Professional Documents
Culture Documents
َ عُدو
ن َ جّنِة اّلِتي ُكْنُتْم ُتو
َ ِباْل
26
“ Sesungguhya orang-orang yang mengatakan Tuhan
Kami adalah Allah kemudian mereka berpegang teguh
dan tetap istiqomah maka Malaikat akan turun dan
mengatakan janganlah Kamu takut dan bimbang dan
berilah kabar gembira dengan jannah (surga) yang
telah dijanjikan buat kamu.”.
Prinsip evaluasi ini diperlukan atas pemikiran
bahwa pemberian materi pendidikan pada peserta
didik tidak sekaligus, melainkan bertahap dan
berproses seiring dengan kemampuan dan
perkembangan psikofisik peserta didik. Oleh karena
itu, proses evaluasi perlu mengikuti tahapan-tahapan
tersebut, walaupun masing-masing tahapan tidak
dapat dipisahkan. Prinsip ini diisyaratkan dalam
Alquran mengenai kasus keharaman khamar dan
sistem riba yang proses larangannya dilakukan secara
betahap namun terus menerus. (Ramayulis, 1994 :
298).
27
surat Al-zalzalah ayat 7-8 :
شّرا َيَرُه
َ ن َيْعَمْل ِمْثَقاَل َذّرٍة
ْ خْيًرا َيَرُه َوَم
َ ن َيْعَمْل ِمْثَقاَل َذّرٍة
ْ َفَم
“ Barangsiapa yang berbuat kebaikan sebesar biji
dzarrah niscaya akan memperoleh balasan, dan
barangsiapa yang berbuat keburukan sebesar biji
dzarrah niscaya juga akan memperoleh balasan.”
Prinsip evaluasi ini dilakukan pada semua
aspek-aspek kepribadian peserta didik, yaitu aspek
intelegensi, pemahaman, sikap, kedisiplinan,
tanggung jawab, pengalaman ilmu yang diperoleh
(baik pengejawantahannya sebagai hamba Allah,
kalifatullah dan waratsatul anbiya’ dan sebagainya.
Selain itu, prinsip menyeluruh berlaku untuk seluruh
materi pendidikan agama Islam.
3. Prinsip objektivitas
Dalam mengevaluasi berdasarkan kenyataan
yang sebenarnya tidak boleh dipengaruhi oleh hal-hal
yang bersifat emosional dan irasional. (Rusyan, 1989 :
211). Evaluasi ini dilakukan secara adil, bukan
subjektif. Artinya pelaksanaan evaluasi berdasarkan
keadaan sesungguhnya dan tidak dicampuri oleh hal-
hal yang bersifat emosional dan irasional. Sikap ini
secara tegas dikatakan oleh Rasulullah Saw dengan
28
melarang seorang hakim yang sedang marah untuk
memutuskan perkara, sebab hakim semacam ini
pikirannya diliputi emosi yang mengakibatkan
putusannya tidak objektif dan rasional.
Prinsip ini juga ditegaskan oleh dalam surat al-
Maidah ayat 8 bahwa seseorang itu harus berlaku adil
dalam mengevaluasi sesuatu jangan karena
kebencian menjadikan ketidak objektifan evaluasi
yang dilakukan :
عَلى َأّل
َ ن َقْوٍم
ُ شَنَآ
َ جِرَمّنُكْم
ْ ط َوَل َي
ِسْ شَهَداَء ِباْلِق
ُ ل
ِّ ن
َ ن َآَمُنوا ُكوُنوا َقّواِمي
َ َياَأّيَها اّلِذي
َ خِبيٌر ِبَما َتْعَمُلو
ن َ ل
َّ ن ا
ّ ل ِإ
َّ ب ِللّتْقَوى َواّتُقوا ا
ُ عِدُلوا ُهَو َأْقَر
ْ َتْعِدُلوا ا
29
niscaya aku tidak segan-segan memotong kedua
tangannya.” Demikian pula halnya Umar bin Khattab
yang mencambuk anaknya karena ia berbuat zina.
Prinsip ini dapat diterapkan bila penyelenggara
pendidikan mempunyai sifat-sifat umum , misalnya
sifat siddiq (benar atau jujur), ikhlas, amanah,
ta’awun (saling tolong -menolong), ramah dan
sebagainya.
30
sesungguhnya, soal yang ditampilkan tidak
membawa tafsiran yang bermacam-macam
sehingga mudah dimengerti oleh peserta didik.
3.Efisiensi, yaitu tes yang dilakukan merupakan
tes yang mudah administrasinya, penilaian dan
interpretasinya (penafsirannya). (Nasution, 1982
: 169). Selain itu, evaluasi yang dilaksanakan
harus secara cermat dan tepat pada
sasarannya. Sesuai dengan Alquran surat Al-
Insyiqoq (84) ayat 8 :
سيًرا
ِ ساًبا َي
َ ح
ِ ب
ُ س
َ حا
َ ف ُي
َ سْو
َ َف
“ Maka dia akan dievaluasi dengan pengevaluasian
yang mudah.”
4. Ta’abbudiyyah dan ikhlas, yaitu evaluasi yang
dilakukan dengan penuh ketulusan dan
pengabdian kepada Allah Swt. Apabila prinsip ini
dilakukan, maka upaya evaluasi akan
membuahkan kesan husnu zhann (prasangka baik)
terjadi perbaikan tingkah laku secara positif dan
menutupi rahasia-rahasia buruk pada diri
seseorang.
31