You are on page 1of 3

HUTAN KACAU, ORANGUTAN GALAU Mungkin kalau seseorang ditanya, orangutan itu apa sih?

, rata rata pasti menjawab dengan jawaban yang tak asing lagi, yaitu sejenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat, yang hidup di hutan tropika Indonesia dan Malaysia, khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Namun ketika ditanya, apa yang dirasakan orangutan saat ini?, mungkin jawaban yang tepat adalah orangutan sedang GALAU. Kegalauan orangutan ini timbul karena mereka telah kehilangan 80% wilayah habitatnya dalam waktu kurang dari 20 tahun. Hal ini merupakan ancaman terbesar yang tengah dialami oleh orangutan. Habitat yang semakin sempit karena kawasan hutan hujan yang menjadi tempat tinggalnya dijadikan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit dan pertambangan. Pepohonan yang menjadi tempat mereka bernaung juga ditebangi untuk diambil kayunya. Tak hanya sampai disitu saja, tak jarang pula mereka juga dilukai, bahkan dibunuh oleh para petani dan pemilik lahan karena dianggap sebagai hama. Jika seekor orangutan betina ditemukan dengan anaknya, maka induknya akan dibunuh dan anaknya kemudian dijual dalam perdagangan hewan ilegal. Anak cucu akan mencatat bahwa generasi kita sekarang ini adalah generasi yang tidak amanah dan serakah. Ini sungguh memalukan sekaligus memilukan hati siapapun, terutama yang masih memiliki nurani. Lalu apa yang harus dilakukan agar orangutan tidak lagi merasakan kegalauan akibat ancaman punah yang menerpa? Apa pula yang harus dilakukan agar kita semua kelak dikenang dan dibanggakan oleh anak cucu sebagai sosok yang amanah dan tidak serakah? Siapapun dan apapun profesi kita sejatinya bisa dan sudah seharusnya terpanggil untuk berperan lebih aktif dalam misi penting ini, salah satu nya adalah dengan memberdayakan hutan sebagai habitat asli orangutan. Hutan alam di Sumatera yang sekaligus merupakan habitat bagi orangutan telah menyusut sangat cepat. Sekitar 50% hutan alam Sumatera telah hancur sejak 1985, dan kebanyakan disebabkan oleh penebangan untuk kebutuhan produksi kertas dan kelapa sawit. Hal yang perlu disadari oleh semua komponen bangsa adalah, bahwa orangutan dan hutan memiliki ikatan yang kuat dan saling membutuhkan. Mereka hidup, berkomunitas, berkegiatan, merasakan kebebasan, dan akhirnya akan mati di hutan. Bila orangutan merasa galau, berarti hutan sudah tidak lagi menjadi rumah yang aman dan nyaman baginya. Hutan kita sudah menjadi ajang kerakusan manusia. Akhirnya satwa pun merasa

tidak nyaman tinggal di dalamnya. Korupsi dan kolusi sejatinya yang menjadi penyebab kerusakan negeri kita, hal ini bisa dilihat dari wajah hutan dan wajah galau orangutannya. Aktivitas yang dilakukan oleh manusia itu sendiri yang telah memicu kehancuran hutan di negara ini, maka perlu diambil suatu tindakan penyelamatan terhadap hutan beserta spesies yang ada di dalamnya terutama orangutan yang diprediksi akan punah di waktu yang dekat ini jika tidak dilestarikan. Salah satu penyebab hilangnya habitat orangutan adalah perencanaan tata ruang yang kurang baik. Program konservasi orangutan membutuhkan kawasan hutan yang ada saat ini tetap sebagai kawasan hutan dan tidak dikonversi untuk penggunaan lain. Ini akan sangat membantu mengurangi tekanan kepada orangutan yang populasinya sudah sangat terancam punah (orangutan sumatera) dan terancam punah (orangutan kalimantan). Alokasi hutan sebagai habitat bisa dilakukan pada tingkat tata ruang kabupaten, propinsi maupun di tingkat nasional. Pemangku kepentingan dalam penyusunan tata ruang di tingkat kabupaten dan propinsi seharusnya mengalokasikan ruang untuk habitat orangutan. Kedua, perlu perubahan dalam kebijakan dan manajemen konservasi habitat orangutan. Sebab 70% habitat orangutan berada dan overlap dengan kegiatan ekonomis-produktif. Pelibatan dunia usaha adalah keniscayaan, dan pelibatan ini harus dimulai sedini mungkin yakni ketika proses pemberian ijin yang mensyaratkan adanya HCVF (kawasan bernilai konservasi tinggi). Ketiga, reboisasi lahan gundul dan metode tebang pilih, Para perusahaan penebang pohon harus memilih-milih pohon mana yang sudah cukup umur dan ukuran untuk ditebang serta dibarengi dengan penanaman kembali beberapa bibit pohon untuk menggantikan pohon yang ditebang tersebut. Lahan yang telah gundul juga harus sesegera mungkin dilakukan reboisasi untuk mengembalikan pepohonan dan tanaman yang telah hilang. Tentunya usaha ini akan jauh lebih efektif lagi apabila melibatkan kerjasama antara akademisi, masyarakat sekitar, perusahan terkait, dan komitmen pemerintah dalam kebijakan yang dibuat serta berpayungkan hukum. Keempat, Dengan meningkatkan kinerja satuan pengaman hutan dan memfasilitasinya dengan teknologi dan persenjataan lengkap diharapkan mempu menekan maraknya aksi pengrusakan hutan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Kelima, Mengadakan Sosialisasi hutan, ini merupakan tindakan yang sangat perlu dilakukan untuk menstimulus kesadaran akan pentingnya hutan tidak hanya bagi kelangsungan hidup manusia, tapi juga kelangsungan hidup orangutan. Dalam hal inilah masyarakat perlu disadarkan bahwa pertimbangan ekonomis bukanlah hal utama, keuntungan dari pengrusakan hutan umumnya memiliki multiplier effects sedikit, yakni hanya dinikmati segelintir orang sedangkan kerugiannya jelas memiliki mutliplier effects besar karena tidak hanya manusia itu sendiri yang akan menderita, melainkan juga akan mengancam keberadaan satwa liar yang terancam punah seperti orangutan. Keenam, Potensi Penelitian, potensi yang bisa dijadikan pemasukan adalah para peneliti, khususnya yang berada di dalam negeri. Kita harus yakin dengan potensi peneliti di negeri ini, khususnya para peneliti muda. Mereka tidak hanya akan melakukan penelitian mengenai Orangutan, namun juga akan melahirkan inovasi inovasi dalam upayanya melindungi dan melestarikan hutan, untuk itu Lembaga ataupun instansi terkait haruslah gencar

menyemarakkan api kompetisi mengenai pelestarian hutan dan satwa liar khususnya orangutan. Dalam hal ini Yayasan Orangutan Sumatera Lestari Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) merupakan salah satu lembaga dengan program inovatif dimana kemitraan dan pemberdayaan mahasiswa dan peneliti muda, serta masyarakat lokal dalam menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dan perlindungan Orangutan Sumatra, serta mendukung pembangunan bidang lingkungan secara lestari. Maka dengan demikian, sudah seyogianya sebagai seorang yang terdidik kita bisa menyingsingkan lengan utuk berkontribusi dalam penyelamatan orangutan. Melalui tulisan ini setidaknya mampu membuka mata kita, dan menyadarkan kita betapa pentingnya hutan sebagai suatu penyeimbang kehidupan, bukan hanya bagi kita, tapi juga bagi satwa lain terkhususnya bagi orangutan. Semoga tindakan yang terpapar di atas diharapkan dapat dan mampu membuka jalan perubahan yang lebih baik serta menghapus perasaan galau orangutan. Mari bersama sama kita jaga kelestariannya, kita selamatkan hidupnya, kita dekap mereka dengan tangan kita agar mereka selamat dari kepunahan. Jadikanlah semangat menyelamatkan orangutan sebagai pelumas pergerakan kelestarian satwa kita menuju Indonesia yang mandiri menjaga keselamatan Ibu Pertiwi.

You might also like