You are on page 1of 6

Daerah Airlaya, Tanjung Enim terletak di Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muaraenim, Provinsi Sumatera Selatan.

Secara geografis dibatasi oleh koordinat 1034107 - 1035018 BT dan 034051 - 035037 LS. Daerah ini termasuk Cekungan Sumatera Selatan dengan stratigrafi tersusun oleh batuan Tersier berumur Miosen Tengah hingga Pliosen yaitu Formasi Air Benakat, Formasi Muaraenim, Formasi Kasai, Satuan Gunungapi Muda dan Batuan terobosan Andesit. Formasi Muaraenim dengan Anggota M1, M2, M3 dan M4 telah dikenal luas sebagai formasi pembawa batubara yang sangat potensial di Cekungan Sumatera Selatan. Hasil penyelidikan menunjukkan potensi endapan batubara Formasi Muaraenim cukup besar baik dari segi distribusi lapisan, penyebaran, ketebalan maupun kualitas batubara. Hasil Pemboran dalam di lokasi ALD-01 Airlaya, Tanjung Enim dengan kedalaman mencapai 321 m telah tmenembus tujuh lapisan batubara yaitu Seam Enim, Seam G-1, Seam G-2, Seam G-3, Seam G-4, Seam G-5 dan Seam G-6 dengan ketebalan masing-masing 30,05 m ; 1,60 m ; 5,00 m ; 4,00 m ; 0,60 m ; 1,30 m ; 0,20 m. Penghitungan sumber daya batubara dalam (100m 500 m) dengan batas ketebalan lapisan ? 1 m menghasilkan jumlah sumber daya batubara hipotetik sebesar 1.125.404.854 ton yang terdiri atas 89.242.62 pada zona kedalaman 100-250 meter dan 92.415.542 ton pada zona 250-500 meter. Kualitas batubara cukup baik dicerminkan dengan kandungan abu ratarata < 4 %, kadar sulfur total umumnya < 1 % dan nilai kalori rata-rata > 6400 kal/gr sehingga secara umum dapat digolongkan sebagai high rank coal (batubara peringkat tinggi). Hasil pengukuran kandungan gas menunjukkan kandungan gas methane per lapisan bervariasi antara 0,03 24,84 ft3/ton dengan kandungan terbesar terdapat pada seam G-5 (Kedalaman 271,00 271,30 meter). Penghitungan sumber daya gas di daerah ini menghasilkan sumber daya gas methane hipotetik sebesar 758.792.398 ft3.

Pengukuran Kandungan Gas Dalam Lapisan Batubara Pengukuran kandungan gas dimaksudkan untuk mengetahui volume dan komposisi gas dalam batubara. Lapisan batubara biasanya mengandung berbagai unsur gas diantaranya : CO2, N2 dan CH4... Volume atau persentase kandungan gas methane (CH4.) dalam lapisan batubara merupakan tujuan utama dalam pengukuran ini, kandungan gas methane yang makin besar akan memberikan prospek lebih baik untuk kajian CBM. Kegiatan pengukuran gas dalam lapisan batubara merupakan proses yang berkelanjutan mulai dari lapangan hingga ke laboratorium. Prosedur pengukuran dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, pemasukan conto batubara ke dalam canister, pengukuran gas dan tahap akhir. Tahap persiapan hingga tahap pemasukan conto dilakukan di lapangan, tahap pengukuran gas dilakukan di lapangan dan dilanjutkan di kantor/laboratorium sedangkan tahap akhir merupakan kegiatan kantor. Metode yang digunakan pada pengukuran gas adalah berupa desorption test yang mengadopsi metode USGS, dirumuskan sebagai : QT = Q1 + Q2 + Q3

QT : Jumlah Total Kandungas Q1 : Kandungas Gas yang Q2 : Kandungan Gas yang Q3 : Kandungan Gas Sisa

Gas (cc) Hilang (Lost Gas) (cc) Diukur dalam canister (cc) (Saat Crusher) (ml)

Hasil Q1 atau lost gas diperoleh dari analisa regresi yang didapatkan setelah pengukuran gas di canister atau Q2 telah selesai dilakukan. Analisa regresinya menggunakan regresi linier. Q2 didapat dari hasil pengukuran gas yang keluar dari canister sedangkan untuk Q3 dihasilkan dari pengukuran gas yang keluar dari batubara pada saat batubara di crusher. Analisis Laboratorium Kegiatan analisis laboratorium terhadap conto batubara terdiri atas analisis proksimat, ultimat, petrografi batubara, pengukuran kandungan gas dan adsorpsi isotherm. Analisis proksimat dan ultimat tadalah untuk mengetahui kualitas dari batubara, dengan beberapa parameter antara lain kandungan moisture (IM, FM, TM), kandungan zat terbang (VM), kandungan abu (Ash), karbon tertambat (FC), kadar sulfur total (St), nilai kalori (CV), berat jenis (SG, RD), indeks kekerasan (HGI), kandungan unsur-unsur (C, H, N, S, O). Analisis petrografi adalah untuk mengetahui komposisi maseral, nilai reflektansi vitrinit dan kandungan mineral (lempung, oksida besi, pirit). pengukuran kandungan gas di laboratorium merupakan lanjutan dari proses pengukuran di lapangan. Analisis adsopsi isotherm dari conto batubara diperlukan untuk melengkapi analisis-analisis tersebut terdahulu. Tujuannya untuk mengetahui besarnya kemampuan daya serap gas dari conto batubara. Pengolahan Data Data penyelidikan terdiri atas data lapangan dan data kantor. Data lapangan berupa data hasil pemboran, pemetaan geologi dan pengukuran kandungan gas di lapangan. Data kantor adalah hasil analisis conto batubara di laboratorium dan data pengukuran lanjutan kandungan conto batubara yang masih disimpan dalam canister. Kesemua data tersebut ditunjang dengan data literaratur diolah untuk menghasilkan suatu informasi mengenai potensi endapan batubara pada kedalaman > 100 meter dan potensi kandungan gas methane dalam lapisan batubara (CBM) di daerah tersebut. Data hasil pemboran batubara terutama jumlah, kedalaman, ketebalan dan kedudukan lapisan batubara akan diproyeksikan ke permukaan dan dikombinasikan dengan data singkapan batubara serta selanjutnya dikorelasikan untuk mendapatkan gambaran mengenai bentuk sebaran maupun jumlah lapisan termasuk aspek-aspek geologi yang mempengaruhinya. Penggambaran pola sebaran lapisan batubara juga ditunjang dengan data penyelidikan dari P.T. Bukit Asam dan NEDO.

Hasil analisis conto di laboratorium akan menunjang penafsiran data lapangan dan memberikan informasi tambahan antara lain mengenai kualitas, material penyusun sedimen, kondisi pengendapan, potensi kandungan gas dan lain-lain.

HASIL PENYELIDIKAN

Geologi Daerah Penyelidikan Morfologi Daerah penyelidikan secara umum dicirikan oleh satuan morfologi perbukitan bergelombang sedang dengan ketinggian antara 50 100 meter di atas muka laut kecuali sebagian kecil wilayah sebelah Tenggara memiliki ketinggian mencapai sekitar 300 m di atas muka laut. Perbedaan ketinggian umumnya lebih mencerminkan tingkat resistensi batuan terhadap erosi. Pola aliran sungai dan anak sungai umumnya memperlihatkan pola dendritik yang mencerminkan pola aliran pada wilayah yang memiliki batuan relatif homogen dan perbedaan relief tidak begitu besar. Stratigrafi Stratigrafi daerah penyelidikan tersusun oleh batuan Tersier dan Kuarter berumur mulai Miosen sampai Plistosen. Batuan Tersier yaitu Formasi Air Benakat, Formasi Muaraenim, Formasi Kasai, Batuan terobosan Andesit dan Satuan Gunungapi Muda. Formasi Muaraenim merupakan formasi pembawa batubara, adanya batuan terobosan andesit berupa sill (retas) menyebabkan peningkatan rank batubara pada sebagian daerah penyelidikan. Pelamparan Formasi Muaraenim di daerah ini cukup luas sedangkan intrusi andesit umumnya tersingkap di bagian tengah dan baratdaya. Struktur Geologi Sebagaimana struktur geologi regional, struktur geologi daerah penyelidikan dipengaruhi struktur lipatan dan sesar. Lipatan adalah antiklin dan sinklin berarah Baratlaut Tenggara dan Barat Timur, sesar berupa sesar normal berarah relatif Utara - Selatan Potensi Batubara Endapan Batubara dan Gas Dalam Lapisan Batubara

Lokasi titk bor terletak daerah Airlaya, Tanjung Enim dengan kode lokasi ALD-01.. Berdasarkan data internal P.T. Bukit Asam (hasil interpolasi dari data endapan batubara di sebelah utaranya) diperkirakan pemboran pada lokasi ALD-01 dengan total kedalaman yang ditargetkan ( 350 m) akan menembus beberapa lapisan batubara yaitu : Seam Mangus (A), Seam Suban (B), Seam Petai (C), Seam Merapi (D) dan Seam Keladi (E). Namun dari hasil pemboran ternyata lapisan-lapisan batubara yang ditembus adalah lapisan-lapisan yang terletak lebih ke atas dari Seam Mangus yaitu Seam Enim dan beberapa lapisan lebih tipis yang diperkirakan merupakan lapisan-lapisan gantung di bawah Seam Enim. Kondisi tersebut diperkirakan akibat mekanisme pergeseran oleh patahan-patahan lokal pengaruh dari batuan

terobosan (intrusi) di daerah tersebut yang menyebabkan areal/blok pemboran relatif lebih turun terhadap areal/blok di sebelah utara. Pemboran mencapai kedalaman 321,00 m dan menembus 7 (tujuh) lapisan batubara. Dari pengamatan data batuan dan korelasi batubara regional diperkirakan lapisan-lapisan yang ditembus tersebut adalah Seam Enim (Anggota M4) dan enam lapisan batubara di bawahnya yang diperkirakan merupakan lapisan gantung. Ketujuh lapisan tersebut dinamakan lapisan : Enim, G-1. G-2, G3, G-4, G-5 dan G-6. Ketebalan masing-masing yaitu : 31,15 m; 1,60 m; 5,00 m; 4,00 m; 0,60 m; 1,30 m dan 0,20 m. Berdasarkan interval kedalaman pada interval 0 100 meter terdapat dua lapisan batubara yaitu Enim dan G-1. Pada Interval 100 321 meter mengandung lima lapisan batubara yaitu G-2, G-3 ,G-4, G-5 dan G-6. Hasil kegiatan pemetaan geologi batubara yaitu dari kompilasi dari data singkapan, proyeksi data pemboran ke permukaan, data P.T. Bukit Asam dan NEDO memberikan gambaran mengenai pola sebaran batubara di daerah ini. Lapisan-lapisan batubara dari Anggota Formasi Muaraenim cukup lengkap tersingkap, antara lain Lapisan Keladi (E), Petai (C), Suban (B), Mangus (A), Enim, Jelawatan dan beberapa lapisan gantung. Informasi mengenai potensi endapan batubara (Kualitas, sumber daya, potensi kandungan gas methane) di daerah ini dibatasi pada wilayah di sekitar lokasi pemboran dalam dan hanya untuk lapisan-lapisan batubara yang ditembus pada proses pemboran. Kualitas Batubara Hasil analisis proksimat dan ultimat dari 9 (sembilan) conto batubara memberikan gambaran mengenai kualitas batubara di daerah penyelidikan. Kandungan air bebas (FM,ar) berkisar antara 9,82 % - 24,23 %; Kandungan air total (TM, ar) berkisar antara 14,59 % - 31,08 %; Kandungan air terikat (M, adb) antara 5,29 % - 9,34 %; Kandungan gas terbang (VM, adb) antara 23,38 % - 46,95 %; Karbon tertambat (FC, adb) antara 41,83 % - 49,04 %; Kandungan abu (Ash, adb) antara 0,98 % - 9.96 %; Kadar sulfur total (St, adb) antara 0,14 % - 1,41 %; Indeks kekerasan (HGI, adb) anatar 40 57; Berat jenis (RD, adb) antara 1,33 1,42; Nilai kalori (CV, adb) antara 5955 kal/gr 6805 kal/gr. Satu conto batubara yaitu AL-05 tidak diperhitungkan karena kandungan abu yang sangat tinggi ( 46,94 %) sehingga digolongkan sebagai lempung batubaraan. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpukan bahwa batubara di daerah ini memiliki kualitas cukup baik yang tercermin dari parameter-parameter berikut yaitu kandungan abu rata-rata < 4 %, kadar sulfur total umumnya < 1 % dan nilai kalori rata-rata > 6400 kal/gr sehingga secara umum dapat digolongkan sebagai high rank coal (batubara peringkat tinggi). Sumber Daya Batubara Beberapa kriteria yang dipakai untuk penghitungan sumber daya adalah : Ketebalan lapisan batubara yang dihitung adalah ? 1,00 meter, sehingga lapisan yang memenuhi syarat untuk dihitung adalah Enim, G-1, G-2, G3, G-5 Sumber daya batubara yang dihitung adalah sumber daya batubara pada kedalaman > 100 m. Penghitungan dibagi atas dua zona kedalaman yaitu 100-250 meter dan 250500 meter. Batas-batas zona kedalaman searah dengan sebaran batubara sesuai dengan tingkat keyakinan

geologi kemudian diproyeksikan ke bidang permukaan sehingga menghasilkan luas daerah pengaruh tiap zona.. Sumber daya dihitung dengan rumus : Luas daerah pengaruh x Tebal semu lapisan x Berat Jenis lapisan. Berdasarkan kriteria Standard Nasional Indonesia, hasil penghitungan sumber daya batubara digolongkan sebagai sumber daya hipotetik Perhitungan sumber daya dengan menggunakan rumus tersebut di atas menghasilkan sumber daya per lapisan per zona, Jumlah sumber daya per zona kedalaman akan diperoleh dari penjumlahan sumber daya masing-masing lapisan. Hasil perhitungan menunjukkan sumber daya batubara pada zona 100 250 meter adalah 89.242.622 ton dan pada zona 250 500 meter adalah 92.415.542 ton. Jumlah sumber daya batubara pada kedalaman 100-500 meter adalah 1.125.404.854 ton atau berjumlah sekitar 1,125 milyar ton. (Tabel 1) Pengukuran Gas Methane Dari 50 conto batubara yang diukur kandungan gasnya sebanyak 40 conto mengandung gas sedangkan 10 conto tidak mengandung gas. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya kebocoran pada canister. Conto batubara yang mengandung gas berasal dari 7 lapisan (seam) batubara yaitu lapisan I (Enim), II (G-1), III (G-2), IV (G-3), V (G-4), VI (G-5) dan VII (G-6) dengan kedalaman masing-masing : 33.20-64.35 m; 94.60-96.00 m; 121.00-126.00 m: 166.70-170.70 m; 215.40-216.00 m; 271.00-272.30 dan 311.90-312.20. Ketebalan masingmasing lapisan batubara yaitu : 31,15 m; 1,60 m; 5,00 m; 4,00 m; 0,60 m; 1,30 m dan 0,20 m. Hasil pengukuran kandungan gas rata-rata untuk 40 conto batubara tersebut sebagai berikut :

Lapisan I (Enim) jumlah kandungan rata-rata gas yang diukur adalah 123,88 cc. Lapisan II (G-1) jumlah kandungan rata-rata gas yang diukur adalah 144,69 cc. Lapisan III (G-2) jumlah kandungan rata-rata gas yang diukur adalah 164,06 cc. Lapisan IV (G-3) jumlah kandungan rata-rata gas yang diukur adalah 116,81 cc. Lapisan V (G-4) jumlah kandungan rata-rata gas yang diukur adalah 409,67 cc. Lapisan VI (G-5) jumlah kandungan rata-rata gas yang diukur adalah 1029,03 cc. Lapisan VII (G-6) jumlah kandungan rata-rata gas yang diukur adalah 150,70 cc Perhitungan rata-rata kandungan gas diatas digambarkan dengan grafik (Gambar 3). Jumlah kandungan gas terbesar ada di lapisan VI (G-5) dengan interval kedalaman lapisan batubara antara 271,00 m - 272,30 m sebanyak 1029,03 cc.

Tabel 5 menjelaskan perhitungan kandungan gas per satuan berat batubara, dilakukan untuk menghitung sumber daya gas yang terdapat dalam batubara tersebut. Hasil rata-rata perhitungan gas per satuan berat batubara dalam cc/gram atau ft3/ton untuk setiap lapisan adalah sebagai berikut : Lapisan I (Enim) sebanyak 0,09 cc/gram atau 3,16 ft3/ton. Lapisan II (G-1) sebanyak 0.12 cc/gram atau 4,28 ft3/ton. Lapisan III (G-2) sebanyak 0,15 cc/gram atau 5,46 ft3/ton. Lapisan IV (G-3) sebanyak 0,12 cc/gram atau 4,43 ft3/ton. Lapisan V (G-4) sebanyak 0,43 cc/gram atau 15,23 ft3/ton. Lapisan VI (G-5) sebanyak 0,96 cc/gram atau 33.88 ft3/ton. Lapisan VII (G-6) sebanyak 0,23 cc/gram atau 8,19 ft3/ton. Dari gambar 3 secara umum dapat disimpulkan pula bahwa kandungan gas pada batubara semakin meningkat dengan bertambahnya kedalaman lapisan batubara.. Hal ini disebabkan karena gas yang terkandung pada lapisan batubara yang paling dalam kemungkinan gas tersebut loss atau menguap akan semakin kecil. Sumber Daya Gas Methane Penghitungan sumber daya gas methane menggunakan rumus :

Sumber Daya Gas Methane = Sumber Daya Batubara X Kandungan Methane Menghasilkan sumber daya gas methane sebesar 758.792.398 ft3 yang diklasifikasikan sebagai sumber daya hipotetik (Tabel 6) Kandungan terbesar terdapat pada seam G-5 (24,84 ft/ton) dengan kedalaman 271,00 271,30 meter. Kandungan gas methane pada seam Enim tidak ada (sangat kecil) diperkirakan karena kedalaman yang kurang memadai (33,20 64,35 m). Diharapkan pada kedalaman yang memadai kandungan gas methane pada seam Enim akan cukup berarti. Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan Batubara dan Gas Dalam Batubara Dari hasil penyelidikan dapat dinilai bahwa daerah Airlaya dan sekitarnya layak ditindaklanjuti untuk kajian tambang dalam namun diperlukan tahapan penyelidikan lebih lanjut antara lain dengan penambahan jumlah titik bor dengan interval yang lebih sistematis, jumlah conto yang representatif dan tahapan penyelidikan lainnya seperti geologi teknik, electric logging dan lainnya. Untuk pengembangan pemanfaatan gas methane (CBM) diperlukan evaluasi lebih lanjut dengan penambahan jumlah titik bor dengan interval yang sistematis, kedalaman bor yang cukup, percontohan yang representaif dan prosedur pengukuran gas yang lebih baik. Tentunya semuanya harus didukung oleh kondisi peralatan, personil dan dana operasional yang cukup.

You might also like