You are on page 1of 17

Anatomi Konjungtiva dan Palpebra

Bagian konjungtiva Konjungtiva palpebra Konjungtiva bulbi Konjungtiva forniks GAMBAR ANATOMI KONJUNGTIVA

KET. GBR : 1. Forniks sup & inf 2. Konj.tarsal superior & inf erior 3. Kripte Henle 4. Kel. Krause 5. Kel. Wolfring 6. Kel lakrimal 7. Kel. Manz 8. Tarsus superior

Penyakit dan Kelainan pada Palpebra


Infeksi dan radang pelpebra Blefaritis Blefaritis adalah peradangan subakut atau menahun tepi kelopak mata. Dikenal 2 bentul antara lain blefaritis seboroik atau blefaritis suamosa dan blefaritis ulserativa atau blefaritis stafilokok. Blefaritis seboroik dapat merupakan bagian dermatitis seboroik. Blefaritis seboroik merupakan peradangan kelenjar kulit di daerah bulu mata atau kelenjar bulu mata (akar rambut). Sering terdapat pada orang-orang yang kulitnya berminyak dan banyak pelepasan lapisan tanduk di kulit dan daerah bulu mata. Penyebabnya biasanya adalah kelainan metabolik atau jamur Pitirosporum ovale, walaupun penyebab jamur ini masih diragukan. Gambaran kliniknya : terdapat sisik yang halus-halus dan berwarna putih, penebalan kelopak yang disertai madarosis (rontoknya bulu mata). Jika sisik halus diangkat maka terdapat dasar permukaan kulit yang hiperemik tetapi tidak berulserasi. Pada blefaritis skuamosa sisik yang halus dan putih berkumpul sepanjang bulu mata mudah lepas tetapi mudah pula diganti tanpa kerusakan pada bulu matanya. Pengobatannya dengan dibersihkan tepi kelopak mata terutama sisik yang halus dan memberikan salep yang terdiri dari salisil 1 % dengan vehikulum minyak. Penyulitnya keratitis dan konjungtivitis. Pengobatan di tempat praktek : Menekan dan memeras keluar isi kelenjar meibom Membuang sisik-sisik dari pinggir bulu mata dan menggosok tepi kelopak mata dengan larutan AgNo3 15 atau 2 % Pemberian sulfonamid dan steroid dapat memberikan hasil yang baik

Blefaritis ulserativa adalah peradangan tepi kelopak mata akibat infeksi. Diduga penyebab utama penyakit ini adalah stafilokok. Gejala umum blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, perasaan seperti terbakar, dan gatal pada tepian palpebra,terdapat keropeng kekuning-kuningan yang seolah-olah merekat bulu mata menjadi satu. Bila keropeng dibuang maka akan terjadi ulkus yang kecil, mudah berdarah di sekeliling dasar bulu mata. Pengobatan blefaritis ulserativa diberikan sulfonamida, genta misin atau basitrasin dalam bentuk salap.

Pengobatan belfaritis ulserativa di tempat praktek : Membersihkan kelopak mata dan pengangkatan keropeng Menggosok lesi dengan AgNo3 Dapat diberikan timerosol atau nitromersol sebagai obat luar

Penyulitnya ulkus dapat meluas dan mendalam, merusak akar rambut sehingga bulu mata rontok. Dapat juga menyebabkan konjungtivitis yang menahun. Jika ulkus menyembuh dapat membentuk jaringan parut yang akan mengakibatkan trikiasis. Hordeolum Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar meibom terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Hordeolum ekterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeis atau Moll. Kebanyakan hordeolum disebabkan oleh stafilokok. Gejala utamanya adalah kelopak yang bengkak, dengan rasa sakit, dan mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan. Hordeolum interna dapat memecah ke arah kulit atau ke permukaan konjungtiva. Hordeolum eksterna selalu pecah ke arah kulit. Pengobatannya adalah kompres hangat 3 kali sehari selama 10 menit samapai nanah keluar. Jika keadaan tidak membaik dalam 48 jam dilakukan insisi dan drainase bahan purulen. Hendaknya dilakukan insisi vertikal pada permukaan konjungtiva untuk menghindari terpotongnya kelnjar meibom. Sayatan dipencet untuk mengeluarkan sisa nanah. Jika hordeolum mengarah keluar, dibuat sayatan horizontal pada kulit untuk mengurangi luka parut. Diberikan antibiotika lokal pada sakus konjungtiva setiap 3 jam terutama bila berbakat untuk rekuren. Antibiotik sistemik diindikasikan jika terjadi selulitis. Diagnosis banding hordeolum adalah selulitis preseptal, konjungtivitis adenovirus, dan granuloma pyogenik. Kalazion Kalazion adalah radang granulomatosa menahun steril dan idiopatik pada kelenjar meibom yang tersumbat. Ditandai dengan benjolan pada kelopak yang tidak terasa sakit, tidak

hiperemi. Jika cukup besar, sebuah kalazion akan menekan bola mata dan menimbulkan kelainan refraksi. Pengobatan pada kalazion adalah dengan memberikan kompres hangat, antibiotika setempat dan sistemik. Untuk mengurangkan gejala dilakukan ekskokleasi isi

abses dan dilakukan ekstirpasi kalazion. Insisi dilakukan seperti insisi pada hordeolum internum. Bila terjadi kalazion yang berulang sebaiknya dilakukan pemeriksaan histopatologik untuk menghindarkan kesalahan diagnosa dengan kemungkinan adanya suatu keganasan. Epitelioma Sel Basal (Karsinoma Sel basal) Epitelioma sel basal adalah suatu karsinoma yang berasal dari sel basal kulit. Karsinoma ini merupakkan jenis karsinoma kelopak mata terbanyak. Dapat ditemukan pada semua umur. Menurut urutannya daerah yang paling sering terkena ialah kelopak bawah, kantus internus, dan kelopak mata atas. Karsinoma sel basal jarang ebrmetastasis dan sifat ganasnya dihubungkan dengan gambaran histopatologik dimana ditemukan tanda-tanda keganasan. Kelenjar getah bening preaurikuler mungkin membesar atau jika tumor terletak di kantus internus kelenjar submaksilaris dapat membesar. Pada pemeriksaan histopatologik ditemukan sel-sel tumor yang menyerupai sel basal epitel, sel-sel yang nukleusnya tidak mempunyai nukleoli tampak berkelompok. Tumor ini mempunyai gambaran yang seragam dan bersifat basofilik. Dapat dilihat pigmen melanin pada sel-sel tumor tertentu. Gejala klinik: Gejala objektif : tidak terdapat gambaran yang khas bagi karsinoma sel basal, tetapi tampak sebagai tumor dengan pembesaran ke arah mendatar dengan tepi yang agak meninggi serta berlilin. Di tengahnya sering kali berbentuk dan induratif (tukak roden). Tumor ini tumbuh lambat, jarang mengenai jaringan yang lebih dalam karena terdapat fasia yang bertindak sebagai barrier. Pada keadaan yang sangat lanjut dapat berkembang sampai ke orbita, sinus, rongga hidung dan rongga tengkorak. Diagnosis : ditegakan dengan pemeriksaan patologik anatomik Pengobatan : 1. Operasi secara total yang diikuti dengan pemeriksaan potong beku. Pengangkatan ini dilakukan sampai terbukti bahwa tepi sayatan bebas sel tumor. Pada umumnya pengangkatan dengan sayatan 4-5 mm dari tepi karsinoma sudah memberikan daerah bebas sel tumor.

2. Penyinaran hampir sama efektifnya dengan operasi, tetapi mempunyai beberapa kelemahan, yaitu ada beberapa lesi yang radioresisten sifatnya. Keburukan lain penyinaran ialah akan memberikan hasil kosmetik yang buruk. 3. Pembedahan dingin (cryo-surgery) Denan pendinginan yang hebat, sel tumor diharapkan mati beku dan dikatakan eksisi dengan cara ini memberikan hasil yang baik. Herpes Zoster Oftalmik Herpes zoster oftalmik ialah penyakit infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion Gasseri yang menerima serabutsaraf dari cabang oftalmik saraf trigeminus. Terlibatnya bola mata pada herpes zoster oftalmik ditemukan pada 50% kasus. Mengenai orang tua umur di atas 50 tahun dan kadang-kadang dapat pula mengenai orang muda. Kelompok kelainan yang terjadi pada herpes zoster oftalmik bersifat unilateral dibatasi dengan tegas oleh garis tengah. Cabang maksilaris dan mandibularis saraf trigeminus jarang terkena. Bila terdapat kelainan pada puncak hidung ini menunjukan sudah terkenanya cabang nasosiliaris saraf oftalmik (Hutchinson sign). Hal ini merupakan petunjuk bahwa penyulit intraokuler akan segera timbul. Gambaran klinik : Gejala subjektif : infeksi diawali dengan rasa nyeri pada kulit, lesu, gejala-gejala influensa pada umumnya walaupun gejala apda kulit belum timbul.gejala prodroma tersebut terdapat 13 hari sebelum kelainan kulit timbul. Gejala objektif : tampak kelompok vesikel pada kulit yang dipersarafi oleh saraf oftalmik. Vesikel menjadi pustul kemudian terjadi jaringan parut dengan derakat yang berbeda-beda yang ditemukan pada kelopak mata. Kelainan pada mata berupa : Vesikel di kulit dan pustulasi yang kemudian menjadi ulkus dan menyembuh dengan menimbulkan keropeng dan parut. Edema palpebra Konjungtiva hiperemis Kornea keruh akibat infiltrat yang terletak subepitelial atau stromal. Infiltrat dapat berbentuk dendrit.

Pengobatan herpes zoster tidak menggunakan obat spesifik tetapi hanya simptomatik. Pengobatan steroid superfisialis tanpa masuk ke dalam mata akan mengurangkan gejala radang. Infeksi herpes zoster diberikan analgetik untuk mengurangi rasa sakit. Penyulit yang dapat terjadi pada herpes zoter oftalmik adalah uveitis, parese otot penggerak mata, glaukoma dan neuritis optik.

Deformitas Anatomik Kelopak Mata Entropion Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata ke ara dalam, dapat disebabkan oleh involusi, sikatriks atau kongenital. Entropion sikatriks dapat mengenai kelopak atas atau bawa dan disebabkan oleh jaringan parut di konjungtiva dan tarsus, gangguan ini biasanya pada penyakit-penyakit kronik seperti trachoma.pengobatannya operasi plastik atau suatu tindakan tarsotomi pada entropion akibat trakoma. Trikiasis Trikiasis adalah bulu mata mengenai kornea dapat disebabkan oleh entropion, epiblefaron atau hanya disebabkan oleh pertumbuhan yang salah arah. Keadaan ini menyebabkan iritasi kornea dan mendorong terjadinya ulserasi. Pengobatan semetara dengan epilasi atau emncabut bulu yang salah tumbuh. Ektropion Ektropion adalah penurunan dan terbaliknya palpebra inferior ke arah luar, umumnya bilateral dan sering ditemukan pada orang tua. Keluhannya epifora, mata merah dan meradang. Pengobatannya adalah dengan bedah plastik. Xantelasma Xantelasma adalah kelainan yang terdapat pada permukaan anterior palpebra, umumnya bilateral di dekat sudut medial mata. Xantelasma merupakan bentuk degenerasi lemak pada kulit kelopak nasal bawah dan atas sehingga memberikan gambaran kupu-kupu yang berwarna kuning jingga pada pangkal hidung. Kelainan ini berhubungan erat dengan kadar kolesterol dalam serum, hiperlipidemi esensial atau pasien diabetes melitus. Pengobatannya dengan ekstirpasi pada xantelasma tersebut.

Ptosis Keadaan dimana kelopak mata atas tidak dapat diangkat atau terbuka sehingga celah kelopak mata menjadi lebih kecil dibandingkan dengan keadaan normal. Terutama akibat tidak baiknya fungsi muskulus levator palpebra, lumpuhnya saraf ke III untuk levator palpebra atau dapat pula akibat jaringan penyokong bola mata yang tidak sempurna, sehingga bola mata tertarik ke belakang atau enoftalmus. Penyebab ptosis antara lain kongenital, miogenik, dan neurogenik. Ptosis juga dapat terjadi pada miastenia gravis. Apabila pada ptosis kongenital mengenai kedua mata akan terjadi perubahan bentuk muka di mana dahi dikerutkan dan kepala menengadah untuk memeperoleh penglihatan yang jelas. Bila ptosis kongenital tidak segera di atasi dapat mengakibatkan terjadinya ambliopia eks anopsia pada mata bayi tersebut. Pengobatan dengan pembedahan. Pada ptosis kongenital unilateral pengobatan harus dilakukan secepatnya sebelum usia 1 tahun. Pada yang bilateral boleh ditunda sampai umur 3-6 tahun. Pembedahannya adalah dengan memperpendek otot levator sehingga tarsus akan terangkat. Pseudoptosis Kelainan pada kelopak sehingga mengakibatkan kelopak tidak muda bergerak atau diangkat, dapat terlihat apda kelainan kelopak mata seperti hordeolum, kalazion. Pengobatannya dengan mengobati dan menghilangkan penyebab psudoptosis. Trauma Kelopak Akan terjadi edema dan ekimosis atau bercak perdarahan kulit, sehingga memberikan warna pada kulit kemerah-merahan. Warna ekimosis kelopak akan berubah perlahan-lahan dari coklat hijau dan kuning. Darah akan diserap, kadang-kadang menimbulkan jaringan parut sehingga terjadi kelumpuhan otot penggerak mata yang akan menyebabkan ptosis. Ekimosis dan edema kelopak akibat trauma tumpul akan berkurang dan menghilang dengan sendirinya. Kompres dingin dalam 48 jam pertama akan mengurangi gejala, kemudian baru diteruskan dengan kompres hangat.

Penyakit dan Kelainan pada Konjungtiva


Konjungtivitis Definisi : peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari hyperemia konjungtiva disertai dengan pengeluaran sekret. Penyebab : Bakteri : gonokokus, pneumokokus, stafilokokus, difteri.

Virus : Adenovirus tipe 3,7,8,19, Herpes Simpleks, Enterovirus tipe 70. Klamidia : K. trachomaktis, K. oculogenitalis. Alergi Konjungtivitis berdasarkan gambaran klinik dibagi atas : Konjungtivitis kataral : akut & kronik Konjungtivitis purulen, mukopurulen Konjungtivitis membran Konjungtivitis folikular Konjungtivitis vernal Konjuntivitis flikten Perbedaan Jenis Jenis Konjungtivitis Virus Gatal Hiperemi Lakrimasi Sekret ( eksudat ) Minimal Menyeluruuh ++ minimal Bakteri Minimal Menyeluruh + banyak Alergi Berat Menyeluruh + Minimal

( serous,mucous)

( mukopurulen/ purulen )

Adenopati sel- sel

+ Monosit

Jarang PMN

Eosinofil

Konjungtivitis Kataral Etiologi : Biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokok aureus, Pneumokok, Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch Weeks. Bisa juga disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan kimia seperti bahan kimia basa (keratokonjungtivitis) atau bahan kimia yang lain dapat pula menyebabkan tanda-tanda konjungtivitis kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula disertai konjungtivitis Gambaran Klinis Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-stone, tanpa flikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen (tergantung penyebabnya). Dapat disertai blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal. Pengobatan Pengobatan Konjungtivitis Kataral tergantung kepada penyebabnya. Apabila penyebabnya karena inf. bakteri maka dapat diberikan antibiotik, seperti : tetrasiklin, kloromisetin, dan lain-lain. Pada infeksi virus dianjurkan pemakaia sulfasetamid atau obat anti-virus seperti IDU untuk infeksi Herpes Simplek. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen Etiologi : Pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi (terutama yang berumur di bawah 2 minggu) bila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan dua kemungkinan penyebab, yaitu infeksi golongan Neisseria (gonokok atau meningokok) dan golongan klamidia (klamidia okulogenital)

Gambaran Klinis Gambaran konjungtiva tarsal hiperemi seperti pada konjungtivitis kataral. Konjungtivitis Purulen ditandai sekret purulen seperti nanah, kadang disertai adanya pseudomembran sebagai massa putih di konjungtiva tarsal. Pengobatan Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif. Penderita harus dirawat diruang isolasi. Mata harus selalu dibersihkan dari sekret sebelum pengobatan. Antibiotik lokal dan sistemik AB sistemik pd dewasa : selama

Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline atau Penisilin G 10 juta IU/IV/hr 5 hr + irigasi AB sistemik pd neonatus :

Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr atau Penisilin G 100.000 IU/kgBB/hr dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi saline Konjungtivitis membran Etiologi : Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik dan infeksi difteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang hiperakut, serta infeksi pneumokok. Gambaran Klinis Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada konjungtiva tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua jenis, yaitu membran dan pseudomembran. Pengobatannya tergantung pada penyebabnya. Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B hemolitik, diberikan antibiotik yang sensitif.

Pada infeksi difteria, diberi salep mata penisillin tiap jam dan injeksi penisillin sesuai umur, pada anak-anak diberikan penisillin dengan dosis 50.000 unit/KgBB, pada orang dewasa diberi injeksi penisillin 2 hari masing-masing 1.2 juta unit. Untuk mencegah gangguan jantung oleh toksin difteria, perlu diberikan antitoksin difteria 20.000 unit 2 hari berturutturut. Konjungtivitis Folikular Dikenal beberapa jenis konjungtivitis follikular, yaitu konjungtivitis viral, konjungtivitis klamidia, konjungtivitis follikular toksik dan konjungtivitis follikular yang tidak diketahui penyebabnya. Jenis Konjungtivitis Follikular 1. Kerato-Konjungtivitis Epidemi Etiologi: Infeksi Adenovirus type 8, masa inkubasi 5-10 hari Gambaran Klinis Dapat mengenai anak-anak dan dewasa Gejala radang mata timbul akut dan selalu pada satu mata terlebih dahulu. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar dan nyeri tekan, kelopak mata membengkak, konjungtiva tarsal hiperemi, konjungtiva bulbi kemosis. Terdapat pendarahan subkonjungtiva. Pada akhir minggu pertama perjalanan penyakit, baru timbul gejala di kornea. Pada kornea terdapat infiltrat bulat kecil, superfisial, subepitel. Gejala-gejala subyektif berupa mata berair, silau dan seperti ada pasir. Gejala radang akut mereda dalam tiga minggu, tetapi kelainan kornea dapat menetap berminggu-minggu, sembuhnya penyakit. Pengobatan Tidak terdapat pengobatan yang spesifik, dianjurkan pemberian obat lokal sulfasetamid atau antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. berbulan-berbulan bahkan bertahun-tahun setelah

2. Demam Faringo-Konjungtiva Etiologi : Penyebab paling sering adalah adenovirus tipe 3 Gambaran Klinis Lebih sering pada anak daripada orang dewasa. Terdapat demam, disamping tanda-tanda konjungtivitis follikular akut dan faringitis akut. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar. Lebih sering mengenai dua mata, kelopak mata membengkak. Dua minggu sesudah perjalanan penyakit dapat timbul kelainan kornea, yaitu terdapat infiltrat bulat kecil superfisial. Faringitis timbul beberapa hari setelah timbulnya konjungtivitis follikular akut. Pengobatan Tidak ada pengobatan yang spesifik 3. Konjungtivitis Hemorraghik Akut Etiologi : Penyebabnya adalah Entero-virus 70, masa inkubasinya 1-2 hari Gambaran Klinis Timbulnya akut, disertai gejala subjektif seperti ada pasir, berair dan diikuti rasa gatal, biasanya dimulai pada satu mata dan untuk beberapa jam atau satu dua hari kemudian diikuti peradangan akut mata yang lain. Penyakit ini berlangsung 5-10 hari, terkadang sampai dua minggu. Pengobatan Tidak dikenal obat yang spesifik, tetapi dianjurkan pemberian tetes mata sulfasetamid atau antibiotik. 4. Konjungtivitis New Castle Etiologi : Virus New Castle, masa inkubasi 1-2 hari

Konjungtivitis ini biasanya mengenai orang-orang yang berhubungan dengan unggas, penyakit ini jarang dijumpai. Gambaran Klinis kelopak mata bengkak, konjungtiva tarsal hiperemi dan hiperplasi, tampak folikel-folikel kecil yang terdapat lebih banyak pada konjungtiva tarsal inferior. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan perdarahan dan pada konjungtiviis ini biasanya disertai pembesaran kelenjar pre-aurikular, nyeri tekan. Sering unilateral Pengobatan Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. 5. Inclusion Konjungtivitis Etiologi : Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hari Gambaran Klinis Gambaran kliniknya adalah konjungtivitis follikular akut dan gambaran ini terdapat pada orang dewasa dan didapatkan sekret mukopurulen, sedang pada bayi gambaran kliniknya adalah suatu konjungtivitis purulen yang juga disebut Inclusion blenorrhoe. Pengobatan Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid atau eritromisin 6. Trachoma Etiologi : Klamidia trakoma Gambaran Klinis Gambaran klinik terdapat empat stadium : 1. Stadium Insipiens atau permulaan Gejala subjektif : seperti perasaan ada benda asing, berair, silau dan rasa sakit.

Folikel imatur kecil-kecil pada konjungtiva tarsal superior, pada kornea di daerah limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel. Kelainan kornea akan lebih jelas apabila diperiksa dengan menggunakan tes flurosein, dimana akan terlihat titik-titik hijau pada defek kornea. 2. Stadium akut (trakoma nyata) Terdapat folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior, beberapa folikel matur berwarna abuabu 3. Stadium sikatriks Sikatriks konjungtiva pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat seperti garis putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata. 4. Stadium penyembuhan trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan Pengobatan Pemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari selama dua bulan. Apabila perlu dapat diberikan juga sulfonamid oral. Konjungtivitis Vernal Etiologi : Kemungkinan suatu konjungtivitis atopik Gambaran Klinis Gejala subyektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada mata, terutama bila berada dilapangan terbuka yang panas terik. Pada pemeriksaan dapat ditemukan konjungtivitis dengan tanda khas adanya cobble-stone di konjungtiva tarsalis superior, yang biasanya terdapat pada kedua mata, tetapi bisa juga pada satu mata. Sekret mata pada dasarnya mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi sekunder. Pengobatan : Kortikosteroid tetes atau salep mata.

Konjungtivitis Flikten Etiologi : Disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu (hipersensitivitas tipe IV). Gejala Adanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di limbus, flikten dapat juga dijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva taarsal dan kornea. Penyakit ini dapat mengenai dua mata dan dapat pula mengenai satu mata. Dan sifatnya sering kambuh Apabila flikten timbul di kornea dan sering kambuh, dapat berakibat gangguan penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang terus menerus sampai berakibat eksema kulit. Keluhan lain adalah rasa seperti berpasir dan silau. Pengobatan Usahakan mencari penyebab primernya Diberikan Kortikosteroid tetes mata/salep Gizi buruk dan sanitasi yg jelek merupakan faktor predisposisi Lebih sering ditemukan pd anak-anak

Kombinasi antibiotik + kortikosteroid dianjurkan mengingat kemunginan terdapat infeksi bakteri sekunder.

Penyakit Degeneratif Konjungtiva Pinguekula Definisi : degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva, yang ditemukan pada orang tua, terutama yang matany sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu dan angin. Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama bagian nasal. Apabila terjadi peradangan maka akan terlihat pembuluh darah yang melebar di sekitar bercak degenerasi ini. Tidak perlu diberikan pengobatan.

Pterigium Definisi : suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal maupun temporal konjungtiva yang meluas ke kornea. Berbentuk segitiga dengan puncak dibagian sentral atau di daerah kornea. Mudah meradang, dan bila terjadi iritasi maka bagian pterigium akan berwarna merah. Etiologinya tidak diketahui tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang dan degenerasi. Gejala : tidak memberikan keluhan atau akan memberikan keluhan mata iritatif, merah dan mungkin menimbulkan astigmat. Diagnosis banding pterigium adalah psudopterigium, panus dan kista dermoid. Pengobatan tidak diberikan karena bersifat rekuren terutama pada pasien yang masih muda. Pembedahan dilakukan bila terjadi gangguan penglihatan atau pterigium yang telah menutupi media penglihatan.

Tumor Konjungtiva Nevus konjungtiva Definisi : suatu tumor jinak yang terdiri atas sel-sel yang menghasilkan pigmen, terdapat pada konjungtiva bulbi dan terutama di daerah limbus atau plika semilunar. Dibedakan antara lain nevus yang berasal dari bsal epitel dan jaringan stroma bagian dalam. Nevus konjungitva sama dengan nevus pada kulit, tetapi terdapat epithel inclussion yang dapat tampak sebagai suatu sangkar yang padat. Epithel inclussion terdiri atas epitel konjungtiva yang berisi sel lendir yang terus bertumbuh dan mengeluarkan sekresinya. Pengobatan : nevus jarang menjadi ganas sehingga tidak membutuhan pengobatan. Melanoma maligna Konjungtiva Definisi : suatu tumor ganas konjungtiva yang berasal dari nevus konjungtiva atau melanosis. Biasanya terdapat pada limbus atau karunkula okuli.

Pengobatannya dengan operasi secara radikal dan hanya bermanfaat bila dilakukan sedini mungkin. Jika terdapat tanda penjalaran harus dilakukan eksenterasi orbita dengan mengorbankan kelopak mata. Prognosis penyakit ini biasanya buruk.

You might also like