hal ini al Kamal Ibnu al Himam, salah satu ulama besar madzhab hanafi mengatakan :
Sesungguhnya nash-nash syareat jauh lebih kuat daripada tradisi masyarakat, karena tradisi masyarakat
bisa saja berupa kebatilan yang telah disepakati, seperti apa yang dilakukan sebagian masyarakat kita
hari ini, yang mempunyai tradisi meletakkan lilin dan lampu-lampu di kuburan khusus pada malam-
malam lebaran. Sedang nash syareat, setelah terbukti ke-autentikannya, maka tidak mungkin
mengandung sebuah kebatilan. Dan karena tradisi, hanyalah mengikat masyarakat yang menyakininya,
sedang nash syareat mengikat manusia secara keseluruhan., maka nash jauh lebih kuat. Dan juga,
karena tradisi dibolehkan melalui perantara nash, sebagaimana yang tersebut dalam hadits : apa yang
dinyatakan oleh kaum muslimin baik, maka sesuatu itu baik
Dari situ, jelas bahwa apa yang dinyatakan oleh Dr. Abdul Hadi WM, dosen di Fakultas Falsafah dan
Peradaban Universitas Paramadina, Jakarta, bahwa Islam tidak boleh memusuhi atau merombak kultur

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 37

lokal, tapi harus memposisikannya sebagai ayat-ayat Tuhan di dunia ini atau fikih tidak memadai untuk
memahami seni, adalah tidak benar. Wallahu alam

Q. PERAN MANUSIA

1. Yaitu sebagai abdhin atau hamba
2. Sebagai khalifah

R. PERKEMBANGAN DAKWAH ISLAM DI INDONESIA

Pendahuluan
Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang dimanifestasikan
dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara
teratur untuk mempengaruhi cara cara berfikir, kepekaan dalam merasakan lingkungan, cara bersikap,
dan bertindak manusia, baik secara individual maupun sosial dalam rangka mengusahakan terwujudnya
ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu. Secara umum eksistensi
dakwah Islam senantiasa bersentuhan dan berhubungan dengan kenyataan yang mengitarinya.
Mempelajari sejarah dakwah pada dasarnya adalah mempelajai sunnatullah yang terjadi pada
dakwah dalam rentang waktu yang panjang. Dengan adanya sejarah dakwah dan mempelajarinya, maka
akan membantu untuk menentukan sikap dalam berdakwah dengan bercermin dari sejarah, mengetahui
kemajuan dan kemunduran dakwah dari masa ke masa, mengetahui sejauh mana dakwah Islam telah
berhasil menciptakan relitas sosiokultural baru, dan memprediksi peran islam di masa mendatang dalam
rangka penataan kehidupan masyarakat baru.
Sejarah dakwah Islam di Indonesia menjadi topik penting bagi perkembangan dakwah Islam
Indonesia saat ini. Pola perkembangan dakwah di Indonesia melalui beberapa fase penting.



Dakwah Islam sebelum masa penjajahan (masa para wali)


Di abad 13 Masehi berdirilah kerajaan-kerajaan Islam diberbagai penjuru di Nusantara. Yang
merupakan moment kebangkitan kekuatan politik umat khususnya didaerah Jawa ketika kerajaan
Majapahit berangsur-angsur turun kewibawaannya karena konflik internal. Hal ini dimanfaatkan oleh
Sunan Kalijaga yang membina di wilayah tersebut bersama Raden Fatah yang merupaka keturunan raja-
raja Majapahit untuk mendirikan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yaitu kerajaan Demak.
Bersamaan dengan itu mulai bermunculan pula kerajaan-kerajaan Islam yang lainnya, walaupun masih
bersifat lokal. Pada abad 13 Masehi ada fenoma yang disebut dengan Wali Songo yaitu ulama-ulama
yang menyebarkan dakwah di Indonesia. Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses
Islamisasinya melalui beberapa saluran antara lain:

a) Perdagangan

b) Pernikahan

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 38


c) Pendidikan (pesantren)

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang asli dari akar budaya indonesia, dan juga adopsi dan
adaptasi hasanah kebudayaan pra Islam yang tidak keluar dari nilai-nilai Islam yang dapat dimanfaatkan
dalam penyebaran Islam. Ini membuktikan Islam sangat menghargai budaya setempat selama tidak
bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

d) Seni dan budaya

Saat itu media tontonan yang sangat terkenal pada masyarakat jawa kkhususnya yaitu wayang.
Wali Songo menggunakan wayang sebagai media dakwah dengan sebelumnya mewarnai wayang
tersebut dengan nilai-nilai Islam. Yang menjadi ciri pengaruh Islam dalam pewayangan diajarkannya
egaliterialisme yaitu kesamaan derajat manusia di hadapan Allah dengan dimasukannya tokoh-tokoh
punakawam seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Para Wali juga menggubah lagu-lagu tradisional
(daerah) dalam langgam Islami, ini berarti nasyid sudah ada di Indonesia ini sejak jaman para wali.
Dalam upacara-upacara adat juga diberikan nilai-nilai Islam.

e) Tasawwuf

Kenyatan sejarah bahwa ada tarikat-tarikat di Indonesia yang menjadi jaringan penyebaran
agama Islam.

Dakwah pada masa penjajahan (pesantren dan organisasi Islam)

Dalam literature yang beredar dan menjadi arus besar sejarah, masuknya Islam ke Indonesia
selalu diidentikkan dengan penyebaran agama oleh Arab, Persia, ataupun Gujarat. Namun ada
penemuan lain yang menyatakan bahwa Islam Nusantara tidak hanya berasal dari wilayah India dan
Timur Tengah, akan tetapi juga dari Cina, tepatnya Yunan.
Penyebaran bermula dalam pergaulan dagang antara muslim Yunan dengan penduduk
Nusantara. Pada kesempatan itu terjadilah asimilasi budaya lokal dan agama Islam yang salah satunya
berasal dari Daratan Cina. Diawali saat armada Tiongkok Dinasti Ming yang pertama kali masuk
Nusantara melalui Palembang tahun 1407. Saat itu mereka mengusir perompak dari Hokkian Cina yang
telah lama bersarang disana. Kemudian Laksamana Cheng Ho membentuk Kerajaan Islam di Palembang.
Meskipun merupakan kerajaan yang lebh dahulu didirika, namun dalam perjalanan sejarah justru
Kerajaan Demak yang lebih dikenal dalam masyarakat.

Dengan banyaknya penduduk pribumi yang masuk Islam, terbentuklah pemerintahan-
pemerintahan Islam. Hubungan dengan kaum muslimin dari pusat dunia Islam-pun menjadi semakin
erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin erat. Yang terbesar dalah dari Hadramaut,
Yaman.
Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai
daerah di nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke-17 dan
18 Masehi. Hal ini disebabkan karena kaum muslimin nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 39

penjajahan dan dampak dari peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis yang isinya melarang untuk
berhubungan dagang dengan dunia luar.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin
nusantara, namun disisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Sebagian besar kaum
muslimin mengalami pencampuran akidah dengan tradisi pra-Islam.
Pada masa ini semangat dakwah banyak diwarnai dengan jihad melawan kaum kolonial, namun
terdapat dua pola dakwah yang dikembangkan pada masa ini, yaitu:


>Masa Penjajahan (Pesantren dan Organisasi Islam)
a. Pesatren
Pesantren berubah fungsi dari lembaga pendidikan menjadi a centre of anti-Ducth (pusat
pembangkit anti belanda). Setiap perlawanan bersenjata terhadap penjajah Belanda tidak terlepas dari
dari hubungan pesantren. Dalam abad ke-19 terdapat empat perang besar dari hasil perjuangan para
santri, diantaranya :
Perang Cirebon (1802-1806)
Perang Diponegoro (1825-1830)
Perang Padri (1821-1838)
Perang di Aceh(1873-1908)
b. Organisasi Islam
Para ulama menggerakkan masyarakat melalui pendidikan dan mendorong untuk memulihkan
kembali ekonomi dan perdagangan. Kebangkitan Islam semakin berkembang dengan membentuk
organisasi sosial keagamaan.
Organisasi Islam pertama adalah SDI (Serikat Dagang Islam) di tahun 1905 dan merupakan cikal
bakal pertumbuhan nasionalis yang dipelopori kaum pelajar. Pada perkembangannya SDI berubah
menjadi SI (Sarikat Islam) dan menjadi pola dakwah baru yang berupa pembentukan organisasi Islam
secara modern dalam sejarah bangsa Indonesia. Dari sinilah mulai muncul organisasi-organisasi Islam
lain di Indonesia seperti, muhammadiyah (1905), persatuan Islam (Persis) di tahun 1920, Nahdlatul
Ulama (NU) tahun 1926, dan Persatuan Tasbiyah Indonesia tahun 1930. Pada masa pendudukan Jepang
lahir Masyumi yang merupakan organisasi Islam bercorak politik yang memberikan kontribusi terhadap
perkembangan umat Islam. Dalam Masyumi terkumpul berbagai kalangan dari elemen organisasi islam.

>Masa Kemerdekaan
Menilik perjalanan sejarah, dakwah Islam pada masa penjajahan ini berpusat dan berkonsentrasi
dalam upaya jihad dan mengusir penjajah. Umat Islam memiliki peran yang besar dalam proses
kemerdekaan, bahkan setelah merdekapun jihad masi menjadi PR yang wajib diselesaikan meski dalam
bentuk yang berbeda. Sudah bukan lagi jihad peperangan dengan bentuk fisik namun jihad dalam
bentuk perang ideology.


Dakwah pada masa Orde Baru dan Reformasi

Pada fase ini proses dakwah (Islamisasi) di Indonesia mempunyai ciri terjadinya globalisasi
informasi dengan pengaruh-pengaruh gerakan Islam internasional secara efektif yang akan membangun
kekuatan Islam lebih utuh yang meliputi segala dimensinya. Sebenarnya kalau saja Indonesia tidak
terjajah maka proses Islamisasi di Indonesia akan berlangsung dengan damai karena bersifat kultural

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 40

dan membangun kekuatan secara struktural. Hal ini karena awalnya masuknya Islam yang secara
manusiawi, dapat membangun martabat masyarakat yang sebagian besar kaum sudra (kelompok
struktur masyarakat terendah pada masa kerajaan) dan membangun ekonomi masyarakat. Sejarah
membuktikan bahwa kota-kota pelabuhan (pusat perdagangan) yang merupakan kota-kota yang
perekonomiannya berkembang baik adalah kota-kota muslim. Dengan kata lain Islam di Indonesia bila
tidak terjadi penjajahan akan merupakan wilayah Islam yang terbesar dan terkuat. Walaupun demikian
Allah mentakdirkan di Indonesia merupakan jumlah peduduk muslim terbesar di dunia, tetapi masih
menjadi tanda Tanya besar apakah kualitasnya sebanding dengan kuantitasnya.

S. NIKAH
Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga dapat berarti Ijab
Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan oleh kata-kata
yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai peraturan yang diwajibkan oleh Islam.
Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula juga dapat
diartikan sebagai pernikahan, Allahs.w.t. menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan
mengharamkan zina.
Hikmah Pernikahan
Cara yang halal dan suci untuk menyalurkan nafsu syahwat melalui ini selain lewat perzinahan, pelacuran, dan
lain sebagainya yang dibenci Allah dan amat merugikan.
Untuk memperoleh ketenangan hidup, kasih sayang dan ketenteraman
Memelihara kesucian diri
Melaksanakan tuntutan syariat
Membuat keturunan yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Sebagai media pendidikan: Islam begitu teliti dalam menyediakan lingkungan yang sehat untuk membesarkan
anak-anak. Anak-anak yang dibesarkan tanpa orangtua akan memudahkan untuk membuat sang anak
terjerumus dalam kegiatan tidak bermoral. Oleh karena itu, institusi kekeluargaan yang direkomendasikan Islam
terlihat tidak terlalu sulit serta sesuai sebagai petunjuk dan pedoman pada anak-anak
Mewujudkan kerjasama dan tanggungjawab
Dapat mengeratkan silaturahim
Penyebab haramnya sebuah pernikahan
Perempuan yang diharamkan menikah oleh laki-laki disebabkan karena keturunannya (haram selamanya) serta
dijelaskan dalam surah an-Nisa: Ayat 23 yang berbunyi, Diharamkan kepada kamu menikahi ibumu, anakmu,
saudaramu, anak saudara perempuan bagi saudara laki-laki, dan anak saudara perempuan bagi saudara
perempuan.:
Ibu
Nenek dari ibu maupun bapak
Anak perempuan & keturunannya
Saudara perempuan segaris atau satu bapak atau satu ibu
Anak perempuan kepada saudara lelaki mahupun perempuan, yaitu semua anak saudara perempuan


Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 41

Perempuan yang diharamkan menikah oleh laki-laki disebabkan oleh susuan ialah:
Ibu susuan
Nenek dari saudara ibu susuan
Saudara perempuan susuan
Anak perempuan kepada saudara susuan laki-laki atau perempuan
Sepupu dari ibu susuan atau bapak susuan
Perempuan muhrim bagi laki-laki karena persemendaan ialah:
Ibu mertua
Ibu tiri
Nenek tiri
Menantu perempuan
Anak tiri perempuan dan keturunannya
Adik ipar perempuan dan keturunannya
Sepupu dari saudara istri
Anak saudara perempuan dari istri dan keturunannya
Peminangan
Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan perempuan untuk melangsungkan
pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh kedua pihak. Meminangmerupakan adat kebiasaan masyarakat
Melayu yang telah dihalalkan oleh Islam. Peminangan juga merupakan awal proses pernikahan. Hukum peminangan
adalah harus dan hendaknya bukan dari istri orang, bukan saudara sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan tunangan
orang. Pemberian seperti cincin kepada wanita semasa peminangan merupakan tanda ikatan pertunangan. Apabila
terjadi ingkar janji yang disebabkan oleh sang laki-laki, pemberian tidak perlu dikembalikan dan jika disebabkan oleh
wanita, maka hendaknya dikembalikan, namun persetujuan hendaknya dibuat semasa peminangan dilakukan.
Melihat calon suami dan calon istri adalah sunat, karena tidak mau penyesalan terjadi setelah berumahtangga.
Anggota yang diperbolehkan untuk dilihat untuk seorang wanita ialah wajah dan kedua tangannya saja.
Hadist Rasullullah mengenai kebenaran untuk melihat tunangan dan meminang:
"Abu Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-laki yang hendak menikah dengan
seorang perempuan: "Apakah kamu telah melihatnya?jawabnya tidak(kata lelaki itu kepada
Rasullullah).Pergilah untuk melihatnya supaya pernikahan kamu terjamin kekekalan." (Hadis Riwayat Tarmizi
dan Nasai)

Hadis Rasullullah mengenai larangan meminang wanita yang telah bertunangan:
"Daripada Ibnu Umar RA bahawa Rasullullah SAW telah bersabda: "Kamu tidak boleh meminang tunangan
saudara kamu sehingga pada akhirnya dia membuat ketetapan untuk memutuskannya". (Hadis Riwayat
Bukhari dan Muslim(Asy-Syaikhan))

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 42

Nikah
Rukun nikah
Pengantin laki-laki
Pengantin perempuan
Wali
Dua orang saksi laki-laki
Mahar
Ijab dan kabul (akad nikah)
Syarat calon suami
Islam
Laki-laki yang tertentu
Bukan lelaki muhrim dengan calon istri
Mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut
Bukan dalam ihram haji atau umroh
Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu
Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah dijadikan istri
Syarat bakal istri
Islam
Perempuan yang tertentu
Bukan perempuan muhrim dengan calon suami
Bukan seorang banci
Akil Baligh
Bukan dalam ihram haji atau umroh
Tidak dalam iddah
Bukan istri orang
Syarat wali
Islam, bukan kafir dan murtad
Lelaki dan bukannya perempuan
Telah pubertas
Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
Bukan dalam ihram haji atau umroh
Tidak fasik
Tidak cacat akal pikiran, gila, terlalu tua dan sebagainya
Merdeka
Tidak dibatasi kebebasannya ketimbang membelanjakan hartanya
Sebaiknya calon istri perlu memastikan syarat WAJIB menjadi wali. Jika syarat-syarat wali terpenuhi seperti di atas
maka sahlah sebuah pernikahan itu.Sebagai seorang mukmin yang sejati, kita hendaklah menitik beratkan hal-hal
yag wajib seperti ini.Jika tidak, kita hanya akan dianggap hidup dalam berzinahan selamanya.

Aditya Hendra Wijaya "122.12.007" | Tugas Resume Agama Islam 43

Jenis-jenis wali
Wali mujbir: Wali dari bapaknya sendiri atau kakek dari bapa yang mempunyai hak mewalikan pernikahan anak
perempuannya atau cucu perempuannya dengan persetujuannya (sebaiknya perlu mendapatkan kerelaan calon
istri yang hendak dinikahkan)
Wali aqrab: Wali terdekat yang telah memenuhi syarat yang layak dan berhak menjadi wali
Wali abad: Wali yang sedikit mengikuti susunan yang layak menjadi wali, jikalau wali aqrab berkenaan tidak
ada. Wali abad ini akan digantikan oleh wali abad lain dan begitulah seterusnya mengikut susunan tersebut jika
tidak ada yang terdekat lagi.
Wali raja/hakim: Wali yang diberi hak atau ditunjuk oleh pemerintah atau pihak berkuasa pada negeri tersebut
oleh orang yang telah dilantik menjalankan tugas ini dengan sebab-sebab tertentu
Syarat-syarat saksi
Sekurang-kurangya dua orang
Islam
Berakal
Telah pubertas
Laki-laki
Memahami isi lafal ijab dan qobul
Dapat mendengar, melihat dan berbicara
Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak terlalu banyak melakukan dosa-dosa kecil)
Merdeka
Syarat ijab
Pernikahan nikah ini hendaklah tepat
Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran
Diucapkan oleh wali atau wakilnya
Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(nikah kontrak atau pernikahan (ikatan suami istri) yang sah
dalam tempo tertentu seperti yang dijanjikan dalam persetujuan nikah muataah)
Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafalkan)
Contoh bacaan Ijab:Wali/wakil Wali berkata kepada calon suami:"Aku nikahkan Anda dengan Diana Binti Daniel
dengan mas kawin berupa seperangkap alat salat dibayar tunai".
Syarat qobul
Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab
Tidak ada perkataan sindiran
Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)
Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(seperti nikah kontrak)
Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu qobul dilafalkan)
Menyebut nama calon istri
Tidak ditambahkan dengan perkataan lain
Contoh sebutan qabul(akan dilafazkan oleh bakal suami):"Aku terima nikahnya dengan Diana Binti Daniel dengan
mas kawin berupa seperangkap alat salat dibayar tunai" ATAU "Aku terima Diana Binti Daniel sebagai istriku".

You might also like