You are on page 1of 21

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan agroindustri yang semakin maju saat ini selain memiliki dampak positif untuk memperluas lapangan pekerjaan,

meningkatkan devisa negara, dan pengolahan produk pertanian dalam negeri, juga memiliki dampak negatif yaitu limbah. Limbah cair agroindustri dicirikan dengan tingginya kandungan karbon organik dan hara. Tingginya kandungan bahan organik ini akan menyebabkan penurunan kualitas badan air penerima yang menyebabkan rendahnya oksigen yang terlalrut dan memicu terjadinya proses penyuburan ganggang yang disebut dengan eutrofikasi. Hal ini pada proses selanjutnya akan menyebabkan sedimentasi bahan organik pada dasar perairan, menimbulkan bau busuk (masalah estetika), dan akibat-akibat lainnya seperti pendangkalan, menurunnya nilai guna air, serta kematian organisme-organisme air yang hidup didalamnya (Ibrahim, 2007). Menurut Satpem Bimas Jawa Timur (1997) dalam (Tastra, 2003) Jawa Timur mempunyai potensi untuk pengembangan di bidang sektor agroindustri, karena selain sebagai salah satu lumbung pangan nasional, Jawa Timur dikenal sebagai propinsi dengan sektor industri yang berkembang cepat. Potensi sumber daya pertanian di Jawa Timur tersebar di seluruh wilayah Timur pulau Jawa ini. Dalam rangka upaya peningkatan pendapatan petani pengembangan agroindustri merupakan alternatif yang dapat dilakukan. Malang merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang tingkat perkembangan agroindustrinya cukup tinggi. Menurut Hadi (2010), di Malang banyak berkembang agroindustri dengan jenis olahan dan skala usaha yang beragam, sehingga Malang merupakan tempat tumbuhnya berbagai macam bentuk agroindustri. Salah satu dari agroindustri yang berkembang di Malang adalah industri gula. Berkembang pesatnya industri gula tentunya disertai dengan masalah limbah yang dihasilkan. Limbah cair industri gula memiliki

kandungan zat kimia berbahaya seperti N, P, S, dan beberapa logam aktif. Unsur-unsur tersebut jika tidak diolah sebelum dibuang ke perairan bisa menyebabkan pencemaran perairan dan blooming alga. Pencemaran limbah cair agroindustri dapat diolah dengan

memanfaatkan pertumbuhan mikroalga didalam perairan limbah agroindustri. Mikroalga merupakan organisme yang dapat menyerap kandungan CO2 pada saat fosintesis, dimana CO2 digunakan untuk reproduksi sel-sel tubuhnya. Pada proses fotosintesis tersebut selain memfiksasi gas CO2, juga memanfaatkan nutrien yang ada dalam badan air (Borowitzka, 2005). Nutrien dalam proses ini dapat berasal dari material limbah cair industri sehingga dapat memperbaiki kualitas limbah cair dalam suatu areal industri.Mikroalga jenis Chorella sp memiliki potensi sebagai salah satu agen pengolahan limbah dimana kurun waktu 14 hari, mikroalga ini dapat menyerap emisi gas CO2, juga berpotensi sebagai agen pengolahan air limbah di agroindustri. Selama 14 hari masa inkubasi konsentrasi nitrat dan fosfat yang terkandung dalam limbah 3-4 mg/l dapat diturunkan menjadi 0,05-0,1 mg/l. (Santoso, et al. 2011). Adapun keuntungan dari penggunaan mikroalga dalam proses pengolahan limbah cair dalam agroindustri antara lain prinsip pengolahanya berjalan alami seperti prinsip ekosistem alam sehingga sangat ramah lingkungan dan tidak menghasilkan limbah sekunder (Arif et all, 2011). Berdasarkan permasalah diatas maka perlu adanya suatu inovasi pengembangan metode maupun teknologi dalam pengolahan limbah cair agroindustri. Hal ini dilakukan agar pencemaran lingkungan yang telah merajalela bisa diminimalisir sehingga proteksi pemerintah akan lebih mudah dalam tindakan preventif penurunan masalah pencemaran lingkungan. Salah satu teknologi yang ditawarkan yaitu dengan pemanfaatan limbah agroindustri dengan metode MaC-Option (Mikroalga Chorella sp Open Ponds Cultivation) dan hasil dari pengolahan tersebut dapat dijadikan sebagai alternatif bahan bakar biodiesel yang tebaharukan dan ramah lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diatas maka didapatkan suatu rumusan masalah yang berkaitan dengan bagaimana kefektifan metode Mac-Option (Microalgae Chlorella sp Open Ponds Cultivation) dalam pengolahan limbah cair agroindustri menjadi biodiesel dengan bantuan mikroalga Chlorella sp di kota Malang. Secara rinci permasalahan umum tersebut dijabarkan menjadi empat permasalahan yaitu. 1. Bagaimana mengurangi tingkat pencemaran limbah cair agroindustri di kota Malang? 2. Bagaimana teknik kultivasi open ponds mikroalga Chlorella sp yang efisien? 3. Bagaimana mengolah mikroalga Chlorella sp hasil kultivasi tersebut menjadi biodiesel? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dalam pembuatan karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1. Mengurangi tingkat pencemaran limbah cair agroindustri di kota Malang. 2. Mengkultivasi mikroalga Chlorella sp dalam sistem open ponds secara efisien. 3. Mengolah mikroalga Chlorella sp hasil kultivasi menjadi biodiesel. 1.4 Manfaat Adapun manfaat yang didapat dalam pembuatan karya tulis ini adalah: a. Bagi Akademisi atau Mahasiswa Menjadikan media aktualisasi dan pengembangan teknologi di bidang teknologi dan rekayasa dalam mengolah limbah cair agroindustri sehingga tidak ada lagi masalah akan pencemaran lingkungan, selain itu sebagai bentuk pengabdian insan akademis dalam pembelajaran

pemberdayaan masyarakat sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi. b. Bagi Masyarakat

Memberikan wacana baru tentang pengembangan teknologi dibidang teknologi dan rekayasa dalam mengolah limbah cair agroindustri dan memberikan solusi yang efektif masalah pencemaran lingkungan yang telah merajalela baik dikalangan industri atau agroindustri, sehingga dapat mengurangi kewaspadaan masyarakat akan bahayanya limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik agroindustri. c. Bagi Pemerintah Sebagai salah satu solusi altenatif pengolahan limbah cair agroindustri yang efektif dan ekonomis, sehingga dapat membantu memberikan solusi kepada pemerintah dalam menanggulangi pencemaran lingkungan dan sebagai alternatif pembuatan biodiesel yang dapat diperbaharui dan ramah lingkungan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah 2.1.1 Pengertian Menurut Philip Kristanto (2004: 169) limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang dikatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumberdaya. Apabila ditinjau secara kimiawi, bahan-bahan ini terdiri dari bahan organik dan anorganik. Sedangkan menurut Mahida (1986: 9) limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hamper hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda padat yang terdiri dari zat organik dan bukan organik. Menurut surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta No. 281/KTSP/1998 pasal 1 yang dimaksud dengan limbah cair industri adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Industri disini diartikan sebagai suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan barang setengah jadi menjadi barang-barang yang bernilai tinggi. Umumnya air limbah industri banyak yang mengandung unsur-unsur kimia yang membahayakan yang macamnya bervariasi tergantung dari jenis-jenis industri dan prosesnya. Limbah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tetapi limbah juga bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. 2.1.2 Karakteristik Limbah Kegiatan industri dan teknologi air yang telah digunakan dalam proses produksi atau yang disebut air limbah tidakdiperbolehkan dibuang langsung ke lingkungan karena dapatmenyebabkan pencemaran.

Indikator atau tanda bahwa air di suatulingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yangdapat diamati melalui karakteristik fisik, kimia dan biologi sebagai berikut: a. Karakteristik Fisik Suhu Ukuran aktifitaskimia suhu dan dapat biologi, menunjukkan pengentalan, kecenderungan tekanan uap,

keteganganpermukaan dan nilai penjenuhan dari benda-benda padat dangas. Pengentalan mengatur sedimentasi pada saat suhumeninggi pengentalan berkurang dan menghasilkanpeningkatan sedimentasi dengan asumsi bahwa sedimentasitidak terganggu oleh arus yang memancar (Mahida, 1986: 16). Warna dan Kekeruhan Warna pada air limbah menunjukkan kekuatannya,misalnya air di sungai berwarna kuning kecoklatan karenamengandung lumpur (Philip Kristanto, 2004: 80). Intensitaswarna cenderung meningkat dengan meningkatnya pH (Hefni15Effendi, 2003: 62). Air limbah yang mengandung besi (Fe)dalam jumlah tinggi akan berwarna coklat kemerahan. Bau dan Rasa Bau ditimbulkan oleh campuran dari nitrogen, sulfur danfosfor juga pembusukan dari protein. Pencemaran juga dapatmenimbulkan untukmenghilangkan bau bau dan dan rasa rasa yang yang tidak tidak dikehendaki, enak bisa

dilakukandengan aerasi, pemakaian potassium, pemakaian karbon aktif,koagulasi, sedimentasi dan filtrasi (Suripin, 2004: 149). b. Karakteristik Kimia Kandungan logam berat Air dapat tercemar oleh berbagai komponen anorganikyaitu berbagai jenis logam berat yang berbahaya.Menentukan jumlah dari beberapa logam seperti nikel (Ni),magnesium (Mh), timbal (Pb), kronium (Cr), kadmium (Cd),zeng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe) dan

air raksa (Hg).Beberapa jenis logam biasanya dipergunakan untukpertumbuhan kehidupan biologis tetapi jika

jumlahnyaberlebihan maka akan mempengaruhi kegunaannya karena daya racun yang dimiliki (Sugiarto, 1987: 32). Nitrogen Dalam analisis air limbah, kelompok nitrogen terdiri dariamoniak bebas, amoniak albuminoidal, nitrogen, organik,16nitrit dan nitrat. Air limbah kebanyakan dari nitrogen terdapatdalam bentuk organik atau nitrogen, protein dan amoniak.Penentuan nitrogen dibuat untuk mengendalikan tingkatpemurnian yang tercapai dalam proses pembenahan biologis(Philip Kristanto, 2004: 84). Kesadahan Air sadah adalah air yang mengandung karbonat dansulfat dari kalsium dan magnesium, di samping besi danalumunium. Kesadahan air yang tinggi sangat merugikankarena dapat

mengakibatkan karatan atau korosi pada alatalatyang terbuat dari besi, juga menimbulkan kerak-kerak didalam wadah pengolahan (Philip Kristanto, 2004: 74). TSS (Total Suspended Solid) Zat yang mengembangkan akan merugikan apabiladigunakan untuk mengairi tanaman untuk mengahambat poriporisehingga permeabilitas tanah menurun (Sugiarto, 1987:32). Padatan total adalah bahan yang tersisa setelah airsampel mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhutertentu. Padatan suspensi total adalah bahan-bahantersuspensi (diameter >1 m) yang tertahan pada saringanmilipore. Padatan tersuspensi terlarut terdiri dari lumpur, pasir halus dan jasad renik (Hefni Effendi, 2003: 63). Perubahan pH Perubahan ionhydrogen. Air pH adalah tingkat keasaman/konsentrasi syarat untuk

normal

yang

memenuhi

suatukehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6,5

7,5.Air limbah industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar pH netral dapat mengganggu kehidupan organisme didalamnya (Wardana, 2004: 75). c. Karakteristik Biologi Mikroorganisme Mikroorganisme sangat berperan dalam proses

degradasibahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang kelingkungan. apabila bahan yang harus didegradasi cukupbanyak, berarti mikroorganisme dapat ikut berkembang biak.Dalam

berkembang biak ini, tidak menutup kemungkinanmikroba pathogen ikut berkembang pula (Mahida, 1986: 19) Nilai BOD BOD (Biochemical Oxygen Demand) menunjukkanjumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organism hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahanbuangan di dalam air (Wardana, 2004: 93). Nilai BODtidak menunjukkan bahan organik yang sebenarnya, tetapihanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yangdibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan. Jikakonsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan dengan

semakinkecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahanbahanbuangan yang membutuhkan oksigen tinggi.

Bahanbuangan industri pada umumnya memiliki nilai BOD 100ppm hingga 10.000 ppm (Srikandi Fardiaz, 1992: 35) Nilai COD COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlahoksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia (Wardana, 2004: 92). Uji COD biasanya menghasilkan nilaikebutuhan oksigen yang lebih besar daripada uji BOD,karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi danmikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD(Srikandi Fardiaz, 1992: 38).

2.2 Mikroalga Mikroalga adalah tumbuhan rendah prokariot/eukariot yang sangat produktifdan dapat mengungguli tanaman lain seperti kelapa sawit, jarak, jagung dan lain-lainsebagai sumber biodiesel. Mikroalga dapat dikulturkan secara massal danbiomassanya diolah menjadi sumber energi terbarukan, yaitu biodiesel. Mikroalgasebagai alternatif sumber energi terbarukan telah menjadi pusat perhatian dunia danteknologinya sedang terus dikembangkan (Li et al, 2008). Diketahui bahwa mikroalga mempunyai kandungan lipid cukup tinggi. Menurut Guschina & Harwood (2006), komponen utama lipidnya adalah triasil gliseridanya (TAG). Senyawa trigliserida dari alga dapat diubah karakteristiknya dalam bentuk metil ester melalui transesterifikasi. Asam lemak metil ester (FAME) yang dihasilkan dapatdigunakan untuk campuran solar sebagai bahan bakar biodiesel. Telah dilakukan beberapa penelilitian untuk mengetahui potensi mikroalga sebagai penghasillipid (Christy, 2007) Mikroalga Chlorella sp mengandung lipid sebesar 28-32%

(Panggabean, 2007). Chlorella sp. termasuk alga mikro karena ukuran tubuhnya sangat renik dari 0,2 m hinga 0,02 cm (10-6 - 10-4 m). Untuk melihat wujudnya dengan jelas kita memerlukan mikroskop. Tidak semua jenis alga mikro hidup sebagai fitoplankton, tetapi semua jenis fitoplankton bisa digolongkan ke dalam alga mikro. Tumbuhan mikroskopis bersel tunggal dan berkoloni itu terdiri atas 30.000 spesies. Habitatnya di atas permukaan air, di kolom perairan, atau menempel di dasar dan permukaan lain dalam perairan (Faizatul, 2008).

Tabel 1. Komposisi kimia dari Chlorella sp Komposisi Protein Karbohidrat Lemak Asam Nukleat Kadar (%) 51-58 12-17 14-22 4-5 (Thomas, 2007)

10

2.3 Open ponds Open ponds merupakan sistem budidaya mikroalga tertua dan paling sederhana. Sistem tersebut sering dioperasikan secara kontinyu. Umpan segar (mengandung nutrisi termasuk nitrogen, phosphor, dan garam inorganic) ditambahkan di depan paddlewheel (pedal) dan setelah beredar melalui looploop mikroalga tersebut dapat dipanen di bagian belakang dari paddlewheel. Paddlewheel digunakan untuk proses sirkulasi dan proses pencampuran mikroalga dengan nutrisi. Beberapa sumber limbah cair dapat digunakan sebagai kultur dalam budidaya mikroalga. Pemilihan sumber limbah cair tersebut berdasarkan pemenuhan kebutuhan nutrisi dari mikroalga. Mikroalga laut dapat menggunakan air laut atau air dengan tingkat salinitas tinggi sebagai media kultur. Biaya operasional sistem open ponds lebih rendah dibandingkan dengan sistem photobioreactor, namun sistem tersebut memiliki beberapa kelemahan. Open ponds merupakan sistem kolam terbuka sehingga mengalami evaporasi akut, dan penggunaan karbon dioksida (CO2) menjadi tidak efisien. Produktivitas mikroalga juga dibatasi oleh kontaminasi dari alga atau mikroorganisme yang tidak diinginkan (Dessy & Noer, 2009 ). 2.4 Biodiesel Biodisel adalah bahan bakar yang ramah lingkungan dan mempunyai keunggulan dibanding bahan bakar petroleum diesel yaitu bersifat terbarukan,biodegradable, tidak mengandung sulfur, dan mempunyai kekentalan lebih tinggi sehingga membantu memperpanjang umur mesin disel. Biodisel mempunyai angka setana dan flash point yang tinggi (>130C) (Knothe et al, 2005). Biodiesel adalah senyawa mono alkil ester yang diproduksi melalui reaksi tranesterifikasi antara trigliserida (minyak nabati, seperti minyak sawit, minyak jarak dll) dengan metanol menjadi metil ester dan gliserol dengan bantuan katalis basa. Biodiesel mempunyai rantai karbon antara 12 sampai 20 serta mengandung oksigen. Adanya oksigen pada biodiesel membedakannya dengan petroleum diesel (solar) yang komponen utamanya hanya terdiri dari hidro karbon. Jadi komposisi biodiesel dan petroleum diesel sangat berbeda.

11

Biodiesel terdiri dari metil ester asam lemak nabati, sedangkan petroleum diesel adalah hidrokarbon. Biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang serupa dengan petroleum diesel sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel. Pencampuran 20 % biodiesel ke dalam petroleum diesel menghasilkan produk bahan bakar tanpa mengubah sifat fisik secara nyata. Produk ini di Amerika dikenal sebagai Diesel B-20 yang banyak digunakan untuk bahan bakar bus (Anonim, 2006). Energi yang dihasilkan oleh biodiesel relatif tidak berbeda dengan petroleum diesel (128.000 BTU vs 130.000 BTU), sehingga engine torque dan tenaga kuda yang dihasilkan juga sama. Walaupun kandungan kalori biodiesel serupa dengan petroleum diesel, tetapi karena biodiesel

mengandung oksigen, maka flash pointnya lebih tinggi sehingga tidak mudah terbakar. Biodiesel juga tidak menghasilkan uap yang membahayakan pada suhu kamar, maka biodiesel lebih aman daripada petroleum diesel dalam penyimpanan dan penggunaannya. Di samping itu, biodiesel tidak mengandung sulfur dan senyawa bensen yang karsinogenik, sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani dibandingkan dengan petroleum diesel (Anonim, 2006).

12

BAB III METODE PENULISAN

Penulisan karya ilmiah ini dimulai dengan studi pustaka dengan pencarian data-data dan informasi berupa pengamatan secara langsung serta data sekunder yang berasal dari jurnal-jurnal, buku-buku teks, laporan hasil penelitian, internet, surat kabar, tugas akhir, maupun hasil diskusi dengan dosen. Dalam menyelesaikan masalah, karya tulis ini didekati dengan studi literatur dan komunikasi personal supaya didapatkan gambaran yang nyata tentang permasalahan. Tahap selanjutnya adalah pembuatan outline yang berisi ide-ide umum yang akan dimuat dalam tulisan ini. Hal ini bertujuan untuk membatasi permasalahan dalam karya tulis supaya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Outline juga sebagai sarana mempermudaj proses pengumpulan data. Data-data dan informasi yang diperoleh dikumpulkan dan diolah sesuai outline, tema, dan tujuan penulisan. Hasil pengolahan tersebut kemudian ditulis berdasarkan Panduan Lomba Karya Tulis Ilmiah Hi-Great 2013. Pembahasan dalam tulisan ini dilakukan berdasarkan literatur dan fakta yang ada di lapangan, untuk diarahkan pada tujuan penulisan. Pengambilan kesimpulan menggunakan metode induksi dan deduksi. Saran dirumuskan berdasarkan fakta yang ada dengan kesimpulan yang diperoleh untuk menciptakan kondisi yang lebih baik.

13

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Limbah Agroindustri dengan Mikroalga Pabrik gula merupakan salah satu industri yang mengolah bahan pertanian menjadi produk jadi berupa gula SHS (Super High Sugar) atau GKP (Gula Kristal Putih). Proses produksi gula tidak terlepas dari limbah (waste) dan produk samping (by-product) yang dihasilkan selama proses berjalan. Limbah yang dihasilkan pabrik gula merupakan limbah yang didominasi oleh bahan-bahan organik, walaupun tidak menutup kemungkinan menghasilkan limbah anorganik (persentasenya kecil). Limbah yang dihasilkan di pabrik gula terbagi menjadi beberapa jenis dan dilakukan penanganan yang berbeda antara satu jenis limbah dengan limbah yang lainnya. Jenis limbah yang dihasilkan pada produksi gula ini berupa limbah cair, limbah padat, limbah udara, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Limbah udara yang dihasilkan berasal dari pembakaran boiler serta dari alat transportasi. Emisi partikulat dihasilkan dari gas buang boiler karena bahan bakar yang digunakan berupa padatan (ampas). Selain itu, beberapa pabrik gula juga mengalami masalah dengan debu ampas yang cukup halus, sedangkan limbah gas, yakni CO2 umumnya melebihi ambang batas. Proses penyerapan CO2 oleh mikroalga terjadi pada saat fotosintesis, dimana CO2 digunakan untuk reproduksi sel-sel tubuhnya. Pada proses fotosintesis tersebut selain memfiksasi gas CO2, juga memanfaatkan nutrien yang ada dalam badan air (Borowitzka, 2005).Dengan peranan mikroalga sebagai absorben CO2, mikroalga mampu menyerap CO2 secara maksimal mencapai 76,73 mL per liter media per hari atau 0, 138 gram per liter per hari pada volume kerja sebesar 1000 liter (Mulyanto, 2010) Nutrien dalam proses ini dapat berasal dari material yang sengaja ditambahkan atau dapat juga berasal dari material limbah cair. Penggunaan limbah cair sebagai input nutrien penyerap emisi gas CO2 sekaligus memperbaiki kualitas limbah cair dalam suatu areal industri (Green et al.,

14

1995). Alga juga membutuhkan nutrisi-nutrisi lain untuk mengoptimalkan pertumbuhanya, yaitu nitrogen, phosphate, dan zat besi (Graham dan Wilcox, 2000). Limbah padat yang dihasilkan diantaranya, abu, blotong, dan ampas. Abu merupakan limbah yang dihasilkan dari pembakaran boiler, blotong merupakan limbah padat dari proses penyaringan (Rotary Vacuum Filter), dan ampas yang merupakan limbah hasil pemerahan nira pada stasiun gilingan. Limbah cair yang dihasilkan terbagi menjadi dua bagian, yaitu limbah cair berat dan limbah cair ringan. Limbah cair berat merupakan limbah cair dengan kadar organik tinggi sedangkan limbah cair ringan merupakan limbah cair yang mengandung kadar organik rendah (LPP, 2006). Walaupun menghasilkan limbah padat, cair, gas, dan B3, masalah lingkungan utama yang dihadapi pabrik gula adalah yang berkaitan dengan limbah cair, baik karena volume maupun konsentrasi polutannya. Pengolahan tebu menjadi gula dapat menghasilkan limbah cair sebanyak 1-2 m3/ton tebu. Limbah padat pabrik gula berupa ampas, blotong, dan sisa ampas yang tidak habis dipakai sebagai bahan bakar. Penanganan limbah padat relatif lebih mudah dibandingkan limbah yang lain (LPP 2006). Nitrat (NO3) dalam air limbah oleh mikroalga diperlukan sebagai maknutrisi untuk sintesis protein dan pembentukan klorofil, asam nukleat (DNA dan RNA) demikian juga dalam sintesis lemak-lemak tak jenuh seperti omega (Sasson, 1991). Hara makro ini dapat diserap langsung oleh mikroalga dalam bentuk N2. Sedangkan senyawa fosfat sebagai senyawa makro bermanfaat bagi mikroalga untuk pertumbuhan sel untuk transformasi energi fotosintesis dan pembentukkan klorofil (Kabinawa & Agustini, 2006).

15

Table 2. Karakteristik limbah agroindustri Industri TS (mg L-1) Food processing Palm oil mill Sugar-beet processing Dairy 1,1001,600 Corn milling 650 125 174 3,000 4,850 800-1,000 1,400-2,500 40 6100 TP (mg L-1) 3 2,7 TN (mg L-1) 50 750 10 BOD (mg L-1) 600-4,000 25 COD (mg L-1) 1,000-1,800 50 6,600

(Rajagopal et al, 2013).

Dari data yang diperoleh (Gunawan, 2010) menunjukkan bahwa pada konsentrasi nitrogen 2 M secara umum menghasilkan laju pertumbuhan mikroalga tertingi yaitu sebesar 1,4 OD 680 nm pada hari ke 15. sedangkan pada konsentrasi nitrogen 0,5 M secara umum laju pertumbuhan terhambat dengan pertumbuhan pada hari ke 15 yaitu hanya sebesar 1 OD 680

nm.Sedangkan penambahan nutrien dua hari sekali, hal ini dikarenakan kebutuhan nutrien yang dibutuhkan mikroalga cukup besar yaitu 56,3% C, 8,6% N, dan 1,2%P dalam basis berat. Hal ini sesuai dengan Bold dan Wyne(1985), yang menyatakan bahwa nitrogen adalah komponen yang penting sebagai sumber nutrisi mikroalga untuk pertumbuhannya. Intensitas cahaya yang mencukupi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang baik, dimana intensitas cahaya akan berpengaruh pada proses fotosintesis mikroalga. Selain ketersediaan nutrien, laju pertumbuhan mikroalga juga berhubungan dengan proses biokimia yang terjadi di dalam sel mikroalga. Beberapa keuntungan penggunaan alga dalam proses pengolahan limbah cair dalam industri antara lain, prinsip proses pengolahannya berjalan alami seperti prinsip ekosistem alam sehingga sangat ramah lingkungan dan tidak menghasilkan limbah sekunder. Keunggulan lainnya adalah pada proses ini daur ulang nutrien berjalan sangat efisien dan menghasilkan biomass yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan (De la noue et al., 1992).

16

4.2 Kultivasi Open Pond pada Mikroalga Keuntungan dari penggunaan sistem open ponds dalam kultivasi mikroalga adalah kebutuhan biaya awal dan operasional rendah (158.pdf). Selain itu, Indonesia merupakan negara tropis yang mendapat sinar matahari yang cukup, kelimpahan sinar matahari ini tentunya bisa dimanfaatkan salah satunya untuk kultivasi mikroalga. Dalam pembahasan karya tulis ini, sistem pengkultivasian mikroalga Chlorella sp adalah skala laboratorium

menggunakan prototipe dengan perbandingan disesuaikan dengan kolam open pond pada skala luas. Prototipe dirancang menyerupai open pond dan dilengkapi dengan pedal (paddle) sebagai pengatur sirkulasi biomassa dalam prototipe. Mikroalga Chlorella vulgaris akan dikultivasi pada prototipe open pond dengan luas area total 4 x 2 m dan ketinggian max 100 cm. Chlorella sp yang telah bercampur dengan air jernih dengan perbandingan 3:2, diberikan nutrisi cair dari limbah agroindustri pabrik gula sebanyak 30% dengan perbandingan dengan Chlorella sp yang dibiakkan dalam air 70%. Selama 14 hari Chlorella sp dibiakkan dalam open ponds dengan nutrisi berasal dari limbah cair pabrik gula. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kabinawa dan Ni (2005), tingkat prosentase reduksi kandungan NO3 dan PO4 oleh Chlorella pyrenoidosa terhadap limbah cair industri susu adalah 69,8%, limbah cair tapioka 82%, dan limbah cair kecap 100% untuk NO3, dan untuk PO4 adalah berturut-turut 78,9%, 80%, 98,83%. Selain itu, sel akan mengalami lisis setelah melewati hari ke-10. Pada dasarnya kandungan utama limbah cair agroindustri baik itu industri susu, kecap, tahu, tapioka, maupun gula memiliki karakteristik yang sama. Baik antara Chlorella pyrenoidosa dan Chlorella sp merupakan satu genus yang sama yaitu Chlorella sp, anggota Chlorella memiliki karakteristik yang hampir sama sehingga sulit dibedakan baik dalam hal morfologi, fisiologi, dan zat yang terkandung di dalam sel. Namun menurut Syahri (2009), untuk lipid yang dihasilkan adalah 7-20% lebih tinggi Chlorella sp daripada Chlorella pyrenoidosa. Dari kandungan

17

lipid yang lebih besar ini juga akan mempengaruhi hasil biodiesel dari mikroalga tersebut. Chlorella sp dibiakkan dalam kolam sistem open ponds dalam waktu 14 hari untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mengetahui tingkat penyerapan Chlorella sp terhadap kandungan limbah pabrik gula yang sengaja diberikan sebagai nutrisi. NO3, PO4, BOD, TSS, dan COD merupakan kompenen utama dalam karya tulis ini untuk diteliti perubahannya sebelum dan sesudah treatment dengan kolam biakan Chlorella sp. Selanjutnya, hasil kulivasi Chlorella sp akan dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Dari hasil penelitian Kabinawa dan Ni (2005), diketahui prosentase reduksi NO3 dan PO4 limbah cair kecap, tapioka, dan susu berturut-turut adalah 100% dan 98,83%, 70,3% dan 74%, dan 69,8% dan 78,9%. 4.3 Pemanfaatan Mikroalga sebagai Biodiesel Hasil dari pengolahan limbah agroindustri akan menghasilkan mikroalga yang melimpah, mengingat mikroalga merupakan tumbuhan tingkat rendah yang memiliki potensi sebagai penghasil bahan baku biodiesel. Berdasarkan beberapa penelitian, mikroalga mempunayi kemampuan yang sangat besar untuk menghasilkan minyak alami (lipid), lebih kurang 60% dari berat kering (Sheehan et al. 1998). Untuk mendapatkan biodiesel maka dilakukan proses esterifikasi dengan katalisator asam atau basa, yang menghasilkan methyl ester. Methyl ester inilah yang selanjutnya disebut sebagai biodiesel. Berdasarkan sifat-sifat fisik (melting point, boiling point, cetane number, viskositas dan heat of combustion value), Tabel 1, dari masingmasing jenis asam lemak bebas dan ester-ester yang berkaitan (misal metil palmitat, etil palmitat dll), maka minyak alga hasil ekstraksi dari Chlorella sp. ini sangatlah berpotensi sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Berikut table kandungan asam lemak pada mikroalga jenis Chlorella sp.

18

Tabel 3. Sifat-sifat fisik berbagai asam lemak dan metil-ester


Komposisi Berat Molekul Titik leleh ( ) Titik didih ( ) Cetane number(dari metil ester yang dihasilkan) Kalor pembakaran (kal/mol) (dari metal ester yang dihasilkan) As.Laurat (C12:0) As.Miristat (C14:0) As.Miristoleat (C14:1) As.Palmitat (C16:0) As.Palmitoleat (C16:1) As.Stearat (C18:2) As.Oleat (18:1) As.Linoleat (18:2) As.Linolenat (C18:3) 200,322 228,376 256,430 254,412 284,484 282,468 280,452 278,436 44 58 63 71 16 -5 -11 131 250,5 350 360 286 229-230 230-232 61,4 66,2 74,5 51,0 61,7 55 42,2 22,7 1940 2254 2384,76 2521 2696,12 2828 2794 2750

Metal-laurat memiliki cetane = 61,4 dan kalor pembakaran = 1940 kkal/mol

Table 4. Sifat-sifat fisik standar biodiesel Standar Uji Titik leleh Cetane number (dari metal ester yang dihasilkan) ASTM-D975 FBI-S01-03 Knothe, 2005 Soerawidjaja, Tatang H. (personal communication) N.D = not determined 170-340 N.D Min.40 Min.48 Kalor pembakaran (kkal/mol) 1300-3500 N.D

Tabel 3 dan 4 juga menunjukkan bahwa sifat-sifat fisik, terutama titik leleh, cetane number dan kalor pembakaran, dari metil ester berbagai jenis asam lemak (Tabel 3) telah memenuhi standar uji untuk biodiesel (Tabel 4).

19

Minyak chlorella sp yang diperoleh dari hasil ekstraksi diubah menjadi biodiesel melalui reaksi transesterifikasi trigliserida dengan metanol. Metanol akan menggantikan gugus alcohol pada struktur ester minyak dengan dibantu katalis KOH. Persamaan stoikiometri reaksi transsesterifikasi dengan methanol adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Persamaan Stoikiometri reaksi transesterifikasi trigliserida dengan metanol

Menurut penilitian Triantoro (2008) biodiesel yang dihasilkan dari 10 kg mikroalga kering jenis Chlorella sp sebagai berikut.

Tabel 5. Biodiesel yang diperoleh dari 10 kg Chlorella sp kering Kandungan Fatty acid dalam Chlorella sp (kg) 45% 50% 55% 60% Hasil Pengepresan (kg) 3,15 3,5 3,85 4,2 Hasil Penyulingan (kg) 4,455 4,95 5,445 5,94 4,4 4,89 5,38 5,87 Methyi ester (kg)

4.4 Rancang Prototipe Alat yang digunakan berupa wadah plastik yang dimodifikasi menyerupai sistem kultivasi open ponds seperti pada gambar berikut:

20

Gambar 2. Desain Prototipe Open Pond Wadah biakan tersebut dilengkapi dengan pedal yang berfungsi sebagai pengaduk media. Bahan yang dibutuhkan berupa mikroalga Chlorella sp, air jernih dengan pH dijaga konstan, dan limbah agroindustri dari pabrik gula. Selain itu mikroalga Chlorella sp secara otomatis akan menyerap CO2, dan sinar matahari, maka dari itu prototipe diletakkan pada tempat terbuka untuk kebutuhan fotosintesis Chlorella sp. Pada malam hari, ketersediaan cahaya diganti dengan lampu (sumber cahaya aktif). Prototipe dilokasikan pada tempat yang memiliki kadar CO2 hampir mendekati konstan.

21

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 1. Mikroalga Chlorella sp bisa dijadikan alternatif sebagai solusi dalam mengurangi limbah cair agroindustri. 2. Kultivasi mikroalga secara open ponds memiliki kelebihan berupa biaya persiapan dan operasional yang rendah. 3. Mikroalga Chlorella sp bisa dijadikan sumber bahan bakar alternatif biodiesel yang ramah lingkungan, dan dapat diperbaharui. 5.2 Saran 1. Dibutuhkan pengolahan mikroalga sebagai alternatif dalam mengolah limbah cair agroindustri secara berkelanjutan. 2. Perlunya kultivasi mikroalga sebagai bahan dasar bahan bakar biodiesel pengganti bahan bakar fosil yang kelimpahannya terus berkurang.

You might also like