Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Basically, the objective of this research is to examine the factors that influence
information value of local government financial reporting. Information value refers to
reliability and timeliness, whereas factors that influence are human resource capacity,
information technology utilization, and accounting intern control.
Data collection was done by providing questionnaires to 73 heads and staffs of
SKPDs accounting department in Palembang City and Ogan Ilir District and also by
interviewing some of them. The collected data was processed using SPSS version 13.
The statistic method used to test the hypotheses was multiple linier regression.
Hypotheses testing results are as follows. First, information technology utilization
and accounting intern control have a positive and significant influence on reliability of
local government financial reporting, while human resource capacity has no influence.
Second, both of human resource capacity and information technology utilization have
positive and significant influence on timeliness of local government financial reporting.
Keywords: Local government financial reporting, Information value, Human resource
capacity, Information technology utilization, and Accounting intern control.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini
adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat
maupun
daerah.
Akuntabilitas
dapat
diartikan
sebagai
bentuk
kewajiban
Ada perbedaan antara pengertian pelaporan keuangan (financial reporting) dan laporan keuangan
(financial reports). Pelaporan keuangan yang meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan
penyampaian informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat, peraturan yang
berlaku termasuk PABU, dan mekanisma penyampaian informasi. Sedangkan laporan keuangan
merupakan medium dalam penyampaian informasi. Laporan keuangan pemerintah merupakan representasi
posisi keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh pemerintah.
Mengatakan bahwa informasi harus bermanfaat bagi para pemakai sama saja
dengan mengatakan bahwa informasi harus mempunyai nilai (Suwardjono, 2005).
Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut berpaut dengan keputusan yang
menjadi sasaran informasi. Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut dipahami
dan digunakan oleh pemakai. Informasi juga akan bermanfaat kalau pemakai
mempercayai informasi tersebut.
Kebermanfaatan (usefulness) merupakan suatu karakteristik yang hanya dapat
ditentukan secara kualitatif dalam hubungannya dengan keputusan, pemakai, dan
keyakinan pemakai terhadap informasi. Oleh karena itu, kriteria ini secara umum disebut
karakteristik kualitatif (qualitative characteristics) atau kualitas (qualities) informasi.
Adapun kriteria dan unsur-unsur pembentuk kualitas informasi yang menjadikan
informasi dalam laporan keuangan pemerintah mempunyai nilai atau manfaat
sebagaimana disebutkan dalam Rerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan terdiri
dari (PP No. 24 Tahun 2005): (a) relevan, (b) andal, (c) dapat dibandingkan, dan (d)
dapat dipahami.
Berbicara mengenai pelaporan keuangan dan nilai informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan pemerintah akan menimbulkan pertanyaan apakah pelaporan
keuangan pemerintah selama ini sudah memenuhi kriteria kualitas informasi yang
disyaratkan dalam peraturan perundang-undangan? Apakah laporan keuangan pokok
yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan
atas Laporan Keuangan (UU No 17 Tahun 2003) telah relevan, andal, dapat
dibandingkan, dan dapat dipahami?
Fenomena pelaporan keuangan pemerintah di Indonesia merupakan sesuatu hal
yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Dari berbagai tulisan yang berhasil di-download
dari internet, ternyata di dalam laporan keuangan pemerintah masih banyak disajikan
data-data yang tidak sesuai. Selain itu juga masih banyak penyimpangan-penyimpangan
yang berhasil ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dalam pelaksanaan audit
laporan keuangan pemerintah. Beberapa tulisan yang berhasil dihimpun adalah sebagai
berikut:
Pansus LPJ Gubernur Jawa Barat mempertanyakan sejumlah perbedaan data anggaran
yang dicantumkan dengan realisasi pada dinas-dinas terkait. Menurutnya, ada banyak
perbedaan terutama dalam data arus kas, misalnya, belanja modal sebesar Rp 580,5
miliar dengan rincian aset tetap dan aset tidak tetap (Pikiran Rakyat, 27 April 2004).
. Ketua BPK, Anwar Nasution sebelumnya mengatakan bahwa laporan keuangan
daerah banyak mengalami kebocoran. Dalam Hapsem tersebut BPK menemukan
adanya beberapa dugaan penyimpangan, antara lain pemberian tunjangan, honorarium,
insentif, bantuan keuangan sebesar Rp 517,35 miliar kepada DPRD, Sekretariat
DPRD, Kepala Daerah, Sekretaris Daerah, Muspida dan Badan Pengawas
Pembangunan yang tidak sesuai dengan ketentuan. Selain itu, BPK juga menemukan
adanya pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan sebesar Rp 211,48 miliar,
realisasi belanja Rp 621,29 miliar yang tidak dilengkapi bukti dan diduga
menyimpang, serta pembagian hasil pajak dan kewajiban pemerintah pusat dan
provinsi yang belum disalurkan sebesar Rp 436,09 miliar (Suara Karya, 17
Desember 2005).
Ketua Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) Anwar Nasution menilai laporan
keuangan Pemerintah Daerah banyak yang bermasalah bahkan tidak layak audit.
Anwar Nasution menyebutkan, permasalahan yang ditemukan diantaranya terkait
ketidakjelasan penyimpanan dana daerah dan penggunaan keuangan daerah dengan
boros yang tidak jelas keperluannya. Anwar Nasution juga mengkritik akuntabilitas
transparasi laporan keuangan Pemda masih sangat rendah (indosiar.com, 10 Januari
2007).
. Menurut Mardiasmo, dalam Pasal 33 UU No 33/2004 disebutkan bahwa Menkeu
berhak menunda penyaluran DAU bila pemda belum menyerahkan laporan sistem
keuangan daerah, termasuk APBD. Di tempat terpisah, Direktur Eksekutif Komite
Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Agung Pambudhi mendukung
kebijakan Depkeu tersebut. Setidaknya terdapat tiga alasan yang dapat dijadikan dasar
sanksi tersebut. Pertama, UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kedua, faktor
koordinasi nasional, yakni kondisi pelaporan perda APBD yang sering terlambat
sehingga mengganggu perekonomian nasional. Ketiga, faktor kepentingan daerah. Itu
juga bagi kepentingan daerah sendiri, agar pembangunan ekonominya segera bisa
dilaksanakan,tambah dia. (Koran SINDO, 25 Januari 2007).
Another issue was the time frame of APBD for all districts and cities in Indonesia,
only ten percent finished APBD on time. The delayed APBD has some impacts such as
delays in the General Allocation Fund (DAU) by Central Government (Adriansyah,
2006).
Berdasarkan fenomena tersebut dapat dinyatakan bahwa laporan keuangan
pemerintah masih belum seluruhnya memenuhi kriteria keterandalan dan ketepatwaktuan
(timeliness). Mengingat bahwa keterandalan dan ketepatwaktuan merupakan dua unsur
nilai informasi yang penting terkait dengan pengambilan keputusan berbagai pihak,
peneliti tertarik untuk meneliti hal apa yang mungkin mempengaruhi keterandalan dan
ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah.
Di dalam Konsep Standar Pemeriksaan Keuangan Negara pada bab Standar
Pekerjaan Lapangan Pemeriksaan Keuangan mengenai Pengendalian Intern disebutkan
bahwa sistem informasi yang relevan dengan tujuan laporan keuangan, salah satunya
adalah sistem akuntansi yang terdiri dari metoda dan catatan yang dibangun untuk
mencatat, mengolah, mengikhtisarkan, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa
maupun kondisi) untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas yang
bersangkutan (BPK RI, 2006). Sistem akuntansi sebagai suatu sistem informasi
membutuhkan manusia untuk menjalankan sistem yang ada. Untuk dapat menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas, maka kapasitas sumber daya manusia yang
melaksanakan sistem akuntansi sangatlah penting.
Saat ini secara bertahap pemerintah berpindah meninggalkan sistem akuntansi
single entry menjadi double entry karena penggunaan single entry tidak dapat
memberikan
informasi
yang
komprehensif
dan
mencerminkan
kinerja
yang
sesuangguhnya. Basis akuntansi yang diterapkan pun mengalami perubahan dari basis
kas (cash basis) ke basis akrual (accrual basis). Permasalahan penerapan basis akuntansi
bukan sekedar masalah teknis akuntansi, yaitu bagaimana mencatat transaksi dan
menyajikan laporan keuangan, namun yang lebih penting adalah bagaimana menentukan
kebijakan akuntansi (accounting policy), perlakuan akuntansi untuk suatu transaksi
(accounting treatment), pilihan akuntansi (accounting choice), dan mendesain atau
menganalisis sistem akuntansi yang ada. Kebijakan untuk melakukan aktivitas tersebut
tidak dapat dilakukan oleh orang (pegawai) yang tidak memiliki pengetahuan di bidang
akuntansi (Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik, 2006).
akuntansi hal tersebut menunjukkan bahwa volume transaksi keuangan pemerintah juga
menunjukkan kuantitas yang semakin besar dan kualitas yang semakin rumit dan
kompleks. Peningkatan volume transaksi yang semakin besar dan semakin kompleks
tentu harus diikuti dengan peningkatan kemampuan pengelolaan keuangan pemerintah
(Sugijanto, 2002). Untuk itu Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban untuk
mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan
kemampuan mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan Informasi Keuangan Daerah
kepada pelayanan publik. Kewajiban pemanfaatan teknologi informasi oleh Pemerintah
dan Pemerintah Daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang
Sistem Informasi Keuangan Daerah yang merupakan pengganti dari PP No. 11 Tahun
2001 tentang Informasi Keuangan Daerah.
Suatu teknologi informasi terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak,
manajemen data, dan jaringan (Wilkinson et al. (2000). Walaupun secara umum telah
banyak diketahui manfaat yang ditawarkan oleh suatu teknologi informasi antara lain
kecepatan pemrosesan transaksi dan penyiapan laporan, keakuratan perhitungan,
penyimpanan data dalam jumlah besar, kos pemrosesan yang lebih rendah, kemampuan
multiprocessing (Wahana Komputer, 2003), namun pengimplementasian teknologi
informasi tidaklah murah. Terlebih jika teknologi informasi yang ada tidak atau belum
mampu dimanfaatkan secara maksimal maka implementasi teknologi menjadi sia-sia dan
semakin mahal. Kendala penerapan teknologi informasi antara lain berkaitan dengan
kondisi perangkat keras, perangkat lunak yang digunakan, pemutakhiran data, kondisi
sumber daya manusia yang ada, dan keterbatasan dana. Kendala ini yang mungkin
menjadi faktor pemanfaatan teknologi informasi di instansi pemerintah belum optimal.
Belum optimalnya pemanfaatan teknologi informasi ini mungkin juga memiliki pengaruh
terhadap keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah.
dibarengi
dengan
mengorbankan
kualitas
lain
yaitu
keakuratan/presisi
melaksanakan suatu rangkaian tugas yang berkembang dari hasil pelatihan dan
pengalaman. Menurut Blanchard & Thacker (2004) dalam anonim, skill seseorang
tercermin dari seberapa baik seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan yang spesifik
seperti
mengoperasikan
suatu
peralatan,
berkomunikasi
efektif,
atau
Manfaat
Biaya Informasi
Nilai Informasi
Waktu
Gambar 1
Hubungan Biaya, Nilai, dan Waktu
Dari grafik yang menunjukkan hubungan antara biaya, nilai, dan waktu pengolahan
informasi, maka dapat diihat informasi yang memiliki nilai tinggi adalah informasi
yang disajikan dalam waktu yang cepat dan tepat. Untuk pemrosesan data manual
biasanya berlaku bahwa semakin cepat waktu yang diinginkan untuk pemrosesan,
maka biaya yang dibutuhkan akan semakin besar. Dengan bantuan komputer
pengolahan data bisa diatur sedemikian rupa sehingga informasi dapat disajikan tepat
waktu dan dengan biaya yang masih di bawah manfaat itu sendiri. Dengan kata lain,
kita bisa mengatur pengolahan data sehingga manfaat ekonomis sebuah informasi
dapat diperoleh secara maksimal.
2. Hubungan antara Biaya dengan Volume pemrosesan data menjadi informasi.
Biaya
Rata-rata
Manual
B
Mesin
Komputer
Volume Pemrosesan
Gambar 2
Hubungan Biaya dan Volume Pemrosesan
Tingginya biaya tenaga kerja manusia yang diperlukan dalam pemrosesan data membuat
pemrosesan secara manual kurang efektif jika ditinjau dari sisi volume dan biaya
pemrosesan. Pada Gambar 2 terlihat bahwa pemrosesan secara manual memiliki biaya
yang stabil pada angka yang cukup tinggi. Sementara dengan menggunakan mesin, meski
investasi awal lebih besar biayanya, namun pada perkembangannya akan dapat
mengurangi biaya pemrosesan dengan tetap menjaga volume. Sedangkan pengolahan
data dengan menggunakan komputer, akan dapat terus mengurangi biaya-biaya pada
posisi yang paling rendah dibandingkan dengan metoda pengolahan yang lain.
Dalam hubungannya dengan sistem informasi akuntansi, komputer akan
meningkatkan kapabilitas sistem. Ketika komputer dan komponen-komponen yang
berhubungan dengan teknologi informasi diintegrasikan ke dalam suatu sistem informasi
akuntansi, tidak ada aktivitas umum yang ditambah atau dikurangi. Sistem informasi
akuntansi masih mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data. Sistem masih
memasukkan
pengendalian-pengendalian
atas
keakurasian
data.
Sistem
juga
terhadap harta; (b) pemisahan fungsi organisasi yaitu pemisahan fungsi organisasi yang
saling berkaitan; (c) adanya jejak audit yang baik; dan (d) sumber daya manusia yang
optimal.
Sedangkan Mahmudi (2007) menyebutkan komponen penting yang terkait
dengan pengendalian intern akuntansi antara lain sebagai berikut.
a) Sistem dan prosedur akuntansi.
Sistem dan prosedur akuntansi keuangan daerah merupakan serangkaian tahap dan
langkah yang harus dilalui dalam melakukan fungsi akuntansi tertentu. Sistem dan
prosedur akuntansi pemerintah daerah paling sedikit meliputi (pasal 98 PP Nomor 58
tahun 2005): (1) sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas; (2) sistem dan
prosedur akuntansi pengeluaran kas; (3) sistem dan prosedur akuntansi aset; dan (4)
sistem dan prosedur akuntansi selain kas.
b) Otorisasi.
Otorisasi dalam sistem akuntansi pemerintah daerah sangat penting karena tanpa
sistem otorisasi yang baik, maka keuangan daerah sangat berisiko untuk terjadi
kebocoran. Sistem otorisasi menunjukkan ketentuan tentang orang atau pejabat yang
bertanggung jawab mengotorisasi suatu transaksi yang terjadi di pemerintah daerah.
Otorisasi tersebut bisa berbentuk kewenangan dalam memberikan tanda tangan pada
formulir dan dokumen tertentu. Tanpa otorisasi dari pihak yang berwenang maka
transaksi tidak dapat dilakukan, atau kalaupun ada transaksi tanpa otorisasi maka
transaksi tersebut dikategorikan tidak sah atau ilegal.
c) Formulir, dokumen, dan catatan.
Setiap transaksi yang terjadi di pemerintah daerah harus didukung dengan bukti
transaksi yang valid dan sah. Selain terdapat bukti yang valid dan sah, transaksi
tersebut harus dicatat dalam buku catatan akuntansi. Kelengkapan formulir dan
dokumen transaksi serta catatan akuntansi sangat penting dalam proses audit
keuangan.
d) Pemisahan tugas.
Fungsi-fungsi atau pihak-pihak yang terkait dalam suatu transaksi dalam suatu
transaksi harus dipisahkan. Suatu transaksi dari awal hingga akhir tidak boleh
ditangani oleh satu fungsi atau satu orang saja. Harus dipisahkan antara fungsi
pencatat uang serta pengotorisasi. Harus dilakukan pemisahan tugas secara tegas
dengan deskripsi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang jelas dalam rangka
menghindari terjadinya kolusi, kecurangan, dan korupsi.
1.6 Pengembangan Hipotesis
2.6.1 Hubungan Kapasitas Sumber Daya Manusia dan Nilai Informasi Pelaporan
Keuangan Pemerintah
PP Nomor 105 Tahun 2000 dan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 telah membawa
perubahan besar dan memberikan pendekatan baru dalam pengelolaan keuangan daerah.
Perubahan yang mendasar dalam PP Nomor 105 Tahun 2000 adalah terkait dengan
perubahan dalam sistem penganggaran, baik proses penganggarannya maupun bentuk
dan struktur APBD. Perubahan tersebut merupakan suatu perubahan yang bersifat
paradigmatik, sementara perubahan yang lebih bersifat pragmatik dan teknis operasional
diatur dalam Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, yaitu terkait dengan penatausahaan
keuangan daerah. Perubahan itu sudah sampai pada teknik akuntansinya yang meliputi
perubahan dalam pendekatan sistem akuntansi dan prosedur pencatatan, dokumen dan
formulir yang digunakan, fungsi-fungsi otorisasi untuk tujuan sistem pengendalian intern,
laporan, serta pengawasan (Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik, 2006).
Perubahan tersebut membutuhkan dukungan teknologi dan sumber daya manusia
yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi yang memadai. Penelitian mengenai
kesiapan sumber daya manusia subbagian akuntansi pemerintah daerah dalam kaitannya
dengan pertanggungjawaban keuangan daerah pernah dilakukan oleh Alimbudiono &
Fidelis (2004), Dinata (2004), Imelda (2005).
Temuan empiris dari penelitian mereka menunjukkan masih minimnya pegawai
berlatar
pendidikan
akuntansi,
belum
jelasnya
job
description,
dan
belum
Selain itu, rendahnya pemahaman pegawai terhadap tugas dan fungsinya serta
hambatan di dalam pengolahan data juga dapat berdampak pada keterlambatan
penyelesaian tugas yang harus diselesaikan, salah satunya adalah penyajian laporan
keuangan. Keterlambatan penyajian laporan keuangan berarti bahwa laporan keuangan
belum/tidak memenuhi nilai informasi yang disyaratkan, yaitu ketepatwaktuan.
Berdasarkan uraian tersebut penulis penulis menduga terdapat hubungan positif antara
kapasitas sumber daya manusia dengan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah
daerah dan hubungan tersebut dihipotesiskan:
H2a:
2.6.2
Pemasaran, Philip Kotler di Jakarta. Beliau mengakui bahwa bangsa Indonesia masih
belum mampu menggunakan secara maksimal Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK), walaupun teknologi tersebut telah tersedia (ANTARA News, 2007). Berdasarkan
uraian tersebut diduga terdapat hubungan positif antara pemanfaatan teknologi informasi
dengan keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah sehingga penulis
mengajukan hipotesis:
H1b: Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap keterandalan
pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Selain keterandalan hasil operasi dan kemampuan untuk mengurangi human
error, pemanfaatan teknologi informasi dalam pengolahan data diketahui memiliki
keunggulan dari sisi kecepatan. Suatu entitas akuntansi yang bernama pemerintah
daerah, sudah pasti akan memiliki transaksi yang kompleks dan besar volumenya.
Pemanfaatan teknologi informasi mesti akan sangat membantu mempercepat proses
pengolahan data transaksi dan penyajian laporan keuangan pemerintah sehingga laporan
keuangan tersebut tidak kehilangan nilai informasi yaitu ketepatwaktuan. Berdasarkan
uraian tersebut diduga terdapat hubungan positif antara pemanfaatan teknologi informasi
dengan ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah sehingga penulis
mengajukan hipotesis:
H2b:
2.6.3
Selanjutnya hipotesis yang diajukan penulis akan dibagi menjadi dua kelompok
dan pembagian didasarkan atas nilai informasi yang diuji, yaitu keterandalan dan
ketepatwaktuan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hipotesis pertama mengenai
hubungan variabel independen yaitu kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan
teknologi informasi, dan pengendalian intern akuntansi dengan variabel dependen
keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Dengan demikian hipotesis pertama
terdiri dari H1a, H1b, H1c. Berdasarkan ketiga hipotesis tersebut, penting juga diketahui
apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap keterandalan
pelaporan keuangan pemerintah daerah. Untuk itu dikembangkan hipotesis H 1d sebagai
berikut:
H1d:
H2c:
berpengaruh
positif
terhadap
ketepatwaktuan
pelaporan
dalam
penelitian
ini
adalah
yaitu
kepala
dan
staf
subbagian
Masing-masing variabel diukur dengan model skala Likert lima poin, yaitu (1) Sangat
Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Ragu-Ragu, (4) Setuju, dan (5) Sangat Setuju.
Responden diminta untuk menyatakan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya
terhadap pertanyaan yang diajukan sesuai dengan kondisi mereka yang sesungguhnya.
Definisi Operasional
Item Pertanyaan
1. Kapasitas
Sumber
Manusia
Laporan-laporan sering disediakan secara sistematis dan teratur, misal: laporan harian, laporan
mingguan, laporan bulanan, laporan semester, dan laporan tahunan (bila laporan jarang tersedia
berikanlah tanda pada angka satu).
3.
Laporan-laporan berikut disampaikan secara sistematis dan teratur
a.
Laporan realisasi semester pertama
b.
Laporan realisasi anggaran atau laporan perhitungan APBD
c.
Neraca
d.
Catatan atas Laporan Keuangan
analisis faktor adalah data matrik harus memiliki korelasi yang cukup (sufficient
correlation). Alat uji yang digunakan untuk mengukur tingkat interkorelasi tersebut
adalah Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA). Masingmasing instrumen harus memiliki nilai KMO MSA (Measure of sampling adequacy)
lebih dari 0.50 sehingga data yang dikumpulkan dapat dikatakan tepat untuk analisis
faktor (Hair et al., 2006).
Uji reliabilitas dilakukan dengan cara menghitung nilai cronbach alpha dari
masing-masing instrumen dalam suatu variabel. Nilai cut off untuk menentukan
reliabilitas suatu instrumen adalah nilai cronbach alpha lebih dari 0.60 (Nunnally, 1978).
3.5 Uji Asumsi Klasik
Uji
asumsi
klasik
dilakukan
untuk
menguji
normalitas,
heteroskedastisitas,
multikolinieritas, dan autokorelasi data penelitian (Hair et al., 2006; Gujarati, 2003).
3.6 Pengujian Hipotesis
Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh tiap variabel independen
terhadap variabel dependen. Persamaan regresi untuk menguji hipotesis-hipotesis yang
diajukan dinyatakan dengan model sebagai berikut:
KA = a + b1KSDM + b2PTI + b3PIA + e...............................(1)
KW = a + b1KSDM+ b2PTI + e................................................(2)
Keterangan:
KA
KW
: Konstanta
b1,b2,b3
: Koefisien regresi
KSDM
PTI
PIA
: error
Kapasitas Sumber
Daya Manusia
H1a
H1b
H1c
Keterandalan Pelaporan
Keterandalan
Keuangan Pemerintah
Laporan Keuangan
Daerah
H1d
Gambar 3a
Model Kedua
Kapasitas Sumber
Daya Manusia
Pemanfaatan Teknologi
Informasi
H2a
H2b
Ketepatwaktuan
Pelaporan Keuangan
Pemerintah Daerah
H2c
Gambar 3b
diuji dan dapat digunakan untuk dianalisis selanjutnya adalah sebanyak 73 kuesioner
(92,41%). Selanjutnya karakteristik sampel responden dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik Sampel (n=73)
Wilayah
Kota Palembang
(n=43)
Jumlah
%
Karakteristik
Usia
- 30 tahun
- 31 - 40 tahun
- 41 - 50 tahun
- 51 tahun
Jenis Kelamin
- Pria
- Wanita
Pendidikan
- SMA
- D3
- S1
- S2
Jabatan
- Kasubbag
- Staf
Masa Kerja
- 10 tahun
- 11 - 20 tahun
- 21 - 30 tahun
Total
Jumlah
13
11
15
4
30.2
25.6
34.9
9.3
5
12
11
2
16.7
40.0
36.7
6.7
18
23
26
6
24.7
31.5
35.6
8.2
23
20
53.5
46.5
15
15
50
50
38
35
52.1
47.9
6
30
7
14.0
69.8
16.3
4
1
22
3
13.3
3.3
73.3
10.0
10
1
52
10
13.7
1.4
71.2
13.7
17
26
39.5
60.5
12
18
40
60
29
44
39.7
60.3
20
12
11
46.5
27.9
25.6
12
8
10
40.0
26.7
33.3
32
20
31
43.8
27.4
42.5
4.1.2 Variabel
Statistik deskriptif tiap variabel dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Statistik Deskriptif Variabel
Mean
Median
Deviasi
Standar
Minimum
Maksimum
Keterandalan
4.31
4.43
0.69
1 .43
5.00
Ketepatwaktuan
4.13
4.33
0.85
2.00
5.00
4.23
4.40
0.69
1.40
5.00
3.96
4.00
0.72
1.38
5.00
4.39
4.43
0.63
1.86
5.00
Variabel
Hal ini karena ketujuh butir pertanyaan tersebut memiliki nilai loading factor di atas 0,40
pada dua komponen faktor yang berbeda.
Sedangkan hasil uji reliabilitas membuktikan bahwa besaran Conbrachs Alpha
untuk masing-masing variabel pengukur di atas 0,60. Hasil ini berarti bahwa kuesioner
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas yaitu reliabel (variabel
ketepatwaktuan dan kapasitas sumber daya manusia) dan sangat reliabel (variabel
keterandalan, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian intern akuntansi).
Hasil uji validitas dan reliabilitas disajikan dalam tabel 6.
Keterandalan
0.901
0.900
Ketepatwaktuan
0.712
0.784
0.622
0.798
0.726
0.808
0.809
0.880
Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati plot grafis
distribusi normal dan uji statistik dari distribusi residual. Uji statistik dilakukan dengan
Kolmogorov-Smirnov test (Hair et.al, 2006). Hasil uji mengindikasikan bahwa distribusi
residual adalah normal karena nilai Kolmogorov-Smirnov tidak signifikan (p>0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas dalam regresi terpenuhi.
4.3.2
Multikolinieritas
Uji multikolinearitas dibuktikan dengan nilai variance inflation factor (VIF) dan nilai
tolerance. Hasil pengujian menyatakan bahwa nilai VIF dan tolerance pada masingmasing variabel independen menunjukan angka lebih kecil dari 10 dan lebih besar dari
0,10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi linear penelitian ini tidak
terjadi multikolinearitas.
4.3.3
Autokorelasi
Heteroskedastisitas
Pengujian Hipotesis
Persamaan regresi
Hipotesis I
KA=0.055+0.015KSDM+0.193PTI+0.780
Kapasitas sumber
PIA+e
daya manusia,
Nilai Ftest
72.913 R2
=
pemanfaatan
0.760
teknologi
Signifikansi
0.000 Adjusted R2 =
informasi, dan
0.750
pengendalian
Artinya:
intern akuntansi
Variabel kapasitas sumber daya manusia,
berpengaruh
pemanfaatan teknologi informasi, dan
positif terhadap
pengendalian intern akuntansi secara
keterandalan
bersama-sama memiliki pengaruh positif
pelaporan
signifikan dengan nilai probabilitas 0.000
keuangan
< 0.05 terhadap keterandalan pelaporan
pemerintah
keuangan pemerintah daerah
daerah.
Persamaan regresi
Hipotesis II
KA=0.743+0.403KSDM+0.426PTI+e
Kapasitas sumber
22.638
R2
=
daya manusia dan Nilai Ftest
0.393
pemanfaatan
Signifikansi
0.000
Adjusted R2 =
teknologi
0.375
informasi,
Artinya:
berpengaruh
Variabel kapasitas sumber daya manusia
positif terhadap
dan pemanfaatan teknologi informasi
ketepatwaktuan
secara bersama-sama memiliki pengaruh
pelaporan
positif signifikan dengan nilai probabilitas
keuangan
0.000 < 0.05 terhadap ketepatwaktuan
pemerintah
pelaporan keuangan pemerintah daerah
daerah.
Sumber: diolah dari hasil penelitian
Pengujian secara
parsial
ttest
sig
Keputusan
KSDM
0.158
PTI
2.516
PIA
7.860
0.875
0.014
0.000
H1a = ditolak
H1b =
diterima
H1c =
diterima
KSDM
2.693
PTI
2.947
0.009
0.004
H2a =
diterima
H2b =
diterima
4.5 Diskusi
Hasil pengujian hipotesis H1a menunjukkan bahwa kapasitas sumber daya manusia tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan
pemerintah daerah. Ketidaksignifikanan ini mungkin disebabkan kondisi kapasitas
sumber daya manusia di subbagian akuntansi/tata usaha keuangan yang belum
mendukung. Dari hasil wawancara pada saat pengambilan kuesioner diperoleh informasi
bahwa sumber daya manusia di subbagian akuntansi/tata usaha keuangan yang ada di
Kota Palembang maupun di Kabupaten Ogan Ilir diakui masih sangat kurang dari sisi
jumlah maupun kualifikasinya. Dari sisi jumlah, beberapa satuan kerja yang ada hanya
memiliki satu pegawai akuntansi, yaitu the one and only kepala subbagian
akuntansi/tata usaha keuangan. Dari sisi kualifikasi, sebagian besar pegawai subbagian
akuntansi/tata usaha keuangan tidak memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan
hal ini terlihat dari data demografi responden. Uraian tugas dan fungsi subbagian
akuntansi/tata usaha keuangan yang ada juga masih terlalu umum (belum terspesifikasi
dengan jelas). Padahal fungsi dan proses akuntansi hanya dapat dilaksanakan oleh
pegawai yang memiliki pengetahuan di bidang ilmu akuntansi. Namun secara praktik di
lapangan kondisinya berbeda. Karena masih sangat sedikit jumlah akuntan atau pegawai
yang berpendidikan tinggi akuntansi, sementara peraturan perundang-undangan telah
mewajibkan setiap satuan kerja untuk menyelenggarakan akuntansi dan menyusun
laporan keuangan, maka pegawai yang ada yang diberdayakan. Kelemahan yang ada
diimbangi
dengan
mengikutsertakan
pegawai
dalam
pelatihan-pelatihan
yang
teknologi informasi, dan pengendalian intern akuntansi. Analisis ini dilakukan karena
adanya perbedaan kondisi pada kedua daerah dimana Pemerintah Kota Palembang
merupakan pemerintah daerah yang sudah lama terbentuk, sedangkan Pemerintah
Kabupaten Ogan Ilir merupakan pemerintah daerah yang baru terbentuk sebagai hasil
dari pemekaran Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda dengan menambah variabel dummy. Dalam melakukan pengujian dengan
variabel dummy, maka harus ditentukan kelompok yang diberi nilai dummy 0 disebut
excluded group dan kelompok yang diberi nilai dummy 1 disebut included group (Mirer,
1990 dalam Ghozali, 2005). Excluded group akan digunakan sebagai pembanding untuk
interpretasi koefisien parameter variabel dummy. Dalam penelitian ini Kota Palembang
diberi nilai 0 dan Kabupaten Ogan Ilir diberi nilai 1.
Dari hasil analisis regresi terlihat nilai koefisien dummy (variabel dependen
keterandalan) adalah sebesar 0,117 dan nilai t-test sebesar 1.402, sedangkan nilai
signifikansinya sebesar 0,166. Sedangkan nilai koefisien dummy (variabel dependen
ketepatwaktuan) adalah sebesar 0,009 dan nilai t-test sebesar 0,052, sedangkan nilai
signifikansinya sebesar 0,958. Hasil ini menunjukkan bahwa pelaporan keuangan
pemerintah Kabupaten Ogan Ilir lebih andal 11,7% dan lebih tepat waktu 0,9%
dibandingkan dengan pelaporan keuangan pemerintah Kota Palembang. Namun variabel
dummy wilayah dengan menggunakan tingkat sebesar 0,05 secara statistik tidak
signifikan, yang berarti tidak ada pengaruh variabel dummy wilayah terhadap variabel
keterandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan daerah. Ini berarti hasil yang
diperoleh tetap konsisten dengan hasil analisis pada pengujian hipotesis sebelumnya.
5. PENUTUP
5.1 Simpulan
pertama) dan nilai Ftest 22.638 dan probabilitas 0.000 < 0.05 (hipotesis kedua)
dengan nilai koefisien determinasi (adjusted R2) masing-masing 0.750 dan 0.375.
2. Dilihat dari nilai ttest dan probabilitasnya, hipotesis H1a yang diajukan tidak
terdukung karena ttest 0.158 dan probabilitas 0.875 > 0.05. Sedangkan hipotesis H2a
terdukung dengan nilai ttest 2.693 dan probabilitas 0.009 < 0.05.
3. Dilihat dari nilai ttest dan probabilitasnya, hipotesis H2a yang diajukan terdukung
dengan ttest 2.516 dan probabilitas 0.014 < 0.05. Hipotesis H2b juga terdukung
dengan nilai ttest 2.947 dan probabilitas
4. Dilihat dari nilai ttest dan probabilitasnya, hipotesis H1c yang diajukan terdukung
dengan ttest 7.860 dan probabilitas 0.000 < 0.05.
5. Hasil analisis sensitivitas menggunakan regresi linier dengan penambahan variabel
dummy wilayah menunjukkan bahwa pelaporan keuangan pemerintah Kabupaten
Ogan Ilir lebih andal 11,7% dan lebih tepat waktu 0,9% dibandingkan dengan
pelaporan keuangan pemerintah Kota Palembang.
5.2 Keterbatasan Penelitian
1.
Penelitian ini dilakukan hanya di dua wilayah Propinsi Sumatera Selatan, yaitu
Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir sehingga hasil penelitian belum dapat
digeneralisir ke semua objek. Dengan kata lain validitas eksternal dari hasil
penelitian ini masih rendah.
2.
Instrumen dan daftar pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini sebagian
besar dikembangkan sendiri oleh peneliti, selebihnya mengadopsi dari County of
Yolo dan Laporan Pengelolaan Keuangan Publik di Aceh yang merupakan hasil
Keterbatasan yang dirasa cukup mengganggu dalam penelitian ini adalah model
yang digunakan. Model yang digunakan dalam penelitian ini bukanlah model yang
telah teruji di dalam penelitian sebelumnya. Model penelitian ini dibangun atas
dugaan yang kuat akan hubungan variabel yang dihipotesiskan.
4.
misalnya dua nilai informasi lain yang belum diteliti yaitu dapat dibandingkan dan dapat
dipahami.
Beberapa saran untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Memperbesar jumlah sampel dan melengkapi metoda survai dengan wawancara
karena saat melakukan penelitian ini peneliti sempat mewawancarai beberapa
responden dan menemukan adanya perbedaan antara jawaban di kuesioner dan
jawaban secara lisan untuk pertanyaan/pernyataan yang sama.
2. Memperbaiki terlebih dahulu kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini atau
menggunakan kuesioner yang tingkat validitas dan reliabilitasnya lebih tinggi.
3. Terakhir, mempertimbangkan variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh
terhadap nilai informasi laporan keuangan, misalnya lokasi pemerintahan yang
terpadu karena dari hasil analisis sensitivitas dengan penambahan dummy wilayah
ditemukan bukti empiris bahwa laporan keuangan pemerintah Kabupaten Ogan Ilir
lebih andal dan tepat waktu bila dibandingkan dengan laporan keuangan pemerintah
Kota Palembang. Penelitian lanjutan dapat juga meneliti mengenai hubungan
keterandalan dan ketepatwaktuan karena antara keterandalan dan ketepatwaktuan
sendiri sering kali terjadi trade-off.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1
VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Validitas Keterandalan
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy.
Bartlett's Test of
Sphericity
Approx. Chi-Square
df
Sig.
.901
354.596
21
.000
Component Matrixa
KA1
KA2
KA3
KA4
KA5
KA6
KA7
Compone
nt
1
.880
.614
.781
.923
.904
.871
.655
Validitas Ketepatwaktuan
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy.
Bartlett's Test of
Sphericity
Approx. Chi-Square
df
Sig.
.712
70.819
3
.000
Component Matrixa
KW1
KW2
KW3
Compone
nt
1
.858
.832
.866
Approx. Chi-Square
df
Sig.
.622
151.781
10
.000
2
.844
.902
.799
.187
.193
.311
.163
.136
.843
.857
Approx. Chi-Square
df
Sig.
.726
280.322
28
.000
.599
-.040
.226
.674
.797
.769
.821
.803
2
-.090
.940
.917
.324
.198
.234
.003
.032
Approx. Chi-Square
df
Sig.
.809
281.899
21
.000
Component Matrixa
PIA1
PIA2
PIA4
PIA5
PIA6
PIA7
PIA8
Compone
nt
1
.662
.631
.789
.864
.882
.766
.791
Reliabilitas Keterandalan
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
.900
N of Items
7
Item-Total Statistics
KA1
KA2
KA3
KA4
KA5
KA6
KA7
Scale Mean if
Item Deleted
25.81
26.07
25.70
25.77
25.75
25.97
25.75
Scale
Variance if
Item Deleted
17.324
16.731
18.297
16.014
16.633
16.805
18.938
Corrected
Item-Total
Correlation
.814
.521
.687
.864
.835
.798
.561
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.875
.919
.888
.866
.870
.874
.900
Reliabilitas Ketepatwaktuan
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
.784
N of Items
3
Item-Total Statistics
KW1
KW2
KW3
Scale Mean if
Item Deleted
8.04
8.67
8.08
Scale
Variance if
Item Deleted
3.568
2.363
3.660
Corrected
Item-Total
Correlation
.657
.630
.673
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.690
.771
.685
N of Items
5
Item-Total Statistics
KSDM3
KSDM4
KSDM5
KSDM8
KSDM9
Scale Mean if
Item Deleted
16.71
16.90
17.14
17.12
16.67
Scale
Variance if
Item Deleted
7.624
7.449
7.870
8.415
9.196
Corrected
Item-Total
Correlation
.735
.684
.557
.462
.492
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.711
.724
.769
.798
.786
N of Items
8
Item-Total Statistics
PTI1
PTI2
PTI3
PTI4
PTI5
PTI6
PTI7
PTI8
Scale
Variance if
Item Deleted
29.574
26.886
23.344
25.459
25.177
25.347
26.795
26.082
Scale Mean if
Item Deleted
27.19
27.95
28.36
27.63
27.64
27.71
27.62
27.79
Corrected
Item-Total
Correlation
.348
.322
.559
.616
.651
.648
.576
.562
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.808
.823
.784
.773
.768
.769
.781
.781
N of Items
7
Item-Total Statistics
PIA1
PIA2
PIA4
PIA5
PIA6
PIA7
PIA8
Scale Mean if
Item Deleted
26.70
26.53
25.92
26.15
26.16
26.26
26.55
Scale
Variance if
Item Deleted
14.352
15.725
15.576
14.102
14.389
14.667
14.279
Corrected
Item-Total
Correlation
.562
.529
.691
.776
.807
.654
.706
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.881
.879
.862
.848
.846
.864
.857
LAMPIRAN 2
UJI ASUMSI KLASIK DAN UJI HIPOTESIS I
Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences
Unstandardiz
ed Residual
73
.0000000
.33617054
.051
.051
-.048
.440
.990
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Histogram
10
Frequency
0
-3
-2
-1
Mean = -2.86E-15
Std. Dev. = 0.979
N = 73
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
1
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
Rata-Rata Kapasitas
Sumber Daya Manusia
Rata-Rata Pemanfaatan
Teknologi Informasi
Rata-Rata Pengendalian
Intern Akuntansi
.392
2.550
.535
1.869
.415
2.411
Autokorelasi
Model Summaryb
Model
1
R
.872a
R Square
.760
Adjusted
R Square
.750
Std. Error of
the Estimate
.34340
DurbinWatson
1.904
Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
1
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
.782
.166
(Constant)
Rata-Rata Kapasitas
Sumber Daya Manusia
Rata-Rata Pemanfaatan
Teknologi Informasi
Rata-Rata Pengendalian
Intern Akuntansi
Standardized
Coefficients
Beta
t
4.721
Sig.
.000
.035
.053
.118
.665
.508
-.062
.044
-.217
-1.425
.159
-.096
.056
-.295
-1.704
.093
Scatterplot
-1
-2
-3
-6
-4
-2
Uji Hipotesis I
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
25.794
8.137
33.931
df
Mean Square
8.598
.118
3
69
72
F
72.913
Sig.
.000a
Model Summary
Model
1
R
.872a
R Square
.760
Adjusted
R Square
.750
Std. Error of
the Estimate
.34340
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Rata-Rata Kapasitas
Sumber Daya Manusia
Rata-Rata Pemanfaatan
Teknologi Informasi
Rata-Rata Pengendalian
Intern Akuntansi
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
.055
.292
Standardized
Coefficients
Beta
t
.190
Sig.
.850
.015
.093
.015
.158
.875
.193
.077
.203
2.516
.014
.780
.099
.719
7.860
.000
LAMPIRAN 3
UJI ASUMSI KLASIK DAN UJI HIPOTESIS II
Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences
Unstandardiz
ed Residual
73
.0000000
.66186922
.089
.055
-.089
.764
.604
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Histogram
20
Frequency
15
10
0
-3
-2
-1
Mean = 2.49E-15
Std. Dev. = 0.986
N = 73
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
1
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
Rata-Rata Kapasitas
Sumber Daya Manusia
Rata-Rata Pemanfaatan
Teknologi Informasi
.579
1.726
.579
1.726
Autokorelasi
Model Summaryb
Model
1
R
.627a
R Square
.393
Adjusted
R Square
.375
Std. Error of
the Estimate
.67126
DurbinWatson
1.924
Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
1
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
1.051
.306
(Constant)
Rata-Rata Kapasitas
Sumber Daya Manusia
Rata-Rata Pemanfaatan
Teknologi Informasi
Standardized
Coefficients
Beta
t
3.436
Sig.
.001
-.053
.089
-.092
-.599
.551
-.077
.086
-.137
-.893
.375
Scatterplot
-1
-2
-3
-5
-4
-3
-2
-1
Uji Hipotesis II
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
20.401
31.541
51.942
df
2
70
72
Mean Square
10.201
.451
F
22.638
Sig.
.000a
Model Summary
Model
1
R
.627a
R Square
.393
Adjusted
R Square
.375
Std. Error of
the Estimate
.67126
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Rata-Rata Kapasitas
Sumber Daya Manusia
Rata-Rata Pemanfaatan
Teknologi Informasi
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
.743
.514
Standardized
Coefficients
Beta
t
1.446
Sig.
.153
.403
.150
.330
2.693
.009
.426
.144
.361
2.947
.004
LAMPIRAN 4
REGRESI LINEAR BERGANDA DENGAN VARIABEL DUMMY
Model Summary
Model
1
R
.876a
R Square
.767
Adjusted
R Square
.753
Std. Error of
the Estimate
.34102
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
26.023
7.908
33.931
df
4
68
72
Mean Square
6.506
.116
F
55.941
Sig.
.000a
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Rata-Rata Kapasitas
Sumber Daya Manusia
Rata-Rata Pemanfaatan
Teknologi Informasi
Rata-Rata Pengendalian
Intern Akuntansi
Dum_Wilayah
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
.007
.292
Standardized
Coefficients
Beta
t
.024
Sig.
.981
-.011
.094
-.011
-.114
.910
.218
.078
.228
2.781
.007
.782
.099
.722
7.939
.000
.117
.084
.085
1.402
.166
Model Summary
Model
1
R
.627a
R Square
.393
Adjusted
R Square
.366
Std. Error of
the Estimate
.67609
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
20.402
31.540
51.942
df
3
69
72
Mean Square
6.801
.457
F
14.878
Sig.
.000a
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Rata-Rata Kapasitas
Sumber Daya Manusia
Rata-Rata Pemanfaatan
Teknologi Informasi
Dum_Wilayah
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
.740
.522
Standardized
Coefficients
Beta
t
1.418
Sig.
.161
.401
.155
.328
2.596
.012
.427
.150
.362
2.856
.006
.009
.166
.005
.052
.958
LAMPIRAN 5
STATISTIK DESKRIPTIF SAMPEL
Wilayah
Valid
Palembang
Ogan Ilir
Total
Frequency
43
30
73
Percent
58.9
41.1
100.0
Valid Percent
58.9
41.1
100.0
Cumulative
Percent
58.9
100.0
Usia
Valid
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
48
49
50
51
52
53
Total
Frequency
2
1
1
2
2
2
4
2
2
2
4
3
2
3
1
3
2
3
3
5
2
4
3
3
1
2
3
3
2
1
73
Percent
2.7
1.4
1.4
2.7
2.7
2.7
5.5
2.7
2.7
2.7
5.5
4.1
2.7
4.1
1.4
4.1
2.7
4.1
4.1
6.8
2.7
5.5
4.1
4.1
1.4
2.7
4.1
4.1
2.7
1.4
100.0
Valid Percent
2.7
1.4
1.4
2.7
2.7
2.7
5.5
2.7
2.7
2.7
5.5
4.1
2.7
4.1
1.4
4.1
2.7
4.1
4.1
6.8
2.7
5.5
4.1
4.1
1.4
2.7
4.1
4.1
2.7
1.4
100.0
Cumulative
Percent
2.7
4.1
5.5
8.2
11.0
13.7
19.2
21.9
24.7
27.4
32.9
37.0
39.7
43.8
45.2
49.3
52.1
56.2
60.3
67.1
69.9
75.3
79.5
83.6
84.9
87.7
91.8
95.9
98.6
100.0
Jenis Kelamin
Valid
Frequency
38
35
73
Pria
Wanita
Total
Percent
52.1
47.9
100.0
Valid Percent
52.1
47.9
100.0
Cumulative
Percent
52.1
100.0
Pendidikan
Valid
SMA
D3
S1
S2
Total
Frequency
10
1
52
10
73
Percent
13.7
1.4
71.2
13.7
100.0
Valid Percent
13.7
1.4
71.2
13.7
100.0
Cumulative
Percent
13.7
15.1
86.3
100.0
Jabatan
Valid
Kasubbag
Staf
Total
Frequency
29
44
73
Percent
39.7
60.3
100.0
Valid Percent
39.7
60.3
100.0
Cumulative
Percent
39.7
100.0
Masa Kerja
Valid
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
30
Total
Frequency
4
3
3
4
4
5
1
2
2
4
5
1
1
2
3
1
2
2
3
1
4
2
6
2
1
3
1
1
73
Percent
5.5
4.1
4.1
5.5
5.5
6.8
1.4
2.7
2.7
5.5
6.8
1.4
1.4
2.7
4.1
1.4
2.7
2.7
4.1
1.4
5.5
2.7
8.2
2.7
1.4
4.1
1.4
1.4
100.0
Valid Percent
5.5
4.1
4.1
5.5
5.5
6.8
1.4
2.7
2.7
5.5
6.8
1.4
1.4
2.7
4.1
1.4
2.7
2.7
4.1
1.4
5.5
2.7
8.2
2.7
1.4
4.1
1.4
1.4
100.0
Cumulative
Percent
5.5
9.6
13.7
19.2
24.7
31.5
32.9
35.6
38.4
43.8
50.7
52.1
53.4
56.2
60.3
61.6
64.4
67.1
71.2
72.6
78.1
80.8
89.0
91.8
93.2
97.3
98.6
100.0
LAMPIRAN 6
STATISTIK DESKRIPTIF VARIABEL
Statistics
Rata-Rata
Keterandalan
73
0
4.3053
4.4286
.68649
1.43
5.00
Valid
Missing
Mean
Median
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Rata-Rata
Ketepatwa
ktuan
73
0
4.1324
4.3333
.84936
2.00
5.00
Rata-Rata
Kapasitas
Sumber Daya
Manusia
73
0
4.2274
4.4000
.69467
1.40
5.00
Rata-Rata
Pemanfaatan
Teknologi
Informasi
73
0
3.9623
4.0000
.71979
1.38
5.00
Rata-Rata Keterandalan
Valid
1.43
2.43
2.57
3.00
3.29
3.43
3.57
3.71
3.86
4.00
4.14
4.29
4.43
4.57
4.71
4.86
5.00
Total
Frequency
1
1
1
1
1
1
1
6
5
9
3
4
4
3
8
12
12
73
Percent
1.4
1.4
1.4
1.4
1.4
1.4
1.4
8.2
6.8
12.3
4.1
5.5
5.5
4.1
11.0
16.4
16.4
100.0
Valid Percent
1.4
1.4
1.4
1.4
1.4
1.4
1.4
8.2
6.8
12.3
4.1
5.5
5.5
4.1
11.0
16.4
16.4
100.0
Cumulative
Percent
1.4
2.7
4.1
5.5
6.8
8.2
9.6
17.8
24.7
37.0
41.1
46.6
52.1
56.2
67.1
83.6
100.0
Rata-Rata
Pengendalian
Intern
Akuntansi
73
0
4.3875
4.4286
.63330
1.86
5.00
Rata-Rata Ketepatwaktuan
Valid
2.00
2.33
3.00
3.33
3.67
4.00
4.33
4.67
5.00
Total
Frequency
2
4
5
2
11
10
11
4
24
73
Percent
2.7
5.5
6.8
2.7
15.1
13.7
15.1
5.5
32.9
100.0
Valid Percent
2.7
5.5
6.8
2.7
15.1
13.7
15.1
5.5
32.9
100.0
Cumulative
Percent
2.7
8.2
15.1
17.8
32.9
46.6
61.6
67.1
100.0
Valid
1.40
1.60
2.60
3.20
3.40
3.60
3.80
4.00
4.20
4.40
4.60
4.80
5.00
Total
Frequency
1
1
1
2
3
2
8
9
7
7
12
13
7
73
Percent
1.4
1.4
1.4
2.7
4.1
2.7
11.0
12.3
9.6
9.6
16.4
17.8
9.6
100.0
Valid Percent
1.4
1.4
1.4
2.7
4.1
2.7
11.0
12.3
9.6
9.6
16.4
17.8
9.6
100.0
Cumulative
Percent
1.4
2.7
4.1
6.8
11.0
13.7
24.7
37.0
46.6
56.2
72.6
90.4
100.0
Valid
1.38
2.63
2.75
2.88
3.00
3.13
3.25
3.38
3.50
3.63
3.75
3.88
4.00
4.13
4.25
4.38
4.50
4.63
4.75
4.88
5.00
Total
Frequency
1
3
1
1
2
4
1
2
2
3
7
8
4
6
8
1
2
2
5
3
7
73
Percent
1.4
4.1
1.4
1.4
2.7
5.5
1.4
2.7
2.7
4.1
9.6
11.0
5.5
8.2
11.0
1.4
2.7
2.7
6.8
4.1
9.6
100.0
Valid Percent
1.4
4.1
1.4
1.4
2.7
5.5
1.4
2.7
2.7
4.1
9.6
11.0
5.5
8.2
11.0
1.4
2.7
2.7
6.8
4.1
9.6
100.0
Cumulative
Percent
1.4
5.5
6.8
8.2
11.0
16.4
17.8
20.5
23.3
27.4
37.0
47.9
53.4
61.6
72.6
74.0
76.7
79.5
86.3
90.4
100.0
Valid
1.86
2.14
3.57
3.71
3.86
4.00
4.14
4.29
4.43
4.57
4.71
4.86
5.00
Total
Frequency
2
1
1
1
5
6
5
6
10
6
10
10
10
73
Percent
2.7
1.4
1.4
1.4
6.8
8.2
6.8
8.2
13.7
8.2
13.7
13.7
13.7
100.0
Valid Percent
2.7
1.4
1.4
1.4
6.8
8.2
6.8
8.2
13.7
8.2
13.7
13.7
13.7
100.0
Cumulative
Percent
2.7
4.1
5.5
6.8
13.7
21.9
28.8
37.0
50.7
58.9
72.6
86.3
100.0
LAMPIRAN 7
Daftar Distribusi Kuesioner
Unit Kerja Pemerintah Kota Palembang
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Unit Kerja
BAPPEDA
BAPEDALDA
BKB-PK
Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan
Masyarakat
Sekretaris DPRD
Inspektorat
Dinas Kesehatan
Dinas Tata Kota
Dinas Pendidikan Nasional
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Dinas Informasi dan Komunikasi
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dinas Kesejahteraan Sosial
Dinas PBK
Dinas Pendapatan Daerah
Dinas Pekerjaan Umum
Bagian Keuangan Setda
Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi
Kantor Arsip
Kantor Pertanahan
Jumlah
Jumlah kuesioner
yang dibagikan
Jumlah kuesioner
yang dikembalikan
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
60
3
3
1
0
3
0
3
3
3
3
3
0
3
3
3
0
46
3
3
1
0
3
0
1
3
3
3
3
0
3
3
3
0
43
LAMPIRAN 8
Daftar Distribusi Kuesioner
Unit Kerja Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir
No.
Unit Kerja
Jumlah kuesioner
yang dibagikan
Jumlah kuesioner
yang dikembalikan
Jumlah kuesioner
yang dapat digunakan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
BAPPEDA
Badan Kesatuan Bangsa Politik
Badan Kepegawaian Daerah dan Diklat
Dinas PU Cipta Karya
Dinas Kesehatan
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Dinas Pendapatan Daerah
Dinas Pertambangan Energi dan Lingkungan Hidup
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
Dinas Pendidikan Nasional
Dinas Peternakan dan Perikanan
Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi dan PKM
Dinas Kesejahteraan Sosial dan KB
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Dinas Tata Kota
Kantor Kebersihan Kota dan Pengelolaan Pasar
Kantor Catatan Sipil dan Mobduk
Kantor Polisi Pamong Praja
Kantor Pariwisata Seni Budaya Pemuda dan Olahraga
Jumlah
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
57
3
3
0
3
3
3
0
3
1
3
0
3
1
2
1
0
2
1
1
33
1
3
0
3
3
2
0
3
1
3
0
3
1
2
1
0
2
1
1
30
62