You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Keadaan gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental orang tersebut. Terdapat kaitan yang sangat erat antara tingkat keadaan gizi dan konsumsi makanan. Tingkat keadaan gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Gizi buruk atau gizi salah (malnutrion) yang dapat terjadi pada manusia sejak masih dalam kandungan sampai mencapai usia lanjut itu, sesungguhnya dapat dicegah apabila setiap orang memahami penyebab dan cara mengatasi masalah kurang gizi tersebut. (Nurhamidah, 2008 ). Kelompok masyarakat, yang paling rentan terhadap kekurangan gizi adalah bayi dan balita. Gejala yang nampak pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita kurang gizi yaitu berat badan lahir rendah, yang selanjutnya rentan terhadap penyakit dan kematian. Salah satu penyebab terjadinya malnutrisi pada anak yaitu kesalahan dalam praktik menyusui. Hal ini disebabkan karena tidak memanfaatkan keuntungan dan hasil teknologi suplementasi yang dapat meningkatkan kasus malnutrisi atau kekurangan gizi, morbiditas atau kurang sehat dan mortalitas atau kematian. (Nurhamidah, 2008). Kelaparan dan kurang gizi menjadi ancaman nomor satu bagi kelangsungan hidup anak anak diseluruh dunia, melebihi penyakit AIDS, Malaria dan TBC. Data FAO ( Food and Agriculture Organitation ) tahun 2006 menyebutkan sekitar 854 juta orang di dunia menderita kelaparan kronis dan 820 juta diantaranya ada di negara berkembang. Dari jumlah tersebut lebih kurang 350 450 juta atau lebih dari 50% adalah anak anak. Sumber dari WHO ( World Health Organisation ) menyebutkan kelaparan dan kurang gizi menyebabkan angka kematian tertinggi diseluruh dunia. Sedikitnya 17.289 anak meninggal dunia setiap hari karena kelaparan dan kurang gizi. ( heri@praisindo.com, 2007 ).

Kejadian kurang gizi menunjukan bahwa di Indonesia sekitar 153.681 bayi mati setiap tahun. Hal ini berarti setiap harinya ada 421 orang bayi mati, sama dengan 2 orang bayi mati setiap menit dan 54% penyebab kematian bayi karena kekurangan gizi. Balita Indonesia yang mengalami kurang gizi 8% dan mereka yang mengalami gizi buruk 50%. Di samping itu, balita Indonesia yang kekurangan vitamin A, 48,1% balita yang mengalami anemia 36%, anak Indonesia yang tergolong pendek, 11,1% mengalami GAKY (Gangguan Akibat Kurang Yodium), 50% dan ibu hamil mengalami kurang gizi. (Republika, 2007). Data Dinas Kesehatan NTT tahun 2008 menyebutkan, jumlah balita yang mengalami masalah kurang gizi mencapai 90.000 orang dari sekitar 497 ribu balita. Sebanyak 12 ribu balita mengalami gizi buruk tanpa kelainan klinis dan 167 balita mengalami gizi buruk dengan kelainan klinis (busung lapar atau komplikasi marasmus dan kwashiorkor). Selain itu, 68 ribu balita mengalami gizi kurang. Kabupaten yang paling banyak terdapat balita gizi buruk dengan kelainan klinis adalah Timur Tengah Utara yakni 81 balita. Sedangkan penderita kurang gizi paling banyak terdapat di Kabupaten Timur Tengah Selatan yakni berjumlah 12 ribu balita, Kabupaten Sikka 8.472 balita, Manggarai 8.364 balita, Timor Tengah Utara 7.267 balita dan Kupang 6.865 balita. (Tempointeraktif.com, 2008). Hasil pengkajian Mahasiswa Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kupang di Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat pada bulan September tahun 2009, menunjukan bahwa pada bulan Januari sampai bulan Desember 2009 terdapat 26 balita yang gizi kurang dan 18 balita yang gizi buruk. Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan, penyebab kurang gizi pada anak di Batakte adalah minimnya pengetahuan orang tua tentang asupan gizi pada anak. Selama ini banyak orang tua yang menganggap jika anaknya hanya diberi makan nasi dengan kecap atau dengan lauk saja tanpa sayur, maka orang tua beranggapan bahwa hal itu sudah benar, karena anaknya sudah terbebas dari lapar. Hal ini jika terjadi secara terus-menerus akan berdampak pada menurunnya ketahanan tubuh anak sehingga anak akan mudah terserang penyakit. Selain itu orang tua, terutama ibu tidak begitu tanggap dengan kondisi

anaknya sehingga saat berat badan anaknya menurun secara drastis, tidak segera di ambil tindakan untuk menangani kondisi anak tersebut. Jika kondisi ini berlangsung terus, anak mudah terserang penyakit akut. (Nurhamidah, 2008). Tingkat pengetahuan orang tua tentang gizi pada anak sangat

mempengaruhi kondisi atau status gizi pada anak. Tingkat pendidikan yang rendah berdampak pada kurangnya pengetahuan tentang pola asuh yang benar. Kebanyakan pekerjaan orang tua penderita gizi buruk adalah buruh dan ibu rumah tangga. Tingkat pendidikan SD dan tidak tamat bagi ayah 78% dan ibu 82% (Data Puskesmas Batakte, tahun 2009). Hal ini sangat mempengaruhi pola asuh yang benar pada anak. Dari hasil audit ke penderita gizi buruk, 100 persen penderitanya terinfeksi penyakit yang disebabkan oleh lemahnya daya tahan tubuh. Bantuan makanan sehat hanya bentuk penyelesaian jangka pendek. Hal yang paling penting dilakukan yakni memberikan informasi seperti pola asuh yang benar pada orang tua melalui pendidikan kesehatan tentang gizi. (Aminah, 2009). Angka kejadian kurang gizi di NTT cukup tinggi. Berbagai kebijaksanaan dan strategi dari Pemerintah telah dilibatkan untuk mengurangi terjadinya kekurangan gizi. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan melakukan pendidikan dan penyuluhan tentang perbaikan kesehatan balita. Sejauh ini upaya yang dilakukan dirasakan belum optimal, karena latar belakang pendidikan orang tua yang masih rendah. Menanggapi permasalahan ini, peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan orang tua tentang kurang gizi pada anak di Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat. B. PERUMUSAN MASALAH 1. Pernyataan Masalah Pengetahuan orang tua yang kurang tentang asupan gizi untuk anak merupakan salah satu faktor pencetus munculnya kurang gizi. Pemberian makanan yang dilakukan secara terus menerus dengan menu yang sama akan berdampak pada menurunnya daya tahan tubuh dan anak mudah terserang penyakit. Selain itu orang tua juga tidak mengetahui pola makan

yang seimbang untuk anak. Hal ini juga merupakan pencetus bayi dan balita menderita kurang gizi. Anak yang mengalami kurang gizi, jika tidak mendapat penanganan yang baik akan mengakibatkan anak tersebut mengalami gizi buruk. Dampak dari gizi buruk tersebut dapat mengakibatkan kematian pada anak. Hingga saat ini angka kejadian kurang gizi di Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat masih ada. Berbagai program kebijakan kesehatan yang dibuat oleh pemerintah seperti salah satunya pemberdayaan program posyandu, terbukti belum optimal dalam menyelesaikan persoalan Kurang gizi. Program ini seperti berjalan di tempat, jika ada dana untuk pemberian makanan tambahan baru dilakukan dan itu tidak sampai di pemukiman pemukiman masyarakat yang kebanyakan adalah masyarakat yang sangat rentan dengan kurang gizi. 2. Pertanyaan Masalah Sejauh mana tingkat pengetahuan orang tua tentang kurang gizi pada balita di di Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat. C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang kurang gizi di Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat. 2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan orang tua tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala kurang gizi pada balita di Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat. 2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan orang tua tentang cara penanganan kurang gizi pada balita di Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat. 3. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan orang tua tentang cara pencegahan kurang gizi pada balita di Puskesmas Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat.

D. MANFAAT PENILITIAN 1. Bagi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam proses belajar mengajar dan metodologi pengetahuan. 2. Bagi Intitusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan tentang perawatan pada anak dengan kurang gizi. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahun dan wawasan untuk melakukan penelitian selanjutnya. E. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian tentang survey tingkat pengetahuan orang tua tentang kurang gizi pada anak sebelumnya sudah pernah diteliti. Namun peneliti mengambil sasaran penelitian yang berbeda dari peneliti sebelumnya. Peneliti sebelumnya lebih memfokuskan pada faktor faktor yang mempengaruhi kurang gizi pada anak SD kelas 5 di SD Inpres Sungkaen Naimata, tahun 2009. Sedangkan peneliti sekarang lebih memfokuskan pada tingkat pengetahuan orang tua tentang upaya penanganan dan pencegahan kurang gizi pada balita di Puskesmas Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP DASAR PENGETAHUAN 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang tersusun secara seistematis dengan menggunakan model model untuk membangun teori teori yang memberi kita pemahaman yang tentang pengalaman sehari-hari dan membantu kita mengantisipasi apa yang terjadi kemudian. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Charles Abraham, 1977). Tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai enam (6) tingkatan. (Charles Abraham, 1977), yaitu : a. Tahu ( know ) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, tingkat ini dalam pengetahuan termasuk mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsanga yang diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami ( compreghension ) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi ( application ) Merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

d. Sintesis (syntesis) Menunjuk suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluurhan yang baru. e. Analisis (analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan berkaitan satu sama lainnya. f. Evaluasi (evaluaton) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. 2. Faktor faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan a. Tingkat pendidikan Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kecerdasan dan kemampuan bangsa. Kemampuan ini mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dari segala bidang keilmuan termasuk teklnologi. Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan terakhir yang telah ditempuh oleh seseorang. ( Majalah Binakes, 1997 ). b. Informasi dari tenaga kesehatan Informasi adalah seperangkat atau cara metodologi organisasi yang dibutuhkan untuk memasukan dan mengambil kembali data yang dikumpulkan untuk menjalankan dan mengelola organisasi. Informasi dari tenaga kesehatan merupakan informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. (Majalah Binakes, 1997). c. Pekerjaan Pekerjaan merupakan kegiatan rutin dari seseorang untuk menghasilkan suatu barang atau jasa (uang). (Majalah Binakes, 1997). d. Media Massa Media merupakan suatu alat atau media yang dapat digunakan masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang suatu hal. (Majalah Binakes, 1997).

B. KONSEP KURANG GIZI 1. Pengertian Gizi Gizi adalah zat-zat yang terkandung dalam bahan yang dibutuhkan untuk hidup manusia. Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Keadaan gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental orang tersebut. Terdapat

kaitan yang sangat erat antara tingkat keadaan gizi dan konsumsi makanan. Tingkat keadaan gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Gizi buruk atau gizi salah (malnutrio) yang dapat terjadi pada manusia sejak masih dalam kandungan sampai mencapai usia lanjut itu, sesungguhnya dapat dicegah apabila setiap orang memahami penyebab dan cara mengatasi masalah kurang gizi tersebut. (Nurhamidah, 2008). 2. Kurang Gizi Kurang energi protein ( KEP ) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi ( AKG ) (Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 1981). Kondisi kurang gizi timbul bila energi dan zat gizi lain tidak dikonsumsi dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan dan untuk fungsi lainnya. Kurang energi protein (KEP) merupakan penyakit defisiensi gizi yang paling umum dijumpai di dunia dan perkiraan sekitar seratus juta anak anak menderita gizi kurang pada tingkat sedang dan berat. Kurang gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Kondisi kurang gizi disebabkan oleh masukan (intake) energi dan protein yang kurang dalam waktu yang cukup lama. Keadaan ini akan lebih cepat terjadi bila anak mengalami diare atau infeksi penyakit lainnya. Tanda tanda yang paling utama dari pada kurang energi protein adalah pertunbuhan fisik yang kurang normal. Beberapa minggu atau beberapa bulan sebelum timbul tanda tanda klinis yang jelas, anak itu pertumbuhan berat badannya sangat lambat atau bahkan terhenti.

Tanda-tanda klinis dari kurang energi-protein (KEP) adalah badan menjadi kurus, jaringan lemak mulai terasa lunak dan otot otot daging tidak kencang. Penyusutan otot (wasted) mudah terlihat pada bagian lengan atas dan bahu bagian atas dan bahu bagian belakang. Biasanya kurang energi protein disertai keadaan perut yang buncit. Anak menjadi kurang responsif mengarah kepada apatis. Perkembangan kepandaian lebih lambat dari pada yang normal. Keadaan kurang energi-protein yang sampai pada taraf marasmus biasanya diderita pada anak umur kurang dari 1 tahun. Anak yang demikian pertumbuhannya sangat terhambat dan apabila diukur dari berat badan menurut umurnya maka akan berada di bawah 60% dari pada standar. Biasanya lapisan lemak di bawah kulit sangat sedikit bahkan umumnya tidak terdapat sama sekali. Sehingga kulit mudah terangkat. Wajah anak biasanya seperti orang tua, otot tampak menyusut (wasted), lembek, dan ini dapat dilihat pada paha dan lengan atas. Tanda odema dan perubahan pada rambut biasanya tidak dijumpai. Umumnya anak dengan kwashiorkor berumur antara 1 - 3 tahun. Anak yang mengalami kwashiorkor pertumbuhannya terhambat, otot daginya menyusut dan lembek, namun masih terdapat lapisan lemak di bawah kulit. Biasanya terjadi pembengkakkan (oedema) terutama pada kaki bagian bawah dan wajah berbentuk bulan (moon face). Warna rambut biasanya berubah menjadi coklat kemerah-merahan (pirang) atau abu-abu dan mudah sekali lepas. Anak yang rambutnya keriting karena menderita kwashiorkor dapat menjadi lurus. Warna kulit menjadi pucat dan biasanya anak menjadi anemi. Anak yang kwashiorkor tampak murung dan apatis, tidak mempunyai nafsu makan dan sulit untuk diberi makan. Pada keadaan kombiansi marasmus kwashiorkor, tanda dan gejala yang ditemukan, yaitu : rambut pucat, anemia ringan, apatis, tidak mau makan, lengan atas kecil dan terdapat luka lecet dan bercak, terjadi pembesaran hati dan oedema.

3. Klasifikasi Kurang Gizi Untuk tingkat puskesmas penentuan Kurang Eneregi Protein ( KEP ) yang dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan umur dan menggunakan Kartu Menuju Sehat ( KMS ) dan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS. 1. Kurang Eneregi Protein ( KEP ) ringan bila hasil penimbangan berat badan pada Kartu Menuju Sehat ( KMS ) terletak pada pita warna kuning 2. Kurang Eneregi Protein ( KEP ) sedang bila hasil penimbangan berat badan pada Kartu Menuju Sehat ( KMS ) terletak di Bawah Garis Merah (BGM). 3. Kurang Eneregi Protein ( KEP ) berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median WHO-NCHS. Pada Kartu Menuju Sehat (KMS) tidak ada garis pemisah KEP berat/Gizi buruk dan KEP sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS (Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Oktober 1981) 4. Penatalaksanaan/Penanganan Kurang Gizi a. KEP ( Kurang Energi Protein ) Ringan dan Sedang Penanganan kurang gizi dapat dilakukan dengan : 1) Meningkatkan konsentrasi energi dan natrium dalam makanan anak yang bersangkutan. 2) Memberikan anak makan lebih sering/disela waktu makan. 3) Makanan dibuat lebih beragam (bervariasi ), termasuk pangan hewani bila memungkinkan. 4) Memberi makanan tambahan melalui pusat pusat pelayanan gizi. 5) Selalu memantau anak dan kesehatannya, dengan cara mengikuti posyandu secara teratur.

b. KEP ( Kurang Energi Protein) Berat Anak dengan KEP ( Kurang Energi Protein ) berat dan terdapat infeksi akut, diare dan dehidrasi, anemia berat harus dirawat di Rumah Sakit untuk mencegah kondisi yang lebih gawat lagi. Hal hal berikut ini dapat dilakukan untuk menangani anak yang mengalami KEP ( Kurang Energi Protein ) berat : 1) Menelusuri latar belakang dan memeriksa adanya anemia berat. 2) Memeriksa tingkat dehidrasi dan cara perawatannya. 3) Memeriksa ada tidaknya infeksi parasit dan cara perawatannya. 4) Untuk kasus yang berada di daerah malaria endemik dapat dilakukan pemberian pil kloquin secara rutin. 5) Pemberian injeksi intramuskular vitamin A. Pemberian pada hari berikutnya dengan dosis yang sama. Untuk anak di bawah umur 1 tahun diberikan setengah dosis. 6) Jika kadar hemoglobin di bawah 3 gram per 100 ml, diberikan transfusi darah. 7) Pemberian makanan segera setelah tidak ada dehidrasi. Di bawah ini merupakan jadwal pemberian makanan bagi anak dengan status kurang gizi. Tabel Jadwal Pemberian Makanan Bagi Anak Dengan Status Kurang Gizi Hari Di Pusat Perawatan 1 2 3 dan 4 5 dan seterusnya Macam Makanan Susu pekat Susu pekat Susu 2/3 pekat Susu pekat penuh Dosis / Hari 150 ml/kg BB 150 ml/kg BB 150 ml/kg BB 150 ml/kg BB Dibagi Dalam 12/hari 8/hari 8/hari 6/hari

8) Pemberian suplementasi vitamin dan mineral 9) Anak yang mengalami gizi kurang berat, biasanya menderita hipothermia (suhu badan rendah) dan hipoglikemia ( kadar gula dalam darah rendah) dan umumnya dapat meninggal karena adanya komplikasi ini. Oleh sebab itu perlu pengamatan suhu tubuh secara

teratur terutama beberapa hari pertama. Anak perlu diselimuti untuk mencegah kedinginan dan jangan dimandikan. Pemberian makanan yang sering dianjurkan untuk mencegah kadar gula darah yang rendah. Komplikasi lain yang biasanya dijumpai pada anak yang menderita kurang gizi berat adalah gangguan jantung, terutama pada kwashiorkor. Hal ini perlu mendapatkan perhatian bila dijumpai sehingga anak dapat dirawat atau diobati secepat mungkin 10) Apabila anak dapat makan dengan baik, maka oedemanya akan hilang dan anak dapat mulai bertambah beratnya dan dapat dipindahkan ke unit rehabilitasi yang ada. Anak yang sembuh dari kurang gizi berat ini sebaiknya tetap dalam pengawasan dan pemeriksaan reguler sampai untuk mencegah timbulnya gangguan gizi lagi (Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Oktober 1981). 5. Pencegahan Kurang Gizi a) Pengaturan makanan yang tepat dan benar. Pengaturan makanan anak usia di bawah 5 tahun mencakup dua aspek pokok yaitu : Pemanfaatan ASI secara tepat dan benar. Pemberian makanan pendamping ASI dan makanan sapihan serta makanan setelah usia setahun. Sungguhpun mutu gizi ASI sebagai makanan bayi sudah dibuktikan keunggulannya, namun anak yang diberi ASI tidak dengan sendirinya keadaan gizinya menjadi baik. Penelitian Oomen terhadap 415 anak usia di bawah 5 tahun di Jakarta tahun 1957 menunjukan bahwa anak-anak yang disusui ibunya, keadaan gizinya tidak lebih baik dari gizi anak yang tidak diberi ASI. Masalahnya bukan dikarenakan mutu gizi ASI, akan tetapi penanggulangan ASI yang salah dan tidak tepat. Ada batas waktu di mana anak dapat hidup dan tumbuh hanya dengan diberi ASI saja, dan ada batas usia di mana ASI hanya berperan sebagai penambah makanan yang diberikan kepada bayi, dan ada batas usia di mana ASI berperan hanya sebagai pelengkap saja. Daftar di bawah ini

memuat kebutuhan energi dan protein bagi anak usia balita (Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Oktober 1981). Kebutuhan energi dan protein bagi anak usia 0 36 bulan
Usia ( bulan ) 0-3 4-6 7-9 10-12 13-24 25-36 Berat Badan ( kg ) 4,1 6,4 7,7 9,2 11,0 13,5 Kebutuhan Energi ( kal ) 492 735 850 970 1135 1350 Protein ( Gr ) 10 15 18 19 23 28

Sumber : cameron manual on feeding infants and young children , United Nation, N.Y. 1976. b) Pemberian imunisasi terhadap beberapa penyakit seperti penyakit TBC, campak, polio, dan sebagainya harus dilakukan sesuai waktu. c) Pemeliharaan hygiene dan sanitasi lingkungan sangat penting sebagai upaya pencegahan infeksi.

C. KERANGKA KONSEP

Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan : Tingkat pendidikan Informasi dari tenaga kesehatan Pekerjaan Media masa

Pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta klasifikasi Pengetahuan orang tua tentang kurang gizi pada balita Penanganan Pencegahan

Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti

BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain atau rancangan metode survei untuk menjawab pertanyaan riset sejauhmana tingkat pengetahuan orang tua tentang kurang gizi pada balita di Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat. B. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti ( Nursalam, 2003 ). Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah ibu dari balita balita yang mengalami kurang gizi di Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat yang berjumlah 24 orang. 2. Sampel Sampel adalah elemen elemen populasi yang dipilih atas dasar kemampuan mewakilinya (Danim Sudirmaan, 2003). Sampel yang dimambil adalah total populasi. C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte Kupang Barat pada bulan September 2009 D. VARIABEL PENELITIAN DAN DEVENISI OPERASIONAL Variabel penelitian ini adalah variabel tunggal
Variabel Variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan orang tua tentang penanganan anak dengan kurang gizi Defenisi Operasional Alat Ukur Apa yang diketahui orang Kuisioner tua tentang cara perawatanan anak dengan gizi buruk mengenai pengertian kurang gizi, penyebab kurang gizi, tanda dan gejala, penanganan dan pencegahan Skala Ordinal Skor Benar : 1 Salah : 0

E. INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang berbentuk multiple choise dengan jumlah pertanyaan sebanyak 15 pertanyaan, untuk mengetahui pengetahuan tentang kurang gizi terdapat pada nomor 1-5, penanganan kurang gizi pada nomor 6-11 dan pertanyaan tentang pencegahan kurang gizi terdapat pada nomor 12-15.

F. CARA PENGUMPULAN DATA Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direktur, Ketua Prodi dan Kepala Puskesmas lalu peneliti akan membagikan kuisioner dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian, bila responden setuju menjadi subjek penelitian maka mereka diberi lembar persetujuan untuk ditandatangani setelah peneliti membagikan kuisioner, setelah diisi diambil kembali untuk analisa dan pengumpulan data.

G. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA Pengolahan dan analisa data dilakukan secara manual dengan presentase, dimana item yang diobservasi dibuat dalam masing masing tabel dan dipresentasikan kemudian dianalisa secara deskriptif dan dibuat kesimpulan tentang tingkat pengetahuan ibu dari balita balita mengenai cara perawatan anak dengan kurang gizi di Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte Kupang Barat dengan skor sebagai berikut : kategori baik nilainya 3 dengan rentang 80 100 %, cukup nilai 2 dengan rentang 60 79 %, dan kurang nilainya 1 dengan rentang < 60 %.

H. ETIKA PENELITIAN Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat surat ijin dari Ketua Prodi keperawatan Kupang, setelah itu peneliti akan melaporkan diri ke Kepala Puskesmas Batakte di Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat, kemudian peneliti menghubungi responden dengan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian, apabila responden setuju maka peneliti memberikan lembaran informed concsent untuk ditandatangani.

I. PENELITIAN No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kegiatan Konsultasi judul Pengumpulan materi Penyusunan proposal Konsultasi proposal Seminar proposal Pengumpulan data Konsultasi hasil penelitian Penulisan KTI akhir Seminar hasil Des Bulan / Tahun 2009 - 2010 Jan Feb Mar Apr

J. ORGANISASI PENELITIAN 1. Peneliti Nama : Maria Natalia Reko NIM : PO. 0320107214 2. Pembimbing I Nama : Ns.Emilia Erningwati Akoit, SKep NIP : K. BIAYA PENELITIAN Rencana biaya penelitian yang dilakukan sepenuhnya ditanggung oleh peneliti sendiri dengan perincian sebagai berikut : Alat tulis kantor Rp. 100.000

Biaya Penelitian Rp. 200.000 Transportasi Lain-lain Jumlah Rp. 150.000 Rp. 50.000 Rp. 500.000

Lampiran III KUESIONER Survey Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Kurang Gizi Pada Balita Di Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat Nama Responden Umur Pendidikan Pekerjaan Penghasilan perbulan Nama Anak Usia Anak Pengasuh : .................................. : .................................. : .................................. : .................................. : .................................. : .................................. : .................................. : ..................................

Petunjuk Pengisian Kuesioner Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang ( X ) pada jawaban yang dianggap paling benar 1. Konsep Pengetahuan 1) keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi ( AKG ), ini merupakan pengertian dari : ................... a) Gizi baik b) Marasmus c) Kurang energi protein d) Kwashiorkor 2) Kondisi kurang gizi dapat disebabkan oleh : ................... a) Mengkonsumsi makanan yang banyak b) masukan (intake) energi dan protein yang kurang dalam waktu yang cukup lama c) masukan (intake) energi dan protein yang berlebihan dalam waktu yang cukup lama d) Mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna

3) Tanda tanda klinis dari kurang energi-protein (KEP) adalah, kecuali : .......... a) jaringan lemak mulai terasa lunak dan otot otot daging tidak kencang b) Penyusutan otot (wasted) mudah terlihat pada bagian lengan atas dan bahu bagian atas dan bahu bagian belakang c) Badan anak menjadi sehat dan segar d) Perkembangan kepandaian lebih lambat dari pada yang normal 4) Wajah anak biasanya seperti orang tua, otot tampak menyusut ( wasted ), lembek, dan ini dapat dilihat pada paha dan lengan atas, ini merupakan ciri ciri dari anak yang mengalami penyakit : ................... a) Marasmus b) Gizi baik c) Kurang energi protein d) Kwashiorkor 5) Pertumbuhan anak terhambat, terjadi pembengkakkan (oedema) terutama pada kaki bagian bawah dan wajah berbentuk bulan (moon face), warna rambut biasanya berubah menjadi coklat kemerah merahan ( pirang ) atau abu abu dan mudah sekali lepas, ini merupakan ciri ciri dari anak yang mengalami penyakit : ................... a) Marasmus b) Gizi baik c) Kurang energi protein d) Kwashiorkor 2. Cara Penanganan Kurang Gizi Pada Balita 6) Penanganan kurang gizi dapat dilakukan dengan meningkatkan konsentrasi energi dan natrium dalam makanan anak yang bersangkutan dan memberikan anak makan lebih sering / disela waktu makan. Ini merupakan sala satu cara untuk menangani masalah kurang gizi pada balita dengan : ................... a) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan b) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan dan sedang c) KEP ( Kurang Energi Protein ) dan sedang d) KEP ( Kurang Energi Protein) berat

7) Menelusuri latar belakang dan memeriksa adanya anemia berat., memeriksa tingkat dehidrasi dan cara perawatannya dan memeriksa ada tidaknya infeksi parasit dan cara perawatannya. Ini merupakan sala satu cara untuk menangani masalah kurang gizi pada balita dengan : ................... a) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan b) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan dan sedang c) KEP ( Kurang Energi Protein ) dan sedang d) KEP ( Kurang Energi Protein) berat 8) Untuk tingkat puskesmas penentuan Kurang Eneregi Protein ( KEP ) yang dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan umur dan menggunakan : ................... a) KSM dan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS b) MSK dan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS c) Kartu Menuju Sehat ( KMS ) dan Tabel BB/U Baku Median WHONCHS d) SMK dan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS 9. Hasil penimbangan berat badan pada Kartu Menuju Sehat ( KMS ) terletak pada pita warna kuning, pernyataan ini untuk balita dengan : ................... a) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan b) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan dan sedang c) KEP ( Kurang Energi Protein ) dan sedang d) KEP ( Kurang Energi Protein) berat 10. Hasil penimbangan berat badan pada Kartu Menuju Sehat ( KMS ) terletak di Bawah Garis Merah (BGM), pernyataan ini untuk balita dengan : ................... a) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan b) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan dan sedang c) KEP ( Kurang Energi Protein ) dan sedang d) KEP ( Kurang Energi Protein) berat

11. Hasil penimbangan BB / U < 60% baku median WHO NCHS, pernyataan ini untuk balita dengan : ................... a) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan b) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan dan sedang c) KEP ( Kurang Energi Protein ) dan sedang d) KEP ( Kurang Energi Protein) berat 3. Cara Pencegahan Kurang Gizi Pada Balita 12. Cara pencegahan kurang gizi pada balita dengan cara, kecuali : ................... a) Pengaturan makanan yang salah b) Pengaturan makanan yang tepat dan benar c) Pemberian imunisasi terhadap beberapa penyakit seperti penyakit TBC, campak, polio, dan sebagainya harus dilakukan sesuai waktu d) Pemeliharaan hygiene dan sanitasi lingkungan sangat penting sebagai upaya pencegahan infeksi 13. Pengaturan makanan anak usia di bawah 5 tahun mencakup aspek pokok yaitu : ................... a) Pemberian imunisasi terhadap beberapa penyakit seperti penyakit TBC, campak, polio, dan sebagainya harus dilakukan sesuai waktu b) Pemanfaatan ASI secara tepat dan benar dan pemberian makanan pendamping ASI dan makanan sapihan serta makanan setahun c) Pemeliharaan hygiene dan sanitasi lingkungan sangat penting sebagai upaya pencegahan infeksi d) Pengaturan makanan yang salah 14) Kebutuhan energi dan protein bagi balita yang berusia 0 3 bulan membutuhkan energi dan protein dalam jumlah : ................... a) Kebutuhan energi ( Kal ) : 1350 dan Protein ( Gr ) : 28 b) Kebutuhan energi ( Kal ) : 1135 dan Protein ( Gr ) : 23 c) Kebutuhan energi ( Kal ) : 970 dan Protein ( Gr ) : 19 d) Kebutuhan energi ( Kal ) : 492 dan Protein ( Gr ) : 10 setelah usia

15) Kebutuhan energi dan protein bagi balita yang berusia 10 12 bulan membutuhkan energi dan protein dalam jumlah : ................... a) Kebutuhan energi ( Kal ) : 1350 dan Protein ( Gr ) : 28 b) Kebutuhan energi ( Kal ) : 970 dan Protein ( Gr ) : 19 c) Kebutuhan energi ( Kal ) : 1135 dan Protein ( Gr ) : 23 d) Kebutuhan energi ( Kal ) : 492 dan Protein ( Gr ) : 10

You might also like