You are on page 1of 55

BAB III PELAYANAN SALAH SATU RESEP DI APOTEK

III.1 Resep Obat Racikan Antibiotik

25

26

III.1.1 Skrining Resep 1. Persyaratan Administratif Bagian resep Inscriptio Kelengkapan Ada Nama Dokter SIP Alamat Dokter Tanggal penulisan resep Nama obat Jl. Toddopuli Raya No. 10 Makassar 04/12/2013 Tidak ada Keterangan Dr. Simon SpTHT Tarigan,

Prescriptio

Dosis

Jumlah yang diminta Subscribtio Paraf/tanda tangan dokter Signatura Nama pasien Umur pasien Alamat pasien Aturan pemakaian

R/ Erysanbe chew Sporetik Inolin Codein Prednicort Oxtin Erysanbe chew 175mg Sporetik 20 mg Inolin 1,5 mg Codein 2 mg Prednicort 1,5 mg Oxtin 1/5 tab Puyer 15 bungkus Vincent 2 tahun

S 3 dd 1

27

Pada resep di atas tidak terdapat: a. Jumlah obat yang diminta (kurang jelas) Pada resep tidak tercantum dtd (da tales doses), sehingga jumlah masing-masing obat yang diminta pada resep racikan tersebut ditafsirkan dibuat untuk lima belas puyer. Namun jika diperhitungkan kembali, hal tersebut tidak rasional, sehingga untuk memperjelasnya, bisa dengan mengkonfirmasikan kembali dengan dokter penulis resep, kemungkinan adanya kekeliruan dalam penulisan resep tersebut yang seharusnya menggunak an kata dtd pada bagian prescriptio resep. b. SIP Dokter Pada resep di atas tidak terdapat SIP dokter serta paraf atau tanda tangan dokter. Hal ini tidak sesuai dengan kelengkapan bagian-bagian resep yaitu subscriptio. Subscriptio merupakan bagian resep yang berisi nomor SIP dokter serta tanda tangan atau paraf dokter terutama ketika terdapat obat-obat narkotika. c. Alamat pasien (Tidak lengkap) Pada resep, alamat pasien tidak tercantum , di mana hanya mencantumkan nama dan umur dari pasien. Tetapi ketika penerimaan resep hal ini ditanyakan kepada pasien. Hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi kesalahan dalam penyerahan obat agar dapat segera ditangani.

28

2. Kesesuaian Farmasetik a. Kesesuaian bentuk sediaan Bentuk sediaan yang diberikan adalah obat racikan puyer. Pasien ini berumur 2 tahun, sehingga pemberian obat dengan bentuk sediaan puyer telah tepat. b. Kesesuaian dosis Dosis obat yang diberikan dalam racikan puyer adalah sebagai berikut: 1. Erysanbe 175 mg Dewasa dosis lazim 250 500 mg (tiap 6 jam) atau 500 1000 mg (tiap 12 jam), dosis maksimal 4 g/ hari dan anak Dosisi lazim th/ = < 2 thn : 125 mg (tiap 6 jam), 2-8 thn : 250 mg (tiap 6 jam), >8 Thn : sama dengan Dosis Dewasa. Dosis maksimum untuk pasien dengan usia 2 tahun dapat dihitung berdasarkan rumus Young : Dosis = n (tahun) x dosis maksimum dewasa n+12 = 2 x 4000 mg sehari 14 = 571,42 mg sehari. Dosis yang diberikan dokter 175mg sekali dan 525mg sehari. Hal ini sesuai dengan dosis untuk anak 2 tahun. 2. Sporetik 20 mg Dewasa dan anak dengan BB >30 kg 50-100 mg 2 kali sehari. Infeksi lebih berat Dosis sampai dengan 200 mg 2 kali sehari. Dosis yang

29

diberikan dokter 20 mg sekali dan 60 mg sehari. Hal ini telah sesuai dengan dosis anak 2 tahun 3. Prednicort 1,5 mg prednicort mengandung methyl prednisolone 4 mg. Dosis lazim untuk dewasa 2 - 40 mg sehari (Martindale) Dosis lazim untuk pasien dengan usia 2 tahun dapat dihitung berdasarkan rumus Young : Dosis = n (tahun) x dosis lazim dewasa n+12 = 2 x 2 mg 40 mg 14 = 0,3 5,7 mg Dosis yang diberikan oleh dokter 1,5 mg sekali dan 4,5 mg sehari. Dosis ini telah sesuai dengan perhitungan dosis umur 2 tahun. 4. Oxtin 1/5 tablet Oxtin mengandung oxatomide 30 mg. Dosis lazim untuk dewasa 30 mg sekali digunakan 3 kali sehari. (Martindale) Dosis lazim untuk pasien dengan usia 2 tahun dapat dihitung berdasarkan rumus Young : Dosis = n (tahun) x dosis lazim dewasa n+12 = 2 x 30 mg90 mg 14 = 4,3 mg12,9 mg

30

Dosis yang diberikan oleh dokter 6 mg sekali dan 18 mg sehari. Hal ini telah sesuai dengan perhitungan dosis anak umur 2 tahun. 5. Inolin 1,5 mg Inolin mengandung trimetoquinol 3 mg. Dosis lazim anak berusia 3-4 tahun: 4-6 mg sehari dalam 3-4 dosis terbagi. Anak berusia 1-2 tahun: 2-4 mg sehari dalam 3-4 dosis terbagi. Anak berusia kurang dari 1 tahun: 1-2 mg sehari dalam 3-4 dosis terbagi (Martindale). Dosis yang diberikan oleh dokter 1,5 mg sekali dan 4,5 mg sehari. Hal ini telah sesuai dengan dosis anak usia 2 tahun. 6. Codein 15 mg Oxtin mengandung oxatomide 30 mg. Dosis lazim sekali 10-20 mg, tiap 4-6 jam sesuai kebutuhan dan dosis lazim 30-60 mg perhari. Dosis maksimum sekali 30-60 mg dan dosis maksimum sehari 300 mg. (Martindale) Dosis untuk pasien dengan usia 2 tahun dapat dihitung berdasarkan rumus Young : Dosis = n (tahun) x dosis lazim dewasa n+12 = 2 x DL10-20 mg; DM 30-60 mg / DL3060; 300mg 14 = DL 1,42,9mg; DM 4,3-8,6mg / DL 4,3-8,6mg; DM 42,9mg Dosis yang diberikan oleh dokter adalah 2 mg sekali dan 6 mg sehari. Hal ini telah sesuai dengan perhitungan dosis anak umur 2 tahun.

31

c.

Inkompatibilitas Pada resep tidak ada obat yang saling inkompabilitas secara

farmasetik atau yang dapat mengganggu kestabilan fisik sediaan racikan. 3. Pertimbangan Klinis Berdasarkan resep racikan antibiotik tersebut, obat-obat yang diresepkan yaitu: Erysanbe 175 mg yang mengandung erytromicin diindikasikan untuk infeksi saluran nafas yang dikombinasikan dengan sporetik 20 mg yang mengandung cefixime. Inolin mengandung trimetoquinol 3mg yang diindikasikan Bronkhokonstriksi yang

berhubungan dengan asma bronkhial, pneumokoniosis, bronkhitis kronis. Prednicort 1,5 mg yang mengandung methyl prednisolone 4 mg yang diindikasikan untuk peradangan pada saluran pernafasan. Codein 2 mg yang diindikasikan untuk meredakan nyeri ringan sampai berat yang dialami pasien karena batuk. Oxtin 1/ tablet yang mengandung oxatomide 30 mg yang diindikasikan untuk pengobatan gangguan alergi. Pemberian antibiotika (erytromicin dan cefixime) bersama dengan obat simptomatik dalam satu resep racikan tidak tepat, karena penggunaan antibiotika yang harus diminum sampai habis, sementara penggunaan obat-obat yang bersifat simptomatik dihentikan jika gejala telah hilang terutama obat simptomatik yang digunakan merupakan golongan narkotik yang pada penggunaan jangka panjang tidak

32

dianjurkan.

Oleh

karena ke

itu,

apoteker

sebaiknya hal tersebut,

kembali dengan

mengkonfirmasikan

dokter

mengenai

memberikan rekomendasi agar pemberian antibiotic erytromicin dan cefixime tidak diberikan dalam bentuk racikan bersama dengan obat lain yang bersifat simptomatik. Berdasarkan perhitungan dosis, sebagian besar obat yang terdapat dalam resep racikan tersebut berada dosis lazim untuk pasien anak usia 2 tahun, sehingga dapat diserahkan kepada pasien dengan tambahan beberapa informasi, misalnya dengan mengkomunikasikan kembali kepada pasien dengan memberikan pengetahuan mengenai aturan dan cara pemakaian obat, menjelaskan kepada pasien apabila pasien lupa meminum obat tidak perlu meminumnya dengan dosis ganda, dan mengenai beberapa resiko efek samping yang mungkin terjadi selama penggunaan obat dan cara menanganinya.

III.1.2. Uraian Masing-Masing Obat 1. Erysanbe chewable (Sanbe Farma) a. Komposisi Tiap tablet kunyah mengandung Eritromisin Etilsuksinat yang setara dengan 200 mg Eritromisin b. Nama Dagang banthrocin (darya varia), corsatrocin (corsa), decathrocin (harsen), Erira (Rama farma), Eritromec (mecosin), erycoat

33

(forte nufarindo), eryprima (zenith), Erysanbe (sanbe farma), Erythrin (interbat), erythrocin (EES Abbot), Opithrocin (Otto) c. Indikasi Infeksi saluran pernapasan ringan sampai sedang yang

disebabkan oleh S. pyogenes (Streptococci -Hemolitik Group A), S. pneumoniae (Diplococcus pneumoniae), H. influenzae. Infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh Mycoplasma

pneumoniae. Pertusis yang disebabkan oleh Bordetella pertussis. Infeksi kulit dan jaringan lunak ringan sampai agak berat yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus. d. Dosis 1. Anak dibawah 1 tahun 50 mg , diberikan tiap 6 jam 2. Anak-anak berat badan sampai 20 kg : 30-60 mg/kg berat badan/hari dibagi dalam jumlah yang sama tiap 6 jam. 3. Dewasa dan anak-anak diatas 20 kg : 400 500 mg dibagi dalam jumlah yang sama tiap 6 jam. 4. Untuk Infeksi yang berat dosis dapat digandakan. : 3-4 x sehari 1 kapsul 500 mg 5. Dosis Lazim Anak 1 -5 tahun : 100 mg Anak 6 12 tahun : 200 mg 6. Dosis Maksimum Dewasa :Sekali 500 mg, Sehari 4 g

34

e. Pemberian Obat Digunakan Sebelum / Sesudah makan dengan cara dikunyah terlebih dahulu sebelum ditelan. f. Lama pengobatan 1. Infeksi saluran pernapasan bagian atas 5-10 hari. 2. Infeksi saluran pernapasan bagian bawah 7-14 hari. 3. Infeksi kulit dan jaringan lunak 5-10 hari. 4. Infeksi yang disebabkan oleh Streptococcus Group A, terapi paling sedikit 10 hari g. Efek Samping 1. Gangguan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, diare. 2. Reaksi hipersensitif / alergi seperti urtikaria, ruam kulit, reaksi anafilaksis dapat terjadi pada penderita yang hipersensitivitas. 3. Pengobatan dalam jangka waktu lama mungkin menimbulkan superinfeksi. 4. Kadang-kadang terjadi gangguan pendengaran jika digunakan pada dosis besar, penderita gagal ginjal atau penderita lanjut usia. 5. Pernah dilaporkan terjadi kolitis pseudomembran h. Kontraindikasi Hipersensitif atau alergi terhadap eritromisin. i. Perhatian 1. Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal.

35

2. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari bakteri yang tidak peka atau fungi. 3. Bila terjadi superinfeksi hentikan penggunaan dan ganti dengan pengobatan yang sesuai. 4. Hati-hati pemberian pada ibu yang menyusui karena Eritromisin diekskresikan ke dalam ASI. j. Interaksi 1. Dengan teofilin: mengurangi bersihan dan meningkatkan level serum teofilin, terutama pada dosis besar. 2. Dengan karbamazepin: meningkatkan toksisitas karbamazepin. 3. Dengan warfarin / antikoogulan oral : dapat memperpanjang waktu pembentukan protrombin dan kemungkinan perdarahan. 4. Dengan digoksin: meningkatkan level serum digoksin 5. Dengan terfenadin dan astemizol dapat menimbulkan aritmia jantung yang berbahaya. k. Farmakologi Merupakan golongan makrolida yang menghambat sintesis protein kuman dengan jalan berikatan secara reversible dengan ribosom subunit 50s dari bakteri dan dapat menghambat RNA-dependent protein synthesis dengan cara merangsang pemutusan peptidyl tRNA dari ribosom.

36

2. Sporetik Tablet (Sanbe Farma) a. Komposisi Setiap 1 kapsul mengandung cefixime 100 mg b. Bentuk sediaan Tablet c. Nama Dagang Anfix (Mahakam BF), Cefarox (Gracia Ph), Cefila (Lapi), Cefspan (Kalbe Farma), Ceptik (Interbat), Comsporin (Combiphar), Ethifix (Ethica), Fixacep (Fahrenheit), Fixam (Solas), Fixef (Kalbe Farma), Fixiphar (Pharos), Lanfix (Landson), Nucef (Guardian Ph), Simcef (Erlimpex), Sofix (Soho), Spaxim (Sandoz), Sporetik (Sanbe Farma), Starcef (Dexa Medica), Taxime (Hexpharm), Tocef (Bernofarm), Trixim (Ferron), Urticef (Prafa/UAP). d. Indikasi Cefixime diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh miroorganisme sebagai berikut: 1. Infeksi saluran urin tanpa komplikasi yang disebabkan oleh Escherichia coli dan Proteus mirabillis. 2. Otitis media yang disebabkan oleh Haemophillus influenzae (beta-laktamase strain positif dan negatif), moraxella

(Branhamella) catarrhalis (umumnya yang termasuk betalaktamase strain positif) dan Streptococcus pyogenes.

37

3. Faringitis dan tonsillitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes. 4. Bronkhitis akut dan eksaserbasi akut bronkhitis kronik yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae dan Haemophillus influenzae (beta-laktamase strain negatif dan positif). Pengobatan demam tifoid pada anak dengan multi-resisten terhadap pengobatan standar. e. Dosis 1. Untuk orang dewasa dan anak dengan berat badan, > 30 kg : dosis yang dianjurkan adalah 50-100 mg (potensi), 2 kali sehari. Dosis harus disesuaikan dengan umur, berat badan dan kondisi pasien. Pada infeksi yang berat atau dapat berinteraksi, dosis dapat ditingkatkan menjadi 200 mg (potensi), 2 kali sehari. 2. Cefixime suspensi 100 mg (potensi) : dosis umum untuk anak-anak adalah 1,5 - 3 mg (potensi)/kg, 2 kali sehari. Dosis harus disesuaikan terhadap kondisi pasien. Untuk infeksi yang berat atau dapat berinteraksi, dosis dapat ditingkatkan menjadi 6 mg (potensi)/kg, 2 kali sehari. 3. Pada anak-anak,otitis media harus diobati dengan sediaan suspensi. Studi klinik pada otitis media menunjukkan bahwa pada pemberian dosis yang sama, sediaan suspensi memberikan hasil kadar puncak dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan sediaan tablet. Oleh karena itu pada pengobatan otitis media

38

pengoabatan dengan sediaan suspensi tidak boleh diganti dengan sediaan tablet. 4. Demam tifoid pada anak-anak : 10-15 mg/kg/hari selama 2 minggu.Pasien dengan kerusakan fungsi ginjal memerlukan

modifikasi dosis tergantung pada tingkat kerusakan. Apabila bersihan kreatinin antara 21-60 mg mL/min atau pasien mendapat terapi hemodialisa, dosis yang dianjurkan adalah 75% dari dosis standar (misalnya 300 mg sehari). Apabila bersihan kreaatinin kuran dari 20 mL/min atau pasien mendapat terapi rawat jalan peritonial dialisaberkelanjutan, dosis yang dianjurkan adalah 50% dari dosis standar (misalnya 200 mg perhari). f. Pemberian Obat Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan. Diberikan bersama makanan jika terjadi gangguan saluran pencernaan. g. Kontraindikasi Pasien dengan riwayat syok atau hipersensitivitas yang

disebabkan oleh komponen dalam obat. h. Perhatian Reaksi hipersensitivitas seperti syok dapat terjadi. Berikan dengan hati-hati pada : 1. Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap penicillin. 2. Pasien dengan riwayat hipersensitif pribadi atau keluarga, seperti : asma bronkhial, ruam kulit dan urtikaria.

39

3. Pasien dengan kerusakan ginjal yang serius. 4. Pasien dengan nutrisi oral yang rendah, pasien yang mendapat nutrisi parenteral, pasien usia lanjut atau pasien dengan keadaan lemah, pengamatan yang teliti perlu dilakukan pada pasien dengan gejala defisiensi Vitamin K. 5. Pemberian pada wanita hamil dilakukan hanya bila manfaat lebih besar dibandingkan resikonya. 6. Pada wanita yang menyusui, harus dipertimbangkan untuk melakukan penghentian terapi, karena cefixime dieksresikan pada air susu. Manfaat dan keamanan pemberian obat pada anak usia kurang dari 6 bulan, bayi baru lahir, dan bayi prematur belum ada data. i. Efek Samping Syok Pemberian obat harus berhati-hati karena gejala syok dapat terjadi, walaupun jarang jika ada gejala yang berhubungan seperti perasaan tidak sehat, rasa tidak nyaman pada ronggamulut, suara pernafasan yang keras, pening, keinginan buang air besar yang tidak normal, tinnitus atau diaforesis terjadi, pemberian obat harus segera dihentikan. Hipersensitivitas Jika timbul gejala hipersensitivitas seperti ruam kulit, urtikaria, eritema, pruritus atau demam, pemberian obat harus dihentikan dan dilakukan tindakan perlu.

40

Hematologi Granulositopenia atau eosinofilia kadang-kadang dapat terjadi. Trombositopenia jarang terjadi. Pemberian obat harus dihentikan jika ditemukan gejala abnormalitas. Dilaporkan pernah terjadi anemia hemolitik pada pemberian cehphem lainnya. Hati Kadang-kadang terjadi peningkatan GOT, GPT atau alkaline phosphatase. Ginjal Monitoring berkala fungsi ginjal disarankan untuk dilakukan karena kerusakan ginjal yang serius seperti insufisiensi ginjal akut dapat terjadi. Jika ditemukan gejala abnormalitas, hentikan pemberian obat dan lakukan tindakan yang perlu. Sistem pencernaan Jarang terjadi colitis serius, seperti colitis pseudomonas, yang ditandai adanya darah pada feses. Nyeri abdominal atau sering diare memerlukan penanganan segera termasuk muntah, diare, nyeri perut, rasa tidak enak di perut, rasa terbakar atau anoreksia, mual, kembung dan konstipasi dapat terjadi. Pernafasan Jarang terjadi intestitial pneumonia atau gejala PIE, yang ditandai dengan demam, batuk, dispnea, x-ray rongga dada yang abnormal. Jika timbul gejala, hentikan segera pemberian obat,

41

lakukan

tindakan

yang

perlu

seperti

pemberian

hormon

adrenokortikal. Perubahan flora bakteri Jarang terjadi stomatitis dan candidiasis. Defisiensi vitamin Jarang terjadi defisiensi Vitamin K (seperti hypotrombinemia atau kecendrungan perdarahan) atau kelompok Vitamin B (seperti glositis, stomatitis, anoreksia atu neuritis). Lain-lain Jarang terjadi sakit kepala atau pusing. Dilaporkan penelitian pada bayi tikus yang diberi 100 mg/kg bb/hari secara oral, mengurangi spermatogenesis. Pengaruh terhadap nilai laboratorium Hasil positif palsu dapat terjadi pada test gula urin dengna larutan Benedicts, larutan fehling dan Clinitest, Positif palsu belum pernah dilaporkan pada penggunaan Testape.Direct Coombs test positif dapat terjadi. j. Interaksi Probenesid dapat meningkatkan konsentrasi dalam darah dari cefixime yaitu dengan mengurangi eliminasi oleh ginjal. Tetapi interaksi ini kadang-kadang digunakan untuk meningkatkan efek dari sefalosporin. Menggunakan cefixime bersama golongan aminoglikosida (misalnya, tobramycin, gentamisin) dapat

42

menghasilkan efek aditif, dapat membunuh bakteri tetapi juga meningkatkan resiko bagi ginjal. 3. Inolin Tablet (PT. Tanabe Indonesia) a. Komposisi Setiap 1 tablet mengandung trimetoquinol HCl 3 mg b. Nama Generik trimetoquinol c. Indikasi Merelaksasi kontraksi bronkus pada asma bronchial, bronchitis menahun, pneumokoniosis. d. Dosis Dewasa 1-4 tablet sehari dibagi dalam 2-3 kali pemberian anak dibawah 6 tahun : 3-4 x sehari 0,1 mg/kg BB e. Kontraindikasi Penderita hipersensitid terhadap komponen obat. f. Pemberian obat Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak, sebelum atau sesudah makan. g. Perhatian Hipertiroidisme, hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes. h. Efek Samping Palpitasi, sakit kepala, mual, muntah, mulut kering.

43

i. Interaksi katekolamin bisa menyebabkan aritmia. 4. Codein Tablet Generik a) Komposisi Setiap 1 tablet mengandung codein HCl 20 mg b) Indikasi Penanganan nyeri ringan hingga menengah dan untuk menekan batuk. c) Dosis Kodein sebaiknya diberikan dalam dosis terapeutik paling rendah dengan frekuensi seminimal mungkin untuk menghindari toleransi dan ketergantungan. Penurunan dosis diperlukan pada pasien yang beresiko tinggi mengalami efek samping yaitu pasien anak, pasien usia tua, dan pasien yang menerima depresan SSP lainnya. Dosis oral kodein untuk pasien dewasa dan anak usia 12 tahun atau lebih sebagai antitusif adalah 10-20 mg tiap 4-6 jam dan tidak melebihi 120 mg perhari. Dosis untuk anak usia 6-12 tahun yaitu 5-10 mg tiap 4-6 jam dan tidak melebihi 60 mg perhari. Dosis untuk anak usia 2-6 tahun yaitu 1 mg/kg perhari yang diberikan dalam 4 dosis terbagi atau tiap 4-6 jam. Berikut merupakan dosis oral kodein berdasarkan berat badan untuk anak, penyesuaian dosis peru dilakukan untuk anak dengan berat badan rendah. Dosis untuk anak usia 2 tahun (berat badan 12 kg)

44

adalah 3 mg tiap 4-6 jam dan tidak melebihi 12 mg perhari. Dosis untuk anak usia 3 tahun (berat badan 14 kg) adalah 3,5 kg tiap 4-6 jam dan tidak melebihi 14 mg perhari. Dosis untuk anak usia 4 tahun (berat badan 16 kg) adalah 4 mg tiap 4-6 jam dan tidak melebihi 16 mg perhari. Dosis untuk anak usia 5 tahun (berat badan18 kg) adala 4,5 mg tiap 4-6 jam dan tidak melebihi 18 mg perhari. Dosis untuk anak usia dibawah 2 tahun belum diketahui da penggunaannya pada pasien ini tidak direkomendasikan karena lebih peka terhadap efek depresi saluran napas yang disebabkan kodein, yang dapat mengakibatkan henti napas, koma, bahkan kematian. d) Kontraindikasi Hipersensitif terhadap opiat, obstruksi jalan napas bagian atas, asma akut, diare yang disebabkan oleh keracunan atau toksin. e) Perhatian Kehamilan (kategori C), dieksresikan pada air susu. Sebaiknya tidak diberikan pada anak usia dibawah 12 tahun karena lebih sensitif terhadap efek samping obat. Penggunaan obat harus disertai dengan perhatian khusus pada pasien alkoholisme akut, riwayat penyalahgunaan obat, gangguan saluran cerna, kolitis ulseratif, gangguan saluran napas, peningkatan tekanan

intrakranial, hipoksia, takikardi supraventrikular, syok hipovolemik, hipotiroidisme, dan gangguan pada saluran kemih. Penggunaan

45

pada pasien dengan gangguan fungsi hati dapat menyebabkan peningkatan durasi aksi obat dan membutuhkan penurunan dosis. f) Efek Samping Sistem kardiovaskular; hipotensi ortosatik, bradikardi, takikardi, syok. SSP; pusing, sedasi, disorientasi, inkoordinasi, euforia, delirium. Kulit; berkeringat, pruritus, urtikaria. Telinga, tenggorokan, mata, hidung; miosis. Saluran cerna; mual, muntah, konstipasi, nyerin abdominal, anoreksia, spasme saluran bilier. Sistem genitouria; retensi urin. Saluran napas; laringospasme, depresi refleks batuk, depresi pernapasan. Lainnya; toleransi,

ketergantugan fisiologi dengan pemakaian jangka panjang. g) Interaksi Kodein dapat menyebabkan potensiasi efek obat golongan agonis opiat, anastetik umum, hipnotik-sedatif, antidepresan trisiklik, inhibitor MAO, alkohol, dan depresan SSP lainnya. 5. Prednicort Tablet (PT. Otto pharmaceutical) a. Komposisi Setiap 1 tablet mengandung methyl prednisolone 4 mg b. Indikasi Abnormalitas fungsi adrenokortikal, penyakit kolagen, keadaan alergi dan peradangan pada kulit dan saluran pernafasan tertentu, penyakit hematologik, hiperkalsemia sehubungan dengan kanker

46

c. Nama dagang Carmeson (Sampharindo Perdana), Comedrol (Berlico Mulia Farma), Cortesa (Harsen), Flason (Ikapharmindo), Lameson (Lapi), Medrol (Pharmacia), Meprilon (Mugi Lab.), Meproson (Meprofarm), Mesol (Gracia Pharmindo), Methylon (Bernofarm), Metidrol (Medikon Prima), Metisol (Hepharm), Nichomedson (Nicholas), Prednox (Pyridam), Pretilon (Sandoz), Rhemafar (Ifars), Sanexon (Sanbe Farma), Somerol (Soho), Sonicor (Global Multi Pharmalab), Stenirol (Guardian Pharmatama), Stesolon (First Medipharma), Thimelon (Ethica), Tisolon

(Nufarindo), Tison (Landson), Tropidrol (Tropica Mas Pharma), Urbason (Aventis), Yalone (Yarindo Farmatama) d. Dosis Dewasa: 1) Dosis awal dari metilprednisolon dapat bermacam-macam dari 4-48 mg per hari, dosis tunggal atau terbagi, tergantung keadaan penyakit. 2) Dalam multiple sklerosis: oral 160 mg sehari selama 1 minggu, kemudian 64 mg setiap 2 hari sekali dalam 1 bulan. Anak-anak: 1) Insufisiensi-adrenokortikal: oral 0,117 mg/kg bobot tubuh atau 3,33 mg per m2 luas permukaan tubuh sehari dalam dosis terbagi tiga.

47

Indikasi lain: oral 0,417 mg - 1,67 mg per kg berat tubuh atau 12,5 mg - 50 mg per m2 luas permukaan tubuh sehari dalam dosis terbagi 3 atau 4. e. Pemberian obat Diberikan dengan makanan untuk meminimalkan iritasi pada saluran pencernaan. f. Kontraindikasi Infeksi jamur sistemik dan pasien yang hipersensitif, Pemberian kortikosterooid yang lama merupakan kontraindikasi pada ulkus duodenum dan peptikum, osteoporosis berat, penderita dengan riwayat penyakit jiwa, herpes. Pasien yang sedang diimunisasi g. Perhatian 1. Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui, kecuali memang benar-benar dibutuhkan, dan bayi yang lahir dari ibu yang ketika hamil menerima terapi kortikosteroid ini harus diperiksa. Kemungkinan adanya gejala hipoadrenalism. 2. Pasien yang menerima terapi kortikosteroid ini dianjurkan tidak divaksinasi terhadap smallpox, juga imunisasi lain terutama yang mendapat dosis tinggi, untuk mencegah kemungkinan bahaya komplikasi neurologi. 3. Tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak, karena penggunaaan jangka panjang dapat menghambat pertumbuhan dan

perkembangan anak.

48

4. Jika kortikosteroid digunakan pada pasien dengan TBC latent atau Tuber Culin Reactivity perlu dilakukan pengawasan yang teliti sebagai pengaktifan kembali penyakit yang dapat terjadi. 5. Ada peningkatan efek kortikosteroid pada pasien dengan hipotiroidi dari cirrhosis. 6. Tidak dianjurkan penggunaan pada penderita ocular herpes simplex, karena kemungkinan terjadi perforasi corneal. 7. Pemakaian obat ini dapat menekan gejala-gejala klinis dari suatu penyakit infeksi. 8. Pemakaian jangka panjang dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. h. Efek Samping Efek samping biasanya terlihat pada pemberian jangka panjang atau pemberian dalam dosis besar, misalnya gangguan elektrolit dan cairan tubuh, kelemahan otot, resistensi terhadap infeksi menurun, gangguan penyembuhan luka, meningkatnya tekanan darah, katarak, gangguan cushing pertumbuhan syndrome, pada anak-anak, tukak

insufisiensi lambung. i. Interaksi

adrenal,

osteoporosis,

1. Penggunaan bersama-sama dengan antiinflamasi non-steroid atau antirematik lain dapat mengakibatkan risiko gastrointestinal,

perdarahan gastrointestinal.

49

2. Penggunaan bersama-sama dengan antidiabetes harus dilakukan penyesuaian dosis. 3. Pasien yang menerima vaksinasi terhadap smallpox, juga imunisasi lain terutama yang mendapat dosis. 6. Oxtin Tablet (PT. Guardian Pharmatama) a. Komposisi Setiap 1 tablet mengandung oxatomide 30 mg b. Indikasi Pencegahan dan pengobatan gangguan alergi terutama urtikaria (biduran/kaligata) kronis, rinitis alergika, konjungtivitis folikular, dermatitis atopik, & alergi makanan. c. Dosis 1. Dewasa : 2 kali sehari 30 mg. 2. Anak-anak : 0,5 mg/kg berat badan sekali minum, berat badan : 35 kg = 30mg 15 - 35kg = 15mg diberikan 2 kali sehari. Dosis dapat digandakan jika tidak terdapat perbaikan dalam waktu 1 minggu. d. Kontra Indikasi Pasien yang hipersensitivitas terhadap oxatomide e. Efek samping pada dosis tinggi dapat meningkatkan nafsu makan dapat menyebabkan reaksi kantuk yang berlebihan

50

f. Penggunaan Digunakan sesudah atau bersamaan dengan makanan untuk mengurangi resiko gangguan saluran cerna g. Interaksi 1. Efek sedasi meningkat apabila diberikan bersamaan dengan obat antidepresan atau alcohol. 2. Efek antikolinergik antihistamin akan lebih berat dan lebih lama bila diberikan bersama obat inhibitor monoamine (procarbazine,

furazolidone, isocarboxazid). III.1.3 Penyiapan Obat III.1.3.1 Peracikan R/ Erysanbe chew 175 mg Sporetik 20 mg Inolin 1,5 mg Codein 2 mg Prednicort 4 mg Oxtin 1/5 tab m.f.pulv dtd no. XV S. 3 dd Pulv I a. Perhitungan bahan 1. Erysanbe 175 mg = 175 mg x 15 200 mg = 20 mg x 15 100 mg = 13 + 1/8 tablet

2.

sporetik 20 mg

= 3 kapsul

51

3.

inolin 1,5 mg

= 1,5 mg x 15 3 mg = 1,5 mg x 15 4 mg = 1/5 tablet x 15 = 2 mg x 15 20 mg

= 7,5 tablet

4.

prednicort 1,5 mg

= 5 + 5/8 tablet

5. 6.

oxtin tablet codein 2 mg

= 3 tablet = 1,5 tablet

b. Cara Peracikan Obat 1. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Disiapkan obat sesuai dengan perhitungan bahan (erysanbe 13 + 1/8 tablet, sporetik 3 kapsul, inolin 7,5 tablet, prednicort 5 + 5/8 tablet, oxtin 3 tablet, dan codein 1,5 tablet). 3. Bahan yang telah diambil kemudian dimasukkan ke dalam blender, bahan obat yang berbentuk kapsul terlebih dahulu dikeluarkan dari cangkang kapsul kemudian dimasukkan ke dalam blender untuk dihaluskan hingga homogen dengan penambahan saccharum lactis secukupnya. 4. Dimasukkan serbuk homogen tersebut ke dalam pembungkus puyer sebanyak 15 bungkus yang dibagi secara merata. 5. Dikemas dan diberi etiket. d. Pengemasan Kemasan obat yang diserahkan harus dikemas rapih dalam kemasan yang cocok, sehingga terjaga kualitas obatnya. 1. Disiapkan puyer yang sudah diracik sebanyak 15 bungkus. 2. Dimasukkan ke dalam sak obat.

52

3. Dikemas dan diberi etiket dengan aturan pakai 3 kali sehari 1 bungkus sebelum makan. III.1.3.2 Etiket a. Etiket
Kimia Farma No.33 Jl.Hasanuddin No.38 Makassar Telp. 0411-3616722 Apoteker : Drs. Yuni asman, Apt No. SIPA : 446/209-04/SIPA/DKK/IX/2012 No. 001 Makassar, 02/10/2013 Vincent (2th) 3 x sehari 1 Bungkus Diminum sampai habis Biji/sendok sebelum/sesudah makan

III.1.3.3 Copy resep

APOTEK KIMIA FARMA 38 Jalan Sultan Hasanuddin No. 46, No.Telp (0411) 3616722 Apoteker : Yuni Asman. S.Si., Apt No. SIK : 446/209-04/SIPA/DKK/IX/2012 SALINAN RESEP Tgl. : 04/12/13 14011 Untuk : Vincent Dari dokter : Dr. Simon Tarigan, SpTHT. R/ Erysanbe chew 175 mg Sporetik 20 mg Inolin 1,5 mg Codein 2 mg Prednicort 4 tab Oxtin 1/5 tab m.f. pulv. No. XV S. 3 dd I pulv. Det. pcc ttd

No. :

53

III.1.4 Penyerahan Obat Sebelum menyerahkan obat kepada pasien, dilakukan pengecekan kembali kesesuaian nama pasien, alamat pasien, umur, obat (bentuk sediaan, dosis, jumlah obat), aturan pakai dan etiket. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemberian obat. Kemudian terlebih dahulu memperkenalkan diri sebagai seorang apoteker, lalu bertanya kepada pasien atau keluarga pasien (jika pasien anak-anak) dengan tahapan sebagai berikut: a. Keluhan pasien b. Apa yang dokter telah beritahukan mengenai obat yang telah diberikan terkait nama, jumlah dan aturan pakainya. c. Apa tujuan terapi dari dokter dengan anda (atau keluarga anda) meminum obat ini. Setelah mendapatkan informasi dari pasien, kemudian dilakukan penyerahan obat. Informasi yang diberikan dapat disampaikan langsung kepada pasien dan juga boleh kepada pihak keluarga atau seseorang yang mendampingi pasien, di mana informasi yang disampaikan antara lain: 1. Obat ini diberikan untuk mengatasi gangguan peradangan dan nyeri pada saluran nafas yang diakibatkan karena alergi serta infeksi pada saluran pernafasan. Obat ini diminum 3 kali sehari 1 bungkus sebelum makan. Obat ini diminum sampai habis meskipun sakit yang diderita telah sembuh.

54

2. Jika terjadi reaksi-reaksi yang tidak diinginkan seperti alergi selama pengobatan, hentikan pengobatan ini dan segera hubungi dokter atau apoteker.

55

III.2 Resep Psikotropik Kombinasi resep psikotropik dan narkotik

56

III.2.1 Skrining Resep 1. Persyaratan Administratif Bagian resep Inscriptio


Kelengkapan

Ada

Tidak ada

Keterangan
dr.Hj.Nurmaya S Magassing

Nama Dokter SIP Alamat Dokter Tanggal penulisan resep Nama obat

446/10.09/DU/DKK/I/2009 Jl. Kijang No.14 Makassar 04/12/2013

Prescriptio

Dosis

Jumlah yang diminta Subscriptio Paraf/tanda tangan dokter Signatura Nama pasien Umur pasien Alamat pasien Aturan pemakaian

R/ Codein HCl Ryzen Prednison Diazepam R/ Cefadroxil Codein HCl 20mg Ryzen 1 tab Prednison 10mg Diazepam 2mg Cefadroxil 500 mg 30 kapsul 20 kapsul -

H. M. Ali abbas SH. Dewasa


Komp. Perumahan Crysant

S 3dd 1 caps S 3dd 1 caps

57

Pada resep di atas tidak terdapat: a. Alamat pasien Pada resep tercantum alamat pasien namun kurang lengkap. Tidak terdapat blok dan nomor rumah secara spesifik. Oleh karena itu, ketika penerimaan resep hal ini harus ditanyakan kepada pasien mengenai alamta pasien secara lebih spesifik. Hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi kesalahan dalam penyerahan obat agar dapat segera ditangani. 2. Kesesuaian Farmasetik a. Kesesuaian bentuk sediaan Bentuk sediaan yang diberikan adalah kapsul. Pasien ini berumur dewasa, sehingga pemberian obat dengan bentuk sediaan kapsul sudah tepat. b. Kesesuaian dosis Dosis obat yang diberikan dalam racikan puyer adalah sebagai berikut: 1. Codein HCl 20 mg Dosis lazim sekali 10-20 mg, tiap 4-6 jam sesuai kebutuhan dan dosis lazim 30-60 mg perhari. Dosis maksimum sekali 30-60 mg dan dosis maksimum sehari 300 mg. Dosis yang diberikan dokter 20 mg sekali dan 60mg sehari. Hal ini sesuai dengan dosis untuk dewasa.

58

2. Ryzen 10 mg tablet Dosis lazim untuk dewasa dan anak 12 tahun : 10 mg per hari, anak 6-11 tahun : 5-10 mg per hari, anak 2-5 tahun : 2.5-5 mg perhari. Dosis yang diberikan oleh dokter adalah 10 mg sekali dan 30 mg sehari. Hal ini berarti dosis seharinya melewati dosis lazim untuk sehari sehingga membutuhkan perhatian pada penggunaannya. Terutama

kemungkinan terjadinya peningkatan efek samping yang akan dirasakan dan sangat mengganggu pada pasien. 3. Prednison tablet 10 mg prednison mengandung prednison 5 mg. Dosis pemeliharaan diperlukan dalam kondisi asma. Untuk terapi imunosupresif 100 - 200 mg per hari dapat diberikan. Dalam kondisi berbahaya bagi kehidupan seperti pemphigus vulgaris, lupus

eritematosus sistemik dan gangguan hemolitik akut, dosis tinggi hingga 100 mg per hari dapat diberikan. Dalam kondisi seperti status asmatikus, hingga 60 mg per hari dapat diberikan. Dosis yang diberikan dokter 10 mg sekali dan 30 mg sehari. Hal ini telah sesuai dengan dosis pada indikasi pasien.. 4. Diazepam 2 mg tablet Antiansietas, Antikonvulsan: (Dewasa) : 2-10 mg 2-4 kali sehari atau 15-30 mg sehari. DM sehari 30 mg. Dosis yang diberikan oleh dokter 2 mg sekali dan 6 mg sehari. Hal ini telah sesuai dengan perhitungan dosis pasien dewasa.

59

5. Cefadroxil tablet 500 mg Dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun: Dosis maksimal 4 gram/hari. Dosis yang diberikan oleh dokter 500 mg sekali dan 1,5 g sehari. Hal ini telah sesuai dengan dosis untuk pasien dewasa. c. Kesesuaian penulisan resep Penulisan jumlah obat psikotropika serta narkotik yang diminta dalam resep masih kurang sesuai karena penulisan jumlah obat racikan psikotropika selain ditulis dengan angka romawi, juga harus diikuti dengan nominal dalam bentuk kata untuk memastikan tidak ada penyalahgunaan pada resep tersebut. Sedangkan pada resep di atas, jumlah obat ditulis dengan angka romawi saja tidak diikuti dengan kata. Sehingga masih memungkinkan adanya penyalahgunaan pada jumlah obat yang diminta dalam resep tersebut.

3. Pertimbangan Klinis Berdasarkan resep racikan psikotropik dan narkotik tersebut, obat-obat yang diresepkan yaitu: codein HCl 20 mg yang diindikasikan untuk meredakan nyeri ringan sampai berat yang dialami pasien karena batuk. prednison termasuk golongan kortikosteriod yang digunakan untuk mengurangi radang pada saluran napas. Ryzen mengandung cetirizine yang diberikan sebagai antihistamin. Diazepam diberikan sebagai terapi penenang yang dapat mengurangi rasa ketidaknyamanan oleh pasien dikarenakan gangguan selama batuk. Pemberian antibiotika

60

cefadroxil kapsul dalam sediaan yang berbeda memiliki tujuan terapi untuk mengatasi infeksi pada saluran pernafasan. Pemberian antibiotika (cefadroxil) terpisah dengan obat simptomatik dalam satu racikan sudah tepat, karena penggunaan antibiotika yang harus diminum sampai habis, sementara

penggunaan obat-obat yang bersifat simptomatik dihentikan jika gejala telah hilang terutama obat simptomatik yang digunakan merupakan golongan narkotik dan psikotropik yang pada

penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan. Berdasarkan perhitungan dosis, salah satu obat yang terdapat dalam resep racikan tersebut berada diatas dosis lazim untuk pasien pada pemakaian sehari, sehingga perlu

mengkomunikasikan kepada dokter penulis resep mengenai peningkatan dosis yang diberikan dan memberikan saran mengenai penanganan obat dalam resep tersebut, terutama penggunaan secara kombinasi antara antialergi, narkotik, dan psikotropik yang dapat memberikan peningkatan efek samping yang sangat mengganggu pasien. Memberikan informasi kepada pasien

mengenai efek samping berlebihan yang dapat terjadi selama penggunaan obat seperti mengantuk, pusing,mual, dan gangguan pencernaan. Apabila efek samping tersebut terasa sangat

mengganggu, maka pasien sebaiknya mengkonsultasikan ulang pada dokter penulis resep.

61

III.2.2 Uraian Obat 1. Codein tablet (PT. Kimia Farma) a. Komposisi Setiap 1 tablet mengandung codein HCl 20 mg b. Indikasi Penanganan nyeri ringan hingga menengah dan untuk menekan batuk. c. Dosis Kodein sebaiknya diberikan dalam dosis terapeutik paling rendah dengan frekuensi seminimal mungkin untuk menghindari toleransi dan ketergantungan. Penurunan dosis diperlukan pada pasien yang beresiko tinggi mengalami efek samping yaitu pasien anak, pasien usia tua, dan pasien yang menerima depresan SSP lainnya. Dosis oral kodein untuk pasien dewasa dan anak usia 12 tahun atau lebih sebagai antitusif adalah 10-20 mg tiap 4-6 jam dan tidak melebihi 120 mg perhari. Dosis untuk anak usia 6-12 tahun yaitu 5-10 mg tiap 4-6 jam dan tidak melebihi 60 mg perhari. Dosis untuk anak usia 2-6 tahun yaitu 1 mg/kg perhari yang diberikan dalam 4 dosis terbagi atau tiap 4-6 jam. Berikut merupakan dosis oral kodein berdasarkan berat badan untuk anak, penyesuaian dosis peru dilakukan untuk anak dengan berat badan rendah. Dosis untuk anak usia 2 tahun (berat badan 12 kg) adalah 3 mg tiap 4-6 jam dan tidak melebihi 12 mg perhari. Dosis

62

untuk anak usia 3 tahun (berat badan 14 kg) adalah 3,5 kg tiap 4-6 jam dan tidak melebihi 14 mg perhari. Dosis untuk anak usia 4 tahun (berat badan 16 kg) adalah 4 mg tiap 4-6 jam dan tidak melebihi 16 mg perhari. Dosis untuk anak usia 5 tahun (berat badan18 kg) adala 4,5 mg tiap 4-6 jam dan tidak melebihi 18 mg perhari. Dosis untuk anak usia dibawah 2 tahun belum diketahui da penggunaannya pada pasien ini tidak direkomendasikan karena lebih peka terhadap efek depresi saluran napas yang disebabkan kodein, yang dapat mengakibatkan henti napas, koma, bahkan kematian. d. Kontraindikasi Hipersensitif terhadap opiat, obstruksi jalan napas bagian atas, asma akut, diare yang disebabkan oleh keracunan atau toksin. e. Perhatian Kehamilan (kategori C), dieksresikan pada air susu. Sebaiknya tidak diberikan pada anak usia dibawah 12 tahun karena lebih sensitif terhadap efek samping obat. Penggunaan obat harus disertai dengan perhatian khusus pada pasien alkoholisme akut, riwayat penyalahgunaan obat, gangguan saluran cerna, kolitis ulseratif, gangguan saluran napas, peningkatan tekanan

intrakranial, hipoksia, takikardi supraventrikular, syok hipovolemik, hipotiroidisme, dan gangguan pada saluran kemih. Penggunaan

63

pada pasien dengan gangguan fungsi hati dapat menyebabkan peningkatan durasi aksi obat dan membutuhkan penurunan dosis. f. Efek Samping Sistem kardiovaskular; hipotensi ortosatik, bradikardi, takikardi, syok. SSP; pusing, sedasi, disorientasi, inkoordinasi, euforia, delirium. Kulit; berkeringat, pruritus, urtikaria. Telinga, tenggorokan, mata, hidung; miosis. Saluran cerna; mual, muntah, konstipasi, nyerin abdominal, anoreksia, spasme saluran bilier. Sistem genitouria; retensi urin. Saluran napas; laringospasme, depresi refleks batuk, depresi pernapasan. Lainnya; toleransi,

ketergantugan fisiologi dengan pemakaian jangka panjang. g. Interaksi Kodein dapat menyebabkan potensiasi efek obat golongan agonis opiat, anastetik umum, hipnotik-sedatif, antidepresan trisiklik, inhibitor MAO, alkohol, dan depresan SSP lainnya. 2. Ryzen tablet (PT. inmark) a. Komposisi Tiap tablet mengandung ceterizine HCl 10mg. b. Bentuk sediaan Tablet c. Nama dagang Betarhin (Mahakam BF), Cerini (Sanbe), Cetinal (Kalbe Farma), Cetrixal (Sandoz), *Cirrus (UCB Pharma), Estin (Gracia

64

Pharmindo), Falergi (Fahrenheit), Histrine (Ferron), Incidal-OD (Bayer Schering Pharma), Intrizin (Interbat), Lerzin (Ifars), Ozen, (Pharos), Risina (Tempo SP), Rydian (Guardian Ph), Ryvel (Novell Pharma), Ryzen (UCB Pharma), Ryzicor ((Pharmacore), Ryzo (Soho), Tiriz (Lapi) d. Indikasi Cetirizine di indikasikan untuk orang-orang yang menderita gejala alergi seperti bersin, hidung gatal (rhinitis alergi)

menahun/musiman, mata gatal dan urtikaria (biduran). e. Farmakologi Cetirizine (()-[ 2 - [4 - [(4-chlorophenyl) fenilmetil] -1 - piperazinyl] ethoxy asam] asetat) adalah antagonis reseptor H1 dan merupakan antihistamin generasi baru yang kuat sebagai anti alergi tapi potensinya menimbulkan kantuk pada dosis lazim sangat rendah dan hampir tidak mempunyai aktifitas muskarinik. Seperti golongan anti alergi lainnya, cetirizine bekerja dengan cara memblokir dikeluarkannya histamine yang akan menimbulkan alergi pada tubuh. Gejala-gejala alergi dapat berupa bersin, gatal, mata gatal/berair, atau pilek. f. Dosis
Dewasa dan anak 12 tahun : 10 mg per hari, anak 6 11 tahun : 5-10 mg per hari, anak 2-5 tahun : 2,5 mg-5 mg per hari.

Penyesuaian dosis untuk pasien dengan gangguan ginjal dan hati : pada pasien umur 12 tahun dan orang dewasa dengan

65

penurunan fungsi ginjal (bersihan kreatinin 11-31 ml/menit), pasien dalam proses hemodialysis (bersihan kreatinin < 7 ml/menit) dan pada pasien gangguan fungsi hati, dosis anjuran adalah 5 mg sekali sehari. Pasien umur 6-11 tahun dengan gangguan fungsi ginjal dan hati juga harus digunakan dosis yang lebih rendah dari dosis anjuran. Karena tidak adanya informasi mengenai farmakokinetik dan keamanan penggunaan cetirizine pada anak <6 tahun dengan gangguan ginjal atau hati, maka penggunaan cetirizine tidak dianjurkan pada populasi pasien ini. g. Kontraindikasi Penderita yang hipersensitif terhadap cetirizine., Penderita penyakit ginjal berat., Wanita yang sedang menyusui, karena cetirizine diekskresikan melalui air susu. h. Efek samping Efek samping cetirizine Misalnya sakit kepala, pusing, mengantuk, agitasi, mulut kering, dan gangguan pencernaan. Pada beberapa pasien dapat terjadi reaksi hipersensitif termasuk reaksi kulit dan angioedema. i. Perhatian 1. Ketika menggunakan cetirizine harus berhati-hati ketika sedang mengemudi atau sedang melakukan pekerjaan yang memerlukan kewaspadaan. Jangan minum alkohol karena dapat meningkatkan

66

efek samping cetirizine. Katakan kepada dokter jika pada saat yang sama sedang menggunakan obat-obatan yang juga menimbulkan kantuk seperti obat flu, alergi lain, analgesik narkotika, obat-obatan golongan psikotropika dan obat-obat relaksan. 2. Resiko keamanan cetirizine terhadap sistem reproduksi

berdasarkan Food and Administration (FDA) termasuk kategori B, yaitu studi pada sistem reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin, tetapi studi terkontrol terhadap wanita hamil belum pernah dilakukan. Atau studi terhadap reproduksi binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping obat (selain penurunan fertilitas) yang tidak diperlihatkan pada studi terkontrol pada wanita hamil trimester I (dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester berikutnya) j. Interaksi obat Tidak ditemukan interaksi obat yang berarti secara klinik dengan teofilin (pada dosis rendah), azitromisin, pseudoefedrin,

ketokonazol atau eritromisin. Ada sedikit penurunan pada bersihan cetirizine jika diberikan bersama dengan teofilin dosis 400 mg. Dosis teofilin yang lebih besar mungkin akan menimbulkan efek yang lebih besar pula. k. Pemberian obat Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan. Diberikan bersama makanan jika terjadi gangguan saluran pencernaan

67

3. Prednison tablet (PT. Kimia Farma) a. Komposisi Setiap 1 tablet mengandung prednisone 5 mg. b. Nama Dagang Deltason (Pharos), Pehacort (Phapros) c. Indikasi Prednisone diindikasikan pada semua kondisi di mana terapi kortikosteroid kemungkinan akan bermanfaat . Ini termasuk gangguan akut hemolitik , gangguan alergi , asma , leukemia , thrombocytopenic purpura , penyakit celiac , resistensi insulin pada diabetes mellitus , imunosupresi , gangguan hati dan kolitis ulserativa. d. Kontraindikasi Ulkus peptikum , osteoporosis , psikosis atau psiko - neurosis berat. Mereka harus digunakan dengan hati-hati dengan adanya gagal jantung kongestif , pada pasien dengan diabetes mellitus , penyakit menular , gagal ginjal kronis , uremia dan pada orang tua. Tuberkulosis aktif atau mungkin laten adalah kontra - indikasi kecuali jumlah yang cukup dari obat anti - TBC yang cocok secara bersamaan diberikan . Administrasi simultan dari barbiturat atau fenitoin dapat mengurangi metabolisme efektivitas dan aksi prednisone antikoagulan dengan dapat

meningkatkan dimodifikasi .

68

e. Efek Samping 1. Gejala ketidak seimbangan mineral dan retensi cairan dengan efek konsekuen pada jantung dan ginjal cenderung terjadi dengan terapi prednisone seperti gejala " Sindrom Cushing ". mungkin terjadi namun terjadi terutama jika dosis tinggi yang diberikan untuk beberapa waktu. 2. Metabolisme protein mungkin akan terpengaruh mungkin

mengakibatkan keseimbangan nitrogen negatif. 3. Kadar gula darah akan naik dan glikosuria mungkin terjadi. Hal ini bisa menimbulkan masalah pada pasien diabetes atau berpotensi diabetes . 4. Dispepsia adalah efek samping yang umum dengan terapi prednison dan ulserasi lambung bisa terjadi. f. Peringatan dan perhatian 1. Perawatan harus diambil sedapat mungkin untuk menghindari penghentian mendadak pengobatan untuk menghindari

kemungkinan kelelahan adrenal dan kembalinya tiba-tiba penyakit yang dirawat. 2. Selama terapi dengan obat pengamatan lebih ditingkatkan terhadap tanda-tanda infeksi bakteri. g. Penyimpanan Simpan pada suhu kamar (25-30c), terlindung dari cahaya.

69

h. Dosis Dosis yang agak tinggi diberikan sebagai terapi pemeliharaan dalam kondisi asma. Untuk terapi imunosupresif 100-200 mg per hari dapat diberikan. Dalam kondisi berbahaya bagi kehidupan seperti pemphigus vulgaris, lupus eritematosus sistemik dan gangguan hemolitik akut, dosis tinggi hingga 100 mg per hari dapat diberikan. Dalam kondisi seperti status asmatikus, hingga 60 mg per hari dapat diberikan. 4. Diazepam Tablet (PT. Kimia Farma) a. Komposisi Setiap 1 tablet mengandung Diazepam 2 mg. b. Nama Generik Diazepam (Kimia Farma) c. Nama Dagang Stesolid (Actavis), Trazep (Fahrenheit), Valdimex (Mersifarma), Valisanbe (Sanbe), Valium (Roche). d. Farmakologi Mekanisme kerja benzodiazepin belum diketahui pasti, tapi efek obat disebabkan oleh penghambatan neurotransmitter g-

aminobutyric acid (GABA). Obat ini bekerja pada limbik, talamus, hipotalamus dari sistim saraf pusat dan menghasilkan efek ansiolitik, sedatif, hipnotik, relaksan otot skelet dan antikonvulsan.

70

Benzodiazepin dapat menghasilkan berbagai tingkatk depresi SSPmulai sedasi ringan sampai hipnosis hingga koma. e. Indikasi Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia, tambahan pada putus alkohol akut, status epileptikus, kejang demam, spasme otot. f. Kontra Indikasi Psikosis berat ( kelainan jiwa atas dasar kelainan organik atau gangguan emosi yang ditandai dengan kehancuran kepribadian dan kehilangan kontak dengan kenyataan, seringkali dengan delusi,halusinasi atau ilusi, Kehamilan dan Glaukoma. g. Efek samping 1. Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, rasa malas, vertigo, sakit kepala, mimpi buruk dan efek amnesia. 2. Efek lain : gangguan pada saluran pencernaan, konstipasi, nafsu makan berubah, penurunan atau kenaikan berat badan, mulut kering, rasa pahit pada mulut h. Dosis 1. Antiansietas, Antikonvulsan: (Dewasa) : 2-10 mg 2-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat sekali sehari.(anak-anak > 6 bulan) : 1-2,5 mg 3-4 kali sehari.

71

2. Relaksasi Otot Skelet (Dewasa) : 2-10 mg 3-4 kali sehari atau 1530 mg bentuk lepas lambat satu kali sehari. 2-2,5 mg 1-2 kali sehari diawal pada lansia atau pasien yang sangat lemah. i. Peringatan Pasien berusia lanjut, bayi baru lahir, penderita epilepsi, penyakit kardiovaskuler, hati, dan ginjal, insufisiensi pernapasan. j. Interaksi 1. alkohol dan anti depresan SSP lain dapat memperkuat efek dari diazepam 2. Kadar plasma sebagian benzodiazepine dinaikkan oleh fluoksamin k. Penyimpanan Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya 5. Cefadroxil kapsul (PT. Kimia Farma) a. Komposisi Setiap 1 kapsul mengandung cefadroxil 500 mg. b. Nama Generik cefadroxil (Kimia Farma) c. Farmakologi Cefadroxil adalah antibiotika semisintetik golongan sefalosforin untuk pemakaian oral. Cefadroxil bersifat bakterisid dengan jalan menghambat sintesa dinding sel bakteri. Cefadroxil aktif terhadap Streptococcus beta-hemolytic, Staphylococcus aureus (termasuk penghasil enzim penisilinase), Streptococcus pneumoniae,

72

Escherichia coli, Proteus mirabilis, Klebsiella sp, Moraxella catarrhalis.. d. Indikasi Cefat diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif, terutama untuk infeksi yang

disebabkan oleh bakteri gram-positif, bakteri anaerob dan beberapa bakteri gram-negatif seperti E. coli, Pr. mirabilis dan Klebsiella. 1. Infeksi saluran pernapasan : tonsilitis, faringitis, pneumonia, bronkitis, bronkiektasis, abses paru, empiema, pleuritis, sinusitis, otitis media. 2. Infeksi kulit dan jaringan lunak : limfangitis, abses, selulitis, ulkus dekubitus, mastitis, furunkulosis, erisipelas. 3. Infeksi saluran kemih dan kelamin : plelonefritis, sistitis, adneksitis, endometritis. 4. Infeksi lain : osteomielitis, artritis, septisemia, peritonitis, sepsis puerperium. Tidak dianjurkan untuk infeksi saluran pernafasan bagian atas dan otitis media yang disebabkan oleh H. Influenzae. e. Kontra Indikasi penderita yang hipersensitif terhadap cefadroxil atau sefalosporin lainnya.

73

f. Efek samping Cefat umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dapat terjadi : 3. Gangguan saluran pencernaan seperti kram perut, nyeri, mual, muntah, dan diare. 4. Reaksi hipersensitivitas seperti ruam kulit, merah-merah, dan gatal-gatal. 5. Gejala kolitis pseudomembran dapat timbul selama

pengobatan g. Dosis Dewasa: Dosis lazim 1 2 g per hari, diberikan dalam dua dosis terbagi setiap 12 jam atau 1 kali setiap 24 jam. 1. Infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih bagian bawah yang tidak terkomplikasi (sistitis): 1 2 g per hari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi. Infeksi saluran kemih lainnya 2 g per hari dalam dua dosis terbagi. 2. Infeksi kulit dan jaringan lunak 1 g per hari dalam dosis tunggal atau dalam dua dosis terbagi. 3. Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bawah. Infeksi

ringan, dosis lazim 1 g per hari terbagi dalam dua dosis (2 kali 500 mg). Infeksi sedang sampai berat, dosis yang dianjurkan 1 2 g per hari terbagi dalam dua dosis (500 mg 1 g setiap 12 jam).,Untuk faringitis dan tonsilitis yang disebabkan oleh

74

Streptokokus beta-hemolitikus grup A, dosisnya 1 g per hari dalam dua dosis terbagi diberikan selama 10 hari. Anak-anak : 25 50 mg/kg berat badan per hari dalam dua dosis terbagi. Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis harus disesuaikan (dengan cara menurunkan dosis per hari atau memperpanjang interval antara dua dosis) berdasarkan

kecepatan bersihan kreatinin untuk mencegah penimbunan obat.. h. Peringatan 1. Hati-hati bila Cefat diberikan pada penderita yang diketahui alergi terhadap penisilin karena adanya kemungkinan reaksi silang. 2. Penderita dengan gangguan fungsi ginjal, kolitis. Dapat

memberikan reaksi positif semu pada reaksi Coombs dan uji glukosa dalam urin bila digunakan larutan Benedict atau Fehling. 3. Penggunaan antibiotik Cefat jangka panjang dapat menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme yang tidak sensitif terhadap Cefat
4.

Keamanan penggunaan pada wanita hamil dan bayi prematur belum diketahui dengan pasti.

i. Interaksi 1. Obat-obat yang bersifat nefrotoksik dapat meningkatkan toksisitas sefalosporin terhadap ginjal.

75

2. Probenesid

menghambat

sekresi

sefalosporin

sehingga

memperpanjang dan meningkatkan konseentrasi obat dalam tubuh. 3. Alkohol dapat mengakibatkan disulfiram like reaction, jika diberikan 48 72 jam setelah pemberian sefalosporin. j. Penyimpanan Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya III.2.3 Penyiapan Obat III.2.3.1 Peracikan R/ Codein HCl 20 mg Ryzen 1 tablet prednison 10 mg Diazepam 2 mg m.f.caps dtd no. XXX S. 3 dd I caps R/ Cefadroxil 500 mg No. XX S. 3 dd 1 caps. a. Perhitungan bahan 1. codein HCl 20 mg = 20 mg x 30 20mg = 1 x 30 = 10 mg x 30 5mg = 2 mg x 30 2mg = 30 tablet

2. Ryzen 1 tablet 3. Prednison 10 mg

= 30 kapsul = 60 tablet

4. Diazepam 2 mg

= 30 tablet

5. Cefadroxil 500 mg kapsul 20 kapsul

76

b. Cara Peracikan Obat 1. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Disiapkan obat sesuai dengan perhitungan bahan (codein HCl 30 tablet, ryzen 30 tablet, prednison 30 tablet, diazepam 30 tablet). 3. Bahan yang telah diambil kemudian dimasukkan ke dalam blender untuk dihaluskan hingga homogen. Ditambahkan saccharum lactis secukupnya, kemudian dihomogenkan. 4. Dimasukkan serbuk homogen tersebut ke dalam 1 kertas perkamen 5. Dimasukkan kedalam cangkang kapsul sebanyak 30 kapsul yang dibagi secara merata menggunakan alat pengisi kapsul. 6. Dikemas dan diberi etiket. e. Pengemasan Kemasan obat yang diserahkan harus dikemas rapi dalam kemasan yang cocok, sehingga terjaga kualitas obatnya. 1. Disiapkan kapsul yang sudah diracik sebanyak 30 kapsul. 2. Dimasukkan ke dalam sak obat. 3. Dikemas dan diberi etiket dengan aturan pakai 3 kali sehari 1 bungkus sebelum makan. Pada resep yang mengandung obat antibiotic cefadroxil 500 mg tidak membutuhkan peracikan obat, sehingga yang dilakukan hanya mengambil obat sesuai yang tertera pada resep dan menyerahkannya kepada pasien. a) Cefadroxil 500 mg kapsul 1. Disiapkan Cefadroxil 500 mg kapsul sebanyak 20 tablet

77

2. Dimasukkan ke dalam sak obat 3. Dikemas dan diberi etiket dengan aturan pakai 3 kali sehari 1 kapsul serta diberi peringatan untuk diminum hingga habis.

III.2.3.2 Etiket
Apotek Kimia Farma No.33 Jl. Hasanuddin No. 38 Makassar Telp. 0411-3616722 Apoteker : Drs. Yuni Asman, Apt No. SIPA : 446/209-04/SIPA/DKK/IX/2012 No. 001 Makassar, 04/12/2013 H.M Ali Abbas SH 3 x Sehari 1 Biji/sendok sebelum /sesudah makan

Apotek Kimia Farma No.33 Jl. Hasanuddin No. 38 Makassar Telp. 0411-3616722 Apoteker : Drs. Yuni Asman, Apt No. SIPA : 446/209-04/SIPA/DKK/IX/2012 No. 001 Makassar, 04/12/2013 H.M Ali Abbas SH 3 x Sehari 1 Biji/sendok Dihabiskan sebelum /sesudah makan

78

III.2.3.3 copy resep

APOTEK KIMIA FARMA 38 Jalan Sultan Hasanuddin No. 46, No.Telp (0411) 3616722 Apoteker : Yuni Asman. S.Si., Apt No. SIK : 446/209-04/SIPA/DKK/IX/2012 SALINAN RESEP Tgl. : 04/12/13 Untuk : H.M Ali Abbas SH Dari dokter : dr. Hj. Nurmaya S Magassing R/ Codein HCl 20 mg Ryzen 1 tab Prednison 10 mg Diazepam 2 mg m.f. caps. dtd. No. XXX S. 3 dd I caps. Det. R/ Cefadroxil 500 mg caps. No. XX S. 3 dd I Det. Pcc. TTD

No. : 14011

III.2.4 Penyerahan Obat Sebelum menyerahkan obat kepada pasien, dilakukan pengecekan kembali kesesuaian nama pasien, alamat pasien, umur, obat (bentuk sediaan, dosis, jumlah obat), aturan pakai dan etiket. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemberian obat. Kemudian terlebih dahulu memperkenalkan diri sebagai seorang apoteker, lalu bertanya kepada pasien dengan tahapan sebagai berikut:

79

a. Keluhan pasien b. Apa yang dokter telah beritahukan mengenai obat yang telah diberikan terkait nama, jumlah dan aturan pakainya. c. Apa harapan dari dokter setelah anda meminum obat ini. Setelah mendapatkan informasi dari pasien, kemudian dilakukan penyerahan obat. Informasi yang diberikan dapat disampaikan langsung kepada pasien dan juga boleh kepada pihak keluarga atau seseorang yang mendampingi pasien, di mana informasi yang disampaikan antara lain: 1. Obat yang diberikan ada 2 macam yaitu obat batuk dan obat antibiotic 2. Obat pertama merupakan obat batuk merupakan racikan dalam kapsul sebanyak 30 kapsul. 3. Obat kedua merupakan obat antibiotic yaitu cefadroxil yang diberikan sebanyak 20 kapsul. 4. Obat pertama dan kedua diminum 3 kali sehari masing-masing 1 kapsul, sesudah makan. 5. Obat pertama diminum selama gejala batuk masih terjadi 6. Obat kedua harus diminum hingga habis walaupun gangguan saluran nafas (batuk) telah berhenti. 7. Jika terjadi reaksi-reaksi yang tidak diinginkan seperti rasa kantuk yang berlebihan selama penggunaan obat, hentikan pengobatan ini dan segera hubungi dokter atau apoteker.

You might also like