Professional Documents
Culture Documents
Definisi / Definition Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi dimana telur yang telah dibuahi berimplantasi di luar endometrium kavum uteri. Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jarang yang berimplantasi di ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, kornu terus yang rudimenter, dan divertikel pada uterus. Implantasi hasil konsepsi di tuba dapat terjadi di: - tuba pars interstisial, - pars ismika, - pars ampularis, atau di - infundibulum tuba. Statistik / Statistic Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik yang terjadi 0-14,6%. Etiologi / Etiology Etiologi yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik yaitu bila perjalanan menuju uterus telur yang sudah dibuahi di bagian ampula tuba mengalami hambatan, yang dapat diakibatkan oleh endosalpingitis, hipoplasi uteri, pasca operasi tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna, endometriosis tuba, divertikel tuba, perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba, tumor yang menekan dinding tuba, atau migrasi luar ovum. Karena tuba bukan merupakan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, sebagian besar kehamilan di tuba terganggu pada usia kehamilan 6-10 minggu. Hasil konsepsi dapat mati dini dan direabsorpsi. Abrtus dapat terjadi ke dalam lumen tuba, dimana terjadi perdarahan karena pembentukan pembuluh-pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi sehingga melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Ruptur dinding tuba dapat pula terjadi karena terjadi penembusan vili korialis ke dalam lapisan muskularis tuba hingga ke peritoneum atau karena trauma ringan seperti saat koitus dan pemeriksaan vagina. Hal itulah yang disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu (KET). Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik / Clinical Manifestation Gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu dapat tidak memberikan gejala yang jelas sampai berupa perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut yang menyebabkan syok hipovolemik. Nyeri merupakan keluhan utama pada KET. Nyeri bermula pada satu sisi. Setelah darah menyebar ke rongga perut, nyeri menyebar ke tengah atau seluruh perut bawah. Darah dalam rongga perut merangsang diafragma sehingga menyebabkan nyeri bahu, dan bila membentuk hematokel retrouterin akan menyebabkan nyeri saat defekasi. Gangguan yang terjadi dapat terjadi perlahan atau secara tiba-tiba (syok). Pada keadaan yang akut, mendadak pasien akan mengeluh nyeri hebat dan kondisi langsung jatuh ke dalam syok akibat perdarahan masif. Jika gangguan terjadi secara perlahan, keluhan rasa nyeri yang bersifat hilang timbul. Manfestasi yang perlahan ini dihubungkan dengan terjadinya abortus tuba yang terjadi sedikit demi sedikit.
Diagnosis dapat mudah ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien muncul dengan gejala subyektif kehamilan muda, nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dan perdarahan per vaginam. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak kesakitan, pucat, perut terasa nyeri saat diraba, dan dapat pula ditemukan tanda-tanda syok. Pada pemeriksaan dalam, usaha untuk menggerakkan serviks akan menimbulkan nyeri, demikian pula pada kavum douglasi akan terasa nyeri dan terasa menonjol saat dilakukan perabaan jika sudah terjadi hematokel retrouterin. Penunjang / Laboratory Workup Pemeriksaan hemoglobin dan eritrosit yang berkurang menunjukkan adanya perdarahan yang terjadi pada KET. Dapat terjadi leukositosis. Tes kehamilan biasanya positif, walau hasil negatif tidak menyingkirkan kemungkinan KET karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas dapat menyebabkan produksi beta hCG menurun sehingga menyebabkan tes kehamilan menjadi negatif. Alat bantu diagnosis yang dapat digunakan pada KET antara lain: kuldoskopi, USG, dan laparoskopi. Diagnosis Diferensial / Differential Diagnosis Abortus iminens, abortus insipien, dan infeksi pelvik dapat dipikirkan sebagai diagnosis diferensial KET. Pada abortus iminens atau insipiens, perdarahan yang terjadi biasanya lebih banyak dan lebih merah, dan pada perabaan serviks biasanya tidak nyeri. Sedangkan pada infeksi pelvik, nyeri biasanya timbul saat haid, jarang mengalami amenore, terjadi peningkatan leukosit yang bermakna, dan tes kehamilan yang negatif. Diagnosis diferensial lain yang dapat dipikirkan adalah ruptur korpus luteum, torsi kista ovarium, dan apendisitis. Pada ruptur korpus luteum, biasanya terjadi pada pertengahan siklus haid, tidak dijumpai perdarahan per vaginam, dan tes kehamilan negatif. Pada torsi kista ovarium dan apendisitis tidak terdapat gejala kehamilan muda, amenore, maupun perdarahan per vaginam. Tumor yang ditemukan pada perabaan terasa lebih besar pada tumor ovarium, sedangkan pada apendisits tidak didapati tumor. Nyeri pada apendisits biasanya terdapat pada titik McBurney. Penatalaksanaan / Treatment Tatalaksana KET pada umumnya laparotomi dengan mempertimbangkan kondisi pasien, fungsi reproduksi, lokasi KET, kondisi anatomi rongga pelvis, dan fasilitas yang ada. Apabila kondisi pasien buruk atau syok, dapat dilakukan salpingektomi. Jika fungsi reroduksi ingin dipertahankan biasanya hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba. KET dapat juga ditatalaksana dengan melakukan laparoskopi, fimbrial evacuaton, dan partial salpingectomy. Pada kasus kehamilan ektopik di tuba pars ampularis yang belum terganggu (pecah) dapat menggunakan kemoterapi dengan syarat: kehamilan di tuba pars ampularis belum pecah, diameter kantong gestasi kurang atau sama dengan 4 cm pada pemeriksaan USG, perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100 mL, tanda vital dalam kondisi stabil. Obat yang digunakan adalah Metrotrexat 1 mg/kg BB IV dan Citovorum Factor 0,1 mg/kg BB, berselang-seling selama 8 hari.