You are on page 1of 4

JKK, tahun 2013, volume 2(3), halaman 153-156

ISSN 2303-1077

STUDI AWAL PEMISAHAN AMILOSA DAN AMILOPEKTIN PATI UBI JALAR (Ipomoea batatas Lam) DENGAN VARIASI KONSENTRASI n-BUTANOL
1

Astrid Devita Oktavia1*, Nora Idiawati1, Lia Destiarti1 Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H.Hadari Nawawi, Pontianak
Email: astrid.devitaoktavia@gmail.com

ABSTRAK Penelitian tentang studi awal pemisahan amilosa dan amilopektin pati ubi jalar (Ipomoea batatas Lam) telah dilakukan dengan variasi konsentrasi n-butanol. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hasil analisis proksimat. Rendemen fraksi amilosa dan amilopektin pati ubi jalar yang difraksinasi dengan variasi konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% n-butanol, serta mengkarakterisasi senyawa amilopektin dari pati ubi jalar dengan spektrofotometer IR. Hasil analisis proksimat pati ubi jalar menunjukkan kandungan air 61,51%, abu 1,7%, lemak 2,12%, protein 1,1%, dan karbohidrat 33,57%. Identifikasi amilosa dengan iodin menghasilkan warna biru keunguan, sedangkan amilopektin menghasilkan warna coklat kemerahan. Persentase rendemen fraksi amilosa tertinggi berada pada konsentrasi n-butanol 40% sebesar 46,69% dan fraksi amilopektin optimum berada pada konsentrasi 30% n-butanol sebesar 52,25%. Spektrum fraksi amilopektin menunjukkan serapan pada bilangan gelombang 3425,34 (uluran OH), 1647,10 (uluran C=O), 1022,20-1157,21 (uluran CO), 522,67-609,46 (uluran CCO), 435,88 (uluran CCC). Adanya gugus karbonil (C=O) pada spektrum tersebut disebabkan proses oksidasi dari amilopektin. Kata kunci : Ipomoea batatas Lam, amilosa, amilopektin, fraksinasi PENDAHULUAN Tanaman ubi jalar memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dan juga mengandung vitamin. Bagian umbi tanaman ini banyak mengandung pati. Pati merupakan komponen karbohidrat yang tersebar dalam tanaman terutama tanaman yang berklorofil. Bagi tanaman, pati merupakan cadangan makanan yang terdapat dalam biji, batang dan pada bagian umbi tanaman (Turmudi, dkk., 2005). Pati telah lama digunakan sebagai bahan makanan maupun bahan tambahan dalam sediaan farmasi. Penggunaan pati dalam bidang farmasi terutama pada formula sediaan tablet, baik sebagai bahan pengisi, penghancur maupun sebagai bahan pengikat. Namun dalam pembuatan tablet cetak langsung, pati tidak dapat digunakan karena pati berupa serbuk halus dan dalam keadaan aslinya pati tidak mempunyai sifat alir dan daya kompresibilitas yang baik. Hal ini tidak lepas dari pengaruh komponen-komponen penyusun utamanya yaitu amilosa dan amilopektin (Winarno, 2008). Pemisahan amilosa dan amilopektin dengan cara fraksinasi butanol-air menggunakan perbandingan 1:7 sebelumnya telah berhasil dilakukan pada pati singkong yang menghasilkan amilosa sebesar 11% dan amilopektin sebesar 14% oleh Ben (2007). Lawal (2004) telah melakukan penelitian untuk memisahkan amilosa dan amilopektin dari pati bambarra groundnut (Voandzeia subterranean) dengan menggunakan cara fraksinasi 20% n-butanol. Meskipun demikian belum ada informasi ilmiah tentang cara pemisahan amilosa dan amilopektin dari pati ubi jalar. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pemisahan amilosa dan amilopektin pada pati ubi jalar dengan cara fraksinasi menggunakan variasi konsentrasi n-butanol. Pada penelitian ini dilakukan analisis proksimat dari pati ubi jalar, identifikasi amilosa dan amilopektin dengan menggunakan pereaksi iodin dan karakterisasi senyawa amilopektin dari pati ubi jalar tersebut dengan menggunakan spektrofotometer infra red (IR). METODOLOGI Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah blender, desikator, hot plate, magnetic stirrer, neraca analitik, oven listrik, peralatan gelas, 1 set sokhlet, spektrofotometer Infra red (IR) FTIR_8400S Shimadzu, dan tanur listrik. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah akuades, asam sulfat pekat, buffer fosfat, indikator phenolftalein, iodin, metanol, natrium hidroksida, n-butanol, n-heksana.

153

JKK, tahun 2013, volume 2(3), halaman 153-156

ISSN 2303-1077

Preparasi Sampel Sampel ubi jalar yang diperoleh berasal dari pasar tradisional di Kalimantan Barat. Sampel dikupas, dicuci hingga bersih, diparut, kemudian diperas dengan menggunakan kain. Hasil perasan dibiarkan beberapa saat sampai terbentuk endapan putih. Pemisahan dilakukan dengan cara dekantasi untuk mengambil endapan putih (pati ubi jalar). Metode Analisis Proksimat Pengujian analisis proksimat pati ubi jalar dilakukan menurut metode AOAC (2000) yang meliputi analisis kadar air, kadar abu, kadar lemak, dan kadar protein. Kadar karbohidrat total dalam pati ubi jalar dihitung dengan menggunakan metode AOAC (2000). Fraksinasi Amilosa dan Amilopektin Fraksinasi amilosa dan amilopektin dilakukan dengan menggunakan metode yang terdapat dalam Song and Jane (2000). Sebanyak 0,8 g pati ubi jalar ditambahkan 100 mL akuades dan distirer di dalam penangas air. Pemanasan dilakukan hingga suhu konstan 1000C sampai terbentuk gelatin. Pati ubi jalar yang sudah terjadi gelatin disaring dengan menggunakan kertas saring dan dengan bantuan pompa vakum. Filtrat yang didapat ditambahkan buffer posfat hingga pH 6,3. Larutan kemudian distirer di dalam penangas air sampai 2 jam dengan suhu konstan 1000C. n-Butanol ditambahkan dengan variasi v kosentrasi ( /v) 10%, 20%, 30%, dan 40% ke dalam larutan tersebut. Kemudian larutan kembali distirer selama 1 jam dengan suhu konstan 1000C. Setelah itu larutan didinginkan, kemudian dipindahkan ke dalam botol vial yang telah disterilisasi. Larutan yang didapat didiamkan dalam suhu ruang terbuka selama 24-36 jam, kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring dengan bantuan pompa vakum. Hasil dari proses penyaringan tersebut didapat filtrat dan residu. Residu dari proses ini adalah fraksi amilosa. Filtrat yang diperoleh ditambahkan dengan metanol hingga terbentuk endapan putih. Kemudian larutan disaring dengan menggunakan kertas saring untuk memisahkan residu dan filtrat. Residu yang diperoleh berupa endapan putih (fraksi amilopektin). Uji Kualitatif Amilosa dan Amilopektin Identifikasi kandungan kimia dalam fraksi amilosa dan fraksi amilopektin dilakukan dengan cara uji kualitatif. Masing-masing fraksi amilosa

dan amilopektin ditambahkan 4 tetes pereaksi iodin 1% (Hee-Young An, 2005). Karakterisasi Senyawa Karakterisasi dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer IR untuk mengetahui gugus fungsi yang dimiliki fraksi amilopektin. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proksimat pati ubi jalar menunjukkan kandungan air 61,51%, abu 1,7%, lemak 2,12%, protein 1,1%, dan karbohidrat 33,57%. Menurut Chan (2004), kadar karbohidrat yang terkandung di dalam pati singkong sebesar 34,00%. Kandungan karbohidrat yang dimiliki pati ubi jalar tidak jauh berbeda dengan kandungan karbohidrat yang dimiliki pati singkong. Hal ini menunjukkan jika pati ubi jalar yang digunakan mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi, sehingga layak untuk dilakukan pemisahan amilosa dan amilopektin. Analisis proksimat pada pati ubi jalar dilakukan untuk mengetahui pengaruh kadar air, lemak, protein, dan karbohidrat pada saat proses fraksinasi. Kadar air dalam jumlah banyak pada pati dalam proses fraksinasi dengan bantuan pemanasan akan menyebabkan penyerapan air dan pembengkakkan granula pati.
60 50 52,15 39,33 32,83 54,25 46,69

rendemen (%)

40 30 20 10 0 10%

Amilosa Amilopektin
1,99 20% 1,84 30% 3,75 40%

[n-butanol] (v/v)

Gambar 1. Grafik hasil fraksinasi amilosa dan amilopektin. Hasil fraksinasi amilosa dan amilopektin dari pati ubi jalar menunjukkan bahwa amilosa memiliki rendemen tertinggi pada 40% n-butanol dengan hasil rendemen sebesar 46,69%, sedangkan amilopektin menunjukkan konsentrasi optimum pada 30% n-butanol dengan hasil rendemen sebesar 52,25%.

154

JKK, tahun 2013, volume 2(3), halaman 153-156

ISSN 2303-1077

Menurut Ikhsan (1996), amilosa merupakan komponen pati yang mempunyai rantai lurus dan larut dalam air, sedangkan amilopektin mempunyai rantai cabang dan tidak larut dalam air tetapi larut dalam n-butanol. Hal ini dikarenakan amilosa tersusun dari rantai lurus D-glukosa yang berikatan dengan -1,4. Selain itu juga dipengaruhi oleh ikatan hidrogen yang terjadi antara gugus OH pada amilosa dengan gugus OH atau H pada air. Ketika pati dipanaskan dalam air pada temperatur gelatinisasi, energi panas menyebabkan ikatan hidrogen pati menjadi melemah. Ikatan yang lemah memudahkan air masuk ke dalam granula dan memungkinkan sedikit melarutnya dan terjadi pertukaran molekul amilosa menuju ke air. Amilosa dan amilopektin dapat digunakan dalam bidang farmasi karena amilosa mempunyai sifat alir dan daya kompresibilitas yang baik, sehingga dalam formulasi tablet cetak langsung dapat digunakan sebagai bahan pengisi, pelumas dan akan memberikan waktu hancur yang lebih efektif. Amilopektin mempunyai sifat alir dan daya kopresibilitasnya kurang baik, tetapi amilopektin memiliki sifat granuler yang mengembang dan daya pengikat yang baik. Oleh karena itu amilopektin sangat potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pengganti gelatin pada pembuatan kapsul. Fraksi amilopektin merupakan fraksi yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam n-butanol. Hal ini dikarenakan amilopektin tersusun dari rantai lurus D-glukosa yang berikatan dengan -1,4 serta memilki rantai cabang -1,6, sehingga membuat amilopektin bersifat lebih nonpolar dibandingkan amilosa. Amilopektin yang memiliki sifat nonpolar akan lebih mudah larut dalam pelarut n-butanol yang bersifat lebih nonpolar dibandingkan air, sedangkan amilosa yang memiliki sifat polar akan lebih mudah larut dalam air. Hal ini sesuai dengan prinsip like disolve like, dimana senyawa yang polar akan lebih mudah larut dalam pelarut yang polar dan senyawa yang nonpolar akan lebih cenderung larut dalam pelarut nonpolar. Identifikasi kandungan kimia fraksi amilosa (fraksi air) dan fraksi amilopektin (fraksi n-butanol) dilakukan dengan uji kualitatif. Hasil analisis didapat bahwa fraksi amilosa ditetesi dengan pereaksi iodin akan memberikan warna biru keunguan, sedangkan fraksi amilopektin ditetesi dengan pereaksi iodin memberikan warna coklat kemerahan. Spektrum IR memperlihatkan adanya serapan pada daerah bilangan gelombang 3425,34 cm-1 (O-H), 2927,74 cm-1 (C-H), 1647,10 cm-1 (C=O), 1201,57-1458,08 cm-1 (C-

O-H), 1022,20-1157,21 cm-1 (C-O), 707,83929,63 cm-1 (C-H), 522,67-609,46 cm-1 (C-C-O), 435,88 cm-1 (C-C-C). Spektrum IR fraksi amilopektin dapat dilihat pada Gambar 3.

90 %T 75

60

45

1 2 4 0 .1 4

1 4 5 8 .0 8 1 4 0 4 .0 8

1 3 7 1 .2 9 1 3 4 6 .2 2

1 2 0 1 .5 7

9 2 9 .6 3

8 5 4 .4 1

30
1 6 4 7 .1 0

2 1 4 6 .6 2

2 1 0 6 .1 2

7 6 1 .8 3

2 9 2 7 .7 4

7 0 7 .8 3

1 1 5 7 .2 1

1 0 8 1 .9 9

5 7 4 .7 5 5 2 2 .6 7

4000 3500 Sampel II

3 4 2 5 .3 4

3000

2500

2000

1750

1500

1250

1000

1 0 2 2 .2 0

750

500 1/cm

Gambar 3. Spektrum infra red fraksi amilopektin hasil fraksinasi Pada spektrum IR dapat dilihat adanya gugus karbonil (C=O). Gugus ini terbentuk karena gugus alkohol pada amilopektin mengalami oksidasi. Data spektrum IR fraksi amilopektin menunjukkan bahwa terdapat gugus fungsi utama yaitu gugus hidroksil (-OH), gugus alifatik (C-H) dan gugus alkohol (C=O). SIMPULAN Hasil analisa proksimat pati ubi jalar menunjukkan kandungan air 61,51%, abu 1,7%, lemak 2,1%, protein 1,1%, dan karbohidrat 33,57%. Persentase rendemen fraksi amilosa tertinggi berada pada konsentrasi n-butanol 40% sebesar 46,69% dan fraksi amilopektin optimum berada pada konsentrasi 30% n-butanol sebesar 52,25%. Berdasarkan analisis IR dan identifikasi dengan pereaksi iodin diduga bahwa fraksi n-butanol adalah senyawa amilopektin. DAFTAR PUSTAKA AOAC (Association of Official Analytical Chemists), 2000, Official Methods of Analysis Chemistrys, The Scientific Association Dedicated to Analytical Excellence, 17th edition, William Horwitz (Ed), Vol 1-2, Washington D.C. Ben, E.S., Zulianis., dan Halim, A., 2007, Studi Awal Pemisahan Amilosa dan Amilopektin Pati Singkong dengan Fraksinasi Butanol-Air, Sains dan Teknologi Farmasi Vol.12 No.1: 1-11. Chan, H. T., 2004, Handbook Of Tropical Foods, Marcel Dekker Inc, New York and Bassel.

155

4 3 5 .8 8

15

6 0 9 .4 6

JKK, tahun 2013, volume 2(3), halaman 153-156

ISSN 2303-1077

Hee-Young An., 2005, Effects of Ozonation and Addition of Amino acids on Properties of Rice Starches. A Dissertation Submitted to the Graduate Faculty of the Louisiana state University and Agricultural and Mechanical College. Ikhsan, M., 1996, Pemakaian Amilum Termodifikasi sebagai Sediaan Bahan Pembantu Pembuatan Tablet Asam Askorbat secara Cetak Langsung, Skripsi Sarjana Farmasi FMIPA Universitas Andalas, Padang. Lawal, O.S., Adebowale, K.O., dan Oderinde, R.A., 2004, Functional Properties of Amylopectin and Amylose Fractions Isolated from Bambarra Groundnut (Voandzeia subterranean) Strach,

African Journal of Biotechnology Vol.3 No.8: 399-404. Song Y, and Jane J., 2000, Characterization of barley starches of waxy, normal and high amylose varieties. Carbohydrat Polymer 41: 365-377. Turmudi, E. B., Gonggo, M. A., Suhadi., 2005, Kemampuan Tanaman Ubi-Ubian yang Ditanam pada Lahan dengan Cara Pengolahan yang Berbeda dalam Menekan Pertumbuhan Alang-Alang, Akta Agrosia Vol.8 No.1: 30-35. Winarno, F.G., 2008, Kimia Bahan Pangan dan Gizi, Edisi VI, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

156

You might also like