You are on page 1of 10

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stress merupakan bagian yang tak terhindar dari kehidupan.

Stress atau kecemasan mempengaruhi setiap orang dalam semua kelompok umur. Kecemasan di kalangan mahasiswa dapat terjadi karena tekanan proses pembelajaran ataupun pergaulan. (Needeleman 2004), Kecemasan tersebut dapat menimbulkan perilaku negatif. Menurut Menurut Needeleman (2003) kecemasan dapat menjadi salah satu factor pencetus dalam terjadinya perilaku merokok pada kalangan laki-laki remaja. Ini sangat perihatin karena bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan secara jelas. Tandra (2003) Menyatakan bahwa terjadi peningkatan jumlah perokok di Indonesia meskipun telah mengetahui dampak buruk merokok bagi kesehatan. Meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia menyebabkan masalah merokok menjadi lebih serious. ( Tulakom dan Bonnet 2003) (BEBEB INI NI PAKE KATA-KATA SENDIRI LHO..BIAR GA KELIHATAN KOPAS..JADI KLO AGAK GEJE MAHLUM..DAN SEBENERNYA NEEDELEMAN GA ADA TUH BILANG FACTOR PENCETUS MEROKOK KECEMASAN,,DIA CUMAN BILANG KECEMASAN BISA NYEBABIN PERILAKU NEGATIF) Indonesia adalah salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia. Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara dengan tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia. Indonesia mengalami peningkatan tajam konsumsi tembakau dalam 30 tahun terakhir: dari 33 milyar batang per tahun di tahun 1970 ke 217 milyar batang di tahun 2000. Antara tahun 1970 dan 1980, Konsumsi meningkat sebesar 159 %. Faktor-faktor yang ikut berperan adalah iklim ekonomi yang positif dan mekanisasi produksi rokok di tahun 1974. Antara tahun 1990 dan 2000, peningkatan lebih jauh sebesar 54% terjadi dalam konsumsi tembakau walaupun terjadi krisis ekonomi. (Depkes RI) Hampir satu dari tiga orang dewasa merokok. Prevalensi merokok di kalangan orang dewasa meningkat ke 31,5% pada tahun 2001 dari 26,9 % pada tahun 1995 Lebih dari 6 dari 10 pria merokok, namun sedikit wanita yang merokok. Pada tahun 2001, 62,2% dari pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4 % pada tahun 1995. Hanya 1,3% wanita dilaporkan merokok secara teratur pada tahun 2001. (Depkes RI) Lebih banyak pria di pedesaan yang merokok. Prevalensi merokok di kalangan pria dewasa di pedesaan adalah 67,0 % dibandingkan dengan 58,3 % di perkotaan. 73% pria tanpa pendidikan formal merokok. Lebih dari 7 dari 10 (73%) pria tanpa pendidikan formal merokok, dibandingkan dengan 44,2% pada mereka yang tamat SLTA. (Depkes RI) Pria berpenghasilan rendah prevalensi lebih tinggi namun konsumsi lebih rendah. Makin rendah penghasilan, makin tinggi prevalensi merokoknya. Sebanyak 62,9% pria berpenghasilan rendah merokok secara teratur dibandingkan dengan 57,4% pada pria berpenghasilan tinggi. Namun pendidikan yang lebih tinggi berarti konsumsi yang lebih tinggi pula. Pria berpenghasilan tinggi merokok sekitar 12,4 batang per hari dibandingkan dengan 10,2 batang pada pria berpenghasilan rendah. (Depkes RI) Sebagian besar (68,8%) perokok mulai merokok sebelum umur 19 tahun, saat masih anak-anak atau remaja. Rata-rata umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada tahun 1995 menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi pria perokok meningkat cepat

setelah umur 10 sampai 14 tahun. Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan bertambahnya umur: dari 0,7% (10-14 tahun), ke 24,2 % (15-19 tahun), melonjak ke 60,1 % (20-24 tahun). (Depkes RI) Remaja pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% antara 1995 dan 2001 lebih tinggi dari kelompok lain manapun. Menurut Smet (1994) konsumsi rokok yang terjadi pada seseorang dapat dibedakan menjadi perokok ringan, perokok sedang, perokok berat dan perokok sangat berat. Perokok ringan menghabiskan sekitar 1-4 batang rokok setiap hari. Perokok sedang menghabiskan rokok 5-14 batang setiap hari. Perokok berat merokok lebih dari 15 batang perhari. Menurut Dian (2004) Kecemasan dalam remaja dan mahasiswa akan mendorong seseorang untuk mulai merokok karena mereka menganggap bahwa merokok dapat mengendorkan urat syaraf, relaksasi, mengurangi ketegangan, memudahkan berkonsentrasi dan dapat membantu dalam menghadapi permasalahan sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Komasari dan Helmi menyatakan bahwa kepuasan psikologis merupakan faktor terbesar dalam perilaku merokok. Hasil dari penelitian ini juga di dapatkan bahwa stress adalah kondisi yang paling banyak menyebabkan perilaku merokok. Konsumsi rokok ketika stress merupakan upaya- upaya pengatasan masalah yang bersifat emosional atau sebagai kompensatoris kecemasan yang di alihkan terhadap perilaku merokok. Peran dari tenaga kesehatan dapat membantu mengatasi perilaku morokok yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. 1.2 Rumusan Masalah Bedasarkan later belakang di atas maka memberi dasar peneliti untuk meneliti tentang
hubungan antara tingkat kecemasan dengan konsumsi rokok pada Mahasiswa UII.

1.3 Tujan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk menilai hubungan antara tingkat kecemasan dengan konsumsi rokok pada
mahasiswa UII

1.3.1 Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Untuk Mengetahui tingkat kecemasan pada Mahasiswa UII 2. Mengetahui jumlah konsumsi rokok pada mahasiswa UII 3. Mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan jumlah konsumsi rokok pada mahasiswa UII

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan tentang hubungan kecemasan dan konsumsi rokok pada mahasiswa UII dan dapat menambahkan pengalaman kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik. 2. Bagi Responden Dapat memberikan masukan dan informasi pada mahasiswa kedokteran agar dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan akibat stres dan perilaku merokok pada mahasiswa UII. 3.Bagi fakultas kedokteran UII Dapat dijadikan sebagai masukan dan informasi kepada institusi fakultas kedokteran sehingga dapat meningkatkan kesadaran agar dapat melakukan kegiatan seperti konselling yang berfokus kepada mahasiswa yang merokok dan kepada keadaan psikologisnya sehingga mahasiswa tersebut dapat di bantu.

Keaslian penelitian?

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori dan Konsep Terkait 1. Kecemasan a. Pengertian Cemas atau ansietas merupakan suatu perasaan khawatir yang samar-samar, sumbernya sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu tersebut. Keadaan emosi ini merupakan pengalaman yang subjektif (12). Kecemasan merupakan suatu manifestasi seseorang akibat adanya konflik dalam batinnya. Munculnya kecemasan ada yang disadari oleh orang yang mengalami kecemasan. Misalnya perubahan suasana hati secara perlahan.sakit kepala yang berkepanjangan akibat tegangya urat saraf, sakit perut, munculnya ketidaksadaran dalam menyelesaikan tugas dan kehilangan konsentrasi dalam menyelesaikan suatu masalah (13,14). Gejala ini jika disadarisedikit demi sedikit dapat diselesaikan. Namun jika di biarkan akan mengakibatkan keadaan yang lebih buruk seperti susah tidur (insomnia), kulit wajah berminyak, rambut rontok dan dapat berlanjut menjadi depresi yang kronik (13). b. Rentang Respon Kecemasan Rentang respon kecemasan dapat dikonseptualisasikan dalam rentang respon koping yang digambarkan pada model keperawatan dan fenomena sehat sakit. Respon kecemasan dapat digambarkan dalam rentang respon adaptif sampai maladaptif. Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat konstruktif dan destruktif. Konstruktif : motivasi individu untuk belajar, menjaga perubahan terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman. Dekstuktif : menimbulkan tingkah laku maladaptif, disfungsi yang mengangkut kecemasan berat dan panik (15). c. Tingkat Kecemasan Kecemasan dapat dibagi menjadi empat tingkat yaitu (12): 1) Kecemasan ringan Kecemasan yang berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan keahlian persepsinya. Kecemasan dapat memitivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan.

2) Kecemasan sedang Kecemasan yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Orang tersebut mengalami perhatian selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. 3) Kecemasan terarah Kecemasan ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. 4) Panik Kecemasan yang berhubungan dengan terpengaruh, ketakutan dan teror. Kehilangan kendali dapat menyebabkan orang tersebut mengalami panik sehingga tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Seseorang dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan dan kematian. d. Teori Predisposisi dan Presipitasi Kecemasan 1) Teori predisposisi Beberapa teori yang mengemukakan faktor prndukung (prediposisi) terjadinya kecemasan antara lain (13): a) Teori psikoanalitik Menurut pandangan psikoanalitik, kecemasan terjadi karena adanya konflik yang terjadi antara emosional elemen kepribadian yaitu id, ego, dan super ego. Id mewakili insting, superego mewakili hati nurani sedangkan ego mewakili konflik yang terjadi antara kedua elemen yang bertentangan. b) Teori interpersonal Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. c) Teori behavior

Berdasarkan teori behavior (perilaku),kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. d) Teori perspektif keluarga Kajian keluarga menunjukan pola interaksi yang terjadidi dalam keluarga. Kecemasan menunjukan adanya interaksi yang tidak adaptif dalam sistem keluarga. e) Teori perspektif biologi Kesehatan umum seseorang menurut pandangan biologis merupakan faktor predisposisi timbulnya kecemasan. 2) Teori presipitasi Beberapa faktor pencetus (presipitasi) yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan antara lain (12) : a) Ancaman terhadap integritas biologi seperti : penyakit, trauma fisik, pembedahan yang akan dilakukan. b) Ancaman terhadap konsep diri seperti : proses kehilangan, perubahan peran, perubahan lingkungan atau status sosial ekonomi.

e.

Stressor pencetus Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal yang ditafsirkan lain karena adanya distorsi persepsi dari realitas lingkungannya. Kecemasan dapat muncul bila individu tidak mampu mengatasi stres psikologi. Keadaan stres dapat bersumber dari frustasi, konflik, tekanan atau krisis. Frustasi dapat timbul apabila individu sedang beresiko mencari kebutuhan atau tujuan tetapitetapi mendadak timbul halangan atau aral melintang yang menimbulkan stres. Konflik terjadi apabila individu tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam kebutuhan atau tujuan. Tekanan dapat timbul karena akumulasi dari masalah sehari-hari. Krisis dapat terjadi apabila indivdu mengalami suatu permasalahan yang tidak terselesaikan dan pengalaman yang meningkatkan kecemasan dan ketidakmampuan fungsi seperti kematian, kecelakaan dan masuk sekolah pertama kali (16).

f.

Stres dan Adaptasi

Setiap orang pastinya pernah mengalami stres. Stres merupakan suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang dan mengancam keseimbangan seseorang. Perubahan atau stimulus yang membangkitkan keadaan tersebut yaitu stresor. Sifat stresor yang mempengaruhi remaja dapat berbeda-beda. Suatu kejadian atau perubahan yang mengakibatkan stres pada seorang remaja bisa saja tidak berpengaruh pada orang lain. Selain itu, suatu kejadian yang dapat menyebabkan stres pada suatu kesempatan dan tempat, bisa saja tidak mempengaruhi orang yang sama pada kesempatan dan tempat yang lain. Seseorang akan menilai dan mengatasi suatu stres dengan cara mengubah situasi yang ada tujuannya adalah untuk beradaptasi atau penyesuaian terhadap perubahan sehingga remaja merasa berada kembali pada keadaan semula (12). g. Kecemasan Remaja Masa remaja ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan fisik dan perkembangan kejiwaan. Permasalahan yang dihadapi remaja dapat disebabkan oleh kondisi remaja sedang mencari nilai-nilai baru dalam hidupnya dan kemungkinan bertolak belakang dengan normanorma yang berlaku dalam keluarga maupun masyarakat. Hal inilah yang dapat menyebabkan remaja berada pada kondisi yang labil dan emosional (24). Remaja yang mulai berada pada proses perkembangan tersebut mempunyai kebutuhan-kebutuhan rasa aman, rasa sayang dan kebutuhan rasa harga diri. Setiap orang mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang perlu dipenuhi, jika tidak maka akan terjadi goncangan. Pada prinsipnya manusia ingin memenuhi kebutuhan dengan cara yang dia pilih. Apabila kebutuhan itu tidak dipenuhi maka individu (remaja) akan mengalamisuatu problema. Kemungkinan remaja akan mengalami kecemasan, frustasi sampai depresi atau perilaku yang dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain (25). Kecemasan pada remaja berhubungan dengan perubahan emosional yang terjadi setiap saat. Remaja yang tidak dapat beradaptasi terhadap kecemasan positif maka kehidupan sosialnya akan terganggu. Kecemasan pada remaja ada beberapa tipe, yaitu kecemasan akan perpisahan, kecemasan sosial, kecemasan umum, dan stres pasca traumatik (23). Kecemasan akan perpisahan yaitu remaja berpikiran bahwa sesuatu hal atau peristiwa yang tidak baik akan menimpa pada kedua orang tuanya atau kerabat dekatnya, seperti perceraian orang tua, dan kehilangan orang terdekat. Kecemasan sosial yaitu remaja merasa malu dan ragu-ragu dalam berhubungan dengan orang lain. Remaja berusaha untuk

menghindari keramaian, pesta, menjawab telepon dan takut membeli sesuatu yang ada di toko besar atau ramai. Mereka sering mengalami kesukaran dalam berinteraksi dengan orang lain (23). Kecemasan umum yaitu remaja mengalami cemas yang berlebihan. Remaja cemas akan stres tu yang berhubungan dengan pekerjaan atau tugas sekolah. Mereka sering berulangkali menanyakan untuk meyakinkan dirinya supaya hatinya tentram. Stres paska traumatik yaitu remaja mengalami trauma akibat dari pengalaman atau pernah menimpa pada dirinya dan biasanya ditandai dengan mimpi buruk dan ketakutan (23). 2. Rokok a. Pengertian Rokok Rokok adalah hasil olahan tembakau termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (17). b. Kandungan Rokok Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan. Dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik (1). Beberapa zat yang terdapat dalam asap rokok antara lain : 1) Nikotin Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirolidin yang terdapat dalam Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang bersifat adiktif (dapat mengakibatkan ketagihan). Nikotin mempunyai rumus C10H14N2 (18). Nikotin yang masuk akan diterima oleh reseptorasetil kolinnikotinik yang kemudian membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat, memicu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasakan lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementaranya di jalur andrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan serotonin. Meningkatnya serotonin menimbulkan rasa senang sekaligus keinginan merokok lagi (1). 2) Tar Tar adalah kumpulan dari ribuan bahan kimia dalam komponen padat asap rokok setelah dikurangi nikotin dan air (17). Tar merupakan senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik (1).

3) Racun-racun berbahaya Sebatang rokok mengandung kurang lebih delapan belas racun, diantaranya gas karbon monoksida (CO, nitrogen oksida, amonia,benzene, metanol, perilen, hidrogen sianida, akrolein, asetilen, benzaldehid, arsenikum, benzopiren, uretan, koumarin, ortokresol, dan lain-lain (19). Selain zat-zat yang berasal dari tembakau dan asap tembakau, ada sekitar 600 zat aditif yang ditambahkan ke dalam rokok. Zat aditif yang ditambahkan dalam rokok antara lain ekstrak kopi, coklat, mentol, gula, vanila, dan perasa. Bahan tambahan itu menambah rasa tetapi juga memiliki efek yang buruk. Coklat misalnya, ketika terbakar akan menghasilkan gas bromid yang melebarkan jalan udara di paru-paru dan mengakibatkan meningkatnya daya serap nikotin (19). c. Bahaya Rokok Rokok merugikan kesehatan tidak hanya bagi orang yang merokok tetapi juga bagi orang yang menghirup asap rokok (19). Dalam asap rokok terdapat zat-zat berbahaya yang dapat berakibat buruk pada kesehatan (1). Rokok dapat memberikan dampak pada paru-paru, jantung, pembuluh darah, pada kehamilan, impotensi dan terjadinya kanker (18).

DAFTARPUSTAKA DEPKES RI Efendi, M. Kebiasaan Merokok di Kalangan Siswa (Studi Kasus Tiga SMK di Kota Malang). Jurnal Ilmu Pendidikan, tahun 30, 2, Juli 2003, hal. 136144.http://www.google.com/cognitive behavior therapy/htm.
Dian K, Avin F. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. SKRIPSI UGM dan UII Yogyakarta. http://google.com/perilakumerokok/pdf

You might also like