You are on page 1of 16

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A.

ASI (Air Susu Ibu)

A. 1. Fisiologi Laktasi Dan Fungsi Prolaktin Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik kelenjar payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah untuk mencegah sekresi sesungguhnya dari air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin mempunyai efek yang berlawanan, yaitu meningkatkan sekresi dari air susu. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu, dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat secara tetap dari minggu ke-5 kehamilan sampai kelahiran bayi, di mana pada saat ini meningkat 10 sampai 20 kali dari kadar normal saat tidak hamil. Selain itu plasenta menyekresi sejumlah besar human chorionic somatomammotropin, yang juga mungkin mempunyai sifat laktogenik ringan, jadi menyokong prolaktin dari hipofisis ibu. Walaupun begitu, karena efek supresi dari estrogen dan progesteron terhadap payudara, hanya beberapa milliliter cairan saja yang disekresikan setiap hari sampai bayi dilahirkan. Cairan yang disekresi beberapa hari terakhir atau minggu sebelum kelahiran disebut kolostrum, kolostrum ini terutama mengandung protein dan laktosa dalam konsentrasi yang sama seperti air susu, tetapi hampir tidak mengandung lemak, dan kecepatan maksimal pembentukannya sekitar 1/100 kecepatan pembentukan air susu

selanjutnya. 5

4 Segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya sekresi estrogen dan progesteron oleh plasenta yang tiba-tiba, sekarang memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari kelenjar hipofisis ibu untuk mengambil peran dalam memproduksi air susu, dan dalam 1 sampai 7 hari kemudian, kelenjar payudara dengan progresif mulai menyekresikan air susu dalam jumlah besar sebagai pengganti kolostrum. Sekresi air susu ini memerlukan sekresi pendahuluan yang adekuat dari sebagian besar hormon-hormon ibu lainnya, tetapi yang paling penting dari semuanya adalah hormon pertumbuhan, kortisol, hormon paratiroid dan insulin. Hormon-hormon ini diperlukan untuk menyediakan asam amino, asam lemak, glukosa, dan kalsium yang diperlukan untuk setelah kelahiran bayi, kadar basal sekresi prolaktin kembali kekadar sewaktu tidak hamil dalam beberapa minggu berikutnya. Akan tetapi, setiap ibu menyusui bayinya, sinyal saraf dari puting susu ke hipotalamus akan menyebabkan lonjakan sekresi prolaktin sebesar 10 sampai 20 kali lipat yang berlangsung kira-kira 1 jam. Prolaktin ini selanjutnya bekerja pada payudara untuk mempertahankan kelenjar mammaria agar menyekresi air susu ke dalam alveoli untuk periode laktasi berikutnya. Bila lonjakan prolaktin ini tidak ada atau dihambat karena kerusakan hipotalamus atau hipofisis, atau bila laktasi tidak dilanjutkan terus-menerus, payudara akan kehilangan kemampuannya untukl memproduksi air susu dalam waktu 1 minggu atau lebih. Akan tetapi, produksi air susu dapat berlangsung terus selama beberapa tahuyn bila anak terus menghisap, walaupun kecepatan pembentukan air susu normalnya berkurang sangat banyak setelah 7 sampai 9 bulan. 5

5 Pengaturan sekresi prolaktin oleh hipotalamus. Hipotalamus memegang peranan penting dalam mengatur sekresi prolaktin, seperti juga pengaturan hipotalamus pada hampir semua sekresi hormon-hormon hipofisis lainnya. Akan tetapi, pengaturan ini berbeda pada satu aspek.: hipotalamus terutama merangsang pembentukan semua hormon yang lain, tetapi terutama menghambat pembentukan prolaktin. Akibatnya, kerusakan pada hipotalamus atau penghambatan pada system portal hipotalamus-hipofisis akan meningkatkan pembentukan prolaktin tetapi menekan sekresi hormon-hormon hipofisis lainnya. 5 Oleh karena itu, diyakini bahwa sekresi prolaktin oleh hipofisis anterior diatur secara keseluruhan atau hampir keseluruhan oleh sebuah faktor penghambat yang dibentuk didalam hipotalamus dan ditransport ke hipofisis anterior melalui system portal hipotalamus-hipofisis. Faktor ini disebut hormon penghambat prolaktin. Hampir dapat dipastikan bahwa hormon ini adalah dopamine katekolamin, yang diketahui disekresi dalam saraf arkuatus dari hipotalamus dan yang dapat menurunkan sekresi prolaktin sebanyak 10 kali lipat. 5 Supresi siklus seksual ovarium wanita selama penyapihan. Selama beberapa bulan setelah kelahiran. Pada sebagian besar ibu yang menyusui, siklus ovarium dan ovulasi tidak kembali seperti semula sampai beberapa minggu setelah laktasi bayi dihentikan. Penyebab keadaan ini kelihatannya adalah sinyal-sinyal saraf yang sama dari payudara ke hipotalamus yang menyebabkan sekresi prolaktin selama pengisapan, baik karena sinyal-sinyal saraf sendiri atau karena efek peningkatan prolaktin selanjutnya, yang menghambat sekresi hormon-hormon pelepas gonadotropin oleh hipotalamus, yang selanjutnya menekan pembentukan

6 hormon-hormon gonadotropik hipofisis, hormon lutein, dan hormon perangsang folikel. Namun setelah beberapa bulan menyusui, pada beberapa ibu, khususnya pada ibu yang menyusui bayinya hanya sementara waktu, hipofisis mulai lagi menyekresikan hormon-hormon gonadotropik secukupnya untuk mengembalikan siklus seksual bulanan walaupun masa menyusui dilanjutkan. 5

A. 2. Proses Ejeksi (Atau Let-Down) Dalam Sekresi Air Susu-Fungsi Oksitosis Air susu secara kontinyu disekresikan kedalam alveoli payudara, tetapi air susu tidak dapat mengalir dengan mudah dari alveoli ke dalam sistem duktus dan, oleh karena itu, tidak menetes secara kontinyu tidak menetes dari puting susu. Sebaliknya air susu harus diejeksikan dari alveoli kedalam dukus sebelum bayi dapat memperolehnya. Proses ini disebut let-down air susu. Proses ini disebabkan oleh gabungan reflex neurogenik dan hormonal yang melibatkan hormon hipofisis posterior, oksitosin. 5 Ketika bayi menghisap pertama kali, bayi sebenarnya tidak menerima susu. Ternyata, implus sensorik pertama harus ditransmisikan melalui saraf somatik dari puting susu ke medulla spinalis dan kemudian ke hipotalamus, dan menyebabkan sekresi oksitosin pada saat yang bersamaan ketika hipotalamus menyekresi prolaktin. Oksitosin kemudian dibawa kedalam darah ke kelenjar payudara, di mana oksitosin menyebabkan sel-sel mioepitel yang mengelilingi dinding luar alveoli berkontraksi, dengan demikian mengalirkan air susu dari alveoli ke dalam duktus pada tekanan positif 10 sampai 20 mmHg. Kemudian isapan bayi menjadi

7 efektif dalam mengalirkan air susu. Jadi, dalam waktu 30 detik sampai 1 menit setelah bayi mengisap payudara, air susu mulai mengalir. Proses ini disebut ejeksi air susu atau pengeluaran (let-down) air susu. 5 Pengisapan pada satu kelenjar payudara tidak hanya menyebabkan aliran air susu pada kelenjar payudara itu tetapi juga pada kelenjar payudara yang lain. Yang cukup menarik adalah bahwa dengan membelai bayi oleh ibu atau mendengar bayi menangis juga sering member cukup sinyal ke hipotalamus ibu untuk menyebbkan pengeluaran air susu. 5 Penghambatan ejeksi air susu. Masalah khusus dalam menyusui bayi datang dari kenyataan bahwa banyak faktor psikogenik atau perangsangan simpatis umum di seluruh tubuh dapat menghambat sekresi oksitosin dan akibatnya menekan ejeksi air susu. Karena alasan ini, masa puerperium ibu tidak boleh terganggu jika ibu ingin berhasil menyusui bayinya. 5

A. 3. Komposisi ASI Tabel 1. Presentase komposisi air susu.5 Air susu manusia Air susu sapi Air 88,5 87 Lemak 3,3 3,5 Laktosa 6,8 4,8 Kasein 0,9 2,7 Laktalbumin dan protein lain 0,4 0,7 Abu 0,2 0,7 Konsentrasi laktosa pada air susu manusia kira-kira 50 persen lebih besar daripada susu sapi, tetapi sebaliknya, konsentrasi protein dalam air susu sapi biasanya dua kali lebih besar daripada dalam air susu manusia. Akhirnya, abu

8 yang mengandung kalsium dan mineral-mineral lainnya pada air susu manusia hanya sepertiga dari air susu sapi. 5 Pada laktasi yang banyak, 1,5 liter air susu mungkin dibentuk setiap harinya (dan bahkan lebih bila ibu mempunyai anak kembar). Dengan derajat laktasi ini, banyak zat-zat metabolik dialirkan dari ibu. Misalnya, kira-kira 50 gram lemak masuk air susu setiap hari dan kira-kira 100 gram laktosa, yang harus dibentuk dari glukosa, hilang dari ibu setiap hari. Juga, 2 sampai 3 gram kalsium fosfat mungkin hilang setiap hari; kecuali jika ibu minum susu dalam jumlah besar dan mendapat asupan vitamin D yang cukup, pengeluarkan kalsium dan fosfat oleh kelenjar mamma sering akan jauh lebih besar dari pada asupan zat-zat ini. Untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan fosfat, kelenjar paratiroid akan sangat membesar dan tulang secara progresif mengalami dekalsifikasi. Masalah dekalsifikasi tulang biasanya tidak berat selama kehamilan, tetapi hal ini dapat menjadi masalah yang nyata selama laktasi.5

A. 4. Keunggulan ASI Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan. 6 1. Aspek Gizi.

Manfaat Kolostrum Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. Jumlah kolostrum yang diproduksi

9 bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi. Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Kolostrum juga membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan. 6 Keuntungan ASI ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak. Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whey dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap. 6 Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata. Decosahexanoic Acid (DHA) dan

10 Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat). 6 2. Aspek Imunologik ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran

pencernaan. Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lisosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi. 6 Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. 6

11 3. Aspek Psikologik Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI. Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibubayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim. 6 4. Aspek Kecerdasan Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI. 6 5. Aspek Neurologis Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna. 6 6. Aspek Ekonomis

12 Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya. 6 7. Aspek Penundaan Kehamilan Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).6

B.

Perkembangan Kognitif

B. 1. Definisi Perkembangan kognitif adalah bidang studi dalam neurologi dan psikologi berfokus pada perkembangan anak dalam hal pengolahan informasi, sumber daya konseptual, keterampilan persepsi, belajar bahasa, dan aspek lain dari perkembangan otak dan psikologi kognitif dibandingkan dengan perspektif orang dewasa. Dengan kata lain, perkembangan kognitif adalah munculnya kemampuan untuk berpikir dan memahami.

B. 2. Teori Perkembangan Kognitif


Para ahli psikologi perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan itu berlangsung secara terus menerus dengan tidak ada lompatan. Kemajuan kompetensi kognitif diasumsikan bertahap dan berurutan selama masa kanak-kanak. Jean Piaget melukiskan urutan tersebut ke dalam empat tahap perkembangan yang berbeda secara kualitatif yaitu: (1) tahap sensori motor, (2) tahap praoperasional, (3) tahap

13
operasional konkrit dan (4) tahap operasional formal. Dari setiap tahapan itu urutannya tidak berubah-ubah. Semua anak akan melalui ke empat tahapan tersebut dengan urutan yang sama. Hal ini terjadi karena masing-masing tahapan dibangun di atas, dan berasal dari pencapaian tahap sebelumnya. Tetapi sekalipun urutan kemunculan itu tidak berubah-ubah, tidak mustahil adanya percepatan seseorang untuk melewati tahap-tahap itu secara lebih dini di satu sisi dan terhambat di sisi lainnya. Berkaitan dengan itu maka dalam pembahasan perkembangan kognitif sebagaimana yang dikemukakan Piaget sekaligus diungkap pula beberapa sanggahan atas urutan dari aspek-aspek kemampuan pada tahapan-tahapan tersebut khususnya yang berkaitan dengan tahapan praoperasional dan tahapan operasional konkrit. a. Tahap Sensorimotor (0 - 2 tahun) Tahap sensorimotor ini ada pada usia antara 0 - 2 tahun, mulai pada masa bayi ketika ia menggunakan pengindraan dan aktivitas motorik dalam mengenal lingkungannya. Pada masa ini biasanya bayi keberadaannya masih terikat kepada orang lain bahkan tidak berdaya, akan tetapi alat-alat inderanya sudah dapat berfungsi. Tindakannya berawal dari respon refleks, kemudian berkembang membentuk representasi mental. Anak dapat menirukan tindakan masa lalu orang lain, dan merancang kesadaran baru untuk memecahkan masalah dengan menggabungkan secara mental skema dan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. Dalam periode singkat antara 18 bulan atau 2 tahun, anak telah mengubah dirinya dari suatu organisme yang bergantung hampir sepenuhnya kepada refleks dan perlengkapan heriditer lainnya menjadi pribadi yang cakap dalam berfikir simbolik.

14
Menurut Piaget, perkembangan kognitif selama stadium sensorimotor, intelegensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulus sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah tindakan-tindakan konkrit dan bukan tindakan-tindakan yang imaginer atau hanya dibayangkan saja, tetapi secara perlahan-lahan melalui pengulangan dan pengalaman konsep obyek permanen lamalama terbentuk. Anak mampu menemukan kembali obyek yang disembunyikan. b. Tahap Praoperasional (2 - 7 tahun) Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami pengertian operasional yaitu proses interaksi suatu aktivitas mental, dimana prosesnya bisa kembali pada titik awal berfikir secara logis. Manipulasi simbol merupakan karakteristik esensial dari tahapan ini. Hal ini sering dimanefestasikan dalam peniruan tertunda, tetapi perkembangan bahasanya sudah sangat pesat, kemampuan anak menggunakan gambar simbolik dalam berfikir, memecahkan masalah, dan aktivitas bermain kreatif akan meningkat lebih jauh dalam beberapa tahun berikutnya. Sekalipun demikian, pemikiran pada tahap praoperasional terbatas dalam beberapa hal penting. Menurut Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain. Berkaitan dengan masalah ini Piaget dikenal dengan eksperimennya melalui Tiga Gunung yang sering digunakan untuk mempelajari masalah egosentrisme. Karakteristik lain dari cara berfikir praoperasional yaitu sangat memusat (centralized). Bila anak dikonfrontasi dengan situasi yang multi dimentional, maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi dan mengabaikan dimensi lainnya. Pada akhirnya juga mengabaikan hubungannya antara dimensi-dimensi ini.

15
Cara berfikir seperti ini dicontohkan sebagaimana berikut : sebuah gelas tinggi ramping dan sebuah gelas pendek dan lebar diisi dengan air yang sama banyaknya. Anak ditanya apakah air dalam dua buah gelas tadi sama banyaknya ?. Anak pada tahap ini kebanyakan menjawab bahwa ada lebih banyak air dalam gelas yang tinggi ramping tadi karena gelas ini lebih tinggi dari yang satunya. Jadi anak belum melihat dua dimensi secara serempak. Berfikir praoperasional juga tidak dapat dibalik (irreversable). Anak belum mampu untuk meniadakan suatu tindakan dengan melakukan tindakan tersebut sekali lagi secara mental dalam arah yang sebaliknya. Dengan demikian bila situasi A beralih pada situasi B, maka anak hanya memperhatikan situasi A, kemudian B. Ia tidak memperhatikan perpindahan dari A ke B. c. Tahap Operasional Konkrit (7 - 11 Tahun) Tahap operasional konkrit dapat digambarkan pada terjadinya perubahan positif ciri-ciri negatif tahap preoprasional, seperti dalam cara berfikir egosentris pada tahap operasional konkrit menjadi berkurang, ditandainya oleh desentrasi yang benar, artinya anak mampu memperlihatkan lebih dari satu dimensi secara serempak dan juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi itu satu sama lain. Oleh karenanya masalah konservasi sudah dikuasai dengan baik. Desentrasi dan konservasi ditunjukkan dalam eksperimen Piaget yang terkenal mengenai konservasi, yaitu konservasi cairan. Anak diperlihatkan kepada dua gelas identik, kedua gelas tadi berisikan jumlah air yang sama banyaknya. Setelah anak mengetahui bahwa kedua gelas berisi air berada dalam jumlah yang sama, si peneliti menuangkan air dari satu gelas ke dalam gelas yang lebih tinggi dan kurus. Anak kemudian ditanya, apakah gelas yang lebih tinggi itu berisikan air dalam jumlah yang

16
sama, lebih banyak atau lebih sedikit dibandingkan dengan gelas yang satunya ?. Anak-anak pada tahap operasional konkrit mengetahui bahwa jumlah cairan tetap sama, bahwa suatu perubahan dalam satu dimensi yaitu tinggi cairan di dalam gelas dapat diimbangi dengan perubahan yang sebanding dalam dimensi lain yaitu lebar gelas. Sama halnya ia dapat mengerti bahwa jumlah tanah liat pada sebuah balok tidak berubah bila bentuknya diubah. Dalam eksperimen konservasi jumlah yang tipikal, satu barisan yang terdiri dari 5 kancing dideretkan di atas satu barisan yang juga terdiri dari 5 kancing sehingga kedua barisan sama panjangnya. Si anak setuju bahwa kedua barisan memiliki jumlah kancing yang sama. Namun, apabila satu barisan dipendekkan dengan jalan merapatkan jarak kancing-kancingnya, anak praoperasional mungkin mengatakan bahwa barisan yang panjang mempunyai kancing lebih banyak. Anak pada tahap operasional konkrit tahu bahwa penyusunan ulang kancing-kancing tersebut tidak mengubah jumlahnya. Menurut Piaget, anak pada tahap ini mengerti masalah konservasi karena mereka dapat melakukan operasi mental yang dapat dibalikan (reversable). Reversable transformation (transformasi bolak-balik) terjadi dalam dua bentuk yaitu ; (1) inversion (kebalikan) + A kebalikan dari - B (penjumlahan kebalikan pengurangan, perkalian kebalikan pembagian), (2) recipocity (timbal balik), A < B timbal balik dengan B > A (luas permukaan air pada sebuah gelas kompensasi dari tinggi permukaan air dan tinggi permukaan air kompensasi dari luas permukaan air). Ketika sebuah obyek mengalami perubahan kuantitasnya tidak berubah. Hal ini oleh Piaget disebut konservasi.

17
Seriasi adalah satu lagi karakteristik tahap operasional konkrit yang merupakan kemampuan menyusun obyek menurut beberapa dimensi seperti berat atau ukuran. Seriasi mengilustrasikan penangkapan anak akan satu hal dari prinsip logis yang penting dan disebut transivitas, yang mengatakan bahwa ada hubungan tetap tertentu diantara kualitas-kualitas obyek. Misalnya, bila A lebih panjang dari B, dan B lebih panjang dari C, maka A pasti lebih panjang dari C. Anak-anak pada tahap ini tahu keabsahan kaidah itu sekalipun mereka tidak pernah melihat obyek A, B, dan C. Kompetensi yang oleh Piaget dinamakan seriasi sangat penting untuk pemahaman hubungan bilangan khususnya dalam matematik. Pemahaman lain pada tahap operasional konkrit, dapat menalar serentak mengenai bagian dan keseluruhan yang dikenal dengan istilah inklusi kelas. Pemahaman mengenai inklusi kelas ini mengilustrasikan prinsip logis bahwa ada hubungan hirarkis diantara kategori-kategori. Apabila anak pada tahap ini dihadapkan kepada delapan permen kuning dan empat permen coklat, kemudian ditanya, mana permen yang lebih banyak, permen kuning atau lebih banyak permen coklat ?. Anak yang berumur 5 tahun akan mengatakan lebih banyak permen kuning. Jawaban ini menurut Piaget, mencerminkan ketidakmampuan anak untuk bernalar mengenai bagian atau keseluruhan secara serentak. Walaupun pada anak-anak ini lebih pesat melampaui anak-anak praoperasional dalam penalaran, pemecahan masalah dan logika. Pemikiran mereka masih terbatas pada operasi konkrit. Pada tahap ini anak dapat mengkonservasi kualitas serta dapat mengurutkan dan mengklasifikasikan obyek secara nyata. Tetapi mereka belum dapat bernalar mengenai abstraksi, proposisi hipotesis. Jadi mereka mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah secara verbal

18
yang sifatnya abstrak. Pemahaman terakhir ini baru dicapai pada tahap oprasional formal. d. Operasional Formal ( 11 - 16 tahun)

Pada tahap operasional formal anak tidak lagi terbatas pada apa yang dilihat atau didengar ataupun pada masalah yang dekat, tetapi sudah dapat membayangkan masalah dalam fikiran dan pengembangan hipotesis secara logis. Sebagai contoh, jika A < B dan B < C, maka A < C. Logika seperti ini tidak dapat dilakukan oleh anak pada tahap sebelumnya. Perkembangan lain pada tahap ini ialah kemampuannya untuk berfikir secara sistematis, dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan secara teratur atau sistematis untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini anak dapat memprediksi berbagai kemungkinan yang terjadi atas suatu peristiwa. Misalnya ketika mengendarai sebuah mobil dan tiba-tiba mobil mogok, maka anak akan menduga mungkin bensinnya habis, businya atau platinanya rusak dan sebab lain yang memungkinkan memberikan dasar atas pemikiran terjadinya mobil mogok. Perkembangan kognitif pada tahapan ini mencapai tingkat perkembangan tertinggi dari tahapan yang dijelaskan Piaget.

You might also like